BAB I PENDAHULUAN
i
BAB IV PENUTUP
Lampiran
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat
serta anugerah darinya sehingga kami mampu untuk merampungkan tugas ini.
Sholawat dan salam selalu kita ucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi agung
kita, Nabi Muhammad SAW yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua, sebuah petunjuk paling benar yakni syariah agama islam yang
sempurna dan satu satunya karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.
Praktikan benar benar berterima kasih sebab mampu menyelesaikan tugas ini
yang termasuk dari tugas mata kuliah konseling populasi khusus “konseling
terhadap anak jalanan”. Selain itu, kami menyampaikan terima kasih yang banyak
terhadap seluruh pihak yang sudah membantu kami selama berlangsungnya
penyelesaian tugas ini sampai bisa terselesaikan.
23 November 2017
Sofyan Abdi
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangannya, masalah anak jalanan merupakan realitas yang tiada
henti untuk dikaji. Keberadaan mereka senantiasa hadir sebagai permasalahan yang
tak ada ujung pangkalnya. Realitasnya sangat komplek sehingga menuntut
penanganan yang cermat, serius, terfokus dan kontinu.
Mengamati berbagai kondisi dari realitas kehidupan anak jalanan, tampak
bahwa keberadaan mereka menjadi tanggung jawab bersama. Kehidupan mereka
perlu memperoleh solusi terbaik dan penanganan terhadap mereka perlu
ditempatkan ke dalam habitat hidup yang bermartabat dan memasyarakat. Tuntutan
yang harus dibangun adalah kesadaran bahwa setiap anak berhak atas perlindungan
dan kasih sayang. Sebuah kesalahan ketika anak-anak tersebut berada di jalanan.
Sebagai alasannya, jalanan bukan tempat anak-anak bertumbuh. Dari segi mental,
lingkungan keras dapat menyebabkan mereka menjadi agresif dan anti sosial
Fenomena anak jalanan di Indonesia adalah hal yang harus ditanggapi secara
serius karena anak jalanan bisa saja menjadi calon pemimpin masa depan kita. Anak
jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan psikis) yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-
kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang
mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya mereka berasal
dari keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang
dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan
hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku
negatif. Jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun di Negara ini semakin membumi
hampir di setiap kota-kota. Mereka mencari nafkah dengan cara mengemis,
mengamen, berdagang asongan, menyewakan payung, sampai mencari barang
rongsokan. Lihat saja di kota Semarang di setiap jalan pasti kita melihat banyak
anak-anak yang berkeliaran menawarkan dagangannya yang berupa koran dan lain-
lain.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
4.1 Pengertian Konseling Populasi Khusus
4.1.1 Konseling
Konseling adalah salah satu tehnik dari pelayanan bimbingan yang mana
peroses pemberian bantuan tersebut berupa wawancara langsung tatap muka antara
konselor dengan klien dalam serangkaian pertemuan yang waktunya tidak dapat di
tentukan agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya,
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga ia dapat mencapai
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Menurut ASCA (American School Counselor Association), konseling adalah
“hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli”.
4.1.2 Populasi
Menurut Sudjana, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik
tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat – sifatnya. Sedangkan menurut KBBI populasi berarti : jumlah orang atau
pribadi yang mempunyai ciri yang sama.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa : Populasi adalah sekumpulan
individu dengan ciri yang sama dan hidup menempati ruang yang sama pada waktu
tertentu.
4.1.3 Khusus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “khusus berarti :
istimewa atau tertentu/tidak umum. Pengertian Khusus dalam konseling populasi
khusus, maksudnya adalah khusus disini berarti ada kelompok individu /
masyarakat dalam suatu interaksi dan kehidupannya yang memiliki dinamika dan
atau permasalahan umum yang serupa.
4
prinsip, asas, jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasaarnya
tetap sama.
Adapun tujuan umum dari kegiatan konseling ini ialah untuk membantu
konseli dalam mencapai suutu kondisi yang normal dari suatu prilaku yang negati
dan mengembalikan diri seseorang dari jiwa yang tertekan menjadi jiwa yang sehat
dalam menjalani kehidupan dalam bermasyarakat maupun menjalani proses
pembelajaran. Adapun dalam penerapan prinsip layanan BK Populasi khusus
menurut Shiravasta (2003),
1. Setiap aspek pola kepribadian seseorang yang kompleks merupakan faktor
signifikan dari keseluruhan sikap dan bentuk perilaku yang ditampilkan.
Layanan bimbingan yang ditujukan untuk mewujudkan penyesuaian yang
diinginkan di bidang pengalaman tertentu harus mempertimbangkan
perkembangan individu.
2. Meskipun semua manusia serupa dalam banyak hal, perbedaan individu
harus diakui dan dipertimbangkan dalam usaha yang bertujuan memberikan
bantuan atau bimbingan kepada anak, remaja, atau orang dewasa tertentu.
3. Fungsi bimbingan adalah membantu seseorang (1) merumuskan dan
menerima tujuan perilaku yang merangsang, bermanfaat, dan dapat dicapai,
dan (2) menerapkan tujuan ini dalam menjalankan urusannya.
4. Kerusuhan sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini telah menimbulkan
banyak faktor maladjustive yang memerlukan kerjasama konselor
bimbingan berpengalaman dan terlatih secara menyeluruh dan individu
yang memiliki masalah.
5. Bimbingan harus dianggap sebagai proses pelayanan yang berkelanjutan
kepada individu dari masa muda sampai masa dewasa.
6. Layanan bimbingan tidak boleh dibatasi hanya pada sedikit orang yang
memberikan bukti yang dapat diamati mengenai kebutuhannya, namun
harus diberikan kepada semua orang dari semua klien yang dapat
memperoleh keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Materi kurikulum dan prosedur mengajar harus menunjukkan titik pandang
Bimbingan.
6
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik
norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam
bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor)
harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya
dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing
(konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih
kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar
sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
10
2) Anak yang hidup di jalan, yaitu anak yang menghabiskan waktunya di jalan
untuk mempertahankan hidup dan sudah tidak memiliki atau hanya sesekali
kontak dengan keluarganya.
3) Anak keluarga jalanan, yaitu anak yang bersama keluarganya hidup di
jalanan
Senada dengan penggolongan tersebut, berdasarkan penelitian Demartoto
(Mubasyaroh,2014:126) 20 bahwa anak jalanan dikelompokkan menjadi beberapa
tipe:
1) Children on the yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi
sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang
kuat dengan orang tua. Sebagian dari mereka diberikan kepada orang
tuanya.
2) Children of the Street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalan,
baik secara sosial atau ekonomi. Anak-anak ini masih berhubungan dengan
orang tua namun frekuensinya sedikit.
3) Children from Family on the Street, anak jalanan jenis ini berasal dari
keluarga yang sudah hidup di jalan. Mereka tidak punya rumah tetap
sebagai tempat tinggal, mereka hanya tinggal di kolong-kolong jalan. Anak
yang masuk dalam golongan ini termasuk anak yang rawan. Secara sosial
sejak kecil kelompok ini berhadapan dengan norma-norma jalanan sebagai
hunian
Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM,
pemerintah, organisasi profesi, dan sosial maupun orang per orang untuk membnatu
anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka.
Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah,
maka hasilnya pun kurang menjadi kurang maksimal.
Menurut Tata Sudrajat (1996), selama ini beberapa pendekatan yang biasa
dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak-anak jalanan adalah sebagai berikut:
a. Street based, yakni model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan
itu berasal atau tinggal, kemudian para street educator datang kepada
mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima
situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman.
b. Centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga
atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan
diberikan pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari
diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan
bersahabat dari pekerja sosial.
c. Community based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh
potensi masyarakat, terutama kelurga atau orang tua anak jalanan.
Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk
dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan. Keluarga diberikan kegiatan
penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf
hidup, sementara anak-anak mereka diberi kesempatan memperoleh
pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang, dan kegiatan
lainnya yang bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh,
dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri.
Berbagai pendekatan yang telah diuraikan di atas, tidak berarti satu pendekatan
yang ada lebih baik dari pendekatan yang lain. Pendekatan mana yang dipilih dan
lebih tepat, akan banyak ditentukan oleh kebutuhan dan masalah yang sedang
dihadapi anak jalanan.
16
Dari urutan di atas dapat dilihat betapa kompleksnya masalah anak jalanan ini
sehingga penanggulan anak jalanan ini tidak hanya dapat dilakukan secara efektif
bila semua pihak tidak ikut melakukannya seperti pemerintah, LSM, masa media,
individu-individu dan organisasi-organisasi keagamaan.
Penanggulangan anak jalanan ini juga bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melalui program aksi langsung
Program ini biasanya ditujukan kepada kelompok sasarannya yaitu para
anak jalanan, misalnya saja memberikan pendidikan non-formal, peningkatan
pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan. Tipe pekerjaan ini biasanya yang
dilakukan oleh LSM-LSM.
2. Program peningkatan kesadaran masyarakat
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat untuk mulai tergerak
dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat berupa penerbitan
bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV, program pekerja
anak di radio dan sebagainya.
Kalau diperinci satu per satu barang kali ada puluhan atau bahkan ratusan
masalah yang dihadapi anak-anak jalanan. Namun, ada delapan masalah prioritas
anak jalanan yang mendesak untuk segera ditangani oleh beberapa pihak.
Kedelapan masalah pokok tersebut adalah:
a. Gaya hidup dan perilaku anak jalanan yang acap kali membahayakan dan
mengancam keselamatan diri sendiri, seperti ngelem, seks bebas,
kebiasaan berkelahi, dan sebagainya.
b. Ancaman gangguan kesehatan
c. Minat dan kelangsungan pendidikan anak jalanan yang relatif rendah dan
terbatas
d. Kondisi ekonomi dan latar belakang kehidupan sosial-psikologis orang tua
yang relatif miskin dan kurang harmonis
e. Adanya bentuk intervensi dan sikap sewenang-wenang dari pihak luar
terhadap anak jalanan, baik atas nama hukum karen aulah preman yang
mencoba mengambil manfaat dari keberadaan anak jalanan
17
BAB III
HASIL PARAKTEK KONSELING
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil konseling dan pengamatan yang di lakukan praktikan dan
klien pertama konselor menbina hubungan antara klien dan konselor sehingga
terjalin sebuah keakrapan.Setelah itu konselor menggunakkan teknik menerima
sikap apa adanya dari seorang klien tanpa ada membeda-bedakan antara klien, tidak
ada penilaian positif dan negatif kepada konseli. Konselor mendorong konseling
menggunakan waktu tertentu,yaitu dengan adanya kesepakatan waktu yang di
gunakan antara konselor dan konseli selama proses konseling.
Konseli masih merasa ragu untuk mengutarakan permasalahannya,sehingga
konselor harus meyakinkan konseli bahwa rahasia konseli tidak akan di ketahui
oleh orang lain tanpa izin dari anda.Konseli dengan terbuka menceritakan
20
Dari hasil konseling yang dilakukan saya sebagai praktikan menemukan hal-
hal yang menarik seperti cita-cita dan harapan hidup yang dimiliki anak jalanan, KJ
ingin menjadi pemain sepak bola walaupun memang kesadaran akan apa yang ia
lakukan sekarang menjadikan dia pesimis dan menganggap itu hanyalah cita cita
kosong.
Terlepas dari status sebagai seorang anak jalanan, setiap individu memiliki
kebutuhan untuk berprestasi yang membentuk aspirasi hidupnya seperti KJ. Kami
berusaha membangkitkan semangat Kj agar tidak pesimis dan putus asa, kehidupan
normal yang diidam idamkan Kj adalah menjadi seperti yang dimiliki oleh anak
pada umumnya, serta tidak lagi melakukan aktivitas sebagai anak jalanan dengan
berkeliaran semalaman untuk berjualan koran hanya untuk memenuhi kebutuhan
perut. Aspirasi hidup yang berusaha dibangun dapat berupa keinginan-keinginan
yang positif atau negatif tergantung bagaimana anak jalanan memaknai
keinginannya, jangka pendek atau jangka panjang tergantung jangka waktu yang
ditetapkan untuk mencapai keinginan tersebut, dan dapat berupa keinginan yang
realistis atau idealistis tergantung sejauh mana anak jalanan mengukur
kemampuannya untuk meraih aspirasi hidup danyang terpenting adalah
pemahaman akan jati diri yang dapat berkembangang dengan semangat dan
kegigihan.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keputusan telah di ambil oleh klien dalam menghadapi masalah
pribadinya,yaitu kebingungan dalam menentukan sebuah pilihan yang di latar
belakangi oleh ekonomi keluarga yang kurang mampu dan telah mengetahui
tindakan-tindakan apa yang harus di ambilnya guna mengatasi permasalahannnya.
Peranan Bimbingan konseling dalam memberdayakan anak berkebutuhan
khusus (anak jalanan) tidak terlepas dari kerjasama semua pihak untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.Hal yang
perlu dilakukan oleh konselor dan guru untuk memberdayakan anak berkebutuhan
khusus yaitu (1) menghilangkan stigma negatif bahwa mereka anak yang
terbelakang dan anak yang membuat masalah. (2) tidak adanya diskriminasi yang
antara anak yang normal dan normal. (3) melibatkan anak berkebutuhan dalam
semua kegiatan yang ada sehingga anak menjadi rasa percaya diri dan dapat
meningkatkan prestasi belajar dan (4) perlu adanya kerjasama yang baik antara
pemerintah, dan orang tua dalam memantau perkembangan belajar anak.
Diharapkan dengan adanya kerjasama yang baik antara konselor, guru dan orangtua
dan terutama pemerintah maka anak berkebutuhan khusus (anak jalanan) dapat
berdayakan potensi yang dimiliki serta memiliki rasa percaya diri dan dapat
meningkatkan kemampuannya secara optimal.
4.2 Saran
Bagi konseli jika punya suatu masalah silahkan sering dengan konselor yang
ada di sekolah guna membantu penyelesaian sebuah masalah yang di hadapi,begitu
pula bagi koselor kiranya tak bosan untuk membantu anak-anak jalanan yang
mengalami masalah,baik masalah bakat pengembangan diri maupun masalah
lainnya. Bagi lembaga-lembaga dan masyarakat kiranya dapat bekerjasama antara
komponen-komponen yang ada, sehingga proses pemberian layanan bimbingan dan
konseling bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amti, E & Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Gantina Komalasari, Dra. M.Msi., Eka Wahyubi, S.Pd. M.A.A.P.D., Karsih, M.Pd.
Teori dan Teknik Konseling. Hal. 18-20.
Pedersen, P.P., Draguns, J.G., Lonner, W.J., & Trimble, J.E. (Eds.). Counseling
Across Cultures. Honolulu: A West Center Book, The University Press of
Hawai.
Sue, D.W., & Sue, D. (2003). Counseling the Culturally Diverse: Theory and
Practice (5th edition). New Jersey: John Wiley and Sons, Inc
http://hafrizanikrc.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-konseling-populasikhusus.
diakses pada tanggal 20 november 2017