Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASPEK SOCIAL BUDAYA

(PASTORAL KONSELING)

DI SUSUN OLEH :

Abidatul Chasanah (2019.03.001)

Clarissa Crissallia (2019.03.003)

Febyntarisa Dio Septarina (2019.03.004)

Florensia Nandani (2019.03.005)

Yohanes Andi (2019.03.006)

Fanny Yuyun (2019.03.007)

Monica Evilia (2019.03.008)

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

2020

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limp
ahan rahmat dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam m
enyelesaikan makalah komunikasi ini.

Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu
persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh k


arena itu kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadika
n makalah ini lebih baik lagi.

Surabaya, 15 Oktober 2020

Kelompok

3
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………
………………….. 1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………
……………… 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………
………………… 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
…………… 4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………


……………… 5

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………


…………… 5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
…………… 6

2.1 Sosial Budaya…………………………………………………………………


………………… 6

2.2 Layanan Konseling……………………………………………………………


……………… 6

2.3 Aspek Konseling Antar Budaya………………………………………………


………… 9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………


……………… 12

4
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
…………………… 12

3.2 Saran……………………………………………………………………………
…………………… 12

DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………………
……………… 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman k


epada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor
yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia s
udah didik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan den
gan tuntutan social-budaya yang ada disekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tu
ntutan social budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkun
gan sosial budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda s
ehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kep
ribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini t
idak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun ekst
ernal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan prib

5
adi dan prilaku individu yang bersangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosi
alnya.

Kebutuhan akan konseling bagi siswa khususnya di Indonesia semakin ter


asa mengingat penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memili
ki beraneka corak sub-kultur yang berbeda-beda. Para konselor Indonesia dihadap
kan pada kenyataan adanya keanekaragaman budaya yang menguasai kehidupan p
ara penduduknya. Bimbingan dan konseling secara sosial. Kultural memberikan p
emahaman tentang peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarga, int
eraksi antar individu, dan kelompok dalam kehidupan yang majemuk.

Aspek lingkungan, khususnya lingkungan, sosial kultural, yang secara lan


gsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik,
dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaru
h sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkemba
ngannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekata
n yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana aspek social budaya dalam layanan konseling?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui aspek social budaya dalam layanan konseling

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sosial budaya

Social budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman k


epada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor
yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia s
udah didik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan den
gan tuntutan social-budaya yang ada disekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tu
ntutan social budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkun
gan sosial budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda s
ehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kep
ribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini t
idak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun ekst
ernal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan prib
adi dan prilaku individu yang bersangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosi
alnya.

Kebutuhan akan konseling bagi mahasiswa khususnya di Indonesia semaki


n terasa mengingat penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang me
miliki beraneka corak sub-kultur yang berbeda-beda. Para konselor Indonesia diha
dapkan pada kenyataan adanya keanekaragaman budaya yang menguasai kehidup
an para penduduknya. Bimbingan dan konseling secara sosial. Kultural memberik
an pemahaman tentang peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarg
a, interaksi antar individu, dan kelompok dalam kehidupan yang majemuk.

2.2 layanan konseling

Dalam konseling, alat utama yang digunakan adalah bahasa. Konselor perl
u memperhatikan bahasa atau ucapan-ucapan klien baik yang verbal maupun non

7
verbal. Bahasa dipengaruhi oleh budaya setempat, istilah-istilah yang digunakan b
isa sama antar budaya tetapi seringkali maknanya jauh berbeda. Kita ambil contoh,
kata atos dalam bahasa Jawa yang berarti keras, sangat berbeda makna dengan at
os bahasa Sunda yang berarti sudah selesai. Dengan demikian, jika konselor tidak
peka terhadap perbedaan latar budaya masing-masing, maka bahasa bisa menimbu
lkan salah paham bahkan pertentangan.

Kata-kata yang diucapkan klien bisa mengungkapkan kekhawatiran, ketak


utan, konflik batin, kegelisahan, kebingungan, kesedihan, ketakutan dan muatan-
muatan psikologis lainnya. Namun, bahasa verbal kadang bertentangan dengan ba
hasa non verbal, misalnya klien sama sekali tidak mengatakan bahwa dia takut tet
api ia tampak gemetar, pucat muka dan seringkali menengok ke jendela. Konselor
yang peka dan memahami latar budaya klien akan menangkap bahasa non verbal t
ersebut sebagai pertanda ketakutan. Bahasa non verbal biasanya lebih sulit disemb
unyikan, namun maknanya sangat lokal dan berkaitan dengan budaya setempat. U
ntuk itu konselor sangat perlu mempelajari dan mengenali lain budaya atau ragam
budaya tempat ia bertugas. Dalam hal ini tugas konselor adalah mengenali, mende
skripsi, memprediksi dan memberikan perlakuan terhadap tingkah laku klien dan
menyesuaikan dengan budaya klien.

Persoalan terjadi jika ada perbedaan yang tajam antara konselor dan klien.
Akibatnya, seringkali klien mengalami hambatan emosional seperti takut salah, ce
mas, dan ragu-ragu dalam berkomunikasi dengan konselor sehingga klien tidak la
ncar berkomunikasi. Misalnya, ketika konselor menanyakan sesuatu, sebenarnya k
lien mengetahui jawabannya, namun ia menjawab dengan lirih karena takut sehing
ga jawaban itu sulit ditangkap maknanya oleh konselor. Ketika konselor meminta
penegasan, muka klien berubah menjadi pias, dan ia mengatakan tidak tahu.

Tingkah laku sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya, fisik dan
psikologis. Lingkungan sosial budaya mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, m
asyarakat sekitar, teman, sampai masyarakat luas. Klien yang memiliki masalah b
elajar umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang berlatar sosial ekonomi re
ndah dan tidak mementingkan pendidikan. Orang tua bersosial ekonomi rendah u

8
mumnya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Mereka u
mumnya juga berlatar belakang pendidikan yang rendah sehingga tingkat aspirasi
pendidikan bagi anak-anaknya juga cenderung rendah. Lebih-lebih, mereka meng
amati kenyataan bahwa banyak lulusan sekolah yang telah menghabiskan biaya m
asih menganggur di masyarakat. Logika sederhana mereka menganggap bahwa se
kolah tidak terlalu berguna dan menghabiskan biaya besar. Akibatnya, mereka leb
ih mendorong anaknya untuk membantu bekerja mencari uang daripada untuk me
mbaca buku pelajaran.

Lingkungan fisik misalnya ruang konseling. Ruang yang bersih, rapi, cuku
p cahaya, dan sehat akan mendorong klien bertingkah laku yang spontan dan waja
r. Sebaliknya ruang konseling yang bau busuk dan pengap akan menimbulkan ting
kah laku seperti sebentar-sebentar menutup hidung. Lingkungan fisik yang baik d
apat mendukung kelancaran, sebaliknya lingkungan fisik yang buruk dapat mengh
ambat proses konseling.

Lingkungan psikologis, misalnya non-threathening atmosphere yang ditan


dai dengan adanya rasa aman, hangat, bebas, dan saling percaya. Lingkungan itu a
kan mendorong klien berkomunikasi secara lancar tanpa merasa terancam. Sebalik
nya, lingkungan yang threathening akan menekan keinginan klien untuk berbicara.
Lingkungan psikologis diciptakan oleh konselor sendiri, misalnya dengan meneri
ma klien apa adanya walau klien datang ke ruang konseling sambil merokok. Kon
selor tidak menegur, tidak melarang, tidak menunjukkan wajah cemberut, tetapi te
tap netral. Dengan kata lain, ucapan dan tingkah laku konselor yang tidak bersifat
evaluatif dan tidak mengancam klien akan menciptakan lingkungan psikologis yan
g non-threathening.

9
2.3 Aspek konseling antar budaya

a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antar budaya yang
apada diri klien dan konselornya, maka dimungkinkan konseling itu akan berhasil.

b. Makin besar kesamaan pemahaman tentang ketergantungan, komunikasi terb


uka, dan berbagai aspek hubungan konseling lainnya pada diri klien dan konselorn
ya, maka makin besar kemungkinan konseling itu akan berhasil.

c. Makin besar kemungkinan penyederhanaan harapn yang ingin dicapai oleh


klien menjadi tujuan-tujuan operasional yang bersifat tingkah laku maka makin ef
ektiflah konseling dengan klien tersebut.

d. Makin bersifat personal dan penuh dengan suasana emosional suasana konse
ling antar budaya, makin mungkinlah klien menanggapi pembicaraan dalam konse
ling dengan bahasanya, dan makin mungkinlah konselor memahami sosialisasi kli
en dalam budayanya.

e. Keefektifan konseling antar budaya tergantung pada kesensitifan konselor te


rhadap proses komunikasi pada umumnya, dan terhadap gaya komunikasi dalam b
udaya klien.

f. Latar belakang dan latihan khusus, serta latar belakang terhadap permasalah
an hidup seharihari yang relefan dengan budaya tertentu, akan meningkatkan keef
ektifan konseling dengan klien yang berasal dari latar belakang budaya tersebut.

g. Makin klien kurang memahami proses konseling antar budaya, makin perlu
konselor memberikan pengarahan kepada klien itu tentang keterampilan berkomu
nikasi, pengambilan keputusan, dan transfer (mempergunakan keterampilann terte
ntu pada situasi-situasi yang berbeda).

h. Keefektifan konseling antar budaya akan meningkat sesuai dengan pemaham


an tentang nilai-nilai dan kerangka budaya asli klien dalam hubungannya dalam b
udaya yang sekarang dan yang akan datang yang akan dimasuki klien.

10
i. Konseling antar budaya akan meningkat keefektifannya dengan adanya pen
getahuan dan dimanfaatkannya kelompok-kelompok antar budaya yang berpandan
gan amat menentukan terhadap klien.

j. Keefektifan konseling antar budaya akan bertambah dengan meningkatnya


kesadaran konselor tentang proses adaptasi terhadap kecemasan dan kebingungan
yang dihadapi oleh individu yang berpindah dari budaya yang satu kebudaya yang
lainnya, dan dengan pemahaman konselor tentang berbagai keterampilan yang dip
erlukan bagi klien untuk memasuki budaya yang baru.

k. Meskipun konseling antar budaya yang efektif memerlukan pertimbangan te


ntang kehidupan sekarang dan kemungkinan tugas-tugas yang akan datang yang p
erlu ditempuh, namun fokus yang paling utama adalah hal-hal yang amat dipentin
gkan oleh klien.

l. Model konseling yang khususnya dirancang untuk pola budaya tertentu aka
n efektif digunakan terhadap klien-klien yang berasal dari budaya tersebut daripad
a budaya lainnya.

m. Konseling antar budaya akan efektif apabila konselor memperlihatkan perhat


ian kepada kliennya sebagai seorang individu yang spesial.

Kebutuhan akan konseling antar budaya di Indonesia makin terasa, mengin


gat penduduk indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki beraneka
ragam corak budaya yang berbeda-beda. Para konselor yang berada di Indonesia d
ihadapkan pada kenyataan adanya keanekaragaman budaya yang menguasai kehid
upan para pendukungnya. Kebinekaaan budaya yang berkembang sebagai perwuju
dan adaptasi aktif pendduduk terhadap lingkungannya maupun karena perbedaan
pengalaman dalam lintasan sejarah, tidak dapat diabaikan pengaruhnya terhadap p
enyelenggaraan bimbingan dan konseling ditanah air. Dalam kenyataannya, disam
ping masyarakat yang telah mengembangkan struktur kehidupan masyarakat yang
kompleks, masih banyak masyarkat Indonesia yang hidup dalam kelompok-kelom
pok sosial yang terbentuk atas dasar hubungan kerabat. Begitupula, sebagaimana t
elah disinggung terdahulu, disamping adanya sub budaya yang telah mengembang

11
kan teknologi yang memperkecil penggunaan tenaga kerja hewan dan memperbes
ar kemanfaatan tenaga mesin-mesin listrik, tenaga surya, dan bahkan nuklir, dewa
sa ini masih ada sub kultur di Indonesia yang berkembang atas dasar teknologi sed
erhana.

Karakteristik sosial budaya masyarakat yang majemuk itu tidak dapat diab
aikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseliing. Pelaya
nan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan kemampuan dan m
eningkatkan mutu kehidupan serta masrtabat manusia Indonesia harus berakar pad
a budaya bangsa indonesia sendiri. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan bimbin
gan dan konseling harus dilandasi dan mempertimbangkan keanekaragam sosial b
udaya yang hidup dalam masyarakat, disamping kesadaran akan dinamika sosial b
udaya itu menuju masyarakat yang lebih maju.

Klien-klien dari latar belakang sosial budaya yang berbineka itu tidak dapa
t disamaratakan penanganannya. Meskipun bangsa indonesia ini menuju pada satu
budaya kesatuan indonesia, namun akar budaya asli yang sekarang masih hidup da
n besar pengaruhnya terhadap masyarakat budaya asli itu patut dikenali, dihargai,
dan dijadikan pertimbangan utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Ha
l itu semua menjadi tanggung jawab konselor dan lembaga pendidikan konselor di
seluruh tanah air.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu m


akhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hany
a mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana in
dividu itu tinggal,tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak modrenisasi d
apat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dap
at menyesuaikan tingkah lakunyasesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapa
t di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua
kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan. Terkait d
engan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, tren bimbingan dan konseli
ng multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultur
alsangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan da
n konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat Bhinneka
Tunggal Ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan konseling he
ndaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mamp
u mewujudkan kehidupan yangharmoni dalam kondisi pluralistik.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan memah


ami bagaimana aspek social budaya di Indonesia khususnya dalam layanan bimbi
ngan konseling.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://makalahbklatarbelakang.blogspot.com/2019/?m=1

https://adiatmoko.wordpress.com/2009/05/04/aspek-budaya-dalam-layanan-bimbi
ngan-dan-konseling/amp/

http://mahdialfikri.blogspot.com/2016/06/landasan-sosial-budaya-bimbingan-dan.
html?m=1

14
SOAL

1. landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang


dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempe
ngaruhi terhadap perilaku individu.Merupakan pengertian dari.

a. Factor social
b. Sosial budaya
c. Factor social
d. Budaya dan social

2. yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga m


enyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kepr
ibadian individu yang bersangkutan merupakan.

a. Lingkungan social budaya


b. Ruang lingkup social budaya
c. Social budaya
d. Factor social budaya

3. 1.masyarakat
2. keluarga

3. interaksi antar individu

4. kelompok dalam kehidupan yang majemuk.

Kultural memberikan pemahaman tentang peranan individu dalam berfun


gsinya sebutkan :

a. 1,2,3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 4
d. 1,2,3,4 Benar semua

15
4. jika ada perbedaan yang tajam antara konselor dan klien persoalan apa s
aja yang terjadi

a. mengalami hambatan emosional seperti takut salah, cemas, dan r


agu-ragu dalam berkomunikasi dengan konselor sehingga klien tid
ak lancar berkomunikasi.

b. Klien merasa tidak puas dalam pelayanan konselor

c. Merasa tidak ada yang bisa mengatasi masalah klien

d. Terjadinya perdebatan

5. Sebutkan apa saja yang dapat mempengaruhi tingkah laku sangat dipeng
aruhi oleh lingkungan social

a. sosial budaya, fisik dan psikologis


b. Social budaya,psiko,lingkungan
c. Factor lingkungan
d. Social budaya dan kultur

6. Klien yang memiliki masalah belajar umumnya berasal dari lingkungan kel
uarga yang berlatar

a. Factor lingkungan
b. Kebiasan yang di terapkan
c. Social ekonomi
d. Kurang adanyaa dukungan dari keluarga

7. konselor sangat perlu mempelajari dan mengenali lain budaya atau raga
m budaya tempat ia bertugas. Dalam hal ini tugas konselor adalah

16
a. mengenali dan mendeskripsi
b. mendeskripsi
c. memprediksi dan memberikan perlakuan terhadap tingkah laku kl
ien dan menyesuaikan dengan budaya klien
d. mengenali, mendeskripsi, memprediksi dan memberikan perlakua
n terhadap tingkah laku klien dan menyesuaikan dengan budaya
klien.
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perilaku individu didalam
aspek sosial-budaya ?
a. Dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
b. Dimensi kekeluargaan
c. Dimensi kemasyarakatan
d. Dimensi hubungan antar individu dan masyarakat
9. Kegagalan seorang individu dalam memenuhi tuntutan social budaya dap
at mengakibatkan ?
a. Terpecahnya hubungan yang baik didalam masyarakat
b. tersingkir dari lingkungannya
c. menjadikan individu tersebut menjadi introvet
d. adanya bersinggungan antara setiap individu lainya
10. Dalam konseling, alat utama yang digunakan adalah ?
a. Adanya kedua individu
b. Alat tulis
c. Komputer untuk mempermudah konselor
d. Bahasa

11. Lingkungan fisik yang baik dapat mendukung kelancaran proses


konseling, dikarenakan ?
a. Ruang yang bersih, rapi, cukup cahaya, dan sehat akan mendoron
g klien bertingkah laku yang spontan dan wajar.
b. akan menimbulkan tingkah laku seperti sebentar-sebentar menutu
p hidung
c. akan menekan keinginan klien untuk berbicara

17
d. a,b,c benar
12. berikut beberapa aspek dalam soosial-budaya yang benar adalah ?
a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antar bu
daya yang apada diri klien dan konselornya, maka dimungkinkan k
onseling itu akan berhasil.
b. Makin besar kesamaan pemahaman tentang ketergantungan, kom
unikasi terbuka, dan berbagai aspek hubungan konseling lainnya
pada diri klien dan konselornya, maka makin besar kemungkinan k
onseling itu akan berhasil.
c. Makin besar kemungkinan penyederhanaan harapn yang ingin dic
apai oleh klien menjadi tujuan-tujuan operasional yang bersifat tin
gkah laku maka makin efektiflah konseling dengan klien tersebut.
d. Jawaban A,B,C benar
13. Keefektifan konseling antar budaya tergantung pada .... ?
a. kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi pada umumnya
b. dan terhadap gaya komunikasi dalam budaya klien.
c. pemahaman tentang nilai-nilai dan kerangka budaya asli klien dala
m hubungannya dalam budaya yang sekarang dan yang akan dat
ang yang akan dimasuki klien
d. jawaban A,B,C benar
14. tujuan dari pelayanan bimbingan dan konseling di indonesia adalah ?
a. memberikan tempat untuk para individu yang memerlukan
bantuan
b. sebagai wadah para konselor menyalurkan ilmunya
c. mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan
serta masrtabat manusia Indonesia
d. sebagai pelengkap pelayanan pelayanan yang ada di indonesia
15. kenapa Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan latar belakang be
rlandaskan semangat Bhinneka Tunggal Ika,?
a. Indonesia memiliki kesamaan di atas keragaman, nilai-nilai
budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan
kehidupan yangharmoni dalam kondisi pluralistik.
b. Karena pedoman kita adalah bhineka tunggal ika
c. Supaya terciptanya masyarakat yang tentram

18
d. Karena untuk memompa semangat para konselor konselor
yang ada di indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai