Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TELEMEDICINE

KOMUNIKASI LANJUTAN
MENDEMONSTRASIKAN SIKAP EMPATI, JUJUR, DAN ASERTIF SERTA
APLIKASI PRINSIP INTERVENSI KLIEN KRITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan Lanjutan

DosenPengampu :
H. Marwansyah, S.Kep., Ns., M.Kep.

DisusunOleh :
Kelompok 5
Elisa Intania P07120217054
LailiMunada P07120217063
Muhammad Syarwanie P07120217072
Muhammad Ridho P07120216072
NurAprilisaWulandari P07120217074
RizkaAmalia P07120217077
Silva NiarKatamsi P07120217081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN D IV KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
dalam waktu yang ditentukan. Makalah yang berjudul “Mendemontrasikan sikap
empati, jujur, dan asertif, serta aplikasi prinsip intervensi klien kritis” ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Lanjutan. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada Bapak H. Marwansyah, S.Kep., Ns., M.Kep dosen
pengampu dan berbagai pihak yang ikut membantu baik langsung maupun tidak
langsung.

Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan


masyarakat umum dapat memahaminya. Kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan baik secara
materi maupun penyajian. Oleh karena itu. Semoga makalah yang banyak
kekurangan ini dapat menambah wawasan yang lebih bermanfaat bagi semuanya.

Banjarbaru, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sikap Empati ....................................................................................................3
B. Sikap Jujur .......................................................................................................3
C. Sikap Asertif ....................................................................................................4
D. Prinsip Intervensi Klien Kritis .........................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................7
B. Saran.................................................................................................................7
BAB IV
A. Naskah role play ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain
dan ikut merasakan yang orang lain rasakan. Empati seorang perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi kualitas
pelayanan keperawatan. Implementasi patient center care lebih
memperhatikan kepentingan interkasinya antar individu.. Oleh karena
itu empati menjadi sangat penting bagi seorang perawat untuk menjalin
hubungan terapeutik dan juga berkomunikasi dengan pasien. Perawat yang
memiliki empati, akan lebih mudah untuk menjalin hubungan terapeutik
sehingga pasien akan lebih mudah menerima tindakan asuhan
keperawatan.
Selain itu sikap jujur juga sangat penting dalam komunikasi
terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran mustahil dapat terbina suatu
hubungan saling percaya. Seeorang akan menaruh rasa percaya pada
lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-
buat, sebaliknya akan berhatihati pada lawan bicara yang terlalu halus
sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikap yang tidak jujur (Rahmat, J,1996 dalam Suryan
2005).
Selain sikap jujur perawat juga diharuskan untuk bersikap asertif
saat berkomunikasi kepada pasien. Asertif merupakan tindakan
mengemukakan pendapat atau ekpresi tidak senang atau tidak setuju tanpa
menyakiti lawan bicara. Tindakan asertif dapat dilakukan dengan prinsip
komunikasi langsung pada orang lain.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk dikembangkan di lndonasia. Berbagai pemberian
pelayanan keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan
asuhan bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan atau tanpa

1
pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau
adanya kerusakan organ, mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat
dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sikap Empati?
2. Bagaimana Sikap Jujur?
3. Bagaimana Sikap Asertif?
4. Bagaimana Intervensi Klien Kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana Sikap Empati.
2. Mengetahui Bagaimana Sikap Jujur.
3. Mengetahui Bagaimana Sikap Asertif.
4. Mengetahui Bagaimana Intervensi Klien Kritis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap Empati
1. Pengertian
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang
orang lain rasakan dari sudut pandang lawan bicara. Empati
merupakan kemampuan seseorang dalam memahami orang lain
dengan seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa
merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami
oleh orang lain itu, namun tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri
(Butarbutar and Fathi, 2018).
2. Jenis – jenis empati
Empati pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu
kognitif dan afektif (Butarbutar and Fathi, 2018).
a. Kognitif
Secara kognitif, seseorang cenderung memahami perasaan orang
lain dengan membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi
dari sudut pandang orang lain.
b. Afektif
Lebih cenderung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri yang pada
akhirnya menghubungkan empati dengan perilaku menolong
sebagai bentuk rasa kepedulian pada perasaan orang lain.

Empati yang dimiliki seorang perawat merupakan kemampuan dan


upaya perawat untuk memasuki kehidupan seorang pasien, untuk melihat
dan merasakan perasaan pasien serta memahami makna perasaan tersebut
bagi kehidupan pasien sehingga terjalin hubungan yang terapeutik antara
perawat denga pasein. Oleh karena itu emiliki sifat empati sangat
dibutuhkan seorang perawat, selain untuk menjalin hubungan yang baik
dengan pasien, empati juga diperlukan untuk mempermudah menggali
permasalahan pasien, yang nantinya berguna untuk dapat mempercepat

3
proses penyembuhan pasien. Empati seorang perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan.
Perawat yang memiliki rasa empati yang baik dalam dirinya akan mampu
meningkatkan kemampuannya dalam mengerti emosional yang sedang
dialami pasien serta memberikan respon yang tepat terhadap emosional
tersebut. Namun saat ini banyak terdengar keluhan-keluhan pasien dan
keluarga tentang buruknya elayanan keperawatan di rumah sakit (Siregar
and Transformasional, no date).

B. Sikap Jujur
1. Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati,
tidak curang, dan kejujuran ialah kelurusan hati, ketulusan hati. Dari
pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa jujur adalah suatu sikap yang
lurus hati, menyatakan yang sebenar – benarnya, tidak berbohong, atau
mengatakan hal – hal yang menyalahi apa yang terjadi/fakta.
Sikap ini bukan hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya (Harahap, 2017).

C. Sikap Asertif
1. Pengertian
Sikap asertif adalah bertahan pada hak pribadi, mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur, dan tepat.
Asertif adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan
perasaan, ide, gagasan, keyakinan (hak), secara langsung, jujur, dan
cara yang sesuai sedemikian rupa sehingga tidak menyakiti hati
(mengganggu hak) orang lain.
2. Klasifikasi umum perilaku asertif
a. Berani menyampaikan keinginan secara terbuka.
b. Tepat dalam cara menolak permintaan orang lain

4
c. Ekspresi perasaan secara tepaekspresi perasaan secara tepat.
3. Teknik sikap asertif
Teknik untuk bersikap asertif :
a. Tentukan sikap yang pasti
b. Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda,
bertanyalah untuk mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.
c. Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan
logis.
d. Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung
mengatakan “tidak”
e. Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau
mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi
Anda.
f. Gunakan kata-kata “Saya tidak akan....” atau “Saya sudah
memutuskan untuk.....” dari pada “Saya sulit....”. Karena kata-kata
“saya sudah memutuskan untuk....” lebih menunjukkan sikap
tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.
g. Mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan
menghentikan percakapan jika dipaksa.
h. Menolak dengan penuh empati seperti : “ saya mengerti bahwa
berita ini tidak menyenangkan bagimu.....tapi secara terus terang
saya sudah memutuskan untuk ...”
i. Bernegosiasi dengan pihak lain agar mendapatkan jalan tengahnya.

D. Prinsip Intervensi Klien Kritis


1. Pengertian
Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil,
sehingga mengalami respon hipermetabolik komplek terhadap trauma,
sakit yang dialami yang dapat mengubah metabolisme tubuh,
hormonal, imunologis dan homeostatis nutrisi.
2. Intervensi Klien Kritis

5
Berdasarkan pengkajian ABCD beberapa intervensi klien kritis adalah
sebagai berikut:
a. Airway
1) Manajemen airway; headtilt-chin lift/jaw thrust.
2) Pengambilan benda asing dengan forcep.
b. Breathing
1) Pemberian terapi oksigen … … ltr/mnt, via… …
2) Bantuan dengan Bag Valve Mask
3) Persiapan ventilator mekanik
c. Circulation
1) Lakukan CPR dan Defibrilasi
2) Kontrol perdarahan
3) Memberikan terapi farmakologi menggunakan syring pump /
infus pump
d. Disability
1) Berikan posisi head up 30 derajat
2) Periksa kesadaran dann GCS tiap 5 menit
e. Exposure
1) Perawatan luka
2) Heacting

6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Empati merupakan kemampuan seseorang dalam memahami orang
lain dengan seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa
merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh
orang lain itu, namun tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Empati
pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu kognitif dan afektif.
Jujur adalah suatu sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar –
benarnya, tidak berbohong, atau mengatakan hal – hal yang menyalahi apa
yang terjadi/fakta.
Asertif adalah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan
perasaan, ide, gagasan, keyakinan (hak), secara langsung, jujur, dan cara
yang sesuai sedemikian rupa sehingga tidak menyakiti hati (mengganggu
hak) orang lain. Klasifikasi umum perilaku asertif 1) Berani
menyampaikan keinginan secara terbuka, 2) Tepat dalam cara menolak
permintaan orang lain, 3) Ekspresi perasaan secara tepaekspresi perasaan
secara tepat.
Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil,
sehingga mengalami respon hipermetabolik komplek terhadap trauma,
sakit yang dialami yang dapat mengubah metabolisme tubuh, hormonal,
imunologis dan homeostatis nutrisi (Menerez, 2012). intervensi klien kritis
dibagi berdasarkan pengkajian ABCD.

B. Saran
Dengan pengetahuan yang baik diharapkan mahasiswa nanti dapat
melakukan komunikasi dengan tepat. Demi terlaksananya pelayanan
holistik perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan (diperbaharui
secara berkala) agar tujuan akhir meningkatkan harapan hidup pasien dan
mencegah kecacatan tercapai. Pada makalah yang telah disusun oleh
kelompok mungkin terdapat kekurangan, saran dan masukkan akan sangat
bermanfaat bagi penulis.

7
BAB IV
NASKAH ROLEPLAY

MENDEMONSTRASIKAN SIKAP EMPATI, JUJUR, DAN ASERTIF SERTA


APLIKASI PRINSIP INTERVENSI KLIEN KRITIS

Perawat 1 : Rizka Amalia


Perawat 2 : Elisa Intania
Pasien : Silva Niar Katamsi
Ayah Px : M. Ridho
Ibu Px : Laili Munada
Narator : Nur Aprilisa Wulandari
Editor : M. Syarwanie

Di Ruang ICU RS X terdapat px seorang remaja berinisial Nn A (17 tahun)


dengan diagnosis CKB dan sudah 3 hari mengalami koma. Pada hari ke 4
perawatan pukul 08.00 setelah pergantian shif dinas, Seorang perawat akan
memberikan obat melalui siring pump pada pasien koma yang ada di ICU, pasien
tersebut ditunggu oleh dua orang keluarganya.

Perawat : “Selamat pagi Bu”


Ibu Px : “Selamat pagi Sus”
Perawat : “Bagaiaman kabar Nn.A bu?”
Ibu Px : “Ya begitu lah Sus, masih belum ada perkembangan. Anak saya
masih belum sadar padahal dokter bilang sudah melewati masa
kritis tapi kenapa anak saya belum sadar ya Sus?
Perawat : “Sabar ya bu, mungkin saja sebentar lagi Anak ibu akan segera
sadar. Lebih baik ibu dan bapak banyak berdoa agar Anak ibu
segera sadar dan bisa berkumpul dengan keluarga seperti dulu.”
Ayah Px : “Aamiin, semoga saja, Sus. Tapi kira-kira sampai berapa lama
Sus?”

8
Perawat : “Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan Pak, tapi yang
pasti kami akan berusaha merawat Anak bapak dan ibu sebaik
mungkin dalam membantu proses penyembuhan, hari ini saya
akan memberikan obat melalui siring pump, Bagaimana apakah
saya diperbolehkan memberi obat ini pada Nn A?”
Ayah Px : “Silahkan, sus, lakukan yang terbaik untuk Anak saya.”

Perawat memasuki ruangan Nn A kemudian mempersiapkan alat untuk


pemasangan siring pump.

Perawat : “Selamat pagi Nn A, perkenalkan saya perawat Y, perawat yang


akan merawat Adek hari ini. Adek seperti biasa hari ini saya akan
memberikan obat melalui siring pump ya.” (sambil menyentuh
pasien)

Perawat kemudian melakukan tindakan pada pasien.

Perawat : “Nah, Adek saya sudah selesai memberikan obat, semoga obat
yang saya berikan bisa membantu agar Adek bisa cepat sembuh
dan bisa segera bertemu dengan keluarga.“
Perawat : “Baik dek, karena saya sudah selesai memberi tindakan, saya
mohon pamit dulu bu, nanti jam 12 akan ada perawat lain yang
akan memberi makan pada Adek. Permisi.”

Perawat keluar ruangan pasien dan kembali bertemu dengan keluarga pasien

Ibu Px : “Bagaimana keadaan Anak saya, sus?”


Perawat : “Kondisinya stabil, tapi masih belum ada perkembangan yang
menunjukkan tanda-tanda sadar bu. Ibu dan bapak mohon bersabar
ya, kita semua berharap anak ibu bisa segera sadar. Bapak dan ibu
juga harus banyak-banyak berdoa untuk kesembuhan Nn A. Kalau
keluarga tidak pantang menyerah pasti akan membawa dampak
positif pada kesehatan Nn A bu, pak.”
Ayah Px : “Iya sus, pasti. Kami juga selalu berdoa untuk kesembuhan anak
kami agar dapat berkumpul dengan kami lagi seperti sebelumnya.”

9
Perawat : “Kalau begitu saya permisi dulu pak, bu, nanti jam 12 akan ada
perawat lain yang akan memberi makan pada Anak ibu. Kalau ibu
membutuhkan bantuan saya atau perawat lain untuk merawat Anak
ibu silahkan datang ke nurse station bu.”
Keluarga 1 : “Baik sus.”

Perawat kembali ke nurse station untuk melanjutkan pekerjaannya,


beberapa jam kemudian, seorang perawat lain datang membawa troli berisi
makanan yang akan diberikan pada pasien.

Perawat 2 : “Selamat siang ibu, bapak.”


Ibu Px : “Selamat siang, sus.”
Perawat 2 : “Perkenalkan saya perawat Z yang hari ini bertugas untuk
memberikan makan pada Nn A, nanti saya akan memberikan
makanan ini pada Nn A melalui selang NGT yang sudah terpasang
pada Anak ibu ya bu.”
Ayah Px : “Oh begitu sus, kira-kira Anak saya bisa sadar tidak ya sus?”
Perawat : “Kami akan berusaha agar Anak ibu segera sadar, untuk itu kami
juga membutuhkan bantuan dari pihak keluarga agar terus memiliki
harapan untuk kesembuhan Nn A Selama keluarga masih memiliki
harapan, Anak ibu pasti akan mendapatkan dorongan semangat
agar cepat sadar dari koma.”
Ibu Px : “iya sus, kami akan selalu memotivasinya.”

Perawat memasuki ruangan Nn A

Perawat : “selamat siang, saya perawat. Karena ini sudah jam 13.00 sekarang
waktunya makan siang. nah, ini nanti makanannya akan saya
masukkan melalui selang NGT yang terpasang di mulut Adek.
Begitu ya, saya akan lakukan sekarang.”
Perawat : “nah, makanannya sudah masuk. Semoga makanan yang masuk ini
bisa bermanfaat bagi kesembuhan Adek. Saya dan keluarga Adek
tidak henti-hentinya berdo’a untuk kesembuhan Adek.. semoga

10
adek cepat sembuh ya… kalau begitu saya permisi dulu. Ini
disamping adek sudah ada keluarga yang selalu menunggu.”
Perawat : (dengan keluarga pasien ) “ibu, saya sudah selesai memberi
makanan ke Nn A melalui selang. Semoga makanannya dapat
memberi pengaruh pada kesembuhan Nn A. Saya permisi dulu ya..
nanti silahkan panggil saya atau perawat lain bila ibu memerlukan
bantuan.”

11
DAFTAR PUSTAKA

Butarbutar, R. and Fathi, A. (2018) ‘Gambaran Empati Perawat Dalam


Memberikan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsup H. Adam
Malik Medan’, Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM),
1(1), pp. 1–5. doi: 10.32734/tm.v1i1.29.

Harahap, T. H. (2017) ‘Komunikasi Dalam Tindakan Keperawatan’, 6, pp. 1–


6.

Siregar, R. N. and Transformasional, K. (no date) ‘Abstrak’.

Firdaus, Syamsul. 2020. Komunikasi: Sikap Asertif Keperawatan Intensif.


Poltekkes Kemenkes Banjarmasin. Jurusan Keperawatan.

12

Anda mungkin juga menyukai