Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Dasar Profesi Di Ruang Nilam 1 (Penyakit Dalam)
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Oleh:

Nama : Nur Aprilisa Wulandari

NIM : P17212215112

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AKADEMIK 2021/20222021

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Nutrisi Di Ruang Nilam 1 (Penyakit Dalam) RSUD Dr. H.
Moch. Anshari Saleh Banjarmasin Periode tanggal 04 s/d 09 Bulan Oktober
Tahun Akademik 2021/2022.

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal … Bulan ……….. Tahun 2021

Banjarmasin, 3 Oktober 2021

Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik

_________________________ _________________________

NIP/NIK NIP.

Mengetahui,

Kepala Ruang Nilam 1

_________________________

NIP/NIK
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. MASALAH KESEHATAN
Kekurangan nutrisi atau malnutrisi merupakan kondisi yang tidak boleh
disepelekan. Pasalnya, jika didiamkan berlarut-larut, malnutrisi bisa menimbulkan
berbagai komplikasi atau penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Sebagian besar
penyebab malnutrisi di beberapa negara adalah ketiadaan asupan pangan yang memadai,
misalnya karena bencana alam, konflik atau peperangan, kemiskinan, hingga krisis sosial
dan ekonomi. Selain karena faktor tersebut, seseorang juga masih bisa mengalami
kekurangan gizi meski sudah mengonsumsi banyak makanan. Hal ini dapat terjadi jika
makanan yang dikonsumsinya tidak mengandung gizi yang memadai, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Malnutrisi juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu, seperti intoleransi
atau gangguan penyerapan nutrisi, gangguan mental, kecanduan narkotika atau alkohol,
hingga gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia. Gangguan Kesehatan yang
Disebabkan Malnutrisi antara lain :
1. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted)
dan kurang dari – 3SD (severely stunted)1. Stunting disebabkan oleh faktor multi
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Stunting bersifat kronis, yaitu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama,
umumnya beberapa bulan atau lebih. Kadang kala, setelah lewat usia 2 tahun gejala
stunting baru terlihat nyata. Sayangnya, karena proses terjadinya yang lama atau
berulang-ulang, anak yang stunting sulit untuk kembali ke fase tumbuh kembang
normal.
2. Wasting
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z-
score) <-2 SD. Wasting ini sifatnya akut, yaitu terjadi secara cepat. Misalnya, anak
terserang penyakit diare hingga berat badannya turun drastis, namun tinggi badannya
tidak. bermasalah. Karena itu, anak yang mengalami wasting bisa kembali mencapai
berat badan normal asal ditangani secepatnya. Tapi bila penanganannya terlambat
atau sudah berada pada kondisi severe wasting, akibatnya bisa fatal dan menyebabkan
kematian.
3. Kwashiorkor
Kwarshiorkor merupakan kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan protein.
Padahal, protein sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan memperbarui sel serta
jaringan tubuh, mendukung proses pemulihan tubuh ketika terjadi luka atau penyakit,
dan mendukung tumbuh kembang janin, bayi, dan anak-anak. Kwashiorkor umumnya
lebih banyak menimpa anak-anak dan kasusnya masih banyak terjadi di negara-
negara berkembang.
Gejala dari penyakit ini antara lain kelelahan, kulit kering dan bersisik, rambut
kering atau kusam, perut buncit, hilangnya massa otot, pembengkakan di bawah kulit
(edema), perubahan mood, serta susah menambah berat dan tinggi badan.
Kwashiorkor dapat dicegah dan ditangani dengan mengonsumsi makanan berprotein
tinggi, seperti daging, susu, keju, ikan, telur, kedelai, kacang-kacangan, dan biji-
bijian.
4. Marasmus
Marasmus disebabkan oleh kekurangan asupan kalori berkepanjangan, baik dari
protein maupun karbohidrat. Marasmus dapat menimpa anak-anak dan orang dewasa,
serta berisiko tinggi menyebabkan kematian, jika tidak ditangani. Ciri-ciri orang
terkena marasmus adalah tubuh kurus kering dan tulang yang menonjol, terutama
tulang iga dan bahu. Selain itu, kulit lengan, paha, dan bokong penderita akan tampak
kendur, serta wajahnya terlihat seperti orang tua. Marasmus umumnya dapat
ditangani dan dicegah dengan menjalani pola makan sehat bergizi seimbang
5. Beri-beri
Beri-beri terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B1 (thiamine). Vitamin ini
berperan penting dalam mengatur kinerja serta fungsi sistem saraf dan otot, menjaga
fungsi saluran pencernaan, dan proses metabolisme karbohidrat menjadi energi.
Penyakit beri-beri terdiri dari 2 jenis, yaitu beri-beri basah dan beri-beri kering.
Gejala beri-beri basah antara lain sering terbangun di malam hari dengan sesak napas,
denyut jantung meningkat, sesak napas saat beraktivitas, dan kaki bagian bawah
bengkak. Beri-beri basah umumnya dapat mengganggu kinerja jantung dan pembuluh
darah.
Sementara itu, beri-beri kering dapat memengaruhi sistem saraf. Gejala beri beri
kering antara lain susah berjalan, kaki dan tangan mati rasa atau kesemutan, fungsi
otot kaki bagian bawah menurun, nyeri, kesulitan bicara, muntah, dan nistagmus.
Untuk mencegah beri-beri, Anda perlu mengonsumsi makanan kaya vitamin B1,
seperti susu, biji-bijian, gandum, jeruk, daging sapi, ragi, kacang-kacangan, beras,
dan sereal dari biji-bijian utuh.
6. Skorbut
Skorbut adalah penyakit malnutrisi akibat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin
C penting bagi tubuh karena berperan dalam produksi kolagen, penyerapan zat besi,
dan pembentukan imunitas tubuh. Gejala penyakit scurvy antara lain nyeri otot dan
sendi, kelelahan, munculnya titik-titik merah di kulit, perdarahan dan pembengkakan
pada gusi, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, diare, mual, dan demam.
Guna mencegah terjadinya penyakit ini, pastikan makanan yang dikonsumsi
mengandung vitamin C. Beberapa pilihan makanan yang kaya akan vitamin C antara
lain cabai, tomat, brokoli, kiwi, stroberi, lemon, jeruk, limau, kubis, paprika, nanas,
pepaya, mangga, blewah, kembang kol, dan bayam.
7. Anemia
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin. Penyakit ini bisa terjadi akibat kekurangan zat besi. Zat besi diperlukan
tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen
dalam darah ke jaringan tubuh. Jika sel darah merah sedikit, organ dan jaringan tubuh
tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup. Anemia defisiensi besi ditandai dengan
berbagai gejala, yaitu tubuh lemah dan lesu, merasa sangat letih, kesemutan di kaki,
kurangnya nafsu makan, detak jantung cepat, kuku rapuh, nyeri dan radang lidah,
tangan dan kaki dingin, pusing atau sakit kepala, infeksi, sakit dada, sesak napas,
insomnia dan kulit pucat. Namun, terkadang penyakit ini bisa saja tidak menimbulkan
gejala apa pun.
Anemia dapat diatasi dan dicegah dengan cara mengonsumsi suplemen zat besi
atau makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging, ikan, hati ayam atau sapi, tahu,
tempe, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, beras merah, seafood, dan sayuran berdaun
hijau tua. Kebanyakan masalah yang disebabkan oleh malnutrisi akan berhenti setelah
kekurangan nutrisi diatasi. Namun, ada pula yang menimbulkan efek samping
berkepanjangan. Ini biasanya terjadi ketika malnutrisi sudah parah dan berlangsung
lama. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi meliputi kelainan
fungsi ginjal, imunodefisiensi, kelainan otot, dan demensia. Pada bayi dan anak-anak,
malnutrisi juga bisa menimbulkan terjadinya gangguan tumbuh kembang dan
stunting.
B. PENGERTIAN
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Sunarsih, 2016).
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh
agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah
defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,
kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk
kekebalan (Sunarsih, 2016).
Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau
kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air (Sunarsih, 2016).
Menurut Alimul (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas
tubuh,membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008:27).

C. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


1. Fisiologis
a. Intake nutrient
1) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
2) Pengetahuan
3) Gangguan menelan
4) Perasaan tidak nyaman setelah makan
5) Anoreksia
6) Nausea dan vomitus
7) Intake kalori dan lemak yang berlebih
b. Kemampuan mencerna nutrient
1) Obstruksi saluran cerna
2) Malaborbsi nutrient
3) DM
2. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
d. Kanker
3. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
4. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
5. Sumber ekonomi
Tinggal sendiri, Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas
memasak untuk menyediakan makanannya.
6. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak.Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
7. Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri.Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
8. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan.Mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
9. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan
pengonsumsian makanan yang bergizi.
10. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus.
11. Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Defisit nutrisi
a. Data mayor
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Data minor
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
2. Berat badan lebih
a. Data mayor
- IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari
presentil 95 (pada anak 2-18 tahun)
b. Data minor
- Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
E. POHON MASALAH KEPERAWATAN

Penyakit saluran Status kesehatan Gaya hidup dan Kebutuhan metabolism


pencernaan menurun kebiasaan untuk pertumbuahan

Erosi mukosa Kelemahan otot Kebiasaan mengkonsumsi Peningkatan intake


lambung menelan makanan yang tidak sehat nutrisi

Menurunnya tonus Gangguan menelan Kelebihan zat didalam Kebutuhan energi


dan peristaltik makanan tubuh yang tidak meningkat
lambung dibutuhkan

Refluks duodenum Asupan nutrisi tidak Penyerapan dalam tubuh


Mudah lapar
ke lambung terpenuhi tidak sempurna

Penurunan berat Nafsu makan


Mual meningkat
badan

Sering makan
Muntah

Risiko Berat badan lebih


Peningkatan berat
badan

Defisit Nutrisi
Berat badan lebih
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemerikasaan diagnose dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan


ketentuan nilai normal yakni sebagai berikut:

 Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).


 Ransferin (N: 170-25 mg/100 ml).
 Hb (N: 12 mg %).
 BUN (N: 10-20 mg/100 ml).
 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,wanita: 0,5- 1,0
mg/100 ml).

G. PENATALAKSANAAN

Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebai berikut:

1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral


Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan
cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.
 Alat dan Bahan
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pangalas
8. Jenis diet
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang pengalas.
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
6. Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan secara
sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
7. Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk sebentar.
8. Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.
9. Cuci tangan.

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung


Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral
atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui pipa lambung
atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

 Alat dan Bahan


1. Pipa penduga dalam tempatnya
2. Corong
3. Spuit 20 cc
4. Pengalas
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan dalam bentuk cair
8. Air matang
9. Obat
10. Stetoskop
11. Klem
12. Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13. Vaselin
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi semifowler.
4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
5. Letakkan bengkok di dekat pasien.
6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telingan dan beri
tanda batasnya.
7. Berikan vaselin atau pelican pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut
lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
untuk menelannya.
8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan
cara sebagai berikut.
a. Masukkan ujung slang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem
dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika
tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau
dilipat kembali.
b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan
dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa
tersebut sudah masuk, setelah itu dikeluarkan udara yang ada di dalam
sebanyak jumlah yang dimasukkan.
9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemeberian makanan dengan cara
pasang corong atau spuit pada pangkal pipa.
10. Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat
pinggirnya.
11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada
masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem.
12. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.
13. Cuci tangan
3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa
cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara sentral
(untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer ( untuk nutrisi parenteral
parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak bisa
makan melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk menunjang nutrisi
enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian.

Metode Pemberian:

a) Nutrisi parenteral parsial


Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih dapat
menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan dalam
bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
b) Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisi
sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung
lemak seperti intralipid.
c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka
waktu lama dan melalui vena perifer.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN FOKUS


1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
d. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
2. Faktor yang memengaruhi diet
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
a) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
b) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
c) Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
d) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
e) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
f) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa
pucat.
g) Gusi: pendarahan, peradangan.
h) Lidah: edema, hiperemis.
i) Gigi: karies, nyeri, kotor.
j) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
k) Kuku: mudah patah.
l) Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
- Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm

Atau dapat dilakukan dengan metode “A, B, C, D” yakni sebagai berikut:


a. Anthropometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji status
nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.Pengukuran anthopometrik terdiri atas:

1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan dalamposisi
berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi
badan adalah cm atau inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual, meskipun
ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan yang ideal:
(TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi badan – 100). Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengukur berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang
b) Menimbang tanpa alas kaki
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering
digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF]
skapula, dan suprailiaka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran antara
lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akronim
dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
g) Nilai normal wanita           : 16,5-18 cm
   Pria               : 12,5-16,5cm

h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini kepala, dada,
dan otot bagian lengan atas (LILA).
b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara kesembangan cairan dan
elektrolit serta untuk transportasi nutrisi dan hormone.

1. Hemoglobin normal
Pria            : 13-16 g/dl

Wanita       : 12-14 g/dl

2. Hematokrit normal
Pria            : 40-48 vol %

Wanita       : 37-43 vol%

3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c. Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda abnormal
tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya. Tanda-tanda
klinik untuk mengetahui status individu:

No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan


kekurangan

1 Tanda umum Penurunan berat badan dehidrasi, Kalori,Air, dan vitamin A


haus pertumbuhan terhambat

2 Rambut Kekuningan Protein

kekurangan pigmen,kusut

3 Kulit Deatitis Niasin, riboflavin, biotin

Dermatosis pada bayi Lemak

Petechial hemorrhages Asam askorbat

Eksema

4 Mata Photopobia Riboflavin

Rabun senja Vitamin A

5 Mulut Stomatitis Riboflavin

Glositis Niasin, asam folik,


vitamin B12, zat besi

6 Gigi Karies Flour

7 Neuromoskuler Kejang otot Vitamin D

Lemah otot

8 Tulang Riketsia Vitamin D

9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur,


NaCl

10 Endokrin Gondok Iodium

11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, anemia Vitamin K, thiamin,


pyridoxine, zat besi

12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12

Clinikal sign gangguan nutrisi di golongkan sebagai berikut:

1. Protein calorie malnutrision (PCM/PEM)


Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas dan kuantitas
konsumsi nutrisi, dengan kateggori sebagai berikut:

a. PCM/PEM ringan
BB kurang dari  80% dari BB normal sesuai umur

b. PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur Sd 80% dari BB normal

c. PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur

2. Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi
ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein dapat berakibat:
retardasik metal, kemunduran, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh dll. Tanda
klinis kwashiokor:

a. Edema
b. Gangguan pertumbuhan
c. Perubahan kejiwaan
d. Otot tumbuh terlihat lemah
3. Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori dan protein
berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh, BB < dari normal,
diarePCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani
proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan

4. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal
(20-30%>normal)

5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
d. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney,
Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang,
status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi
nutrisi/diet klien:

Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll

Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien mengenai


kebutuhan nutrisi

Kebiasaan Makanan MI melihat bersama-sama, makan sambil


mendengarkan musik, makan sambil melihat televisi

Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka
roti

Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis


minuman, jarang minum

Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah

Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam, perlu


makanan tambahan atau tidak
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat penyakit diabetus melitus, adanya
pengkomsumsian obat alergi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,


sebagaimana menurut SDKI adalah sebagai berikut:

No. Diagnosis Faktor yang Berhubungan Batasan Karakteristik (Data


Keperawatan (Etiologi/E) Subjektif/Objektif/Symptom/S)
(Problem/P)
1 Defisit nutrisi  Ketidakmampuan menelan c. Data mayor
makanan - Berat badan menurun
 Ketidakmampuan mencerna minimal 10% dibawah
makanan rentang ideal
 Ketidakmampuan d. Data minor
mengobsorbsi nutrien - Cepat kenyang setelah
 Peningkatan kebutuhan makan
metabolisme - Kram/nyeri abdomen
 Faktor ekonomi (finansial - Nafsu makan menurun
tidak cukup) - Bising usus hiperaktif
 Faktor psikologis (stres, - Otot pengunyah lemah
keengganan untuk makan) - Otot menelan lemah
- Membran mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare

2 Berat badan lebih  Kurang aktivitas fisik harian a. Data mayor


 Kelebihan konsumsi gula - IMT > 25 kg/m2 (pada
 Gangguan kebiasaan makan dewasa) atau berat dan
 Gangguan persepsi makan panjang badan lebih
 Kelebihan konsumsi alkohol dari presentil 95 (pada
 Penggunaan energi kurang anak 2-18 tahun)
dari asupan b. Data minor
- Tebal lipatan kulit
 Sering mengemil
trisep >25 mm
 Sering makan makanan
berminyak/berlemak
 Faktor keturunan
 Asupan kalsium rendah (pada
anak-anak)
 Berat badan bertambah cepat
3 Resiko berat badan  Kurang aktivitas fisik harian
lebih  Kelebihan konsumsi gula
 Gangguan kebiasaan makan
 Gangguan persepsi makan
 Kelebihan konsumsi alkohol
 Penggunaan energi kurang dari asupan
 Sering mengemil
 Sering makan makanan berminyak/berlemak
 Faktor keturunan
 Asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
 Berat badan bertambah cepat
 Makanan padat sebagai sumber utama makanan utama pada usia <
5 bulan
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan … x 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan masalah 2. Identifikasi alergi dan
keperawatan defisit nutrisi intoleransi makanan
dapat teratasi dengan 3. Identifikasi makanan
kriteria hasil: yang disukai
1. Adanya peningkatan 4. Identifikasi kebutuhan
berat badan sesuai kalori dan jenis nutrient
dengan tujuan 5. Identifikasi perlunya
2. Berat badan ideal sesuai penggunaan selang
dengan tinggi badan nasogastric
3. Mampu 6. Monitor asupan
mengidentifikasi makanan
kebutuhan nutrisi 7. Monitor berat badan
4. Tidak ada tanda-tanda 8. Monitor hasil
malnutrisi pemeriksaan
5. Menunjukkan laboraturium
peningkatan fungsi Terapeutik:
pengecapan dari 1. Lakukan oral hygiene
menelan sebelum makan
6. Tidak terjadi penurunan 2. Fasilitasi menentukan
berat badan yang berarti pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik atau suhu yng
sesuai
4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Berat Badan Lebih Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan … x 24 jam 1. Identifikasi kondisi
diharapkan masalah kesehatan pasien yang
keperawatan berat badan dapat mempengaruhi
lebih dapat teratasi dengan berat badan
kriteria hasil: 2. Identifikasi kebiasaan
1. Pasien menyadari makan dan perilaku
masalah berat badan makan yang akan
2. Pasien mengungkapkan diubah
secara verbal keinginan 3. Monitor intake dan
untuk menurunkan berat output cairan, nilai Hb,
badan tekanan darah, kenaikan
3. Berpartisipasi dalam berat badan, dan
program penurunan kebiasaan membeli
berat badan makan
4. Berpartisipasi dalam Terapeutik:
program latihan yang 1. Bina hubungan
teratur terapeutik
5. Menahan diri untuk 2. Hitung berat badan ideal
tidak makan banyak pasien
dalam satu waktu 3. Hitung presentase lemak
tertentu dan otot pasien
6. Mengalami asupan 4. Pertimbangkan faktor-
kalori, lemak, faktor yang
karbohidrat, vitamin, mempengaruhi
mineral, zat besi dan pemenuhan kebutuhan
kalsium yang adekuat, gizi (mis. Usia, tahap
tetapi tidak berlebihan pertumbuhan dan
perkembangan,
penyakit)
Edukasi:
1. Informasikan perlunya
modifikasi diet
2. Jelaskan faktor risiko
berat badan lebih dan
berat badan kurang
3. Anjurkan melakukan
pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik,
dan perubahan berat
badan
Kolaborasi:
1. Rujuk pada ahli gizi,
jika perlu
Risiko berat badan berlebih Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan … x 24 jam 1. Identifikasi kemampuan
diharapkan factor risiko pasien dan keluarga
tidak terjadi dengan kriteria menerima informasi
hasil: 2. Identifikasi pengetahuan
1. Pasien menyadari saat ini
masalah berat badan 3. Identifikasi pola makan
2. Pasien mengungkapkan saat ini dan masa lalu
secara verbal keinginan 4. Identifikasi presepsi
untuk menurunkan berat pasien dan keluarga
badan tentang diet yang
3. Berpartisipasi dalam diprogramkan
program penurunan Terapeutik:
berat badan 1. Persiapkan materi,
4. Berpartisipasi dalam program dan alat praga
program latihan yang 2. Jadwalkan waktu yang
teratur tepat untuk memberikan
5. Menahan diri untuk pendidikan kesehatan
tidak makan banyak 3. Berikan kesempatan
dalam satu waktu pasien dan keluarga
tertentu bertanya
6. Mengalami asupan 4. Sediakan rencana
kalori, lemak, makan tertulis, jika
karbohidrat, vitamin, perlu
mineral, zat besi dan Edukasi:
kalsium yang adekuat, 1. Jelaskan tujuan
tetapi tidak berlebihan kepatuhan diet terhadap
kesehatan
2. Informasikan makanan
yang diperbolehkan dan
dilarang
3. Informasikan interaksi
obat dan makanan, jika
perlu
4. Anjurkan
mempertahankan posisi
semi fowler (30-40
derajat) 20-30 menit
setelah makan
5. Ajarkan melakukan
olahraga sesuai
toleransi
6. Ajarkan merencanakan
makanan sesuai
program
Kolaborasi:
Rujuk pada ahli gizi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 2012. Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2
Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3
Edisi
7.Jakarta: Elsevier
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai