Oleh:
NIM : P17212215112
JURUSAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Nutrisi Di Ruang Nilam 1 (Penyakit Dalam) RSUD Dr. H.
Moch. Anshari Saleh Banjarmasin Periode tanggal 04 s/d 09 Bulan Oktober
Tahun Akademik 2021/2022.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal … Bulan ……….. Tahun 2021
_________________________ _________________________
NIP/NIK NIP.
Mengetahui,
_________________________
NIP/NIK
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH KESEHATAN
Kekurangan nutrisi atau malnutrisi merupakan kondisi yang tidak boleh
disepelekan. Pasalnya, jika didiamkan berlarut-larut, malnutrisi bisa menimbulkan
berbagai komplikasi atau penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. Sebagian besar
penyebab malnutrisi di beberapa negara adalah ketiadaan asupan pangan yang memadai,
misalnya karena bencana alam, konflik atau peperangan, kemiskinan, hingga krisis sosial
dan ekonomi. Selain karena faktor tersebut, seseorang juga masih bisa mengalami
kekurangan gizi meski sudah mengonsumsi banyak makanan. Hal ini dapat terjadi jika
makanan yang dikonsumsinya tidak mengandung gizi yang memadai, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Malnutrisi juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu, seperti intoleransi
atau gangguan penyerapan nutrisi, gangguan mental, kecanduan narkotika atau alkohol,
hingga gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia. Gangguan Kesehatan yang
Disebabkan Malnutrisi antara lain :
1. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted)
dan kurang dari – 3SD (severely stunted)1. Stunting disebabkan oleh faktor multi
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Stunting bersifat kronis, yaitu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama,
umumnya beberapa bulan atau lebih. Kadang kala, setelah lewat usia 2 tahun gejala
stunting baru terlihat nyata. Sayangnya, karena proses terjadinya yang lama atau
berulang-ulang, anak yang stunting sulit untuk kembali ke fase tumbuh kembang
normal.
2. Wasting
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z-
score) <-2 SD. Wasting ini sifatnya akut, yaitu terjadi secara cepat. Misalnya, anak
terserang penyakit diare hingga berat badannya turun drastis, namun tinggi badannya
tidak. bermasalah. Karena itu, anak yang mengalami wasting bisa kembali mencapai
berat badan normal asal ditangani secepatnya. Tapi bila penanganannya terlambat
atau sudah berada pada kondisi severe wasting, akibatnya bisa fatal dan menyebabkan
kematian.
3. Kwashiorkor
Kwarshiorkor merupakan kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan protein.
Padahal, protein sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan memperbarui sel serta
jaringan tubuh, mendukung proses pemulihan tubuh ketika terjadi luka atau penyakit,
dan mendukung tumbuh kembang janin, bayi, dan anak-anak. Kwashiorkor umumnya
lebih banyak menimpa anak-anak dan kasusnya masih banyak terjadi di negara-
negara berkembang.
Gejala dari penyakit ini antara lain kelelahan, kulit kering dan bersisik, rambut
kering atau kusam, perut buncit, hilangnya massa otot, pembengkakan di bawah kulit
(edema), perubahan mood, serta susah menambah berat dan tinggi badan.
Kwashiorkor dapat dicegah dan ditangani dengan mengonsumsi makanan berprotein
tinggi, seperti daging, susu, keju, ikan, telur, kedelai, kacang-kacangan, dan biji-
bijian.
4. Marasmus
Marasmus disebabkan oleh kekurangan asupan kalori berkepanjangan, baik dari
protein maupun karbohidrat. Marasmus dapat menimpa anak-anak dan orang dewasa,
serta berisiko tinggi menyebabkan kematian, jika tidak ditangani. Ciri-ciri orang
terkena marasmus adalah tubuh kurus kering dan tulang yang menonjol, terutama
tulang iga dan bahu. Selain itu, kulit lengan, paha, dan bokong penderita akan tampak
kendur, serta wajahnya terlihat seperti orang tua. Marasmus umumnya dapat
ditangani dan dicegah dengan menjalani pola makan sehat bergizi seimbang
5. Beri-beri
Beri-beri terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B1 (thiamine). Vitamin ini
berperan penting dalam mengatur kinerja serta fungsi sistem saraf dan otot, menjaga
fungsi saluran pencernaan, dan proses metabolisme karbohidrat menjadi energi.
Penyakit beri-beri terdiri dari 2 jenis, yaitu beri-beri basah dan beri-beri kering.
Gejala beri-beri basah antara lain sering terbangun di malam hari dengan sesak napas,
denyut jantung meningkat, sesak napas saat beraktivitas, dan kaki bagian bawah
bengkak. Beri-beri basah umumnya dapat mengganggu kinerja jantung dan pembuluh
darah.
Sementara itu, beri-beri kering dapat memengaruhi sistem saraf. Gejala beri beri
kering antara lain susah berjalan, kaki dan tangan mati rasa atau kesemutan, fungsi
otot kaki bagian bawah menurun, nyeri, kesulitan bicara, muntah, dan nistagmus.
Untuk mencegah beri-beri, Anda perlu mengonsumsi makanan kaya vitamin B1,
seperti susu, biji-bijian, gandum, jeruk, daging sapi, ragi, kacang-kacangan, beras,
dan sereal dari biji-bijian utuh.
6. Skorbut
Skorbut adalah penyakit malnutrisi akibat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin
C penting bagi tubuh karena berperan dalam produksi kolagen, penyerapan zat besi,
dan pembentukan imunitas tubuh. Gejala penyakit scurvy antara lain nyeri otot dan
sendi, kelelahan, munculnya titik-titik merah di kulit, perdarahan dan pembengkakan
pada gusi, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, diare, mual, dan demam.
Guna mencegah terjadinya penyakit ini, pastikan makanan yang dikonsumsi
mengandung vitamin C. Beberapa pilihan makanan yang kaya akan vitamin C antara
lain cabai, tomat, brokoli, kiwi, stroberi, lemon, jeruk, limau, kubis, paprika, nanas,
pepaya, mangga, blewah, kembang kol, dan bayam.
7. Anemia
Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin. Penyakit ini bisa terjadi akibat kekurangan zat besi. Zat besi diperlukan
tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen
dalam darah ke jaringan tubuh. Jika sel darah merah sedikit, organ dan jaringan tubuh
tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup. Anemia defisiensi besi ditandai dengan
berbagai gejala, yaitu tubuh lemah dan lesu, merasa sangat letih, kesemutan di kaki,
kurangnya nafsu makan, detak jantung cepat, kuku rapuh, nyeri dan radang lidah,
tangan dan kaki dingin, pusing atau sakit kepala, infeksi, sakit dada, sesak napas,
insomnia dan kulit pucat. Namun, terkadang penyakit ini bisa saja tidak menimbulkan
gejala apa pun.
Anemia dapat diatasi dan dicegah dengan cara mengonsumsi suplemen zat besi
atau makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging, ikan, hati ayam atau sapi, tahu,
tempe, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, beras merah, seafood, dan sayuran berdaun
hijau tua. Kebanyakan masalah yang disebabkan oleh malnutrisi akan berhenti setelah
kekurangan nutrisi diatasi. Namun, ada pula yang menimbulkan efek samping
berkepanjangan. Ini biasanya terjadi ketika malnutrisi sudah parah dan berlangsung
lama. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi meliputi kelainan
fungsi ginjal, imunodefisiensi, kelainan otot, dan demensia. Pada bayi dan anak-anak,
malnutrisi juga bisa menimbulkan terjadinya gangguan tumbuh kembang dan
stunting.
B. PENGERTIAN
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Sunarsih, 2016).
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh
agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah
defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,
kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk
kekebalan (Sunarsih, 2016).
Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau
kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air (Sunarsih, 2016).
Menurut Alimul (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas
tubuh,membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008:27).
C. ETIOLOGI
Sering makan
Muntah
Defisit Nutrisi
Berat badan lebih
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
G. PENATALAKSANAAN
Metode Pemberian:
1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan dalamposisi
berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi
badan adalah cm atau inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual, meskipun
ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan yang ideal:
(TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi badan – 100). Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengukur berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang
b) Menimbang tanpa alas kaki
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering
digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF]
skapula, dan suprailiaka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran antara
lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akronim
dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5cm
h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini kepala, dada,
dan otot bagian lengan atas (LILA).
b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara kesembangan cairan dan
elektrolit serta untuk transportasi nutrisi dan hormone.
1. Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl
2. Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %
3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c. Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda abnormal
tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya. Tanda-tanda
klinik untuk mengetahui status individu:
kekurangan pigmen,kusut
Eksema
Lemah otot
a. PCM/PEM ringan
BB kurang dari 80% dari BB normal sesuai umur
b. PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur Sd 80% dari BB normal
c. PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur
2. Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi
ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein dapat berakibat:
retardasik metal, kemunduran, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh dll. Tanda
klinis kwashiokor:
a. Edema
b. Gangguan pertumbuhan
c. Perubahan kejiwaan
d. Otot tumbuh terlihat lemah
3. Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori dan protein
berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh, BB < dari normal,
diarePCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani
proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan
4. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal
(20-30%>normal)
5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
d. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney,
Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang,
status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi
nutrisi/diet klien:
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka
roti
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN