OLEH
Mengetahui
2. Etiologi
Faktor pencetus Intracerebral hematom Menurut Sylvia (2006)
adalah:
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan diselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasi darah
k. Obat
l. Merokok
3. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009) manifestasi klinis dari intra cerebral
hematom yaitu:
a. Kesadarn mungkin akan segera hilang atau bertahan seiring dengan
membesarnya hematom
b. Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi abnormal
c. Dapat menimbulkan muntah-muntah karena piningkatan tekanan
intra cranium
d. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
e. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahan seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.
4. Patofisiologi
Perdarahan ingraserebral ini dapat disebabkan oleh ruptur arteri
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya
darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan
disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya
akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah
sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri
sekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak,
perdarahan anorisma-anorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdindng
tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisma makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan
aktifitas. Dalam keadaan fisiologispada orang dewasa jumlah darah yang
mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah
ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuran, tetapi pada struktur sel masih
baik, sehingga gejala ini masih reversibel (Corwin, 2009).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari
darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak
sangat tergantung pada aliran darah setiap saat, bila suplai O2 terputus 8-
10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit
akan terjadi jejas atau lesi yang tidak akan pulih lagi (ireversibel) dan
kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intakranial
dan menyebabkan iskemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum
ataupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari (Corwin, 2009).
5. Pathway
(Corwin, 2009)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari intracerebral hematom menurut Sudoyo
(2006) adalah :
a. Angiografi
b. CT scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax foto
f. Laboratorium
g. EKG
7. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk
intracerebral hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama
b. Ligasi pembuluh darah yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah
c. Diperlukan ventilasi mekanis
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotik
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian deuretik dan obat anti inflamasi
f. Pemeriksaan laboratorium : CT scan, Thorax foto dan laboratorium
lainya yang menunjang
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang
status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,
sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
1) Identitas klien : meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada
usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2) Keluhan utama : biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Riwayat psikososial
7) Pola-pola fungsi kesehatan
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
c. Pola nutrisi dan metabolisme
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Pola tidur dan istirahat
g. Pola hubungan dan peran
h. Pola persepsi dan konsep diri
i. Pola sensori dan kognitif
j. Pola reproduksi seksual
k. Pola penanggulangan stress
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
m. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
b) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2) Pemeriksaan integument
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7) Pemeriksaan ekstremitas
didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
9) Pemeriksaan nervus cranialis
10) Pemeriksaan motorik
11) Pemeriksaan sensorik
12) Pemeriksaan refleki
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
a) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
d) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Nyeri akut
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E (2009) Buku Saku Patofisiologi. edisi 3 EGC : Jakarta
Mardjono, M & Sidharta, P (2004). Nerologis Klinis Dasar. Cetakan 10. Jakarta:
Dian Rakyat
Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Smeltzer,SC & Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Sudoyo. A., et all (2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI