Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSIS


INTRACEREBRAL HEMATOMA DI RUANG STROKE CENTER
RSUD ULIN BANJARMASIN

OLEH

NAMA : NUR APRILISA WULANDARI


NIM : P07120217074

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : NUR APRILISA WULANDARI


NIM : P07120217074
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DIAGNOSIS INTRACEREBRAL
HEMATOMA DI RUANG STROKE CENTER RUSD ULIN
BANJARMASIN

Banjarmasin, April 2021

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Hj. Endang Sri PN, M.Kep, Sp.MB


LAPORAN PENDAHULUAN
INTRACEREBRAL HEMATOMA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak, biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran
yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika
single, diameter lebih dari 3 cm, perifer, adanya pergesaran garis tengah,
secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan
neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi
hematom disertai dekompresi dari tulang kepala (Smeltzer & Bare, 2001).
Intracerebral hematom adalah perdarahan substansi otak. Hemorragi
ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil
dapat terjadi pada luka tembak, cedera tumpul (Sylvia, 2006).
Intracerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cedera kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka, intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke
hemoragik akibat melebarnya pembuluh darah nadi (Corwin, 2009).

2. Etiologi
Faktor pencetus Intracerebral hematom Menurut Sylvia (2006)
adalah:
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan diselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasi darah
k. Obat
l. Merokok

3. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009) manifestasi klinis dari intra cerebral
hematom yaitu:
a. Kesadarn mungkin akan segera hilang atau bertahan seiring dengan
membesarnya hematom
b. Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi abnormal
c. Dapat menimbulkan muntah-muntah karena piningkatan tekanan
intra cranium
d. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
e. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahan seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.

4. Patofisiologi
Perdarahan ingraserebral ini dapat disebabkan oleh ruptur arteri
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya
darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan
disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya
akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah
sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri
sekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak,
perdarahan anorisma-anorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdindng
tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama
aneorisma makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan
aktifitas. Dalam keadaan fisiologispada orang dewasa jumlah darah yang
mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah
ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuran, tetapi pada struktur sel masih
baik, sehingga gejala ini masih reversibel (Corwin, 2009).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari
darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak
sangat tergantung pada aliran darah setiap saat, bila suplai O2 terputus 8-
10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit
akan terjadi jejas atau lesi yang tidak akan pulih lagi (ireversibel) dan
kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intakranial
dan menyebabkan iskemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum
ataupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat
berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari (Corwin, 2009).
5. Pathway

(Corwin, 2009)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari intracerebral hematom menurut Sudoyo
(2006) adalah :
a. Angiografi
b. CT scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax foto
f. Laboratorium
g. EKG

7. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk
intracerebral hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama
b. Ligasi pembuluh darah yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah
c. Diperlukan ventilasi mekanis
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotik
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian deuretik dan obat anti inflamasi
f. Pemeriksaan laboratorium : CT scan, Thorax foto dan laboratorium
lainya yang menunjang
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang
status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,
sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
1) Identitas klien : meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada
usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2) Keluhan utama : biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Riwayat psikososial
7) Pola-pola fungsi kesehatan
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
c. Pola nutrisi dan metabolisme
d.  Pola eliminasi
e. Pola aktivitas dan latihan
f.  Pola tidur dan istirahat
g. Pola hubungan dan peran
h. Pola persepsi dan konsep diri
i. Pola sensori dan kognitif
j. Pola reproduksi seksual
k. Pola penanggulangan stress
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
m. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
b)  Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
2) Pemeriksaan integument
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di
samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7) Pemeriksaan ekstremitas
didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
9) Pemeriksaan nervus cranialis
10) Pemeriksaan motorik
11) Pemeriksaan sensorik
12)  Pemeriksaan refleki
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
a) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
d) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Nyeri akut

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria


NO Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1.Monitor ukuran pupil, 1. Mengetahui tingkat kesadaran
n perfusi tindakan keperawatan bentuk, kesimetrisan, dan 2. Mengontrol keadaan serebral
jaringan serebral selama 2 x 24 jam reaktifitasnya 3. Mengetahui tingkat kesadaran
ketidakefektifan perfusi 2.Monitor level kesadaran 4. Mengetahui tingkat kesadaran
jaringan cerebral teratasi 3.Monitor level orientasi 5. Mengetahui kondisi tubuh
dengan kriteria hasil : 4.Monitor Glasgow Coma pasien
1. Tekanan systol dan Scale 6. Mengetahui keadekuatan
diastole dalam 5.Monitor tanda vital: suhu, pernafasan pasien
rentang yang tekanan darah, nadi, dan 7. Mengetahui keadaan serebral
diharapkan respirasi pasien
2. Komunikasi jelas 6.Monitor status respirasi: 8. Mengetahui tingat kesadaran
3. Menunjukan level AGD, oksimetri 9. Mengetahui tingkat kekuatan
konsentrasi dan nadi, kedalaman, pola, otot
orientasi laju, dan usaha napas 10. Mengetahui perkembangan
4. Pupil seimbang dan 7.Monitor Intra Cranial pengobatan pasien
reaktif Pressure (ICP) dan 11. Mengontrol keseimbangan
5. Bebas dari aktivitas Cerebral Perfusion ditubuh
kejang Pressure (CPP) 12. Hemodinamik menentukan
6. Tidak mengalami 8.Monitor refleks kornea keadekuatan sirkulasi
nyeri kepala 9.Monitor tonus otot 13. Menurunkan tik
pergerakan
10. Catat perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
11. Monitor status cairan
12. Pertahankan parameter
hemodinamik
13. Tinggikan kepala 0-45o
tergantung pada konsisi
pasien dan order medis
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign 1. Mengontrol kemampuan
tindakan keperawatan 3 sebelm/sesudah latihan yang dimiliki pasien
mobilitas
x 24 jam klien dan lihat respon pasien 2. Melakukan terapi sesuai
fisik
mengalami peningkatan saat latihan dengan kemampuan pasien
mobilitas dengan kriteria 2. Konsultasikan dengan 3. Untuk mencegah cidera
hasil : terapi fisik tentang 4. Melatih pasien untuk
1. Klien meningkat rencana ambulasi sesuai melakukan rentang gerak
dalam aktivitas dengan kebutuhan minimal
fisik 3. Bantu pasien untuk 5. Menentukan terapi
2. Mengerti tujuan menggunakan tongkat, mobilisasi selanjutnya
dari peningkatan kruk, walker, kursi roda 6. Memandirikan pasien untuk
mobilitas saat berjalan dan cegah melakukan activity daily
3. Memverbalisasikan terhadap cedera living (ADL)
perasaan dalam 4. Ajarkan pasien atau 7. Memberikan dukungan bagi
meningkatkan tenaga kesehatan lain kemajuan pasien
kekuatan dan tentang teknik ambulasi 8. Membantu pasien terbiasa
kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien secara pelahan dengan
berpindah dalam mobilisasi kondisi tubuhnya
4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam 9. Membantu pasien terbiasa
kemampuan alat pemenuhan kebutuhan secara pelahan dengan
5. Bantu untuk ADLs secara mandiri kondisi tubuhnya
mobilisasi (walker) sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat bantu jika
pasien memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Menentukan perkiraan 1. Mengetahui keadaan nyeri
asuhan selama 3x24 nyeri seperti lokasi, 2. Ekspresi non verbal
nyeri akut teratasi karakteristik, durasi, menunjukkan ekspresi
1. Tingkat frekuensi, kualitas, keadaan pasien yang
kenyamanan: pasien intensitas atau skala sebenarnya
merasa senang nyeri, dan faktor pemicu 3. Mengetahui lebih dalam
secara fisisk dan terjadinya nyeri terhadap neyri yang
psikologis 2. Observasi ekspresi non dirasakan pasien
2. Tingkat nyeri verbal yang 4. Mengetahui pengetahuan
3. Manajemen nyeri menunjukkan pasien tentang nyeri
ketidaknyamanan 5. Untuk menghindari
3. Gunakan stategi peningkatan TIK
komunikasi terapeutik
untuk menggali
pengalaman pasien
terhadap nyeri dan cara
penanganannya
4. Identifikasi pengetahuan
pasien dan keyakinan
tentang nyeri.
5. Hindari mual dan
muntah

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E (2009) Buku Saku Patofisiologi. edisi 3 EGC : Jakarta

Mansjoer, A. et all (2000). Kapita selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 2. Jakarta:


Media Aesculapius

Mardjono, M & Sidharta, P (2004). Nerologis Klinis Dasar. Cetakan 10. Jakarta:
Dian Rakyat

Price, SA & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, R & Jong, WD. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC

Smeltzer,SC & Bare, BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC

Sudoyo. A., et all (2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Sylvia, AP. (2006), Patofisiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

Wilkinson, JM & Nancy, RA. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan:


Diagnosa NANDA, Intrevensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai