A. Hukum Pajak
1. Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak, dalam bahasa Inggris, disebut tax law. Dalam bahasa Belanda,
hukum pajak disebut belasting recht. Di Indonesia, selain digunakan istilah hukum
pajak, juga digunakan istilah hukum fiskal. Sebenarnya hukum pajak dengan hukum
fiskal memiliki substansi yang berbeda. Hukum pajak hanya sekadar membicarakan
tentang pajak sebagai objek kajiannya, sedangkan hukum fiskal meliputi pajak dan
sebagian keuangan Negara sebagai objek kajiannya.
Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak.
Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang
memuat sanksi hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu hukum tidak lepas dari
sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak
menaati kaidah hukum. Sanksi hukum yang dapat diterapkan berupa sanksi
administrasi dan sanksi pidana.
Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak (Rochmat
Soemitro, 1979). Dengan kata lain, hukum pajak menerangkan:
19 | P a g e
a. Siapa-siapa Wajib Pajak (subjek pajak);
b. Objek-objek apa yang dikenakan pajak (objek pajak);
c. Kewajiban Wajib Pajak terhadap pemerintah;
d. Timbulnya dan hapusnya utang pajak;
e. Cara penagihan pajak;
f. Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak
20 | P a g e
d. Mengatur ketentuan-ketentuan pidana;
e. Mengatur ketentuan-ketentuan administrasi;
f. Mengatur ketentuan peradilan administrasi dan peradilan pajak.
21 | P a g e
pembangunan) dari pemungutan pajak dapat terlaksana dengan baik dan adil. Dalam
pembentukan hukum pajak harus nampak pula fungsi regulerent (mengatur) sehingga
pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak
seperti menggiring penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri dengan
pemberian berbagai keringanan pajak.
B. Pajak
1. Definisi Pajak
Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan mempunyai kewajiban untuk
menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan,
pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara
yang dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang
berbunyi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial.” Negara
memerlukan dana untuk mewujudkan tujuan tersebut, sehingga diperlukan dana yang
tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan pajak.
Kemudian dalam Pasal 23A UUD 1945 hasil amandemen disebutkan bahwa
pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan undang-undang. Dengan kata lain, pajak harus berlandaskan undang-undang,
berarti pemungutan pajak tersebut telah mendapat persetujuan dari rakyat melalui
perwakilannya di DPR yang biasa disebut “berdasarkan yuridis”. Asas ini telah
memberikan jaminan hukum yang tegas akan hak Negara dalam memungut pajak.
Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Definisi mengenai “pajak” ini baru diatur dalam UU
KUP No. 28 Tahun 2007. Dalam UU KUP sebelumnya, tidak pernah diterangkan
secara lugas mengenai pengertian “pajak” sebagai kontribusi wajib kepada Negara.
2. Ciri Pajak
Ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak tersebut, yaitu:
a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
b. Sifatnya dapat dipaksakan;
22 | P a g e
c. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak;
d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah;
e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi
kepentingan masyrakat umum.
Sifat pemungutan pajak yang dapat dipaksakan dapat dijelaskan dimana uang
yang dikumpulkan dari pajak akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk
pembangunan serta pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Supaya ada kepastian
dalam proses pengumpulannya dan berjalannya pembangunan secara
berkesinambungan, maka sifat pemaksaannya harus ada dan rakyat itu sendiri telah
menyetujuinya dalam bentuk undang-undang. Unsur pemaksaan disini berarti apabila
Wajib Pajak tidak mau membayar pajak, pemerintah dapat melakukan upaya paksa
dengan mengeluarkan suatu surat paksa agar Wajib Pajak mau melunasi utang
pajaknya.
C. Fungsi Pajak
Dalam dunia perpajakan, sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada dua yaitu
fungsi budgeter dan regulerend. Namun dalam perkembangannya fungsi pajak
tersebut dapat dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan
fungsi redistribusi.
Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik, yaitu fungsi untuk
mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku, yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran Negara. Dalam APBNP 2011, target penerimaan perpajakan mencapai
Rp878,7 triliun. Jumlah ini 75,4% (persen) dari total penerimaan negara, yaitu sebesar
Rp1.165,3 triliun
Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan
digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di
luar bidang keuangan. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat pengatur keadaan
sosial dan ekonomi. Salah satu contohnya yaitu adanya pengenaan pajak dengan tarif
yang tinggi untuk PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).
23 | P a g e
Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu
penjelmaan atau wujud sistem gotong royong dalam kegiatan pemerintahan dan
pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang
ini sering dikaitkan dengan hak seseorang dalam memperoleh pelayanan dari
pemerintah. Apabila seseorang telah melakukan kewajiban membayar pajak kepada
Negara sesuai ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan yang baik dari pemerintah. Bila pemerintah tidak memberikan pelayanan
yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint) terhadap pemerintah.
Fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan
dan keadilan dalam masyrakat. Hal ini dapat terlihat misalnya dengan adanya tarif
progresif pada undang-undang pajak yang mengenakan pajak lebih besar kepada
masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada
masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit (kecil).
D. Retribusi
Pungutan lain yang bersifat memaksa seperti retribusi pada dasarnya memiliki
ciri yang sama dengan pajak, kecuali dalam hal imbalannya yang langsung dapat
dirasakan oleh pembayar retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi
adalah:
a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;
b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan;
c. Pemungutannya dilakukan oleh Negara;
d. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum; dan
e. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.
Umumnya pungutan atas retribusi diberikan atas pembayaran berupa jasa atau
pemberian izin tertentu yang disediakan oleh pemerintah kepada setiap orang atau
badan. Karena kontra-prestasinya langsung dapat dirasakan, maka dari sudut sifat
paksaanya lebih mengarah pada hal yang bersifat ekonomis. Apabila manfaat
ekonomisnya telah dirasakan tetapi retribusinya tidak dibayar, maka secara yuridis
pelunasannya dapat dipaksakan seperti halnya pajak.
24 | P a g e
E. Sumbangan
Istilah sumbangan ini berlandasan pemikiran bahwa biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk prestasi pemerintah tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas umum,
karena prestasi itu tidak ditujukan kepada penduduk seluruhnya, tetapi hanya untuk
sebagian tertentu saja. Hanya golongan tertentu dari penduduk ini sajalah yang
diwajibkan membayar sumbangan itu. Sebagai contoh pemungutan sumbangan yang
hasilnya ditujukan untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan yang khususnya
bermanfaat bagi para pemakai jalan tersebut.
Walaupun kelihatan hampir sama, namun sumbangan ini tidak boleh
disamakan denga Retribusi. Pada retribusi dapatlah ditunjuk seseorang yang
mengenyam kenikmatan kontra-prestasi dari pemerintah, sedangkan pada sumbangan
yang mendapat prestasi kembali ini adalah suatu kelompok/golongan
F. Zakat/Sumbangan Keagamaan
Zakat merupakan Rukun Islam yang ketiga. Secara bahasa, zakat berarti
tumbuh dan bertambah. Secara istilah, berarti hak wajib pada harta tertentu yang wajib
diberikan kepada kalangan tertentu dan pada waktu tertentu. Zakat diwajibkan pada
harta orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan wanita, jika harta dimilikinya secara
sempurna mencapai nisab, melewati haul (sampai satu tahun kepemilikannya) dan
pemiliknya adalah seorang muslim yang merdeka.
Berdasarkan UU Pajak Penghasilan, zakat yang disalurkan melalui Amil Zakat
(badan yang sudah disahkan oleh Pemerintah untuk mengumpulkan zakat), maka
dapat diperhitungkan sebagai pengurang dari penghasilan wajib pajak.
25 | P a g e
Hukum yang masuk ke dalam bagian hukum privat, misalnya hukum perdata,
hukum dagang, hukum perkawinan, dan sebagainya. Hukum yang masuk ke dalam
hukum publik, misalnya hukum tata negara, hukum administrasi (hukum tata usaha
negara), hukum pidana, dan hukum internasional. Berdasarkan pembagian hukum
tersebut, ternyata hukum pajak tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam
kandungan hukum administrasi sebagai bagian dari hukum publik.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum administrasi, yang merupakan
segenap peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta
wewenang dari lembaga-lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan
tugas administrasi. Jika hukum publik mengatur hubungan antara pemerintah (selaku
penguasa) dengan rakyatnya, hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
selaku pemungut pajak dengan rakyatnya sebagai Wajib Pajak.
Dalam kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan
perkembangan dan kebutuhan negara akan pajak, Undang-undang Pajak mengalami
perubahan (tax reform). Sebagai konsekuensinya, ternyata tidak disadari hukum pajak
telah memisahkan diri dari hukum administrasi. Secara tegas dikatakan, bahwa hukum
pajak bukan lagi bagian hukum administrasi, melainkan kedudukannya sama dalam
kajian ilmu hukum. Dasar pemisahan hukum pajak dari hukum administrasi dapat
ditinjau dari faktor-faktor berikut:
a. Sumber hukum pajak berbeda dengan sumber hukum administrasi;
b. Objek kajian hukum pajak adalah pajak, sedangkan objek kajian hukum
administrasi adalah ketetapan yang bersegi satu yang ditetapkan oleh pejabat
tata usaha negara (administrasi negara);
c. Subjek hukum pajak adalah Wajib Pajak, sedangkan subjek hukum admiistrasi
adalah pejabat tata usaha negara yang menerbitkan ketetapan yang
menimbulkan sengketa;
d. Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolut Pengadilan
Pajak, sedangkan penyelesaian sengketa administrasi merupakan kompetensi
absolut Pengadilan Tata Usaha Negara;
e. Hukum acara yang digunakan adalah hukum acara peradilan pajak, sedangkan
hukum acara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha
adalah hukum acara peradilan tata usaha negara.
26 | P a g e
RANGKUMAN
Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak (Rochmat
Soemitro, 1979).
Penegakan hukum pajak di dalam lembaga peradilan dilakukan melalui
lembaga peradilan pajak maupun lembaga peradilan umum. Penegakkan hukum pajak
melalui lembaga peradilan pajak tertuju pada penyelesaian sengketa pajak dan
dilakukan dalam Lembaga Keberatan, Pengadilan Pajak, dan Mahkamah Agung.
Penegakan hukum pajak melalui lembaga peradilan umum tertuju pada penyelesaian
tindak pidana pajak dan dilakukan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan
Mahkamah Agung. Sedangkan penegakan hukum pajak di luar lembaga peradilan
dilakukan oleh Pejabat Pajak dengan menggunakan wewenang berupa menerbitkan
surat ketetapan pajak dan surat keputusan yang terkait dengan penagihan pajak.
Substansi yang terkandung dalam hukum pajak juga menampakkan ciri
khasnya sebagai bagian ilmu hukum yang merupakan hukum fungsional, dengan
fungsi mengatur pendapatan dan perekonomian negara/daerah, dan mempunyai
instrumen berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana dalam penegakannya.
Pasal 23A UUD 1945 hasil amandemen menyebutkan bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-
undang. Sedangkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, menyebutkan
bahwa pengertiaan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi pajak : a. Fungsi budgeter
b. Fungsi regulerent
c. Fungsi demokrasi
d. Fungsi redistribusi
Selain pajak masih terdapat pungutan-pungutan lain yang biasa disebut
dengan Retribusi, sumbangan dan Zakat/ sumbangan keagamaan.
27 | P a g e
LATIHAN
1. Apa yang dibahas dalam hukum pajak dan apa bedanya dengan hukum fiskal?
Jelaskan!
2. Jelaskan mengapa memahami landasan filosofis dari peraturan perundang-
undangan perpajakan merupakan hal yang sangat penting bagi para pelaksana
hukum pajak?
3. Jelaskan sumber hukum pajak dan apa saja yang dijadikan sumber hukum pajak
di Indonesia?
4. Apa saja tugas dari hukum pajak?
5. Sebutkan fungsi dan tujuan hukum pajak?
6. Bagaimana kedudukan hukum pajak dalam tatanan hukum di Indonesia?
7. Apa yang menjadi ruang lingkup dari hukum pajak?
28 | P a g e