Tugas 1 Komunikasi Efektif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“ Komunikasi Efektif “

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Milla Evelianti S, S.Kep., M.KM

DISUSUN OLEH :
Wanda Alfiani Syifa
204201516059 / RA.1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2021
1. Dasar - dasar Komunikasi Efektif

A. Pengertian

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan


perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan
antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan
umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik.

Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13)


menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat
menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial
yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.

Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi
efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau
dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan
materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada
komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini
adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain
agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

Komunikasi adalah suatu proses. Oleh karena itu, ada beberapa komponen
(unsur) yang terlibat di dalamnya. Setidaknya ada delapan unsur komunikasi
menurut Gamble sebagaimana yang tertuang dalam modelnya (Liliweri, 1991).

ii
B. Unsur – Unsur Komunikasi Efektif
1. Sumber ( Source / Communicator )

Sumber adalah orang yang menyampaikan pesan berupa gagasan, pikiran,


perasaan, atau informasi kepada orang lain. Sumber bisa individu (dalam konteks
komunikasi interpersonal) atau lembaga (dalam konteks komunikasi massa).
Sumber disebut juga komunikator.

2. Penerima ( Receiver / Communicatee )

Penerima adalah orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim.
Pesan yang masuk pada penerima kemudian dipersepsi (persepsi adalah proses
memilih, menyortir, dan memberikan makna terhadap stimulus/informasi yang
masuk pada seseorang) sehingga menimbulkan efek tertentu pada penerima pesan.

3. Pesan ( Message )

Pesan adalah suatu materi yang dimiliki oleh sumber untuk dibagikan,
disebarkan, atau disampaikan kepada orang lain. Dalam bentuknya pesan
merupakan sebuah gagasan, pikiran, atau perasaan yang diterjemahkan pada simbol-
simbol untuk menyatakan suatu maksud tertentu.

4. Saluran ( Media / Channel )

Saluran adalah tempat atau jalan berlalu (mengalir) pesan-pesan dalam


komunikasi. Suara dalam berbicara, bentuk penglihatan, nada dalam pendengaran
adalah bentuk-bentuk saluran dalam komunikasi interpersonal.

5. Efek ( Effect )

Setiap proses komunikasi mempunyai hasil yang disebut efek. Efek adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri komunikan (penerima) setelah
menerima pesan.

iii
6. Umpan Balik ( Feedback )

Umpan balik adalah pesan yang ditransmisikan kembali oleh komunikan sebagai
hasil menterjemahkan pesan yang diterima komunikan. Umpan balik berfungsi
sebagai alat kontrol dalam proses komunikasi terhadap komunikator. Dengan
adanya umpan balik, maka komunikator dapat menentukan (menilai) pesan mana
saja yang dianggap berhasil dan pesan mana yang dianggap gagal, sehingga
komunikator dapat memperbaiki komunikasinya.

7. Bidang Pengalaman ( Field of Experience )

Setiap kita berkomunikasi dengan orang lain, selalu dipengaruhi oleh kebiasaan
- kebiasaan yang dibawa oleh latar belakang kehidupan seseorang, itulah yang
disebut bidang pengalaman. Ketika berkomunikasi, sebenarnya sedang membagi
pengalaman kepada orang lain, dan orang lain mempertukarkan pengalamannya
pada kita.

8. Gangguan ( Noise )

Gangguan Sesuatu yang menghambat atau menghalangi lajunya suatu pesan.


Gangguan dapat berupa fisik yaitu iklim atau cuaca, dan juga dapat berupa psikis
yang terjadi pada sumber (komunikator) atau penerima (komunikan).

iv
C. Ciri – Ciri Komunikasi yang Efektif

Menurut Stewart L. Tubb dan Sylvia Moss (dalam Mulyana, 2001), komunikasi
yang efektif memiliki tanda-tanda antara lain:

1. Pemahaman

Komunikasi dikatakan efektif apabila penerima pesan (komunikan) memperoleh


pemahaman yang cermat atas isi pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Kegagalan utama berkomunikasi disebabkan oleh ketidak pamahaman komunikan
dalam mencermati isi pesan yang dimaksud oleh komunikasi.

2. Kesenangan

Komunikasi akan efektif apabila timbul rasa senang diantara pelaku komunikasi,
baik pada saat komunikasi berlangsung maupun setelah proses komunikasi terjadi.

3. Mempengaruhi Sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-


hari komunikasi akan efektif bila pesan yang sampaikan diterima oleh komunikan,
kemudian komunikan berbuat sesuatu sesuai dengan ajakan. Komunikasi secara
persuasif akan efektif dilakukan untuk mempengaruhi sikap mereka.

4. Hubungan Sosial yang Baik

Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak akan bertahan hidup sendirian. Dia
butuh orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Dia membutuhkan hubungan
dengan yang lain, maka dia harus berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi terjadi
kalau ada kontak dan komunikasi. Komunikasi yang dilakukannya bertujuan untuk
menumbuhkan hubungan yang baik. Hubungan yang baik dapat berupa kehangatan,
keakraban, atau saling cinta. Jika komunikasi menimbulkan hubungan yang tidak
baik, seperti perpecahan, kebencian, dan permusuhan, maka komunikasi menjadi
tidak efektif.

v
5. Tindakan

Efektifitas komunikasi biasanya diukur oleh tindakan nyata. tindakan yang nyata
merupakan indikator efektifitas komunikasi. Untuk menimbulkan tindakan, terlebih
dahulu harus menanamkan pengertian, menimbulkan kesenangan, membentuk
sikap, dan menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan merupakan akumulasi
seluruh proses komunikasi.

vi
2. Jurnal yang berkaitan dengan Aplikasi Komunikasi Efektif pada Perawat

“ Hambatan Komunikasi Efektif Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam


Perspektif Perawat ”

Perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan baik dalam hal


berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga
(Liljeroos, Snellman, & Ekstedt, 2011). Komunikasi yang baik dan benar
merupakan poin penting yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan,
khususnya perawat. Komunikasi dibutuhkan oleh perawat dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan baik kepada pasien maupun keluarga. Kemampuan
seperti ini penting dan harus ditumbuhkembangkan oleh perawat, sehingga menjadi
suatu kebiasaan dalam setiap menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.

Menurut Suryani (2014), komunikasi berperan dalam kesembuhan klien,


berhubungan dalam kolaborasi yang dilakukan perawat dengan tenaga kesehatan
lainnya, dan juga berpengaruh pada kepuasan klien dan keluarga.

Hasil dan Pembahasan :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 10 orang perawat yang bekerja di


Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Al Islam Bandung didapatkan hasil,
yaitu :

Setengah dari informan berjenis kelamin laki-laki dan setengahnya lagi adalah
berjenis kelamin perempuan. Dengan rentang usia minimal adalah 26 tahun dan
maksimal usia informan adalah 40 tahun. Seluruh informan memilikilatar belakang
pendidikan yang sama yaitu D3 keperawatan dengan minimal lama bekerja di ICU
adalah tahun dan maksimal lama bekerja di ICU adalah 8 tahun.

vii
Konflik peran

Hal ini diungkapkan oleh seluruh informan bahwa 10 perawat yang


diwawancara menyatakan tidak enak dan menjadi malas saat berkomunikasi dengan
keluarga pasien dikarenakan keluarga pasien terkadang bersikap jutek seperti yang
diungkapkan oleh beberapa informan. Dilema komunikasi yang dirasakan oleh
perawat tidak hanya terkait sikap yang ditunjukkan oleh keluarga pasien saat
berhadapan dengan mereka saja melainkan juga kondisi psikologis dan fisik mereka
seperti ketika mereka sedang lelah atau saat sedang ada masalah pribadi terkadang
perawat sering melupakan penampilannya saat berkomunikasi dengan keluarga
pasien. Hal tersebut tentunya dapat menjadi penghambat perawat dalam
berkomunikasi dengan keluarga pasien.

Kondisi pasien yang tidak sadar di ICU menjadikan keluarga sebagai


penanggung jawab pasien dalam tindakan apapun termasuk didalamnya yaitu
berkomunikasi dengan perawat. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan komunikasi
yang efektif mengingat keluarga sebagai jembatan penghubung antara perawat
dengan pasien. Kondisi pasien yang tidak stabil menjadikan keluarga diwajibkan
untuk selalu berjaga di ruang tunggu. Hal ini dikarenakan kondisi pasien di ICU
sangatlah fluktuatif artinya keadaan pasien dapat tiba-tiba membaik atau malah
mungkin menjadi menurun. Oleh karena itu pasien yang berada di ICU wajib
ditunggui oleh keluarganya di ruang tunggu. Beberapa perawat menyatakan bahwa
terkadang keluarga meninggalkan pasien atau tidak ada ditempat sehingga hal
tersebut menyulitkan perawat dalam memberikan informasi.

viii
Faktor Demografi Keluarga

Dari hasil analisa data muncul tiga sub tema terkait faktor demografi keluarga
yang berhubungan dalam komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien di ICU
yaitu : usia, pendidikan, dan ekonomi.

a. Usia

Usia menjadi salah satu faktor demografi keluarga yang mempengaruhi


komunikasi. Hal ini dikarenakan cara kita berkomunikasi dengan orang lain
tentunya disesuaikan dengan faktor demografi orang tersebut salah satunya adalah
usia.

b. Pendidikan

Selain usia, status pendidikan juga sangat mempengaruhi komunikasi yang ada.
Adanya perbedaan tingkat pendidikan seseorang menjadikan setiap individu
memiliki pemahaman yang berbeda dalam mencerna informasi yang diberikan. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh 9 orang dari 10 informan bahwa mereka
mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan keluarga pasien yang memiliki
status pendidikan menengah ke bawah.

c. Ekonomi

Salah satu status sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi yang ada adalah
ekonomi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan banyak pemikiran dan pertimbangan
apabila menyangkut tentang pembiayaan mengingat hal ini merupakan sesuatu yang
sensitif bagi keluarga pasien.

ix
Kesalahpahaman

Keragaman budaya dan bahasa sering kali menjadi hambatan seseorang dalam
berkomunikasi. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki perbedaan budaya dan
bahasa yang tentunya akan berpengaruh dalam komunikasi antar individu. Dari hasil
analisa data muncul dua sub tema terkait kesalahpahaman komunikasi yang sering
dialami oleh perawat dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien di ICU yaitu :
budaya dan bahasa.

1. Budaya

Budaya setiap orang berbeda tergantung daerahnya masing-masing. Setiap


daerah memiliki karakteristiknya masing-masing yang dapat mempengaruhi
komunikasi yang ada antar individu. Adanya perbedaan budaya yang dirasakan oleh
separuh dari informan dapat menimbulkan kesalahpahaman saat mereka
berkomunikasi dengan keluarga pasien.

2. Bahasa

Setiap daerah bahkan setiap negara memiliki bahasanya masing-masing. Adanya


perbedaan bahasa dapat mempengaruhi komunikasi yang ada. Beberapa informan
menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan
keluarga pasien khususnya yang menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris.

x
Konflik Peran

Keadaan tidak menyenangkan yang dialami oleh perawat dapat menimbulkan


stres bagi perawat yang nantinya akan berujung pada terjadinya kejenuhan kerja
(burnout). Ketidaknyamanan yang dialami perawat akan berdampak pada pelayanan
yang diberikan mengingat perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan.
Padahal komunikasi nonverbal seperti senyuman dan juga ekspresi wajah sangatlah
penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif antara perawat dengan pasien
dan keluarga (Xu, Staples, & Shen, 2012).

Hal ini disebabkan oleh kelelahan yang mereka alami dan masalah pribadi yang
mereka hadapi sehingga berdampak pada penampilan mereka seperti menjadi jarang
senyum saat menyampaikan informasi kepada keluarga pasien. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Loghmani et al (2014) yang menyebutkan
bahwa masalah pribadi yang terjadi dapat mengganggu interaksi antara perawat
dengan keluarga pasien selain hal itu kekurangan staf ditambah dengan beban kerja
yang tinggi menyebabkan perawat tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
keluarga pasien sehingga terjadilah interaksi negatif antara perawat dengan keluarga
(Loghmani, Borhani, & Abbaszadeh, 2014).

xi
3. Menganalisa Jurnal tersebut apakah termasuk Komunikasi Efektik atau bukan.

Menurut saya jurnal tersebut tidak termasuk kedalam komunikasi efektif,


dikarnakan perawat sudah melakukan komunikasi efektif kepada keluarga pasien,
tetapi dari keluarga pasien tersebut merespon perawat dengan kurang baik. Perawat
menyatakan tidak enak dan malas untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien
dikarenakan keluarga pasien terkadang berskiap jutek.

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif dengan lawan bicara, maka pahami
dan kuasai materi tersebut, lalu mendengarkan lawan bicara, dan selalu
memperhatikan gaya bahasa.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Retrieved Januari. Jumat,


2016, from Perpustakaan Depkes

Emaliyawati, E. (2011). Interaksi Pasien, Keluarga, dan Petugas Kesehatan dalam


Perawatan Hidup Pasien Terminal.

xiii

Anda mungkin juga menyukai