Anda di halaman 1dari 17

Pembahasan

A. Awal Terjadinya Kehamilan


Sebelum membahas mengenai aborsi, ada baiknya kita melihat bagaimana awal
terjadinya kehamilan dalam perspektif ilmu kedokteran. Ketika terjadi hubungan seksual,
kira-kira 200 juta sel sperma (spermatozoa) terpancar dari zakar laki-laki ke lubang vagina
perempuan. Sel sperma tersebut yang dilindungi oleh cairan semen dari asam yang ada di
vagina, berenang dengan ekornya, dan berusaha menembus ke dalam saluran telur melalui
uterus (rahim). Dalam empat puluh menit perjalanannya, sebagian besar sel sperma mati. Bila
ada satu sel sperma yang bertemu dengan ovum atau sel telur maka terjadilah konsepsi atau
pembuahan. Pada saat itu, kepala spermatozoa berusaha masuk ke dalam ovum melalui
permukaan luarnya. Jika ada sel sperma yang berhasil masuk, membran ovum berubah
sehingga tidak bisa dimasuki oleh sel sperma yang lain. Sel baru yang baru terbentuk tersebut
disebut zigot.
Beberapa jam setelah pembuahan, zigot mengalami pembelahan atau mitosis menjadi
dua sel baru yang serupa. Kemudian, masing-masing sel membelah diri menjadi dua, empat,
delapan, dan seterusnya sampai membentuk bola sel yang disebut morula. Setelah mengalami
pembelahan berkali-kali, morula berubah menjadi bulatan berongga yang disebut blastosit.
Kemudian, blastosit menanamkan diri ke dalam selaput lendir rahim, dan tumbuh menjadi
janin (embrio). Sel yang membelah diri itu kemudian tumbuh berbeda. Sejumlah sel menjadi
embrio, dan yang lain membentuk kantung yang mengelilingi embrio yang disebut korion
(selaput luar embrio yang berfungsi sebagai selaput pelindung dan pencari makanan) dan
amnion (selaput ketuban atau selaput paling dalam yang mengelilingi janin sebelum kelahiran
yang berisi cairan).
Dari 46 kromosom dalam diri kita 23 di antaranya berasal dari ayah dan 23 lainnya
dari ibu, ada dua kromosom yang secara khusus menentukan jenis kelamin individu. Kedua
kromosom ini disebut kromosom seks. Dalam diri perempuan, kromosom ini serupa, dan
masing-masing disebut kromosom X sehingga kromosom seks dalam diri perempuan disebut
XX. Akan tetapi, dalam diri laki-laki hanya ada satu kromosom X dan satu kromosom Y
sehingga kromosom seks dalam diri laki-laki disebut XY. Oleh karena itu, seorang ayah bisa
mewariskan kromosom X atau Y kepada anaknya, sementara seorang ibu hanya bisa
mewariskan satu kromosom X. Sebuah sel sperma yang mengandung kromosom X kebetulan
membuahi ovum maka akan terbentuk sel yang mengandung komplemen kromosom 46 +
XX, dan bayi yang akan lahir nanti adalah perempuan. Sebaliknya, jika sel sperma yang
membuahi itu mengandung kromosom Y, sel yang akan terbentuk mempunyai komplemen
kromosom 46 + XY, dan bayi yang akan lahir nanti, insya Allah, laki-laki. Dengan demikian,
faktor yang menentukan jenis kelamin bayi adalah jenis sel sperma yang membuahi.
Pengetahuan tentang embriologi (ilmu yang menguraikan tentang pembentukan,
pertumbuhan pada tingkat permulaan, dan perkembangan embrio) baru diketahui oleh
ilmuwan pada abad ketujuh belas karena penemuannya harus menunggu berbagai kemajuan
luar biasa yang berpuncak pada kemampuan manusia untuk melihat kromosom-kromosom
(dengan menggunakan mikroskop), dan menyelidiki peran yang dimainkannya. Akan tetapi,
empat belas abad yang lampau Alquran secara tidak langsung sudah memberikan rujukan
mengenai peranan faktor sperma dalam menentukan jenis kelamin. Alquran menyatakan,
"Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?
Bukankah ia (pada mulanya) setetes nuthfah (sperma) yang ditumpahkan ke (dalam rahim)?
Kemudian menjadi `alaqah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah
menciptakan sepasang laki-laki dan perempuan." (Q.S. 75: 36-39). Dalam ayat lain
disebutkan, "Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan,
dari setitik nuthfah apabila dipancarkan." (Q.S. 53: 45-46). Kedua ayat termaktub
memberikan gambaran bahwa sperma laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin janin laki-
laki atau perempuan karena hanya sperma dipancarkan oleh laki-laki ke dalam vagina
perempuan.

B. Permulaan Kehidupan Janin


Dalam perspektif hukum Islam klasik, aborsi masih merupakan kontroversi. Sebagian
fukaha (ulama ahli hukum Islam) ada yang berpendapat bahwa melakukan aborsi berdosa
kalau dilakukan sesudah masa kehamilan enam belas minggu karena ketika itu Allah sudah
meniupkan roh kepada janin,sehingga dia hidup seperti manusia juga. Akan tetapi, kalau
aborsi dilakukan sebelum itu, tidak berdosa. Dalil yang digunakan untuk menunjukkan
kebolehan aborsi itu sebagai berikut. "Setiap orang di antaramu diciptakan dalam rahim
ibunya dari setetes nuthfah selama empat puluh hari, lalu dia menjadi `alaqah selama (kurun)
waktu yang sama, kemudian menjadi mudhghah selama kurun waktu yang sama juga, dan
kemudian Allah mengutus malaikat datang kepadanya dengan membawa empat perintah.
Sang malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan rezeki, usia, amal perbuatan, dan akhirnya
nasibnya bahagia atau sengsara, lantas meniupkan ruh kepadanya" (H.R. Bukhari dan Muslim
dari Ibnu Mas`ud). Dalam hadis lain disebutkan, 'Ketika nuthfah telah berusia empat puluh
dua hari, Allah mengutus malaikat yang membentuknya, menciptakan pendengaran,
penglihatan, kulit, daging, dan tulangnya, lalu bertanya, "Tuhanku, apakah dia laki-laki atau
perempuan?" (H.R. Muslim dari Hudzaifah bin Asid).
Kedua hadis di atas mempunyai variasi susunan kata-kata yang berbeda, tergantung
kepada siapa yang meriwayatkannya. Tampaknya kebolehan melakukan aborsi berawal dari
kedua hadis ini. Sebagian fukaha dulu telah salah memandang ditiupkannya roh sebagai
bermakna permulaan kehidupan. Karena perempuan hamil tidak merasakan gerakan
sebelumnya, maka janin itu pastilah "belum hidup". Demikianlah data yang dikemukakan
oleh embriologi pada zaman mereka. Hadis kedua dijadikan alasan membolehkan aborsi
sebelum tujuh minggu masa kehamilan. Itulah waktu kunjungan malaikat yang diperkirakan
dalam hadis tersebut, yaitu ketika janin berbentuk sesosok manusia.
Padahal di zaman kita sekarang ini, kita mengetahui bahwa janin sudah hidup sejak
awal, tetapi karena ukuran dan anggota badannya kecil, serta banyaknya cairan dalam
kantong amniotik di sekitarnya maka sang ibu belum bisa merasakan gerakan-gerakannya.
Hadis kedua juga tidak dapat dijadikan alasan kebolehan aborsi sebelum usia tujuh minggu
masa kehamilan karena proses pembentukan manusia berawal jauh sebelum itu. Hassan
Hathout berpendapat bahwa fase kehidupan seorang manusia yang pantas dikualifikasikan
sebagai permulaan kehidupan harus menggabungkan semua kriteria sebagai berikut.
1. Ia harus berupa suatu kejadian yang jelas dan memiliki batasan yang gamblang yang
secara aktual bisa disebut sebagai awal-mula kehidupan.
2. Ia harus memperlihatkan ciri utama kehidupan awal, yakni "pertumbuhan".
3. Jika pertumbuhan itu tidak terhambat, secara alami ia akan menuju pada tahap-tahap
kehidupan berikutnya seperti fetus, neonatus, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, sampai
mati.
4. Ia mengandung gen-gen khas yang dimiliki ras manusia pada umumnya dan juga yang
unik dimiliki oleh seorang individu tertentu yang tak ada orang lain benar-benar
menyerupainya, sejak zaman azali hingga zaman azali lagi.
5. Ia tidak didahului oleh fase lainnya yang menggabungkan semua karakteristik
sebelumnya dari nomor 1 sampai 4.
Dengan menerapkan kriteria termaktub, kehidupan manusia berawal dari berpadunya
spermatozoa dengan ovum yang disebut pembuahan atau konsepsi guna membentuk zigot.
Zigot inilah yang mengandung 46 kromosom, separuh dari ibu dan separuh lagi dari ayah.
Sperma atau ovum yang tidak dibuahi tidak memenuhi kriteria ini sekalipun keduanya hidup
karena sel sperma dan ovum hanya memiliki setengah jumlah kromosom manusia, yaitu 23
kromosom. Oleh karena itu, pernyataan Gadis Arivia dalam "Etika Feminis dan Aborsi"
menjadi tidak relevan dan terlalu menyederhanakan masalah ketika dia membandingkan
terkonsepsinya janin sudah menjadi manusia adalah sama dengan durian sebelum ditanam
sudah menjadi pohon durian (Kompas, 8 Oktober 2001). Kehidupan seorang manusia --
kendati masih berbentuk janin -- jauh lebih kompleks dari sekadar biji durian.
Imam al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin mengatakan, "Keberadaan (manusia)
memiliki tahapan-tahapan. Tahapan pertama adalah penempatan air mani dalam rahim dan
campurannya dengan telur wanita. Kemudian siaplah ia menerima kehidupan. Mengusiknya
adalah suatu kejahatan. Ketika ia berkembang lebih lanjut dan menjadi suatu gumpalan,
menggugurkannya adalah suatu kejahatan yang lebih besar." (Lihat Abul Fadl Mohsin
Ebrahim, Aborsi, Kontrasepsi, dan Mengatasi Kemandulan: Isu-Isu Biomedis dalam
Perspektif Islam, Mizan, Bandung, 1977, hlm. 113). Apa yang dikatakan oleh al-Ghazali
tampaknya sesuai dengan etika kedokteran yang menyatakan bahwa "dokter wajib
menghormati kehidupan manusia sejak saat pembuahan" (Deklarasi Jenewa 1948).
Pembuahan adalah suatu masa pertemuan antara ovum dan spermatozoa, dan itulah
permulaan kehidupan yang tidak teramati, tetapi dapat dirasakan oleh ibu melalui perubahan
fisiologis tubuhnya.
Al-Ghazali tampaknya cukup piawai merumuskan bahwa kehidupan janin mulai
dalam dua fase, yaitu fase kehidupan tak teramati yang ditandai oleh pertumbuhan diam-diam
dan tengah menyiapkan diri untuk menerima roh, yang kemudian disusul oleh kehidupan
yang bisa diamati, yang mulai dengan dirasakannya fase cepatnya gerak pertumbuhan oleh
sang ibu. Kedua fase ini harus dihormati dan tidak boleh dilanggar. Dengan demikian,
pengguguran kandungan adalah suatu bentuk pembunuhan. Padahal, ajaran Islam pada
dasarnya sangat menghargai kehidupan manusia. Al-Quran menyebutkan bahwa tindakan
seseorang baik positif maupun negatif, berkenaan dengan kehidupan itu selalu mempunyai
dampak yang lebih luas yang bisa dirasakan bukan hanya oleh individu pelaku tindakan itu
sendiri karena dampak itu akan menyangkut keseluruhan kemanusiaan. Dengan demikian,
menghabisi jiwa seseorang bagaikan mengakhiri kehidupan masyarakat dan memelihara jiwa
seseorang bagaikan memelihara kehidupan manusia seluruhnya (Q.S. 5: 32).

C. Defenisi Aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim
(uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan
abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal
bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun
tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan).
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan
bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan
medis tertentu.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat
rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan/Alamiah (Abortus spontan) berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma
2. Aborsi Buatan/Sengaja (Abortus provocatus criminalis) adalah pengakhiran
kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini
dokter, bidan atau dukun beranak).
3. Aborsi Terapeutik / Medis (abortus provocatus therapeuticus/medicinalis) adalah
pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh,
calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin
yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak
tergesa-gesa.

D. Pelaku Aborsi
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi
gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam
buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes, Phd:
Para wanita pelaku aborsi adalah:

 Wanita Muda
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25
tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun.
 Belum Menikah
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi,
para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih
membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena
didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu
tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga.

 Waktu Aborsi
Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data statistik yang ada di
Amerika, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada berbagai usia janin.

E. Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum
menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan
yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:
 Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung
jawab lain (75%)
 Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
 Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil
di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah boleh
dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya
menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya
sendiri.

Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998)
yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan
intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan
bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena
alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu
membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.  
Semua dampak itu terutama pihak wanita yang merasakannya, sementara pihak laki-
laki yang bertanggung jawab hampir selalu tidak terkena dampak negatipnya.

F. Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri
2. Aborsi dilakukan orang lain

 Aborsi dilakukan sendiri


Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang
membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja
ingin menggugurkan janin.

 Aborsi dilakukan orang lain


Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang
digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan,
yaitu:
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur
ditanah kosong, atau dibakar di tungku
Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara
memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan
secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum
tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin
dan trauma hebat bagi calon ibu.
Kondisi psikologik pra-aborsi:
 Takut/cemas
 Butuh informasi tetapi tidak tahu mau bertanya ke mana/siapa? (Masyarakat
mentabukan sex, apalagi aborsi, dari semua yang belum menikah, khsuusnya wanita).
 Butuh perlindungan tetapi laki-laki yang berbuat pada umumnya tidak mau, atau tidak
mampu (karena sama-sama masih di bawah umur/masih sekolah) bertanggung jawab.
 Kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan
 Pada saat merasa sudah sangat terdesak, akhirnya nekad, mencari bantuan yang paling
terjangkau (dekat, mudah, murah)
 Tindakan nekad ini (karena tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup) bisa sangat
berbahaya (dukun/para medik/dokter yang tak bertanggung jawab, komplikasi yang
tidak segeera ditolong, infeksi karena tidak periksa ulang dsb.).
Kondisi psikologik pasca-aborsi:
 Menyesal
 Perasaan bersalah/berdosa
 Kadang-kadang mimpi tentang bayi
 Kalau melihat anak kecil teringat bayi yang sudah digugurkan
 Beberapa wanita mengalami depresi kronis (sampai beberapa bulan)
 Setelah beberapa saat terjadi pemulihan (recovery). Setelah recovery, kembali normal:
terbebas dari kecemasaan dan depresi, sekolah/kerja seperti biasa, kepercayaan diri
pulih dsb.
 Dampak jangka panjang: pada beberapa wanita timbul perasaan benci pada semua
pria (generalisasi).

G. Agama Dan Aborsi


Kami akan membahas hal ini dari segi agama Islam (Al-Quran & Aborsi) serta agama
Kristen (Alkitab & Aborsi) untuk menggambarkan pemahaman lebih lanjut mengenai aborsi
dan agama. Pertama-tama kami akan membahasnya dari segi agama Islam dan kemudian dari
segi agama Kristen.

 Al-Qur’an Dan Aborsi


Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi
kehidupan manusia. Allah berfirman: “Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk
menjelaskan segala sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung
didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan
manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa
janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa
hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.


Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat
dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang dan
menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki
dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia,
bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang
yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih
belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan
akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)

Keempat: Aborsi adalah membunuh.


Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh berarti melakukan
tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi
dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis”
yang merupakan tindakan criminal. Tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan:
“Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib,
atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya.
Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat
mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-
Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah
dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal
Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.

Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan.


Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak
terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin
itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan
kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan
pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang
mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin
secara paksa!

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.


Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad Saw tidak memerintahkan seorang
wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya seperti dikisahkan dalam
kitab Al-Hudud: Datanglah kepadanya (Nabi Saw) seorang wanita dari Ghamid dan
berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi Saw) menampiknya.
Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau
menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi
berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita
itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak
yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena
zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh
secara keji.

 Alkitab & Aborsi


Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan
jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam
tindakan aborsi.

Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki
nyawa. 
Kej 16:11 dan Kej 25:21-26. Selanjutnya kata Malaikat Tuhan itu kepadanya:
“Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya
Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. Berdoalah Ishak kepada
Tuhan untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya, sehingga
Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya
dan ia berkata: “Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?” Dan ia pergi meminta petunjuk
kepada Tuhan. Firman Tuhan kepadanya: “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua
suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari
yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.” Setelah genap
harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang
pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau.
Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub.
Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir.
Yer 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”

Kedua : Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.


Kel 21:22-25 Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada
seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang
dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan
hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau
harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan,
kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

Ketiga : Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan. 
Yoh 9:1-3 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri
atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga
orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Alah harus dinyatakan di dalam dia…”
Yes 45:9-12 Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain
dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: “Apakah yang
kaubuat?” atau yang telah dibuatnya: “Engkau tidak punya tangan!” Celakalah orang yang
berkata kepada ayahnya: “Apakah yang kauperanakkan?” dan kepada ibunya: “Apakah yang
kaulahirkan?” Beginilah Perkataan Tuhan, Yang Mahakudus, Alah dan Pembentuk Israel;
“Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu, atau memberi
perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? Akulah yang menjadikan bumi dan
yang menciptakan manusia di atasnya; tanganKulah yang membentangkan langit, dan Akulah
yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.
Keempat : Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.
Kej 19:36-38 Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih
tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang
sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben
Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang.
Kej 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Alah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang
ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Kelima: Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun


alasannya.
Yeh 16:20-21 Bahkan, engkau mengambil anak-anakmu lelaki dan perempuan yang
engkau lahirkan bagiKu dan mempersembahkannya kepada mereka menjadi makanan
mereka. Apakah persundalanmu ini masih perkara enteng bahwa engkau menyembelih anak-
anakKu dan menyerahkanNya kepada mereka dengan mempersembahkannya sebagai korban
dalam api?
Kel 1:15-17 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan
Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: “Apabila kamu menolong
perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika
anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.”
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Alah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja
Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.

Keenam : Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.


Kej 30:1-2 Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub,
cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak;
kalau tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:”
Akukah pengganti Alah, yang telah menghalangi engkau mengandung?”
Mzm 127:3-5 Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah
kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah
anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung
panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan
musuh-musuh di pintu gerbang.
H. Hukum Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”
Yang menerima hukuman adalah:
1.   Ibu yang melakukan aborsi
2.   Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3.   Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam,
karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

I. Kapan Aborsi Dibolehkan


Salah satu perdebatan sengit mengenai aborsi adalah pertanyaan, "Siapakah yang
berhak atas nasib janin dalam kandungan: sang ibukah yang harus tunduk kepada hak janin
untuk lahir, ataukah janin yang harus tunduk kepada ibu sebagai pemilik rahim yang
mengandungnya?" Tampaknya hampir semua ulama fikih sepakat bahwa jika perempuan
yang hamil menderita kondisi medis yang tidak cocok dengan kehamilan serta pandangan
medis menyatakan bahwa kelangsungan kehamilan benar-benar bakal mengancam
kehidupannya maka aborsi pun diperbolehkan. Fikih berpandangan bahwa ibu adalah akar
dan janin adalah cabang. Jika kesehatan mereka berdua tidak bisa diselaraskan, janin mesti
dikorbankan guna menyelamatkan nyawa sang ibu. Dalam Ushul Fiqih kita akan menemukan
diktum yang menyebutkan, Adh-dharuratu tubihul mahdzurat (keadaan darurat membolehkan
hal-hal terlarang), dan Idza ta`radhatul mafsadatani ruíiya a`dzamuhuma dhararan birtikabi
akhaffihima (Jika dua keburukan menghadang, maka harus dihindari yang lebih berat
bahayanya dengan menempuh yang lebih ringan). Konferensi Islam Rabat memperjelas
hukum aborsi dengan menyatakan bahwa hanya ketika nyawa ibu terancam atau tiada
harapan bagi kelangsungan kehidupan janin maka aborsi diizinkan. Islam sama sekali tidak
memberi peluang kepada pertimbangan hak perempuan untuk menentukan nasib janinnya.
Apalagi atas pertimbangan kesehatan yang tidak fatal yang dikehendaki oleh segelintir
perempuan.
Komisi Fatwa MUI membolehkan aborsi akibat kasus perkosaan, bila janin dalam
kandungan belum mencapai 40 hari, dengan alasan:
 Dalam kurun waktu tersebut, diyakini janin dalam kandungan tersebut belum
memiliki ruh.
 Meski dalam kandungan tersebut sudah ada janin, tapi belum ada kehidupan dalam
rahim sang ibu.
 Karena setelah 40 hari, ruh sebagai tanda adanya kehidupan pada janin telah
ditiupkan.
 Karena usia lebih dari 40 hari akan membunuh kehidupan yang sudah ada dalam
rahim, sekalipun janin tersebut tumbuh dari hasil perkosaan.
 Dilandasi pemikiran munculnya kekhawatiran terhadap masa depan anak hasil dari
perkosaan, di antaranya penderitaan yang akan ditanggung anak tersebut.

J. Dampak Dari Pada Aborsi


Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga
merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan
dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul
dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi
karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu
pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari
berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mu-
dahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang
terlambat datang bulan.

Anda mungkin juga menyukai