Anda di halaman 1dari 10

Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

POTENSI BELERANG DARI BOKASHI ECENG GONDOK


{Eichhornia crassipes (Martt.)Solm} DALAM MENINGKATKAN
MUTU SERTA HASIL PADI PADA INCEPTISOLS

Emma Trinurani Sofyan1


1
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia.
E-Mail: emma_trinurani@yahoo.com

ABSTRAK

Potensi Belerang dari Bokashi Eceng Gondok {Eichhornia crassipes (Martt.)Solm} dalam
Meningkatkan Mutu Serta Hasil Padi Pada Inceptisols. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui antara potensi sulfur dari eceng {crassipes Eichhornia (Martt.) Solm} bokashi dalam
meningkatkan kualitas dan hasil padi di Inceptisols. Penelitian dilaksanakan dari April 2012 sampai Oktober
2012 di Rumah Kaca Fakultas Agryculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Kecamatan, Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dengan ketinggian 782 m di atas permukaan laut. Rancangan Acak
Kelompok (RAK) digunakan pola faktorial diulang tiga kali. Faktor pertama adalah dosis sulfur (S) pupuk
terdiri dari: tanpa pupuk S; 20; 40; dan 60 kg ha-1 S pupuk, dan faktor kedua adalah dosis bokashi eceng
gondok (B) terdiri dari: tanpa bokashi; 15; 30; dan 45 t ha-1 bokashi. eceng gondok {Eceng gondok (Martt.)
Solm} bokashi adalah bahan organik unggul dengan kelebihan unsur sulfur. Hasil penelitian pendahuluan
interaksi antara pupuk belerang dan bokashi eceng gondok total S, tersedia SO42-, N total, C-organik, P
tersedia, Zn, serapan S, N dan menghasilkan efek terjadi antara memberikan serapan P tetapi tidak signifikan
terhadap Fe dan serapan P. pupuk pengaruh sulfur dan eceng gondok bokashi independen adalah efek pada
availableP tanah. Analisis respon dosis optimum sulfur adalah 45,52 kg ha-1 dan bokashi eceng gondok
adalah 35,99 t ha-1 untuk hasil plat padi yang diperoleh adalah 9.27 t ha-1. Beberapa regresi antara parameter
respons dengan hasil tanaman padi yang diperoleh adalah P tersedia, serapan P, dan tersedia SO42-, memberi
efffect untuk menghasilkan dan R2 = 0.70 **, 70 persen memberikan kontribusi yang signifikan untuk
menghasilkan oleh P tersedia, serapan P, dan tersedia SO42 pada Inceptisols.
Kata kunci : bokashi, eceng gondok, sulfur dan beras

ABSTRACT
Sulphur Potential of Water Hyacinth {Eichhornia crassipes (Martt.) Solm} Bokashi in Improving The
Quality and Yield of Rice in Inceptisols. The objectives of research were to find out sulphur potential of
hyacinth bokashi in improving the quality and yield of rice in Inceptisols. The experiment was conducted
from April 2012 to October 2012 in a Greenhouse of Faculty of Agriculture, Padjadjaran University,
Subdistrict Jatinangor, Regency Sumedang, West Java Province, at elevation of 782 m above sea level.
Randomized Block Design (RBD) was used factorial pattern and repeated three times. The first factor was
the dosage of sulphur (S) fertilizer consisted of : without S fertilizer; 20; 40; and 60 kg ha -1 S fertilizer, and
the second factor was dosage of water hyacinth bokashi (B) consisted of: without bokashi; 15; 30; and 45 t
ha-1 bokashi. Water hyacinth {Eichhornia crassipes (Martt.) Solm} bokashi is a superior organic matter with
an excess of element sulphur. The preliminary experiment result interaction between sulphur fertilizer and
water hyacinth bokashi on total S, available SO42-, total N, C-organic, available P, Zn, uptake S, N and yield
effect occurred between give an uptake P but not significant on Fe and uptake P. The independent influence
sulphur fertilizer and water hyacinth bokashi effect on soil availableP. The analysis respons optimum dosage
of sulphur was 45.52 kg ha-1 and bokashi water hyacinth was 35.99 t ha-1 to yield of rice plat obtained was
9.27 t ha-1. Multiple regretion between respons parameters with yield of rice plant obtained was available P,
uptake P, and available SO42-, gave efffect to yield and R2 = 0.70**, 70 percent gave significant contributions
to yield by available P, uptake P, and available SO42 on Inceptisols.
Key words : bokashi, water hyacinth, sulfur and rice

165
Potensi Belerang… Emma Trinurani Sofyan.

1. PENDAHULUAN ini belum banyak dimanfaatkan adalah


Inceptisols mempunyai eceng gondok Eichhornia crassipes
penyebaran paling luas sekitar 70,52 juta (Mart.) Solm . Menurut Supryanto dan
ha atau 37,5% wilayah daratan Indonesia, Muladi (1999), gulma air seperti eceng
(Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan gondok dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
Tanah dan Agroklimat, 2004). Tanah ini Pemanfaatan gulma air tersebut dapat
memiliki tingkat kesuburan yang rendah, menekan problem yang ditimbulkannya
terlihat dari rendahnya N, P dan K, dan justru kebanyakan terjadi di negara-
kandungan bahan organik yang rendah negara berkembang.Kelebihan dari
serta reaksi tanah yang masam. Oleh bokashi dengan bahan baku eceng gondok
karena itu untuk meningkatkan adalah kandungan unsur sulfur nilainya
produktivitas tanah ini diperlukan lebih tinggi dibandingkan bokashi dengan
pengelolaan yang tepat, diantaranya bahan baku yang beraneka ragam.
dengan pemupukan. Pemupukan dengan Dalam rangka mendukung upaya
belerang dapat meningkatkan N-total, Ca perbaikan kualitas dan produktivitas
dapat ditukar, dan S-tersedia, sedangkan tanah tersebut, maka penelitian mengenai
C-organik, Mg-dd, KTK serta S-total potensi belerang dari bokashi eceng
relatif konstan. Belerang sebagai gondok. Eichhornia crassipes (Mart.)
ameliorasi tanah dapat meningkatkan Solm dalam meningkatkan mutu serta
ketersediaan hara lain dengan berbagai hasil padi pada Inceptisols.
cara, melalui hubungan antar ion setelah Penelitian ini adalah didasarkan
menjadi sulfida dan dapat berfungsi pada pemanfaatan gulma eceng gondok
sebagai reduktor dan donor elektron untuk mendapatkan pupuk bahan organik
(Tuherkih et al.,1998) dalam Teuku Malik dalam bentuk bokashi eceng gondok yang
(2008). unggul dalam meningkatkan unsur
Belerang adalah bagian yang belerang yang dibutuhkan oleh tanaman
penting dari protein dan asam amino. terutama padi. Tujuan dari penelitian ini
Umumnya S organik merupakan sumber antara lain adalah : Mendapatkan padi
utama belerang untuk pertumbuhan yang berkualitas (protein tinggi),
tanaman. Tanaman menyerap belerang produktivitas tinggi dan bokashi Eceng
terutama dalam bentuk ion Sulfat (SO42-) gondok yang unggul dengan kelebihan
anorganik. Sulfat dalam tanah sangat unsur belerangnya. Mengetahui pengaruh
mudah tercuci sehingga pemberian pupuk pemberian pupuk bokashi Eceng gondok
yang mengandung SO42-, seperti pupuk dan belerang terhadap komponen hasil
amonium sulfat (24% S) dan yaitu kandungan protein-N (asam-asam
mengandung 21% N dalam bentuk NH4+ amino sistin, sistein, metionin) , Protein-S
untuk membantu meningkatkan dan amida-N, karbohidrat (pati, gula, pati,
kandungan N dalam tanah (Kimberly et lignin dan lemak), serapan belerang dan
al, 2002) hasil padi serta beberapa sifat kimia tanah
Bahan organik tanah dikenal yang meliputi (pH, C, N, P, Zn, Fe) pada
sebagai penyumbang utama sulfur yang Fluventic Eutrudeps. Mencari dosis
dapat tersedia bagi tanaman, menurunnya optimum pupuk S pada setiap dosis
kandungan bahan organik tanah sering bokashi yang memberikan hasil gabah
dianggap sebagai suatu faktor yang tertinggi padi varietas ciherang pada.
menyumbang terhadap berkurangnya Fluventic Eutrudeps. Mengetahui
belerang (Goenadi, 2000).Salah satu bagaimana hubungan antara sifat kimia
sumber bahan organik yang tanah (pH, C, N, P, Zn, Fe) dengan S total
keberadaannya cukup banyak dan selama tanah serta ser apan S oleh tanaman padi.

166 Vol.XIII, No.2, 2014: 165-174


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

yang ditetapkan pada percobaan tahap


2. METODA PENELITIAN pertama (pada fase vegetatif akhir) di
rumah kaca) antara lain:pH tanah N total
Tempat dan Waktu metode Kyeldahl, C organik metode
Penelitian dilaksnakan di Rumah Kaca Walkley & Black, P tersedia metode
Fakultas Agryculture, Universitas Olsen, S total metode Turbidimetri dan
Padjadjaran, Jatinangor Kecamatan, SO4= terlarut metode Morgan Venema,
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Serapan hara tanaman (konsentrasi
Barat, dengan ketinggian 782 m di atas dikalikan berat kering tanaman), S
permukaan laut. Pada Bulan April- metode destruksi basah dengan HCl :
Oktober 2012. HNO3 : HClO4, hasil padi dihitung setelah
panen 110 HST (bobot kering panen,
dan bobot gabah kering giling) g rumpun-
Rancangan Percobaan 1
Percobaan tahap pertama di rumah . Dan mengetahui bagaimana hubungan
kaca dilaksanakan dengan menggunakan antara sifat kimia tanah (pH, C, N, P, Zn,
rancangan lingkungan RAK (Rancangan Fe) dengan S total tanah serta serapan S
Acak Kelompok) berpola faktorial 4 x 4. oleh tanaman padi.
dengan faktor belerang (S) dan bokashi Data hasil percobaan dianalisis
(B) sehingga seluruhnya terdapat 16 dengan berbagai metode sebagai berikut :
kombinasi perlakuan yang masing- Sidik ragam peubah tunggal (ANOVA)
masing di ulang sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan uji F pada taraf nyata
sehingga terdapat 48 satuan percobaan. 0,05 (Gomez dan Gomez, 1995). Analisis
sidik ragam dimaksudkan untuk
Faktor pertama dosis pupuk belerang
(NH4)2SO4 (S) dengan 4 taraf, yaitu : s0= mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
tanpa (NH4)2SO4;s1=20 kg ha-1 S setiap variabel respons; sedangkan uji
= 83,33 kg ha-1 (NH4)2SO4 = 0,08 g pot-1 BNT dimaksudkan untuk mengetahui
S (0,33 g pot-1 (NH4)2SO4); s2=40 kg ha-1 perbedaan rata-rata respons.
S = 166,67 kg ha-1 (NH4)2SO4 = 0,16 g Analisis permukaan respons digunakan
pot-1 S (0,67 g pot-1 (NH4)2SO4), s3 =60 untuk menentukan dosis optimum pupuk S
kg ha-1 S = 250 kg ha-1(NH4)2SO4= 0,24 g dan bokashi pada hasil tanaman padi
pot-1 S (1 g pot-1 (NH4)2SO4)Faktor sawah (Berat Gabah Kering Giling) untuk
keduaadalahdosis bokashi Eceng Gondok setiap tingkat penggunaan pupuk S dan
(B), terdiri atas empat taraf dosis yaitu :b0 bokashi eceng gondok dengan
= kontrol (tanpa bokashi Eceng Gondok), menurunkan persamaan.฀y฀x = 0 . Dosis
optimum diduga dengan menggunakan
b1=15 t ha-1 bokashi = 60 g pot-1 bokashi,
b2 =30 t ha-1 bokashi = 120 g pot-1 model respons ordo II peubah ganda
bokashi dan b3 =45 t ha-1 bokashi = 180 g dengan persamaan penduga sebagai
pot-1 bokashi berikut :
Percobaan rumah kaca terdiriatas
dua unit percobaan sehingga jumlah pot Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b11x12 + b22x22 +
percobaan keseluruhan adalah 48 x 2 = b12x1x2 + b12x12x22
96 buah pot. Unit pertama sampai fase
Dimana : Y=respons hasil padi sawah pada setiap
vegetatif akhir ( 60 HST) untuk taraf pupuk S dan bokashi EG,
mengamati hara tanah dan tanaman. Unit X1 = taraf pupuk S, X2=taraf bokashi eceng
ke dua sampai panen ( 110 HST) untuk gondok, Dosis optimum diperoleh melalui turunan
berikut :฀ y฀ x1 = b1 + 2b11x1 + b12x2 = 0, dan
mengamati hasil padi sawah.
฀y฀x2 = b2 + 2b22x2 + b12x1 = 0
Percobaan dilakukan sampai fase
generatif akhir. Adapun variabel respons

167
Potensi Belerang… Emma Trinurani Sofyan.

diantaranya unsur hara N dan S. Unsur


3. HASIL DAN PEMBAHASAN hara N berperan dalam merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman dan
Analisis Bokashi Eceng Gondok meningkatkan jumlah anakantanaman
Berdasarkan hasil analisis bokashi padi sawah sedangkan unsur hara
eceng gondok pada terjadi peningkatan Sberperan di dalam produksi klorofil dan
pH dari 6,45 menjadi 7,20. Rasio C/N asam amino (sistin, sistein, dan metionin)
mengalami penurunan dari 22 menjadi dalam tanaman (Tisdale et al., 1993).
17, hal tersebut menunjukkan bahwa
BEG sudah terdekomposisi walaupun
belum mendekati rasio C/N tanah.
Menurut Tisdale et al., (1993) bahwa
C/N di bawah 20 telah mengalami proses
dekomposisi. Selain itu, berdasarkan
hasil analisis, bokashi eceng gondok
memilki kandungan S yang tinggi yaitu
sebesar 178,01 mg kg-1 sehingga baik
digunakan sebagai pupuk organik bagi
tanaman padi sawah.
Gambar 1. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman (ruas).
Pengamatan pertumbuhan
tanaman meliputi jumlah anakan. S-Total Tanah
Pengamatan jumlah anakan dilakukan Bokashi eceng gondok yang
setiap dua minggu. Pengamatan dijadikan perlakuan mempunyai
dilakukan ketika tanaman padi berumur kandungan S sebesar 178.01 mg kg-1,
0, 14, 28, 42, 56, dan 70 hari setelah jumlah yang cukup tinggi untuk dapat
tanam. menyumbangkan sulfur melalui proses
Berdasarkan Gambar 1 perlakuan pupuk dekomposisi bahan organik, sehingga
ZA dan BEG memiliki kecenderungan dapat meningkatkan kandungan S-total
meningkatkanjumlah anakan tanaman dalam tanah. Pupuk sulfur yang diberikan
padi sawah.Jumlah anakan yang paling bersama-sama bahan organik dapat
tinggi diperoleh pada perlakuan s1b2 (70 menurunkan serapan belerang sehingga
HST) dan s3b0 (42 HST). Pupuk ZA ketersediaan dalam tanahnya meningkat.
memasok unsur hara N dalam bentuk ion Peningkatan sulfur secara nyata dan
ammonium (NH4+) dan unsur hara S tertinggi jika dibandingkan dengan
dalam bentuk ion sulfat (SO42-). kontrol (s0b0) diperlihatkan oleh
Sedangkan hasildekomposisi BEG dapat perlakuan s3b3, yaitu 5.5 kali.
menghasilkan sejumlah unsur hara

Tabel 1. Interaksi Pupuk Belerang dengan Bokashi Eceng Gondok terhadap Kandungan S-total tanah (mg kg-1)

168 Vol.XIII, No.2, 2014: 165-174


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

Sulfur (S) Bokashi Eceng Gondok (B) (t ha-1)


(kg ha-1) b0 (tanpa) b1 (10) b2 (20) b3 (30)
12.71 a 18.81 a 27.04 a 37.91 a
s0 (tanpa) (a) (a) (b) (c)
30.53 b 45.32 b 47.91 b 48.64 b
s1 (20)
(a) (b) (b) (b)
33.94 b 48.26 b 49.33 b 52.47 bc
s2 (40)
(a) (b) (b) (b)
47.95 c 48.15 b 51.67 b 55.48 c
s3 (60)
(a) (a) (ab) (b)
Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5%. Huruf dalam kurung dibaca horizontal dan huruf kecil tanpa kurung dibaca
vertikal.

Penggunaan belerang sebagai sumber dengan reaksi sebagai berikut :SO42- + 2


energi oleh mikroorganisme untuk CH2O + 2H+ H2S + 2 CO2 + 2 H2O .
mendekomposisi bahan organik dan efek
penggenangan serta penyerapan sulfur
oleh tanaman. Dalam suasana reduksi SO4= Tersedia Tanah
akan terbentuk H2S yang merupakan hasil
Hasil uji statistik menunjukkan terjadi
reduksi SO42- dan jumlahnya
interaksi antara pupuk belerang dengan
berhubungan langsung Sebagian besar
bokashi eceng gondok terhadap SO42-
perlakuan dosis pupuk belerang pada
tersedia tanah seperti yang disajikan
taraf-taraf bokashi eceng gondok (b1
pada Tabel 2.
dengan bahan organik (Anwar, 2002),

Tabel 2. Interaksi Pupuk Belerang dengan Bokashi Eceng Gondok terhadap Kandungan SO42- tersedia tanah
(mg kg-1)
Bokashi Eceng Gondok (B)
Sulfur (S)
(t ha-1)
(kg ha-1)
b0 (tanpa) b1 (10) b2 (20) b3 (30)
6.45 a 18.48 a 23.02 a 20.28 a
s0 (tanpa)
(a) (b) (c) (b)
21.19 b 23.95 b 24.87 a 21.18 a
s1 (20)
(a) (b) (b) (a)
25.37 c 26.79 c 29.71 b 22.10 a
s2 (40)
(b) (b) (c) (a)
33.77 d 41.24 d 39.59 c 20.73 a
s3 (60)
(b) (c) (c) (a)
Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5%. Huruf dalam kurung dibaca horizontal dan huruf kecil tanpa kurung dibaca
vertikal.

Dalam tanah, asam humat (hasil bertambah dan tersedia bagi tanaman.
dekomposisi bahan organik) dapat Kombinasi perlakuan yang dicobakan
berperan sebagai ligan organik yang diduga dapat memberikan keseimbangan
dapat mengkhelat Ca dan Fe menjadi hara dalam tanah sehingga jumlah S-
tidak mobil (Tan, 1995) sehingga SO42- tersedia meningkat karena tidak
yang diberikan melalui pupuk sulfur tidak terganggu oleh ketersediaan ion lain. Hal
diendapkan Ca dan Fe serta kelarutannya ini juga sejalan dengan pendapat

169
Potensi Belerang… Emma Trinurani Sofyan.

Engelstad (1997), bahwa bila kandungan sampai akar cukup berkembang untuk
bahan organiknya tinggi, maka jerapan mencapai zona retensi SO42- tersebut.
sulfat pada tanah-tanah alkalin tidak Dalam subsoil SO42- teradsorpsi dapat
dapat diabaikan dan Kamprathet al. merupakan 1/3 dari total S. Pada tanah
(1985), berpendapat bahwa bahan permukaan biasanya kurang dari 10%
organik dapat menjerap SO42- dalam total S (Brunold dkk, 2000).
jumlah yang cukup nyata sehingga Pemberian pupuk sulfur dan
hilangnya SO42- akibat proses pencucian bokashi eceng gondok berinteraksi
menjadi berkurang. meningkatkan nitrogen tanah, karena
Penurunan peningkatan sulfat kedua-duanya merupakan sumber
tersedia pada perlakuan s3b3 (sama nitrogen. Adanya kandungan N pada
dengan s3b2) diduga disebabkan oleh pupuk belerang yaitu NH4+ akan
dekomposisi bahan organik berjalan lebih menyumbangkan N terhadap kandungan
lambat karena dosisnya yang terlalu N-total tanah, disamping bahan organik
tinggi sehingga pengkhelatan Ca dan Fe juga mengalami dekomposisi dan
menurun, selanjutnya sulfur dikhelat mineralisasi yang akan menambah
oleh Ca atau Fe dan diendapkan di sejumlah N ke dalam tanah. Belerang
lapisan tanah bagian bawah. yang dihasilkan dari pupuk belerang
Dalam suasana reduksi akan digunakan oleh tanaman untuk
terbentuk H2S yang merupakan hasil membentuk senyawa protein ferodoksin
reduksi SO42- dan jumlah yang terbentuk dalam kloroplas, yang berpartisipasi
berhubungan langsung dengan bahan dalam oksidasi-reduksi dengan
organik (Anwar, 2002), dengan reaksi mentransfer elektron dan berperan nyata
sebagai berikut : dalam reduksi nitrit dan sulfat, asimilasi
SO42- + 2 CH2O + 2H+ H2S + 2 CO2 + N2 oleh bakteri bintil dan bakteri tanah
2 H2 O pemfiksasi nitrogen yang hidup bebas
(Tisdale et al., 1993), sehingga dengan
Perlakuan pupuk belerang pada taraf 40
meningkatnya aktivitas bakteri
kg ha-1 dengan dosis bokashi yang
pemfiksasi nitrogen, diharapkan
berbeda sampai taraf 20 t ha-1
kandungan N – total tanah dapat
meningkatkan S-tersedia, tetapi menurun
meningkat..
kembali apabila bokashi diberikan pada
Masih berperannya
dosis bokashi 30 t ha-1. Dengan semakin
mikroorganisme pada keadaan reduksi
banyaknya bokashi yang diberikan pada
diduga H2S yang dapat meracuni
tanah yang digenangi proses dekomposisi
mikroorganisme bereaksi dengan Fe.
bahan organik pengaruhnya lambat,
Keadaan reduksi akibat penggenangan
karena dalam keadaan anaerob akan
tanah sawah akan mengakibatkan
menghasilkan gas hidrogen sulfida
terjadinya reduksi sulfat (H2SO4)
sebagai hasil reduksi SO42- yang
menjadi Sulfida (H2S) yang bersifat racun
berhubungan langsung dengan bahan
terhadap mikroba tanah dan tanaman
organik (Anwar, 2002).
padi. Dalam proses reduksi besi, Fe3+
Pada beberapa tanah ketersediaan SO42- tereduksi terlebih dahulu menjadi Fe2+
teradsorpsi secepat ketersediaan SO42- menyusul kemudian SO42- menjadi S2-.
mudah larut dan dilepaskan dalam waktu Fe2+ selalu terdapat dalam larutan tanah
yang lebih lama. Walaupun tanaman lebih dahulu sehingga akan bereaksi
dapat memanfaatkan SO42- teradsorpsi dengan H2S yang terbentuk akibat
dalam subsoil, tanaman dapat mengalami reduksi SO42- dan membentuk FeS yang
defisiensi S pada awal pertumbuhan mengendap. Proses ini akan melindungi

170 Vol.XIII, No.2, 2014: 165-174


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

mikroba tanah dan tanaman padi dari efek tanah tersebut melibatkan suatu proses
racun H2S (Prasetyo, et al., 2004). perubahan bentuk reduksi feri fosfat
Selama percobaan, kemungkinan (FePO4) menjadi bentuk fero fosfat [Fe3
kehilangan N akibat penggenangan (PO4)2] yang lebih mudah larut;
mungkin saja terjadi.Kehilangan N pada pembebasan P-terselimuti karena feri
tanah sawah terutama karena hidroksida tereduksi; digantikannya ion P
denitrifikasi, volatilisasi NH3, pencucian dari ferri dan Al-P oleh anion organic;
dan aliran permukaan. Proses imobilisasi hidrolisis dari Fe-P dan Al-P; dan ion P
dan fiksasi NH4+ membuat N untuk dari liat ditukar dengan anion organik
sementara waktu tidak tersedia untuk (Soepardi, 1983).
tanaman padi, tetapi tidak menyebabkan Fe 3+ + H2PO4- + H2O
kehilangan N dari dalam tanah (De
Datta, 1981). Lantin (1996) menyatakan Fe (OH)2 H2PO4 + 2H+
bahwa selain ada dalam tanah aerob NO3- Ion terlarut mudah larut
, juga ada dalam keadaan tergenang pada
permukaan tanah dan di daerah sekitar Strengit sukar larut
perakaran.Nitrat dalam keadaan anaerob
pada tanah tergenang cepat hilang
Kandungan S Tanaman
menjadi N2O dan N2. Pada tanah sawah
Hasil analisis statistik menunjukkan
di daerah tropis, kehilangan NO3 terbesar
terjadi interaksi antara pupuk belerang
setelah beberapa hari digenangi karena
dengan bokashi eceng gondok terhadap
proses denitrifikasi. Rendahnya perolehan
kandungan S seperti yang disajikan pada
tanaman padi sawah unsur N yang berasal
Tabel 3.
dari pupuk dihubungkan dengan proses
Peningkatan serapan sulfur oleh tanaman
nitrifikasi dan denitrifikasi.
antara lain berhubungan dengan
Pemberian dosis sulfur dan
ketersediaan sulfur dalam tanah. Tanah
bokashi eceng gondok dapat
percobaan yang memiliki sulfur sebesar
meningkatkan P-tersedia tanah melalui
21. 58 mg kg-1 (58 ppm) atau termasuk
mekanisme pelepasan P yang terjerap.
sedang menurut Santoso et al.
Anion organik (fosfat) dapat
(1990),pada dasarnya telah menyediakan
berkompetisi dengan SO42- (dari dosis
sulfur yang cukup walaupun kandungan
sulfur) untuk teradsorpsi, yaitu ion fosfat
SO42- tanahnya termasuk sangat rendah
akan menggantikan SO42- pada kompleks
(13.22 mg kg-1). Pemberian bokashi
jerapan SO42- cenderung lemah diadsorpsi
eceng gondok (b1, b2, dan b3) ternyata
(Garcia, 2000). Selanjutnya, asam-asam
memberikan pengaruh yang berbeda
organik dari bokashi eceng gondok akan
terhadap serapan sulfur dibandingkan
menekan oksida Ca (pada tanah basa)
dengan tanpa diberikan bokashi eceng
yang menjerap P sehingga terlepas dan
gondok (b0) pada taraf-taraf pupuk sulfur
menjadi tersedia. Tetapi, faktor umum
(S).
yang dapat meningkat ketersediaan P
pada lahan sawah adalah akibat
penggenangan. Peningkatan P-tersedia

171
Potensi Belerang… Emma Trinurani Sofyan.

Tabel 3. Interaksi Pupuk Belerang dengan Eceng gondok Terhadap Kandungan S Tanaman (mg rumpun-1)

Bokashi Eceng Gondok (B) (t ha-1)


Sulfur (S)
(kg ha-1) b0 (tanpa) b1 (10) b2 (20) b3 (30)
3.3333 a 4.5033 a 5.6433 a 6.7267 a
s0 (tanpa)
(a) (b) (c) (d)
6.9233 b 7.4300 b 7.5900 b 7.7833 b
s1 (20)
(a) (ab) (b) (b)
7.0433 b 8.9867 c 9.5567 c 8.7300 c
s2 (40)
(a) (ab) (b) (a)
8.5933 c 8.2700 c 9.3200 c 8.6433 c
s3 (60)
(a) (a) (b) (a)

Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5%. Huruf dalam kurung dibaca horizontal dan huruf kecil tanpa kurung dibaca
vertikal.

Bobot Gabah Kering Giling (BGKG) bokashi eceng gondok ditambah menjadi
30 t ha-1 (b3). Peningkatan BGKG padi
Tabel 4.memberikan gambaran bahwa
sawah sampai b2 ini disebabkan oleh
interaksi antara dosis sulfur dan bokashi
tercukupinya kebutuhan unsur hara
eceng gondok meningkatkan BGKG padi
tanaman yang dipasok dari pupuk ZA dan
sawah. Dosis sulfur 20, 40, 60 kg ha-1 (s1,
bokashi eceng gondok dan pertumbuhan
s2, dan s3) pada berbagai taraf bokashi
tanaman yang semakin baik dengan
eceng gondok sudah mulai meningkatkan
meningkatnya serapan sulfur, sedangkan
BGKG padi setelah diberikan bokashi
penurunan pada perlakuan b3 mungkin
eceng gondok 10 t ha-1 (s1).. Peningkatan
disebabkan oleh kurangnya pasokan
BGKG padi terus berlanjut sampai
unsur hara karena terhambatnya proses
pemberian bokashi eceng gondok 20 t ha-
1 dekomposisi.
(b2) dan menurun tidak berarti jika dosis

Tabel 4. Pengaruh Pupuk Belerang dan Bokashi Eceng Gondok terhadap Bobot Gabah Kering Giling (g pot-1).
Sulfur (S) Bokashi Eceng Gondok (B) (t ha-1)
(kg ha-1) b0 (tanpa) b1 (10) b2 (20) b3 (30)
46.25 a 46.68 a 52.59 a 45.57 a
s0 (tan pa) (a) (a) (b) (a)
46.95 a 51.18 b 57.91 b 52.48 b
s1 (20)
(a) (b) (c) (b)
49.51 a 55.65 c 58.10 b 56.25 b
s2 (40)
(a) (b) (b) (b)
46.20 a 51.01 b 58.34 b 55.81 b
s3 (60)
(a) (b) (c) (c)

Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5%. Huruf dalam kurung dibaca horizontal dan huruf kecil tanpa kurung dibaca
vertikal.

172 Vol.XIII, No.2, 2014: 165-174


Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 – 6885

Pemberian eceng gondok menjadi 30 ha-1 Hasil analisis respons dengan


(b3) pada perlakuan dosis sulfur s0 dan menggunakan persamaan regresi akibat
pada taraf dosis sulfur lainnya (s1.s2, dan pemberian pupuk belerang dan bokashi
s3) menyebabkan BGKG padi menurun eceng gondok terhadap BGKG padi
secara nyata sampai tidak berarti. Hal ini sawah, didapat prediksi hasil tertinggi
diduga karena pasokan unsur hara dari BGKG (Gambar 2) yang memperlihatkan
bokashi eceng gondok tidak mencukupi peningkatan mengikuti pola kuadratik
untuk meningkatkan BGKG padi. dengan persamaan: z = 89.6946 +
Lambatnya proses dekomposisi oleh 0.501125x + 0.823773 y – 0.0076x2 –
mikroorganisme karena penggenangan 0.01486y2 + 0.005373xy (R2 = 0,6564*).
adalah penyebabnya. Diduga, dosis eceng Pengaruh pupuk belerang dan bokashi
gondok tersebut terlalu tinggi untuk eceng gondok dengan bertambahnya
dapat didekomposisi secara sempurna takaran menunjukkan peningkatan hasil
oleh mikroorganisme yang keragaman BGKG sampai mencapai titik optimum
jenis dan jumlah terbatas pada lahan yaitu sebesar 57,90 g rumpun -1 atau 9,27
tergenang. Akibatnya, pasokan unsur hara t ha-1 yang diakibatkan pemberian 35,55
dari bokashi eceng gondok berkurang kg ha-1 S dan 23,26 t ha-1 bokashi eceng
dan kebutuhan unsur hara tanaman gondok. Selanjutnya, peningkatan takaran
menjadi kurang mencukupi untuk sulfur dan bokashi eceng menurunkan
meningkatkan BGKG padi sawah. BGKG padi sawah.
2
z = 89.6946 + 0.501125x + 0.823773 y - 0.0076x - 0.01486y 2 + 0.005373xy

110
100
90
80

Gambar 2. Permukaan Respons Hasil Bobot Gabah kering Giling akibat Pupuk Belerang dan Bokashi
Eceng Gondok

Meningkatnya BGKG padi sawah 4. KESIMPULAN


disebabkan pemberian pupuk ZA dan Berdasarkan hasil penelitian dapat
bokashi eceng gondok dapat disimpulkan sebagai berikut: Bokashi
meningkatkan kandungan N total, C- eceng gondok merupakan bahan organik
organik, P-tersedia, S-total, S-tersedia, yang unggul dengan kelebihan unsur
Zn, serapan S dan N tanaman, juga belerang yang dimilikinya. Terjadi
disebabkan adanya perbaikan terhadap interaksi antara pupuk S dengan bokashi
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. eceng gondok terhadap S-Total, SO42- -
Seperti yang dikemukakan oleh Flaig Tersedia, N-Total, C-Organik, P-
(1984), hasil tanaman akan meningkat Tersedia, Zn, Serapan S, dan BGKG.
bila tanah tempat tumbuhnya diberi Secara mandiri pupuk S dan bokashi
bahan organik. eceng gondok mempengaruhi ketersedian
P tanah., Diperoleh dosisoptimum
sebesar 35.55 kg ha-1 belerang dan 23,26

173
Potensi Belerang… Emma Trinurani Sofyan.

t ha-1 bokashi eceng gondokuntuk paddy (by


menghasilkan BGKG padi sawah sebesar province).Http://www.bps.go.id
9.27 t ha-1. Dan Hubungan fungsional . [ Februari 2004]
antara respon yang diukur dengan
BGKG padi sawah diperoleh P-tersedia, [6] Badan Pusat Statistik.2006. Statistik
serapan S dan SO4-tersedia yang Indonesia. Jakarta
mempengaruhi BGKG padi sawah
dengan R2 = 0,70**. [7] Balai Besar Penelitian Padi (BB
PADI). 2008. Deskripsi
5. UCAPAN TERIMA KASIH Varietas Ciherang.
Ucapan terima kasih kami http;//bbpadi.litbang.deptan.go.
sampaikan kepada DP2M DIKTI id/. [26Februari 2009]
KEMDIKBUD yang telah mendanai
penelitian ini melalui program Hibah [8] Brunold,C., H. Rennenberg., L.J. De
Bersaing tahun anggaran 2012. Kok., I. Stulen., and J. C,
Davidian. 2000. Sulfur nutrition
and sulfur assimilation in higher
DAFTAR PUSTAKA plants. Paul Haupt Publishers,
Berne, Switzerland.
[1] Anisimova,, M., S. Haneklaus, E.
Schnug. 2000. Significance of [9] Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000.
sulfur for soil organic matter. Rice: Nutrientndisorder and
Sulfur Nutrition and Sulfur nutrient management.
Assimilation in Higher Plants, Internationall Research Institute
pp.239-244. – Potash & Phosphate Institute
(PPI) – Potash, k,,& Phosphate
[2] Anwar, K. 2002. Pengelolaan Tanah Institute of Canada (PPIC).
Sulfat Masam Melalui
Pengendalian Aktivitas [10] Endonesia, 2009. Konsumsi Beras
Mikroorganisme.Http://rudyct.tr Nasional. www.endonesia.com
ipod.com/sem1_023/khairil_an (16 Maret 2009).
war htm.[ 19 Mei 2003]
[11] Engelstad, O. P. 1997. Teknologi
[3] Apriyantono, Anton. 2009. Rekor dan Penggunaan Pupuk. Edisi
baru dari petani Indonesia. Ketiga.Cetakan Pertama. D.
Avilable at: http:// H. Goenadi. Gadjah Mada
www.antonapriyantono.com/20 University Press. Yogyakarta.
09/01/08/rekor-baru-dari-
petani-Indonesia -indonesia (31 [12] Eriksen, J. (1997). Sulphur cycling
Maret 2009). in Danish agricultural soils;
turnover in organics fractions.
[4] Astawan, M. 2007. Beras Makanan Soil Biol. Biochem. 29: 1371-
Pokok Sumber Protein.IPB. 1377.
Bogor. Http://www. Ipb .ac.id
(15 Januari 2008). [13] Garcia, R. 2000. Soil Sulfur Notes.
www.taipan.nsmu.edu/mvpfpp/
[5] Badan Pusat Statistik.2004.Harvested organic.htm. [28 Maret 2003]
area yield and productivity of

174 Vol.XIII, No.2, 2014: 165-174

Anda mungkin juga menyukai