CAKUPAN KESEHATAN UNIVERSAL

Cakupan kesehatan universal (UHC) secara tegas didasarkan pada konstitusi WHO 1948 yang
menyatakan kesehatan sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkomitmen untuk
memastikan tingkat kesehatan tertinggi yang dapat dicapai untuk semua. Mencapai UHC adalah
komitmen global yang diwujudkan dalam agenda SDG dan merupakan komponen utama untuk
mengurangi ketidaksetaraan dan memerangi kemiskinan di seluruh dunia. Sementara kemajuan
besar telah dibuat dalam beberapa dekade terakhir, hampir setengah dari populasi dunia masih
belum mendapat manfaat dari cakupan lengkap layanan kesehatan penting dan jutaan orang masih
didorong ke dalam kemiskinan ekstrim, karena mereka harus membayar untuk perawatan kesehatan.

STATISTIK KESEHATAN DUNIA 2021

Cakupan layanan

Peningkatan cakupan layanan kesehatan esensial telah dicatat di semua wilayah dan semua
kelompok pendapatan, dengan indeks cakupan layanan UHC (UHC SCI) meningkat dari rata-rata
global 45 (dari 100) pada tahun 2000 menjadi 66 pada tahun 2017. Kemajuan terbesar telah dicapai
di LICs, terutama didorong oleh intervensi untuk penyakit menular dan, sampai batas tertentu, untuk
layanan kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir dan anak (RMNCH) yang lebih baik.

Mencapai UHC membutuhkan beberapa pendekatan. Pendekatan perawatan kesehatan primer dan

pendekatan kursus hidup sangat penting. Sebagai titik masuk pertama antara pasien dan sistem
kesehatan, perawatan kesehatan primer memungkinkan semua orang memperoleh manfaat dari
layanan kesehatan dasar sambil mengurangi hambatan finansial dan geografis.  Penguatannya di
tingkat masyarakat merupakan aspek kunci untuk mewujudkan UHC, dan perlu semakin
didukung. Menerapkan pendekatan kursus hidup mengoptimalkan kesehatan masyarakat dengan
memenuhi kebutuhan mereka dan memaksimalkan peluang di semua fase kehidupan sehingga
mereka dapat dan melakukan apa yang mereka hargai secara wajar di segala usia, selalu dipandu
oleh prinsip-prinsip yang mempromosikan hak asasi manusia dan kesetaraan gender.

Perlindungan finansial dicapai ketika pembayaran langsung untuk layanan kesehatan tidak
menyebabkan kesulitan keuangan. Sayangnya, keuntungan dalam cakupan layanan datang dengan
biaya besar bagi beberapa individu dan keluarga mereka. Insiden pengeluaran kesehatan katastropik
– didefinisikan sebagai pengeluaran besar yang dikeluarkan sendiri dalam kaitannya dengan
konsumsi atau pendapatan rumah tangga – meningkat terus menerus antara tahun 2000 dan 2015.
Proporsi penduduk dengan pengeluaran kesehatan sendiri melebihi 10% dari rumah tangga mereka
anggaran meningkat dari 9,4% menjadi 12,7% selama periode ini, dan proporsi pengeluaran
langsung melebihi 25% meningkat dari 1,7% menjadi 2,9%. Secara keseluruhan, perlindungan
finansial sebelum COVID-19 memburuk bukan membaik. Dunia tidak mampu membeli sistem
kesehatan tanpa perlindungan finansial. 
Ketimpangan di bidang penyakit menular

Ketimpangan sosial ekonomi ada di semua negara dan memiliki dampak penting pada
kesehatan. Terdapat perbedaan sistemik penyakit menular antar kelompok sosial yang berbeda
dimensinya seperti status ekonomi, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Populasi
yang lebih miskin dan kurang beruntung cenderung menderita beban penyakit menular yang lebih
tinggi, misalnya karena rendahnya pengetahuan tentang perilaku protektif, peningkatan paparan
karena kondisi hidup dan kerja, perilaku mencari kesehatan yang buruk dan hambatan untuk
mengakses layanan kesehatan, yang semuanya menghambat deteksi dan pengobatan yang
cepat. HIV/AIDS Secara keseluruhan, pengetahuan, sikap dan praktik HIV (KAP) cenderung lebih
baik di kalangan orang kaya dan berpendidikan. Misalnya, di lebih dari separuh negara dengan data
yang tersedia antara 2010–2019, ada kesenjangan setidaknya 20 poin persentase antara indikator
KAP terkaya dan termiskin. Pengetahuan tentang HIV juga setidaknya 20 poin persentase lebih
tinggi di antara yang paling berpendidikan daripada yang paling tidak berpendidikan.

Tuberkulosis Secara keseluruhan, setengah dari orang yang terkena TB menghadapi biaya bencana
(melebihi 20% dari pendapatan rumah tangga) sebagai akibat dari penyakit, berkisar di 16 negara
antara 19% dan 83%. Untuk orang dengan TB yang resistan terhadap obat, proporsi ini meningkat
menjadi 80%. Kemungkinan menghadapi biaya bencana lebih dari 20 poin persentase lebih tinggi di
antara rumah tangga termiskin di sebagian besar negara

Demam Malaria adalah gejala utama untuk mencurigai malaria dan memicu pengujian diagnostik
pasien di sebagian besar rangkaian endemik malaria. Riwayat demam dan langkah selanjutnya yang
diambil untuk mencari pengobatan telah menjadi dasar untuk mengukur akses ke manajemen kasus
malaria. Secara keseluruhan, ada ketidaksetaraan besar dalam perilaku mencari perawatan untuk
anak-anak dengan demam, yang cenderung lebih rendah di antara subpopulasi miskin, tidak
berpendidikan dan pedesaan. Pencarian perawatan segera untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun
dengan demam setidaknya 20 poin persentase lebih tinggi di kuintil terkaya daripada di kuintil
termiskin di lebih dari setengah negara studi. Ketimpangan dalam akses ini tetap bertahan, dengan
tidak ada atau sedikit perubahan yang terlihat secara keseluruhan dalam 10 tahun terakhir.

MONITORING KESEHATAN UNTUK SDG s

Ketimpangan dalam distribusi tenaga kesehatan

Distribusi HWF yang tidak adil – dalam hal usia, jenis kelamin, tempat kerja – menghambat
kapasitas nasional untuk mencapai UHC.

Akses dan penyampaian teknologi kesehatan

Akses ke dan pengiriman obat-obatan, vaksin dan alat diagnostik sangat penting untuk mengatasi
masalah kesehatan yang paling mapan dan muncul, dan untuk memulihkan momentum keseluruhan
menuju SDG terkait kesehatan. Di seluruh dunia, kebutuhan untuk mengurangi konsultasi tatap
muka tanpa mengurangi kualitas dan akses layanan kesehatan esensial telah merevitalisasi
telemedicine dan membawanya ke garis depan di era COVID-19. Diskusi tentang perlunya dan
kelayakan telemedicine telah menyebar di berbagai spesialisasi medis dan pengaturan perawatan.