Anda di halaman 1dari 2

IV.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Pada praktikum ini tidak diambil data pengamatan.

B. Pembahasan

Koordinat adalah suatu titik yang didapatkan dari hasil perpotongan dari garis
latitude (lintang) dengan garis bujur (longitude) sehingga akan menunjukan
lokasi pada suatu daerah. Umumnya koordinat dibedakan menjadi koordinat
Geographic dan Universal Transver Mercator (UTM). Koordinat Geografi pada
Proyeksi UTM mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu
Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai
arah acuan. Parameter Koordinat UTM terdiri dari komponen North/East dan
informasi Zone. (Kontur bukan merupakan parameter koordinat.) Pada Sistim
Proyeksi Lokal, titik acuan dapat berupa Patok, Paku, Pojok Bangunan dll,
dengan asumsi nilai X,Y sebarang, dengan arah Utara Grid sebarang. Koordinat
ini dapat pula disebut Koordinat Relatip. Jika pada kemudian hari koordinat
“Patok” tersebut dapat ditentukan hubungannya terhadap Sistem Koordinat
Nasional, maka Sistim Koordinat dapat diubah menjadi Sistem Koordinat Baku.
Proses ini disebut juga Transformasi. UTM atau Universal Transverse Mercator
merupakan sistem proyeksi peta yang membagi seluruh wilayah permukaan
bumi menjadi 60 bagian atau 60 Zona. Setiap zona memiliki lebar 6° ke arah
bujur (longitude). Zona 1 dimulai dari 180°W sampai 174°W dan terus ke arah
timur hingga Zona 60 yang dimulai dari 174°E sampai 180°E. hurup N dan S
digunakan untuk membedakan zona wilayah Utara dan Selatan.

Seluruh wilayah di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur mulai dari
zona 1 di lautan teduh (pertemuan garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur)
menuju timur dan berakhir di titik awal. Tiap zona bujur memiliki lebar 6o atau
sekitar 667 km. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona dengan panjang tiap
zona 8o atau sekitar 890 km.
Zona lintang dimulai dari 80 LS – 72 LS disebut zona C dan berakhir pada zona
X pada koordinat 72 LU – 84 LU dengan huruf (I) dan (O) tidak digunakan
dalam penamaan zona. Penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara
kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang), contoh kabupaten Garut
terletak pada zona 47M dan 48M.

Pada proses retrifikasi diperlukan beberapa koordinat titik kontrol dari


pengukuran langsung dilapangan dengan GPS atau interpolasi dari peta dasar
yang sudah ada. Titik kontrol lapangan (GCP) adalah titik-titik yang letaknya
pada suatu posisi piksel suatu citra yang koordinat petanya (referensinya)
diketahui. GCP terdiri atas sepasang koordinat x dan y, yang terdiri atas
koordinat sumber dan koordinat referensi. Koordinat-koordinat tersebut tidak
dibatasi oleh adanya koordinat peta. Karena posisi piksel pada citra output tidak
sama dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan
untuk mengisi citra yang baru harus di-resampling kembali. Dalam melakukan
koreksi geometrik, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan titik
control (GCP = Ground Control Points), Kemudian setelah melakukan proses
koreksi geometrik. Tititk kontrol ini berupa obyek yang terlihat pada citra
sekaligus terlihat pada peta rujukan yang digunakan dalam koreksi geometrik.
Titik kontrol ini bisa berupa persimpangan antara sungai dengan jalan ataupun
persimpangan jalan dan beberapa obyek lain yang tampak dengan jelas dicitra
maupun peta rujukan. Titik kontrol berperan penting untuk mengoreksi data dan
memperbaiki keseluruhan citra.

Retrifikasi merupakan salah satu tahapan dalam koreksi geometrik untuk


memproyeksikan citra yang ada ke bidang datar dan menjadika bentuk koform
(sebangun) dengan sistem proyeksi peta yang digunakan, juga untuk
mengorientasikan citra sehingga mempunyai arah yang benar. Pada proses
retrifikasi diperlukan beberapa koordinat titik kontrol dari pengukuran langsung
dilapangan dengan GPS atau interpolasi dari peta dasar yang sudah ada. Untuk
hasil retrifikasi yang baik, titik kontrol baiknya tersebar seecara merata
dibandingkan hanya memusatkannya dalam satu area. Retrifikasi biasanya
dilakukan untuk perbandingan sebuah pixel dalam beberapa aplikasi, memba
gun basis data pada pemodelan SIG, membuat peta foto dengan skala yang
tepat, mengidentifikasi sampel yang mengacu pada koordinat peta dan lain
sebagainya. Tingkat akurasi dari proses retrifikasi di tunjukkan melalui
parameter RMS (Root Mean Square) Error. Semakin rendah nilai RMS Error
maka hasil retrifikasi semakin akurat. Hal yang memengaruhi RMS error antara
lain tingkat ketelitian titik kontrol lapangan, ketelitian titik kontrol citra, jumlah
dan distribusi letak titik kontrol dan model transformasi yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai