Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 11

 Danang Ronggo A. 14312569


 Anci Lestari 14312559
 M. Alif Nur I 14312479

Politik multidimensi dan runtuhnya islam di bagdad


Pendahuluan

Baghdad adalah sebuah pusat kota pemerintahan Islam yang sangat maju dan menjadi pusat
peradaban Islam zaman daulah abasiyah. Kota Baghdad dibangun oleh Khalifah Al Mansur, setelah
menyelidiki keistimewaan-keistimewaan yang akan dijadikan kota maka pada tahun 145 H, khalifah
Al Mansur menyeru kepada negara-negara Islam untuk mengirimkan para ahli pembangunan yang
akhirnya beribu-ribu ahli bangunan datang untuk membangun kota tersebut. Dinasti Abasiyah
mengalami kebangkitan ilmiah pada zaman tersebut yang terbagi menjadi tiga lapangan kebangkitan
yaitu ; (1) Kegiatan menyusun buku-buku ilmiah (2) Mengatur /menyusun ilmu-ilmu Islam, (3)
Terjemahan dari Bahasa Asing (menerjemahkan buku). Pada tahun 832 M Khalifah al Ma’mun
mendirikan di kota Baghdad sebuah akademi pertama lengkap dengan pusat melihat bintang,
perpustakaan yang besar dan lembaga untuk terjemah-menterjemah. Akademi ini membuktikan
dirinya sebagai sebuah akademi paling penting yang didirikan sejak zaman Universitas Alexandria,
yang telah didirikan dipertengahan abad sebelum masehi. Di akedemi tersebut telah diterjemahkan
buku-buku besar yang penting dari berbagai bahasa kepada bahasa Arab.Lembaga yang yang
didirikan tersebut diberi nama Baitul Hikmah.

Masa khilafah Abbasiyah dielu-elukan sebagai masa keemasan Islam. Karena pada masa ini
kemajuan dalam berbagai bidang sangat pesat. Namun jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M
ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan
dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumi
hanguskan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.

Faktor faktor yang mempengaruhi runtuhnya bani abbasiyah

1. Faktor Internal

2. Faktor eksternal

Faktor Internal

1. Berdirinya dinasti-dinasti di timur dan barat

Sejak masa al-Makmun, baik di al-Maghrib maupun al-Masyriq, beberapa dinasti Islam yang merdeka
dan semi merdeka mulai berdiri. Para Khalifah Abbasiyah gagal menaklukan mereka. Mereka hanya
simbolis berhubungan dengan khalifah untuk memperoleh legitimasi kekuasaannya. Di front al-
Maghrib atau front Barat dinasti-dinasti berdiri, baik kecil maupun besar yang bersaing bahkan
menjadi ancaman bagi legitimasi kekuasaan Abbasiyah, membuat kekhalifahan Abbasiah makin hari
makin kecil dan wilayah wewenang khalifah hanya dengan nama saja. Para khalifah Abbasiah
menjadi boneka para Amir dan sultan dengan kekuasaan dejeur,  sedangkan kekuasaan defactonya
ditangan para Amir dan penguasa lokal

2. Blunder Para Khalifah Abbasiah


Khalifah Mu’tasim membangun pasukan elit dari Turki secara terpisah dengan tentara Abbasiah.
Akhirnya mereka begitu berpengaruh dikalangan istana maupun rakyat, maka keperluan khalifah
bergantung mau tidaknya mereka. Tentara bayaran Turki akhirnya saat khalifah lemah, merekalah
yang memegang kendali kekhalifahan, bahkan untuk mengangkat dan memecat khalifah pun mereka
yang paling menentukan.

Untuk melepaskan khalifah dari hegemoni pengaruh Turki karena tidak tahan dengan perbuatan dan
sikap kasar  mereka terhadap penduduk Baghdad, maka Khalifah al-Mustakfi Billah terpaksa
mengundang dan meminta bantuan kepada pemimpin Buwayhiyah, Ahmad Ibn Abu Shuza’
Buwaihiah, yang beraliran Syi’ah. Setelah berhasil mengusir tentara Turki, justru Ahmad menjadikan
khalifah lemah dan menjadi bonekanya, dia mendirikan dinasti dengan namanya yaitu Dinsti
Buwayhiyah.

3. Sistem pergantian pemimpin tidak baku

Karena tidak adanya suatu sistem dan aturan yang baku menyebabkan sering gonta-gantinya putra
mahkota di kalangan istana dan terbelahnya suara istana yang tidak menjadi kesatuan bulat
terhadap pengangkatan para pengganti khalifah. Seperti perang saudara antara Amin-Ma’mun
adalah bukti nyata

4. Munculnya Banyak perpecahan

pada masa kemunduran dinasti Abbasiah ditandai dengan banyaknya perpecahan yang terjadi. Hal
ini bisa dilihat dari perpecahan antaraorang Arab dan non-Arab, antara muslim dengan dzimmi, Arab
Selatan dengan Arab Utara. Orang Berber, Persia, Turki dan yang lainnya tidak pernah padu dalam
satu kesatuan homogen dengan orang Arab Semit. Akibatnya muncul disintegrasi antar kekuatan-
kekuatan sosial dan kelompok-kelompok moral

5. Pembangkangan dengan kedok agama

Tampilnya gerakan-gerakan berkedok keagamaan, seperti orang Qaramithah, Assasin dan pihak-
pihak lainnya yang turut memporak-porandakan kesatuan aqidah dan nilai-nilai Islam yang bersih
sepanjang masa. Saat itu, kaum muslim terpecah menjadi beberapa kelompok seperti Khawarij,
Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah, Ismailliah, Qaramithah Sunni, Mu’tazilah dan sebagainya. Mereka satu sama
lain tidak akur terutama dikalangan elit politik, menyebabkan sendi kekuatan Abbasiah menjadi
makin hari makin lemah sampai kehancuran Baghdad

6. Kemunduran Ekonomi

Pemerintah memberikan beban pajak yang berlebihan dan pengaturan wilayah-wilayah demi
keuntungan kelas penguasa menghancurkan bidang pertanian dan industri. Saat para wazir,
amir,  dan kalangan istana makin kaya, rakyat justru makin miskin. Ketergantungan terhadap tentara
bayaran yang menyebabkan negara bangkrut. Selain itu adalah semakin mengerucutnya wilayah
pemerintahan Abbasiah yang menyebabkan berkurangnya pendapatan negara

7. Merosotnya moral para khalifah pada zaman kemunduran dan hilangnya semangat jihad

Faktor eksternal

Berawal ketika Khalifah al-Qaim meminta bantuan kepada kekuatan Turki yang dipimpin
oleh Tughril Beg untuk membebaskan khalifah dari tahanan rumah oleh Basasiri. Khalifah dengan
suka cita memberikan gelar al-Sultan al-Masyariq wa al-Magharib (penguasa timur dan barat)
kepada Tughril Beg yang akhirnya berdiri Dinasti Saljuq sehingga menjadikan wilayah kekuasaan
Abbasiyah kalah luas dengan dengan kekuasaan Saljuq dan sultan Saljuq memerintah secara defacto

Pada masa Khalifah al-Nashir, dia melakukan kesalahan dengan menghasut Takasydengan
adanya serangan , Sultan Khawarizm IV untuk menyerang Saljuq, setelah terjadi kontak selama 18
tahun akhirnya Saljuq kalah dari Khawarizm Shah. Khalifah al-Nashir menuntut agar daerah
kekuasaan Saljuq yang sangat luas yang jatuh ke tangan Khawarizm Shah untuk diserahkan padanya,
akan tetapi Khawarizm Shah, Takasy tidak menghiraukan tetapi juga mempopulerkan dirinya denga
gaya berpakaian ala sultan-sultan Saljuq, mencetak uang dengan mencantumkan nama Sultan di
dadamnya. Khawarizm Shah memutuskan untuk melenyapkan Kekhalifahan Abbasiah dan diganti
dengan khalifah Aliyah (Syi’ah). Bara api perselisihan Sunni-syiah berkobar lagi, setelah Khalifah al-
Nashir meminta bantuan kepada sekutu baru, musuh besar bagi dunia Islam yaitu Chengis Khan.

Chengis Khan yang haus kekuasaan dan darah tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini
dan memanfaatkan konflik Sunni-Syiah dengan sebaik-baiknya. Chengis Khan tertarik untuk datang,
dan akhirnya menjadikan Khawarizm banjir darah dengan mesin perang ganas yang mereka
gunakan. Perlawanan Khawariz shah dilanjutkan oleh putrannya Sultan Jalaludin shah, akan tetapi
akhirnya Khawarizm Shah kalah dari putra Chengis Khan yang bernama Chagtai.

Penyerangan Bangsa Mongol ini bermula ketika Hulagu Khan mengirimkan surat pada Khalifah al-
Mu’tasim untuk mengajak kerjasama menumpas kelompok Asassin yang merupakan sekte anak
cabang dari Syi’ah Ismailliyah yang sangat mengganggu wilayah Persia maupun wilayah Mongol.
Akan tetapi surat tersebut jatuh ke tangan wazir  al-Qemi yang beraliran Syi’ah yang tidak ingin
kerjasama dengan Hulagu Khan untuk membasmi sekte Assasin, maka wazir  membalas surat atas
nama Khalifah dengan bahasa yang kurang baik/kasar sehingga membuat Hulagu Khan merasa
dihina dan tidak terima, maka dengan tentara yang banyak Hulagu menyerang Baghdad.

Menjelang penyerbuan Hulagu Khan terhadap Baghdad, Hulagu Khan meminta persetujuan
dan dukungan kepada saudara sepupunya Barke Khan. Berke memberi masukan masukan agar
Hulagu Khan menarik tentaranya sebelum serangan Mongol ke baghdad. Barke Khan tidak
mendukung rencana Hulagu Khan untuk menyerang Baghdad. Hal itu dikarenakan adanya
perbedaan agama dan politik bilateral, yakni persahabatan, kerjasama politik, dan perdagangan
antara Berke dan Khalifah Abbasiah, Baghdad

Akan tetapi sejarah tidak mencatat sikap dan reaksi Berke apakah mendukung atau bersikap
netral terhadap ajakan Hulagu Khan. Menurut M. Abdul Karim jarak (sekitar 4000 mil) yang sangat
jauh antara Baghdad, ibu kota Dinasti Abbasiah, dan Sarai Baru, ibu Kota Golden Horde, sedang
waktunya tidak cukup dan momentumnya kurang mendukung, sehingga Berke tidak dapat serta
merta mengirim bantuan tentara kepada Khalifah di Baghdad untuk membendung dan melawan
serbuan tentara Mongol, pimpinan Hulagu Khan.Pada tanggal 10 Pebruari pasukan Mongol telah
merangsek ke dalam kota, Khalifah yang sedang naas itu dan tiga ratus pejabat dan qadhi buru-buru
menyerahkan diri tanpa syarat. Sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh. Kota itu sendiri
dijarah . Mayoritas penduduknya, termasuk keluarga khalifah dibantai habis.Pembantainya massal
itu menelan korban sebanyak 800.000 orang

Kesimpulan

Runtuhnya Dinasti Abbasiah yang berpusat di Baghdad yang merupakan kota peradaban dan
kemajuan berbagai macam ilmu pengetahuan merupakan sebuah kehancuran yang sangat dahsyat.
Sebab-sebab keruntuhan Baghdad adalah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor Internal, sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pada masar kemunduran Dinasti
Abbasiah mengalami kekacaun politik multi dimensional. Hal ini bisa dilihat dengan berdirinya
dinasti-dinasti semi merdeka dan merdeka di wilayah Abbasiah yang melemahkan kekhalifahan,
adanya blunder atau kesalahan yang dilakukan oleh para khalifah dalam pembentukan pertahanan
dengan menyewa tentara bayaran yang justru menimbulkan masalah baru dalam pemerintahan,
munculnya berbagai perpecahan di kalangan masyarakat Abbasiah yang terdiri dari berbagai wilayah
dan juga muncul berbagai pembangkangan yang berkedok keagamaan seperti Syi’ah, Mu’zilah dan
sebagainya yang tidak mau akur satu sama lain sehingga melemahkan kekuatan Abbasiah, tidak
adanya sistem yang bagi dalam pergantian kepemimpinan kekhalifahan yang kadang menimbulkan
perang saudara, serta kemunduran ekonomi dan merosotnya moral dan semangat jihad para khaifah

Sedangkan faktor eksternal keruntuhan Baghdad adalah adanya perselisihan antara Khalifah
Abbasiah dengan Saljuq yang kemudian meminta bantuan Khawarizm Shah untuk memerangi Saljud.
Setelah menang ternyata Khawrizm Shah menghianati Khalifah Baghdad dan berusaha melenyapkan
Baghdad, Khalifah justru melakukan kerjasama dengan Chengis Khan yang merupakan musuh
bebuyutan Islam dalam memerangi dan melenyapkan Khawarizm Shah. Bermula dari surat ajakan
Hulagu Khan untuk memerangi Assasin Cabang Syi;ah Ismailliyah yang sering mengganggu di wilayah
Islam maupun wilayah Hulagu Khan. Surat Chengis Khan tersebut diterima oleh wazir  al-Qemi yang
beraliran syiah, dia membalas surat Hulagu Khan tersebut dengan tidak sopan tanpa sepengetahuan
Khalifah, sehingga Chengis Khan tersinggung dan marah, setelah membasmi para Assasin,
selanjutnya Hulagu Kan menghancurkan kota Baghdad.

Anda mungkin juga menyukai