Anda di halaman 1dari 4

CIRI-CIRI MASALAH YANG BAIK

Pemilihan atau penetapan masalah yang dikatakan baik dalam penelitian perlu menjadi
pertimbangan peneliti. Masalah dapat dikatakan baik jika memiliki:
1. Kontribusi
Salah satu ciri masalah yang baik adalah dapat memberi kontribusi kepada beberapa
aspek, antara lain:
a. pengembangan teori baru
b. perbaikan metode
c. manfaat dan implikasi aplikatif
2. Orisinalitas
Bukan merupakan pengulangan terhadap penelitian lain, seperti:
a. masalah yang diteliti
b. kerangka konsep
c. pendekatan
3. Pernyataan Permasalahan
a. pernyataan penelitian
b. gambaran asosiasi dua atau lebih fenomena terukur
4. Aspek Kelayakan (Feasibility)
a. dapat dijawab
b. pertimbangan waktu dan biaya
c. tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
d. daya dukung fasilitas dan sumber daya lain

Rumusan Masalah Yang Baik ( Sugiyono, 2004 ) :

a) Masalah harus feasible artinya masalah tersebut harus dapat dicarikan


jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga dan waktu.
b) Masalah harus jelas yaitu semua orang memberikan presepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
c) Masalah harus signifikan artinya jawaban atas masalah itu harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan manusia.
d) Masalah bersifat etis artinya tidak berkenaan dengan hal-hal etika, moral,
nilai-nilai keyakinan dan agama

Perumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah berbeda dengan identifikasi masalah. Kalau masalah


yang sudah teridentifikasi merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi, sementara rumusan masalah merupakan suatu kalimat
pernyataan yang disusun berdasarkan adanya masalah tersebut dan akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dalam suatu proses
penelitian. Namun demikian terdapat kaitan erat antara suatu masalah dan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada
masalah yang teridentifikasi.
Pentingnya Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap


penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi
sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan
masalah disebut juga sebagai research questions atau research problem,
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik
dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang
satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di
dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan
yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah,
merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.
Penentuan perumusan masalah sangat penting dan berfungsi dalam
menetapkan:
a. Langkah awal yaitu untuk:
- Mengembangkan Kerangka Konsep.
- Konseptualisasi dan Operasionalisasi.
- Desain Penelitian
b. Prediksi keberhasilan penelitian.
c. Memilih judul dan menuliskan tujuan penelitian.
d. Menilai Orisinalitas studi vs. Plagiarisme.

Tinjauan Pustaka
Dasar-dasar penelitian dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian terdahulu yang
terkait dan mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian.
Peninjauan pustaka dimaksudkan untuk mempertajam metodologi, mempertajam
tinjauan teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian sejenis yang telah di
lakukan oleh peneliti lain. Seyogyanya sangat penting bagi peneliti untuk mencari
hasil penelitian terdahulu yang cocok dengan bidang yang di teliti sebagai dasar
pendukung pilihan dalam pembahasan tinjauan pustaka dan kerangka teori perlu
diungkapkan kerangka acuhan komprehensif mengenai konsep, prinsip atau teori yang
digunakan sebagai sandaran dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dari teori-
teori atau konsep-kosep umum dilakukan pemerincian atau analisis melalui penalaran
deduktif, sedangkan dari hasil penelitian dilakukan pemaduan atau sintesis dan
generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduktif dan induktif itu dilakukan
secara interaktif, sehingga diharapkan dapat dirumuskan yang paling mungkin dan
paling tinggi taraf kebenarannya sehingga dijadikan hipotesis penelitian. Pemilihan
bahan pustaka yang akan dikaji berdasarkan pada tiga kriteria, yaitu:
1. Relevansi, yaitu sumber tinjauan teori sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.
Makin sesuai/cocok antara variabel-variabel yang diteliti dengan teori yang
dikemukakan, makin baik studi kepustakaan tersebut.
2. Kelengkapan, berkenaan dengan banyaknya kepustakaan yang dibaca, makin
banyak kepustakaan yang dibaca atau dikemukakan, berarti makin lengkap
kepustakaan, makin baik studi kepustakaan.
3. Kemutakhiran, yaitu sumber yang dipakai acuan hendaknya yang terbaru dan
mempunyai kualifikasi yang memadai, beberapa pendapat mengatakan biasanya dari
terbitan 10 tahun terakhir untuk buku teks dan 1 tahun untuk jurnal, kecuali penelitian
historis.

Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori
yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya.
Dengan prinsip kemutakhiran, penelitian dapat berargumentasi berdasarkan teori-teori
yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap
telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan
tinjauan pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti, sehingga
diperlukan bahan yang cukup banyak agar penyusunan landasan teoritis menjadi lebih
produktif. Uraian dalam tinjauan pustaka diharapkan menjadi landasan teoritik
mengapa masalah yang dihadapi dalam penelitian perlu dipecahkan dengan strategi
yang dipilih.
Tinjauan teoritik mengenai prosedur yang akan dipakai dalam pengembangan juga
dikemukakan. Tinjauan pustaka dan kerangka teori dipaparkan dengan maksud untuk
memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain
yang mungkin sudah pernah dilakukan para ahli untuk mendekati permasalahan yang
sama atau relatif sama. Dengan demikian pengambangan yang dilakukan memiliki
landasan empiris yang kuat. Setelah seorang peneliti telah menetapkan topik
penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan tinjauan yang berkaitan dengan
teori yang berkaitan dengan topik penelitian.Jadi dapat dikatakan bahwa tinjauan
pustaka adalah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan mendengarkan laporan-
laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan.
SUMBER PUSTAKA

Dalam pencarian teori, peneliti akan berupaya mengumpulkan informasi sebanyak-


banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan yang
dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis dan
disertai) dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran, dll). Dengan
demikian kalau dibedakan menurut jenisnya sumber pustaka dibedakan menjadi dua
bagian antara lain:
1. Sumber Bacaan Umum
a. Ensiklopedia
b. Teks
c. Monograf
d. Leaflet
2. Sumber Bacaan Khusus
a. Buku
b. Jurnal
c. Laporan periodik
d. Bulletin penelitian
e. Annual review
f. Tesis
g. Disertasi
h. Sumber-sumber lain
Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya studi kepustakaan untuk
penelitian. Istilah studi kepustakaan digunakan dalam berbagai istilah oleh para ahli,
diantaranya yang dikenal adalah: tinjauan pustaka, tinjauan teoritis dan tinjauan teori.
Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang
harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian.
Upaya melakukan studi kepustakaan meliputi proses umum seperti :
mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka dan analisis dokumen
yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Anda mungkin juga menyukai