Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI LINGKUNGAN LAUT

Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters yang menyimpan
berjuta misteri kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang hingga sekarang masih belum banyak
tersingkap. Lingkungan yang dinamakan Lingkungan Laut (Marine Environment) cakupannya dimulai dari
bagian pantai (coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudra, dimulai dari bagian
permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe kedalamannya dan bentuk
morfologisnya.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelautan, baik itu Biologi Kelautan
(Marine Biology) maupun Oseanografi, membuat tabir yang seolah menutupi lautan dengan segala
misteri yang dikandungnya sedikit demi sedikit dapat tersingkap. Salah satunya adalah pengetahuan
mengenai Lingkungan laut.

Membahas mengenai lingkungan laut, ada 2 hal yang esensial darinya. Yang pertama adalah Zona kolom
air, atau Zona Pelagik adalah bagian perairan dimana terdapat massa air, dan yang kedua adalah Zona
dasar perairan, atau disebut juga Zona Bentik yang merupakan dasar / platform dari perairan itu sendiri.
Dari pembagian atas kedua hal tersebut, dapat dikembangkan lagi menjadi zona-zona atau wilayah-
wilayah dengan karakteristik yang lebih khusus lagi. Pembagian wilayah atau Zonasi tersebut dinamakan
Pemintakatan Lingkungan Laut, dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Disini akan dibahas mengenai pembagian lingkungan laut berdasarkan pada Lingkungan Pelagik dan
Lingkungan Bentik.

A. LINGKUNGAN PELAGIK

Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota pelagik.
Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn pelagik. Lingkungan ini mencakup kolom air
mulai dari permukaan dasar laut sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini mempunyai batas wilayah
atau mintakat yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah laut jeluk. Secara horizontal
lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan secara vertikal lingkungan ini dibagi
menjadi epipelagik, mesopelagik, batipelagik, dan abisopelagik.

Secara horizontal

1. Mintakat Neririk

Mintakat neritik merupakan laut yang terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat neritik
diantaranya

a. Sinar matahri masih menembus dasar laut

b. Kedalamannya ±200 m

c. Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut

Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang berbeda dengan mintakat
oseanik karena :

a. .Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah

b. Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena berbeda-bedanya zat-zat
terlarut yang dibawa ke laut dari daratan

c. Perairan neririk sangat berubahubah, baik dalam waktu maupun dalam ruang, jika dibandingkan
dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya
tumpahan berbagai zat terlarut dari darat ke laut

d. Penmbusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air berbeda antara mintakat
neritik dan mintakat oseanik
2` Mintakat Oseanik

Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus
cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air
dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari
kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, pada daerah ini banyak ikannya. Mintakatsi oseanik
merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat ini
kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relative lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya
hanya kuat sampai dengan 200 m.

Secara Vertikal

1. Mintakat Epipelagik

Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik disebut juga sebagai
mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah, terutama di paparan benua, penembusan
cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang daripada di lapisan yang sama dari perairan oseanik,
karena tingginya kandungan sedimen tersuspensi di paparan benua.

Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada dan dekat permukaan,
tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinara
ini juga terlalu tinggi bagi zooplankton. Yang kedua adalah mintakat yang dinamakan mintakat bawah
permukaan, tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak jeluk, di mana
fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat berlimpah. Mintakat yang ketiga atau mintakat
terbawah termasuk lapisan perairan, tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada
malam hari, berada pada siang hari.

2 Mintakat Mesopelagik

Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki kedalaman dari 200 m - 1000
m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi
primer yang memanfaatkan detritus yang turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini dan
seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang dimanfaatkan. Tumbuh-tumbuhan dapat hidup
di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada
mendapatkannya.

3. Mintakat Batipelagik

Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai 4000 m atau sama dengan dasar laut.
Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota yang hidup di lingkungan ini biasanya merupakan
organisme bioluminesen, yaitu organisme yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Karakteristik
bioluminesen ini merupakan adaptasi organisme terhadap lingkungannya yang gelap dan tidak
tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini biasanya merupakan Cumi-cumi raksasa dan
jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-ikan laut dalam dengan bentuk dan karakteristik yang
sama sekali berbeda dengan ikan di zona fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan
Hagfish. Paus yang diketahui hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm Whale yang
mengkonsumsi cumi-cumi raksasa.

Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan disini bergantung
dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona atas, yang biasa disebut sebagai salju laut
atau marine snow. Yang lainnya hidup sebagai predator.

4.Mintakat abisopelagik

Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke bagian-bagian terjeluk dari
samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini merupakan wilayak yang tidak ada cahaya sama
sekali, suhu dingin, dan tekanan air tinggi. Mintakat ini merupakan lingkungan hidup atau habitat yang
paling sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang dihasilkan adalah dari hewan-hewan yang hidup di
mintakat ini atau bioluminesensi atau biopendar cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan
tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu,
salinitas, dan kondisi-kondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat diabaikan dilihat dari segi
ekologik.

Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur (CaCO3) mudah terlarut dalam air. Hal
ini ditunjukkan olah pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di mintakat ini. tekanan air di
mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup di daerah ini mengalami perubahan-
perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih besarnya gelembung renang pada ikan agar dapat
mengambang di kolom air seperti yang dikehendaki. Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan
sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air di sekitarnya,
karena susah untuk mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang tersebut harus
dikembangkan. Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi kimiawi dan perubahan gejala-
gejala fisiologik lain.

Sumber makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang berupa bangkai
atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke dasar laut.

Berdasarkan Intensitas Cahaya

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:

1. Daerah fotik, merupakan daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum
200m. Merupakan daerah produktivitas primer di laut

2. Daerah Twilight, daerahnya remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman
antara 200 - 2000m.

3. Daerah afotik, daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.

B.LINGKUNGAN BENTIK
Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dasar
perairan atau bentiknya. Di zona pelagis, biota yang biasa hidup adalah ikan, cumi-cumi, dan makhluk
perenang lainnya. Pada zona bentik, biota yang hidup merupakan benthos atau biota yang hidup di
dasar perairan seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda, echinodermata, hewan-hewan karang,
coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya adalah filter feeder, yang berarti biota
mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau sedimen melalui organ makannya. Karena sifat
dan karakteristiknya yang merupakan filter feeder, maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau
benthos sangat bergantung pada sedimen yang terdapat di dasar laut.

Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona
yang memiliki karakteristik biota dan sedimen yang berbeda-beda:

A. Zona Littoral

Zona littoral merupakan bagian dari perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Pada lingkungan
perairan pantai, wilayah zona littoral memanjang dari garis batas pasang tertinggi hingga area pantai
yang tenggelam permanen. Ketinggian air pada zona littoral memberikan lingkungan perairan littoral
memiliki banyak karakteristik yang unik. Kekuatan erosif dari arus menghasilkan landform yang unik
seperti estuaria. Perairan littoral juga memiliki variasi tumbuhan dan hewan yang tinggi karena letaknya
yang berbatasan dengan daratan.

Dalam oseanografi dan biologi laut, zona littoral memanjang hingga ke tepian continental shelf. Dari
letaknya, zona littoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona:

a. Zona Supralittoral

`Zona supralittoral atau disebut juga sebagai zona supratidal, adalah area yang berada diatas batas
pasang, secara reguler terkena atau terciprat oleh air laut, namun tidak tenggelam dalam air. Air laut
hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai.

Zone ini dibagi dengan melihat kondisi alamiah pantai tersebut, yang mana diawali oleh tumbuhnya
beberapa vegetasi pantai berlumpur dan badan pasir. Storm-Driven di daerah supratidal ikut serta di
dalam mensuplai sedimen sehingga menciptakan lapisan sedimen hanya dalam beberapa jam. Lapisan
ini yang terbentuk akibat badai akan terjadi pengkayaan karbon oleh ganggang organik, yang
berkembang biak saat terjadi badai. Pada bagian lain dari daerah supralittoral dominasi ganggang hijau
biru berfilamen menjerat dan mengikat sedimen berbutir halus lewat alga yang ada di daerah subtidal.
Pengikatan sedimen oleh alga di daerah subtidal sehingga terjadi penumpukan sedimen di muara sungai,
disamping itupula banyaknya sedimen diakibatkan oleh banjir. Dominasi pasang surut, mengakibatkan
pelumpuran sehingga pada waktu penggenangan akan terbentuk beting-beting lumpur sedangkan pada
saat surut akan mengalami pengeringan.

Organisme yang hidup di zona supralittoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos
dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan burung
laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan.
Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah.

b.Zona Eulittorial / Intertidal

Zona Eulitorrial, biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena
pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah
intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat
mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu,
pantai pasir, dan tanah basah / wetlands.

Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem.
Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air
salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut,
membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di
zona intertidal bervariasi, dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari
langsung, hingga suhu yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien
yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak.

Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan ekosistem mangrove yang
didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi
terhadap keadaan yang ekstrim di wilayah intertidal. Biota yang berada di zona intertidal memiliki
mekanisme adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup. Contohnya siput Littorina yang
akan terus berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat apabila air surut, melindunginya dari panas
ekstrim dan mencegah penguapan berlebih. Adaptasi morfologis pada beberapa spesies dapat dilihat
dari beberapa jenis mollusca seperti teritip limpet dan polyplacophora memiliki cangkang hidrodinamik.
Adaptasi lainnya adalah penempelan terhadap substrat untuk melawan kekuatan ombak dan arus agar
biota tidak ikut terseret, contohnya bentuk suction tube pada bintang laut agar ia bisa menempel kuat
pada substrat, isopoda yang memiliki organ mirip kait yang memungkinkannya untuk bisa bergantung
pada rumput laut seperti laminariles/kelp, dan beberapa kerang-kerangan (mussel) yang menempel
pada substratnya dengan byssusnya (filamen yang berfungsi merekatkan bivalvia pada substrat).

Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen terendam oleh air dan
kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya, yang biasa disebut sebagai Lower Littoral.
Pada subzona lower littoral, terjangan ombak tidak besar dan juga tidak terjadi perubahan suhu yang
sangat ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung oleh sinar matahari. Pada subzona ini
dapat ditemukan berbagai jenis biota, seperti abalon, anemon, rumput laut coklat, teritip, chiton,
kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda, mussel, sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut,
bulu babi, udang, siput laut, spon, cacing tuba, dan sebagainya. Biota pada wilayah ini dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik, selain karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena
wilayah ini terjaga dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan vegetasi
perairan dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat banyak sinar matahari.

c.Zona Sublittoral
Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam zona ini dasar perairan
tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang hingga ujung continental shelf, pada
kedalaman 200 meter.

Pada biologi laut, sublittorial merujuk kepada area dimana sinar matahari tembus hingga ke dasar
lautan, dimana perairan tidak terlalu dalam dan masih merupakan zona fotik. Area bentik pada zona
sublittoral lebih stabil daripada zona intertidal dengan temperatur, tekanan air, dan jumlah
pencahayaan matahari relatif konstan. Hewan karang / koral lebih banyak hidup pada zona sublittorial
dibanding pada zona intertidal.

Ada beberapa subzonasi pada zona sublittorial, yaitu zona infralittoral dimana alga mendominasi
kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalittoral dibawah infralittoral, didominasi oleh
hewan-hewan sessile seperti tiram-tiraman. Bagian yang lebih dangkal dari zona sublittoral yang tidak
jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona subtidal.

B.Zona Bathyal

Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan kedalaman antara 200 – 1000
meter. Keadaan bentik zona bathyal umumnya merupakan lereng-lereng curam yang merupakan
dinding laut dalam dan sebagai bagian pinggiran kontinen. Zona bathyal juga diistilahkan sebagai
Continental Slope. Pada Continental slope sering ditemui canyon/ ngarai / submarine canyon, yang
umumnya merupakan kelanjutan dari muara sungai – sungai besar di pesisir.

Tipe sedimen utama sedimen pada zona bathyal merupakan lempung biru, lempung gelap dengan
butiran halus dan memiliki kandungan karbonat kurang dari 30%. Sedimen-sedimennya memiliki jenis
sedimen terrestrial, pelagis, atau autigenik (terbentuk ditempat). Sedimen Terrestrial (terbentuk dari
daratan) lebih banyak merupakan lempung dan lanau, berwarna biru disebabkan karena akumulasi sisa-
sisa bahan organik dan senyawa ferro besi sulfida yang diproduksi oleh bakteri, Sedimen terrestrial juga
merupakan tipe sedimen yang paling mendominasi. Sedimen terrigenous terbawa hingga ke zona
bathyal melalui arus sporadik turbiditi yang berasal dari wilayah yang lebih dangkal. Saat material
terrigenous langka, cangkang mikroskopis dari fitoplankton dan zooplankton akan terakumulasi di dasar
membentuk sedimen authigenik.

Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon, brachiopod, bintang laut, echinoid,
dan populasi pemakan sedimen lainnya yang terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota
yang hidup di zona ini memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada
lingkungan yang minim nutrisi.

Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal memanjang hingga ke zona bentik pada dasar laut
yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di kedalaman 1000 hingga 4000 meter.

C. Zona Abyssal

Zona abisal meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari samudera.
Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar samudera biasanya terdiri dari
endapan kapur, terutama kerangka foraminifera, endapan silica, terutama kerangka diatom dan
lempung merah dasar laut yang lebih dalam dengan tekanan yang tinggi sehingga membuat zat-zat lain
mudah sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari 2000 m sampai 6000 m dengan suhu yang
relative stabi antara 40C hingga 1,20C.

D.Zona Hadal

Zona hadal merupakan zona laut terdalam, lebih dari kedalaman 6000 m. Zona ini termasuk kedalam
zona afotik( aphotic zone ) karena merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat cahaya karena
cahaya matahari tidak dapat menembus pada daerah tersebut.Substrat yang ada biasanya berupa
kalsium karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati tenggelam sampai ke dasar.
Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap mirip dengan salinitas khas abyssal dan tidak
terpengaruh oleh tekanan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena adanya hewan-hewan
mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di dasar dari daerah hadal tersebut
sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur atau mineral-mineral yang dikandung organisme yang mati
tersebut dapat terendapkan.

Ditinjau dari tekanan di daerah tersebut,pressure bagi organisme yang terdapat pada daerah tersebut
sangatlah tinggi sehingga membutuhkan bentuk morfologi,anatomi yang harus mendukung daya
adaptasi yang akan dipergunakannya dalam bertahan hidup.Biasanya organisme yang hidup pada
daerah tersebut mempunyai cara yang unik untuk beradaptasi,seperti mempunyai bentuk yang
aneh,mempunyai simbiosis dengan organisme lain semisal bakteri.

Karakteristik lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber panas bumi alami bernama corong
hidrotermal (hidrotermal vents).Hal ini pulalah yang membuat mengapa terdapat organisme tertentu
dapat hidup dalam lingkungan ekstrim,dapat dikatakan begitu karena dengan kondisi minim
oksigen,tekanan yang tinggi dan cahaya yang hampir tidak ada. Ada penurunan umum dalam
kelimpahan dan biomassa organisme dengan meningkatnya kedalaman. Meskipun demikian, sampling
dalam zona Hadal telah mengungkapkan beragam organisme metazoan terutama fauna bentik, seperti
ikan, holothurians, polychaetes, kerang, isopoda, actinians, amphipods dan gastropoda. Kekayaan zona
ini, diperkirakan berasal dari dataran abyssal, juga dan menurun dengan meningkatnya kedalaman,
meskipun peran relatif peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum
terpecahkan. Mereka kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic yang
menguraikan jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya.

Lebih dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari biota laut dan sekitar 300 paten dari
senyawa tersebut telah berhasil dipublikasi selama kurun waktu 30 tahun (1969-1999) (Proksch et al.,
2003).
Biota laut (marine organism) merupakan sumber bahan alam yang sangat kaya dengan aktivitas biologi
yang unik. Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme sebagai respon terhadap lingkungannya.
Organisme laut, khususnya yang hidup di daerah tropis untuk kelangsungan hidup dan menghadapi
berbagai tantangan, harus berkompetisi untuk mendapatkan ruang tumbuh, sinar dan makanan
(Murniasih, 2005). Harper et al. (2001) menyimpulkan bahwa organisme laut dalam mengembangkan
berbagai sistem mekanisme pertahanan diri dapat berupa tingkah laku (behavioral misalnya cryptic,
nocturnal), fisik (sclerites, pengerasan permukaan tubuh) dan substansi kimia “chemical defense”.
Invertebrata laut yang mempunyai struktur pergerakan fisik lebih terbatasdibanding dengan vertebrata
laut, mampu mengembangkan sistem pertahanan diri dengan memproduksi senyawa bioaktif. Salah
satu jenis invertebrata laut adalah spons. Spons merupakan salah satu ekosistem terumbu karang di laut
yang sangat potensial sebagai sumber bahan aktif.

1.2.Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan laut,jenis-jenis lingkungan yang ada di
perairan laut,pengertian laut, bagian-bagian laut dan pencemaran laut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI LINGKUNGAN LAUT

Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters yang menyimpan berjuta
misteri kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang hingga sekarang masih belum banyak tersingkap.
Lingkungan yang dinamakan Lingkungan Laut (Marine Environment) cakupannya dimulai dari bagian
pantai (coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke tengah samudra, dimulai dari bagian
permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-macam tipe kedalamannya dan bentuk
morfologisnya.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelautan, baik itu Biologi
Kelautan (Marine Biology) maupun Oseanografi, membuat tabir yang seolah menutupi lautan dengan
segala misteri yang dikandungnya sedikit demi sedikit dapat tersingkap. Salah satunya adalah
pengetahuan mengenai Lingkungan laut.

Membahas mengenai lingkungan laut, ada 2 hal yang esensial darinya. Yang pertama adalah Zona
kolom air, atau Zona Pelagik adalah bagian perairan dimana terdapat massa air, dan yang kedua adalah
Zona dasar perairan, atau disebut juga Zona Bentik yang merupakan dasar / platform dari perairan itu
sendiri. Dari pembagian atas kedua hal tersebut, dapat dikembangkan lagi menjadi zona-zona atau
wilayah-wilayah dengan karakteristik yang lebih khusus lagi. Pembagian wilayah atau Zonasi tersebut
dinamakan Pemintakatan Lingkungan Laut, dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

B. LINGKUNGAN PELAGIK

Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota pelagik.
Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn pelagik. Lingkungan ini mencakup kolom air
mulai dari permukaan dasar laut sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini mempunyai batas wilayah
atau mintakat yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah laut jeluk. Secara horizontal
lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan secara vertikal lingkungan ini dibagi
menjadi epipelagik, mesopelagik batipelagik, dan abisopelagik.

1. Mintakat Neririk

Mintakat neritik merupakan laut yang terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat neritik
diantaranya

a. Sinar matahri masih menembus dasar laut

b. Kedalamannya ±200 m
c. Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut

Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang berbeda dengan mintakat
oseanik karena :

a. Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah

b. Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena berbeda-bedanya zat-zat
terlarut yang dibawa ke laut dari daratan

c. Perairan neririk sangat berubahubah, baik dalam waktu maupun dalam ruang, jika dibandingkan
dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya mintakat ini dengan daratan dan adanya
tumpahan berbagai zat terlarut dari darat ke laut

d. Penmbusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air berbeda antaramintakat
neritik dan mintakat oseanik.

2. Mintakat Oseanik

Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat,ditembus
cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air
dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari
kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, pada daerah ini banyak ikannya. Mintakatsi oseanik
merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat ini
kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relative lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya
hanya kuat sampai dengan 200 m.

3. Mintakat Epipelagik

Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik disebut, juga sebagai
mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah, terutama di paparan benua, penembusan
cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang daripada di lapisan yang sama dari perairan oseanik,
karena tingginya kandungan sedimen tersuspensi dipaparan benua.

Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada dan dekat permukaan,
tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinara
ini juga terlalu tinggi bagi zooplankton. Yang kedua adalah mintakat yang dinamakan mintakat bawah
permukaan, tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak jeluk, di mana
fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat berlimpah. Mintakat yang ketiga atau mintakat
terbawah termasuk lapisan perairan, tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada
malam hari, berada pada siang hari.

4. Mintakat Mesopelagik
Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki kedalaman dari 200 m - 1000
m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi
primer yang memanfaatkan detritus yang turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini dan
seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang dimanfaatkan. Tumbuh-tumbuhan dapat hidup
di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada
mendapatkannya.

5. Mintakat Batipelagik

Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai 4000 m atau sama dengan dasar laut.
Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota yang hidup di lingkungan ini biasanya merupakan
organisme bioluminesen, yaitu organisme yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Karakteristik
bioluminesen ini merupakan adaptasi organisme terhadap lingkungannya yang gelap dan tidak
tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini biasanya merupakan Cumi-cumi raksasa dan
jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-ikan laut dalam dengan bentuk dan karakteristik yang
sama sekali berbeda dengan ikan di zona fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan
Hagfish. Paus yang diketahui hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm Whale yang
mengkonsumsi cumi-cumi raksasa.

Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan disini bergantung
dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona atas, yang biasa disebut sebagai salju laut
atau marine snow. Yang lainnya hidup sebagai predator.

6. Mintakat abisopelagik

Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke bagian-bagian terjeluk dari
samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini merupakan wilayak yang tidak ada cahaya sama
sekali, suhu dingin, dan tekanan air tinggi. Mintakat ini merupakan lingkungan hidup atau habitat yang
paling sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang dihasilkan adalah dari hewan-hewan yang hidup di
mintakat ini atau bioluminesensi atau biopendar cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan
tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu,
salinitas, dan kondisi-kondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat diabaikan dilihat dari segi
ekologik.

Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur (CaCO3) mudah terlarut dalam air. Hal
ini ditunjukkan olah pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di mintakat ini. tekanan air di
mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup di daerah ini mengalami perubahan-
perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih besarnya gelembung renang pada ikan agar dapat
mengambang di kolom air seperti yang dikehendaki. Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan
sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air di sekitarnya,
karena susah untuk mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang tersebut harus
dikembangkan. Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi kimiawi dan perubahan gejala-
gejala fisiologik lain.
Sumber makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang berupa bangkai
atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke dasar laut.

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:

1. Daerah fotik, merupakan daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum
200m. Merupakan daerah produktivitas primer di laut.

2. Daerah Twilight, daerahnya remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman
antara 200 - 2000m.

3. Daerah afotik, daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.

C.LINGKUNGAN BENTIK

Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dasar
perairan atau bentiknya. Di zona pelagis, biota yang biasa hidup adalah ikan, cumi-cumi, dan makhluk
perenang lainnya. Pada zona bentik, biota yang hidup merupakan benthos atau biota yang hidup di
dasar perairan seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda, echinodermata, hewan-hewan karang,
coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya adalah filter feeder, yang berarti biota
mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau sedimen melalui organ makannya. Karena sifat
dan karakteristiknya yang merupakan filter feeder, maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau
benthos sangat bergantung pada sedimen yang terdapat di dasar laut.

Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona
yang memiliki karakteristik biota dan sedimen yang berbeda-beda:

1. Zona Littoral

Zona littoral merupakan bagian dari perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Pada lingkungan
perairan pantai, wilayah zona littoral memanjang dari garis batas pasang tertinggi hingga area pantai
yang tenggelam permanen. Ketinggian air pada zona littoral memberikan lingkungan perairan littoral
memiliki banyak karakteristik yang unik. Kekuatan erosif dari arus menghasilkan landform yang unik
seperti estuaria. Perairan littoral juga memiliki variasi tumbuhan dan hewan yang tinggi karena letaknya
yang berbatasan dengan daratan.

Dalam oseanografi dan biologi laut, zona littoral memanjang hingga ke tepian continental shelf. Dari
letaknya, zona littoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona:
a. Zona Supralittoral

Zona supralittoral atau disebut juga sebagai zona supratidal, adalah area yang berada diatas batas
pasang, secara reguler terkena atau terciprat oleh air laut, namun tidak tenggelam dalam air. Air laut
hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai.

Zone ini dibagi dengan melihat kondisi alamiah pantai tersebut, yang mana diawali oleh tumbuhnya
beberapa vegetasi pantai berlumpur dan badan pasir. Storm-Driven di daerah supratidal ikut serta di
dalam mensuplai sedimen sehingga menciptakan lapisan sedimen hanya dalam beberapa jam. Lapisan
ini yang terbentuk akibat badai akan terjadi pengkayaan karbon oleh ganggang organik, yang
berkembang biak saat terjadi badai. Pada bagian lain dari daerah supralittoral dominasi ganggang hijau
biru berfilamen menjerat dan mengikat sedimen berbutir halus lewat alga yang ada di daerah subtidal.
Pengikatan sedimen oleh alga di daerah subtidal sehingga terjadi penumpukan sedimen di muara sungai,
disamping itupula banyaknya sedimen diakibatkan oleh banjir. Dominasi pasang surut, mengakibatkan
pelumpuran sehingga pada waktu penggenangan akan terbentuk beting-beting lumpur sedangkan pada
saat surut akan mengalami pengeringan.

Organisme yang hidup di zona supralittoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti terekspos
dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari hewan darat dan burung
laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang terlihat sebagai kerak pada batuan.
Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus menghuni supralittoral bagian bawah.

b. Zona Eulittorial / Intertidal

Zona Eulitorrial, biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena
pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah
intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat
mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona

Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrem.
Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air
salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut,
membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di
zona intertidal bervariasi, dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari
langsung, hingga suhu yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien
yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak.

Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan ekosistem mangrove yang
didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi
terhadap keadaan yang ekstrim di wilayah intertidal. Biota yang berada di zona intertidal memiliki
mekanisme adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup. Contohnya siput Littorina yang
akan terus berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat apabila air surut, melindunginya dari panas
ekstrim dan mencegah penguapan berlebih. Adaptasi morfologis pada beberapa spesies dapat dilihat
dari beberapa jenis mollusca seperti teritip limpet dan polyplacophora memiliki cangkang hidrodinamik.
Adaptasi lainnya adalah penempelan terhadap substrat untuk melawan kekuatan ombak dan arus agar
biota tidak ikut terseret, contohnya bentuk suction tube pada bintang laut agar ia bisa menempel kuat
pada substrat, isopoda yang memiliki organ mirip kait yang memungkinkannya untuk bisa bergantung
pada rumput laut seperti laminariles/kelp, dan beberapa kerang-kerangan (mussel) yang menempel
pada substratnya dengan byssusnya (filamen yang berfungsi merekatkan bivalvia pada substrat).

Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen terendam oleh air dan
kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya, yang biasa disebut sebagai Lower Littoral.
Pada subzona lower littoral, terjangan ombak tidak besar dan juga tidak terjadi perubahan suhu yang
sangat ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung oleh sinar matahari. Pada subzona ini
dapat ditemukan berbagai jenis biota, seperti abalon, anemon, rumput laut coklat, teritip, chiton,
kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda, mussel, sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut,
bulu babi, udang, siput laut, spon, cacing tuba, dan sebagainya. Biota pada wilayah ini dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik, selain karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena
wilayah ini terjaga dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan vegetasi
perairan dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat banyak sinar matahari.

c. Zona Sublittoral

Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam zona ini dasar perairan
tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang hingga ujung continental shelf, pada
kedalaman 200 meter.

Pada biologi laut, sublittorial merujuk kepada area dimana sinar matahari tembus hingga ke dasar
lautan, dimana perairan tidak terlalu dalam dan masih merupakan zona fotik. Area bentik pada zona
sublittoral lebih stabil daripada zona intertidal dengan temperatur, tekanan air, dan jumlah
pencahayaan matahari relatif konstan. Hewan karang / koral lebih banyak hidup pada zona sublittorial
dibanding pada zona intertidal.

Ada beberapa subzonasi pada zona sublittorial, yaitu zona infralittoral dimana alga mendominasi
kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalittoral dibawah infralittoral, didominasi oleh
hewan-hewan sessile seperti tiram-tiraman. Bagian yang lebih dangkal dari zona sublittoral yang tidak
jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona subtidal.

d. Zona Bathyal

Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan kedalaman antara 200 – 1000
meter. Keadaan bentik zona bathyal umumnya merupakan lereng-lereng curam yang merupakan
dinding laut dalam dan sebagai bagian pinggiran kontinen. Zona bathyal juga diistilahkan sebagai
Continental Slope. Pada Continental slope sering ditemui canyon/ ngarai / submarine canyon, yang
umumnya merupakan kelanjutan dari muara sungai – sungai besar di pesisir.
Tipe sedimen utama sedimen pada zona bathyal merupakan lempung biru, lempung gelap dengan
butiran halus dan memiliki kandungan karbonat kurang dari 30%. Sedimen-sedimennya memiliki jenis
sedimen terrestrial, pelagis, atau autigenik (terbentuk ditempat). Sedimen Terrestrial (terbentuk dari
daratan) lebih banyak merupakan lempung dan lanau, berwarna biru disebabkan karena akumulasi sisa-
sisa bahan organik dan senyawa ferro besi sulfida yang diproduksi oleh bakteri, Sedimen terrestrial juga
merupakan tipe sedimen yang paling mendominasi. Sedimen terrigenous terbawa hingga ke zona
bathyal melalui arus sporadik turbiditi yang berasal dari wilayah yang lebih dangkal. Saat material
terrigenous langka, cangkang mikroskopis dari fitoplankton dan zooplankton akan terakumulasi di dasar
membentuk sedimen authigenik.

Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon, brachiopod, bintang laut, echinoid,
dan populasi pemakan sedimen lainnya yang terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota
yang hidup di zona ini memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada
lingkungan yang minim nutrisi.

Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal memanjang hingga ke zona bentik pada dasar laut
yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di kedalaman 1000 hingga 4000 meter.

e. Zona Abyssal

Zona abisal meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari samudera.
Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar samudera biasanya terdiri dari
endapan kapur, terutama kerangka foraminifera, endapan silica, terutama kerangka diatom dan
lempung merah dasar laut yang lebih dalam dengan tekanan yang tinggi sehingga membuat zat-zat lain
mudah sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari 2000 m sampai 6000 m dengan suhu yang
relative stabi antara 40C hingga 1,20C.

f. Zona Hadal

Zona hadal merupakan zona laut terdalam, lebih dari kedalaman 6000 m. Zona ini termasuk kedalam
zona afotik( aphotic zone ) karena merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat cahaya karena
cahaya matahari tidak dapat menembus pada daerah tersebut.Substrat yang ada biasanya berupa
kalsium karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati tenggelam sampai ke dasar.
Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap mirip dengan salinitas khas abyssal dan tidak
terpengaruh oleh tekanan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena adanya hewan-hewan
mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di dasar dari daerah hadal tersebut
sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur atau mineral-mineral yang dikandung organisme yang mati
tersebut dapat terendapkan.

Ditinjau dari tekanan di daerah tersebut,pressure bagi organisme yang terdapat pada daerah tersebut
sangatlah tinggi sehingga membutuhkan bentuk morfologi,anatomi yang harus mendukung daya
adaptasi yang akan dipergunakannya dalam bertahan hidup.Biasanya organisme yang hidup pada
daerah tersebut mempunyai cara yang unik untuk beradaptasi,seperti mempunyai bentuk yang
aneh,mempunyai simbiosis dengan organisme lain semisal bakteri.

Karakteristik lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber panas bumi alami bernama corong
hidrotermal (hidrotermal vents).Hal ini pulalah yang membuat mengapa terdapat organisme tertentu
dapat hidup dalam lingkungan ekstrim,dapat dikatakan begitu karena dengan kondisi minim
oksigen,tekanan yang tinggi dan cahaya yang hampir tidak ada. Ada penurunan umum dalam
kelimpahan dan biomassa organisme dengan meningkatnya kedalaman. Meskipun demikian, sampling
dalam zona Hadal telah mengungkapkan beragam organisme metazoan terutama fauna bentik, seperti
ikan, holothurians, polychaetes, kerang, isopoda, actinians, amphipods dan gastropoda. Kekayaan zona
ini, diperkirakan berasal dari dataran abyssal, juga dan menurun dengan meningkatnya kedalaman,
meskipun peran relatif peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum
terpecahkan. Mereka kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic yang
menguraikan jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya.

C.Pengertian Laut, Pencemaran Laut dan Lingkungan Laut

1. Pengertian Laut

Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua yang satu dengan benua yang
lainnya, dan juga memisahkan pulau yang satu dengan yang lainnya10.

Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi
daratan atas benua atau pulau.

Lautan yang merupakan wilayah air pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 bagian :

1. Permukaan lautan

2. Dalam lautan

3. Dasar lautan.

Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang berada pada satu pengawasan, berdasarkan
kedaulatan suatu negara atau hukum internasional.

Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
karena didalam dan diatas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan
diantaranya yaitu :

1. Tempat rekreasi dan hiburan,

2. Tempat hidup sumber makanan kita,


3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb,

4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dll,

5. Tempat barang tambang berada,

6. Salah satu sumber air minum (desalinasi),

7. Sebagai jalur transportasi air,

8. Sebagai tempat cadangan air bumi,

9. Tempat membuang sampah berbahaya (fungsi buruk),

10. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.

2. Pengertian mengenai Pencemaran Laut

Pencemaran dapat diartikan sebagai bentuk Environmental impairment, yakni adanya gangguan,
perubahan, atau perusakan13. Pencemaran Laut merupakan masalah yang dihadapi bersama oleh
masyarakat internasional. Pengaruhnya bukan saja menjangkau seluruh kegiatan yang berlangsung di
laut, melainkan juga menyangkut kegiatan-kegiatan yang berlangsung di wilayah pantai, termasuk
muara-muara sungai yang berhubungan dengan laut.

Pada dasarnya laut itu mempunyai kemampuan alamiah untuk menetralisir zat-zat pencemar yang
masuk ke dalamnya. Akan tetapi apabila zat-zat pencemar tersebut melebihi batas kemampuan air laut
untuk menetralisirnya, maka kondisi itu dikategorikan sebagai pencemaran.

3. Pengertian Lingkungan Laut

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti
tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup".
Misalnya dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain dan dapat mempengaruhi hidupnya.

Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau
makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara
satu komponen dengan komponen lainnya.
Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut UU No 32 Tahun 2009 adalah kesatuan
ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan
segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun
mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya

D. Laut dan Fungsinya

Samudera sering digambarkan sebagai badan air asin yang kontinyu, mengelilingi benua atau continent.
Masing-masing samudera mempunyai wilayah yang lebih dangkal, yang berbeda dengan wilayah di
sekitarnya secara fisik, kimiawi maupun biologis. Masing-masing wilayah bagian ini disebut sea atau laut.
Ahli-ahli geografi membuat definisi, laut (sea) ialah: pemisahan wilayah samudera menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, masing-masing, sebagian atau seluruhnya dipisahkan oleh daratan. Berdasarkan
definisi ini, paling tidak teridentifikasi terdapat 50 laut (seas) di dunia – Laut Arafura, Laut Flores, Laut
Jawa atau Laut Timor ialah ekspresi dari penjelasan istilah laut sebagai bagian dari samudera.

Jenis elemen/ion Total % pada garam (berdasarkan berat) Chlorin (Cl-) 55,04 Sodium (Na+)
30,61 Magnesium (Mg2+) 3,69 Sulfur (SO42-) 7,68 Calcium (Ca2+) 1,16 Potassium (K+)
1,10 Bikarbonat (HCO3-) 0,41 Bromin (Br-) 0,19 .

Dasar laut, pada beberapa tempat, mempunyai topografi yang bergelombang seperti di darat. Laut juga
mempunyai Sea Mount, atau Gunung Laut, sebagian diantaranya tercatat masih aktif. Beberapa gunung
laut tidak terlihat karena berada di dalam laut. Sebagian lagi, gunung laut sudah muncul ke permukaan
darat. Gunung tertinggi, yang muncul dari dasar laut ialah Gunung Mauna Kea, ditemukan di Hawai.
Tinggi gunung Mauna Kea mencapai 10.200 m dari dasar laut. Gunung tertinggi di darat ialah Mount
Everest, mencapai 8.848 m dari atas permukaan laut. Lembah terdalam, gunung tertinggi ternyata ada di
laut, bukan di darat.

Suhu air laut berbeda dan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain, tergantung pada kedalaman dan
posisi lokasi (pada lintang bumi). Suhu air laguna dangkal yang terisolasi bisa mencapai 37 °C, pada siang
hari. Suhu air laut akan berubah berdasarkan jauhnya jarak dari equator. Suhu air laut di sekitar equator
(diwakili oleh Indonesia) ialah antara 24 – 29 °C. Suhu air pada daerah kutub ialah antara 0 – 4 °C. Sekitar
87% air laut mempunyai rata-rata suhu 4,40 °C. Thermocline ialah istilah untuk menjelaskan suatu
wilayah pada kedalaman air laut, dengan perbedaan suhu yang tinggi. Semakin jauh ke dalam, suhu air
laut menurun secara bertahap atau perlahan. Pada thermocline, penurunan suhu terjadi secara drastis
dibanding wilayah di atas maupun di bawahnya. Thermocline bisa bersifat permanen atau musiman.
Thermocline permanen terjadi ketika air laut di kutub, yang dingin, bergerak ke arah equator dan berada
di bagian bawah. Thermocline musiman disebabkan oleh pengaruh sinar matahari. Ketika suhu air
permukaan cukup dingin, secara mendadak dia turun ke bawah dan kondisi thermocline menghilang.

Zona littoral ialah wilayah (dasar laut) antara pasang tertinggi dan surut terendah. Pada saat surut
terendah, seluruh wilayah littoral akan terbuka dan tidak tergenangi air laut.

. E. Manfaat Laut Bagi Kehidupan di Darat


Laut, sejak dulu sudah menjadi sumber daya alam yang penting bagi manusia. Air menjadi media yang
cocok dan menyediakan kehidupan untuk dimanfaatkan oleh manusia sejak berabad- abad lamanya.
Pada saat yang sama, aktifitas manusia telah merubah kehidupan di laut: pengambilan berlebih,
pengambilan dengan cara yang tidak ramah pada laut, kegiatan di darat yang menyebabkan erosi di
pantai dan polusi mengancam kehidupan dan habitat tempat hidup mahkluk di laut. Kita perlu menjaga
agar laut tetap berada pada kondisi seimbang karena manusia akan terus tergantung dari laut, jika kita
ingin tetap bertahan sebagai spesies.

Penangkapan ikan atau perikanan laut, ialah bentuk paling tradisional dari usaha untuk memanfaatkan
laut sebagai sumber daya, bagi kehidupan manusia di darat. FAO menyajikan perkiraan bahwa ikan
menyediakan sekitar 20% kebutuhan protein bagi 50% penduduk dunia. Permintaan atau kebutuhan
akan terus meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Permintaan atau demand
yang mendesak telah memaksa pengambilan ikan dari laut secara berlebihan, melebihi kemampuan
alami ikan untuk memulihkan populasi. Sebagian kebutuhan ikan, saat ini dipenuhi dari budidaya
(aquaculture), baik yang dilakukan di darat, wilayah pasang surut (tambak) maupun budidaya laut.
Permintaan yang mendesak, memaksa budidaya untuk melakukan intensifikasi (melalui teknologi)
maupun ekstensifikasi dengan memperluas area budidaya. Intensifikasi dilakukan dengan menambah
pemberian input dari luar untuk mendapatkan output yang maksimal. Belakangan kita menyadari bahwa
penambahan faktor input menyebabkan in- efisiensi yang mengakibatkan polusi dan akhirnya
terakumulasi di laut. In-efisiensi yang berdampak negatif ini terjadi baik pada budidaya air tawar di darat
maupun usaha budidaya di laut. Kombinasi ekstensifikasi dan intensifikasi yang dilakukan pada budidaya
tambak berdampak ganda, double-blow effect. Ekstensifikasi budidaya dilakukan melalui konversi lahan
(hutan bakau) yang secara alami sangat dibutuhkan, bahkan vital bagi kehidupan alami di laut.
Intensifikasi selalu menghasilkan limbah, yang terpaksa harus diterima oleh laut. Teknologi untuk
eksploitasi sumber daya dari laut tampaknya akan terus berkembang. Namun sayangnya, secara
kontinyu, teknologi menyebabkan penurunan kemampuan laut dalam menyediakan sumber daya.

Laut mengandung sumber mineral yang penting bagi manusia – sebanyak 73 jenis dari 93 mineral alam
yang ada di laut sudah diketahui pada konsentrasi yang bisa diukur. Natrium chlorida, magnesium dan
bromine ialah tiga komponen mineral yang umum diekstraksi dari laut. Laut mengandung iodium
(iodine) dan merupakan komponen esensial bagi kehidupan manusia. Iodium, tersedia atau
terakumulasi pada tumbuhan rumput laut (seaweed), selanjutnya secara mudah bisa diekstraksi oleh
manusia. Kebutuhan kita akan yodium juga bisa didapat dari garam alami laut.

Anda mungkin juga menyukai