Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

JURNAL HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI


EKSLUSIF PADA BALITA

Oleh :

Nama : Devika Nurmalasari

NIM : 202110102007

Kelas : A

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PEMBAHASAN

Metode Penelitian

Pada Jurnal 1 Penelitian dilaksanakan pada bulan September tahun 2015 di Wilayah
Kerja Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya. Jenis penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif, dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber informasi melalui
wawancara mendalam kepada informan. Dilakukan juga observasi partisipatif kepada ibu dan
bayi. Informan pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi-balita sebayak 28
orang, tenaga kesehatan di Puskesmas Panarung yaitu 1 orang ahli gizi dan 1 orang bidan.
Dilakukan juga observasi partisipatif ke rumah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 13
orang.

Sedangkan, pada jurnal 2 Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2019
di Wilayah Kerja Puskesmas Poleang Utara Kabupaten Bombana Kecamatan Poleang Utara.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional
yang berarti suatu rancangan peneliti untuk mempelajari variabel peneliti dengan cara
pendekatan, observasi atau pengukuran atau pengumpulan data sekaligus pada saat
bersamaan (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai
bayi usia 7-12 bulan yang pernah mengunjungi Puskesmas Poleang Utara.

Pembahasan Hubungan Sosial Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif

Jurnal 1

Hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada balita disebutkan
adanya Faktor pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, menurut informan tenaga
kesehatan dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti, ada Ibu yang memiliki pendidikan tinggi
yang sudah tahu-menahu tentang manfaat ASI tetapi karena keterbatasan ekonomi dan
pekerjaan maka tidak diberikan ASI Eksklusif kepada si bayi, ada ibu yang hanya lulusan SD
atau bahkan tidak sekolah hanya memberikan ASI namun tetap diberikan makanan secara
bertahap meskipun bayi belum genap 6 bulan. Dan juga disebutkan bahwa masih ada praktik
pemberian makanan prelakteal yang dilakukan pada bayi yang baru lahir, seperti diberikan air
kopi agar tidak step, madu hutan karena manis, santan kental agar perut si bayi bersih, air
gula merah serta kurma saat akikahan. Pemberian makanan Prelakteal menurut informan ini
karena dipengaruhi oleh orang tua dan patuh dengan adat dan kebiasaan warga setempat.
Pada pelayanan kesehatan, program-program penyuluhan ASI Eksklusif masih belum
maksimal, sangat perlu perbaikan dari segala aspek. Seperti kejadian saat setelah melahirkan
masih banyak ibu yang ASI nya susah keluar, sedangkan Ibu sang bayi sangat terpaku dan
patuh pada sosial budaya yang mempengaruhi. Selain itu, terjadi pada Ibu yang baru pertama
kali melahirkan karena masih belum memiliki pengalaman melahirkan maka cenderung panik
saat bayi menangis atau rewel apalagi ASI pada saat itu dianggap sedikit, sehingga susu
formula menjadi alternatif. Ibu yang melahirkan juga hanya sebagian kecil yang melakukan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Jurnal 2

Hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI Eksklusif disebutkan bahwa


pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh faktor penyebab perilaku yang salah satunya adalah
pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil
keputusan, karena pengetahuan sangat penting bagi ibu dan bayi untuk membentuk tindakan
dan karakteristik seseorang. Dimana semakin tingginya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif, maka semakin tinggi peluang anak untuk diberikan ASI ekslusif terhadap seorang
ibu, begitupun sebaliknya ketika seorang ibu semakin rendah pengetahuannya tentang ASI
eksklusif maka semakin sedikit peluang anak untuk diberikan ASI eksklusif.

Disebutkan pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini sering menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI pada
anaknya karena ibu sibuk bekerja, sehingga pada ibu yang bekerja umumnya memberikan
ASI secara tidak eksklusif karena semakin sibuk seorang ibu diluar rumah maka semakin
susah untuk memberi anak ASI eksklusif, maka seorang ibu harus lebih banyak waktu
berdiam di rumah agar hak anaknya terpenuhi untuk memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.

Faktor sosial budaya menjadi permasalahan utama dalam pemberian ASI Eksklusif,
seperti kebiasaan dan kepercayaan seseorang dalam pemberian ASI Eksklusif. Dengan
mengganti ASI dengan susu formula yang alasannya agar bayi tidak rewel jika ditinggal oleh
sang Ibu, memberikan makanan lain pada bayi usia < 6 bulan. Disebutkan beberapa mitos
yang masih terjadi di daerah Poleang Utara seperti pada bayi yang baru lahir disusui, apabila
air susu telah berwarna putih, yakni setelah kolostrum dibuang karena dianggap
menyebabkan bayi bisa sakit perut, rewel dan bahkan ada yang mengatakan bahwa itu adalah
nanah yang tertinggal pada payudara ibu selama hamil. Kebiasaankebiasaan tersebut menjadi
penghalang pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang sangat membutuhkan. Hal ini
dikarenakan masih kentalnya dan melekatnya sosial budaya yang ada pada masyarakat
poleang utara. Hal ini perlu dihimbau oleh peran petugas tenaga kesehatan yang sangat
penting dalam melindungi, meningkatkan dan mendukung usaha menyusui dan dapat dilihat
dalam segi keterlibatannya yang luas dalam aspek sosial.

Dampak

Anda mungkin juga menyukai