Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi yang menular dan masih menjadi
masalah utama bagi kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang . Penyakit
Tuberkulosis Paru biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menyerang tubuh lain
seperti, ginjal, tulang belakang dan otak, dan jika tidak ditangani dengan baik, penyakit
Tuberkulosis Paru bisa berakibat fatal. Penyakit tuberkulosis paru dapat diderita oleh siapa
saja baik orang dewasa atau anak-anak tetapi paling sering ditemukan pada usia produktif
yaitu 15-50 tahun terutama mereka yang kurang asupan gizi, tubuh lemah dan sosial ekonomi
yang rendah juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. (Naga 2014).
Penyakit Tuberkulosis paru disebabkan oleh Bakteri mycobacterium tuberculosa yang
mempunyai bentuk seperti batang dan bersifat tahan terhadap asam sehingga dikenal
sebagai BTA ( batang tahan asam ) yang merupakan faktor utama penyakit Tuberkulosis
Paru. Selain dari bakteri tersebut, faktor yang lain yang menjadi penyebab penyakit
Tuberkulosis Paru adalah lingkungan yang lembab, kurang sirkulasi udara, dan kurangnya
sinarmatahari dalam ruangan sangat berperan terjadinya penyebab bakteri mycobacterium
tuberculosa ini. Dengan demikian sangat mudah menyerang orang-orang disekitar dalam
kondisi lingkungan yang kurang sehat. (Yahmin, 2013).
Berdasarkan data WHO ( World Health Organization ) tahun 2018 diperkirakan ada
10,4 juta kasus karena penyakit Tuberkulosis Paru di seluruh dunia , dan 1,7 juta
meninggal karena penyakit Tuberkulosis Paru, dimana 6,2 juta sejumlah laki-laki 3,2 juta
adalah perempuan dan 1 juta orang merupakan anak-anak. Indonesia termasuk dalam
tujuh negara yang penyumbang 64% dari kasus-kasus baru di dunia dan menjadi urutan
kedua setelah india dengan penderita Tuberkulosis Paru tertinggi di dunia. Secara global
angka kematian akibat Tuberkulosis Paru mengalami penurunan sebesar 37% antara
tahun 2000 sdan 2016. Prevelensi Tuberkulosis Paru di Indonesia tidak mengalami
perubahan dari tahun 2013 sampai tahun 2018, yaitu menetap pada angka 0,4%.
(Rikesdas, 2018).
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan kota Palembang pada tahun 2013 jumlah
insiden angka penemuan kasus pasien baru Tuberkulosis sebanyak 1.635 kasus, dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.503.485 jiwa sehingga dapat diperkirakan bahwa prevalensi
penderita Tuberkulosis paru di kota Palembang sebanyak 0,11% dengan kasus baru BTA
posistif sebesar 65% ( 1.066 kasus). Ini meningkat dari tahun 2012 lalu sebesar 1.328
kasus. (Dinas kesehatan, 2013).
Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir dari tahun 2018-2020 yaitu tercatat ada 90 kasus Tuberkulosis
Paru rawat inap pada tahun 2018, kemudian ditahun 2019 terjadi kenaikan yaitu 137
kasus, dan ditahun 2020 mengalami penurunan yaitu 92 kasus. (Profil Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, 2021).
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjangkitnya penyakit tuberkulosis paru adalah
sosial ekonomi yang rendah dan kurang gizi. Kurangnya makan tambahan pada umumnya
mempunyai hubungan dengan penyimpangan pertumbuhan dan gizi seseorang
(Ruswanto,2010). Defisit nutrisi pada pasien tuberkulosis paru akan menimbulkan
masalah keperawatan yang dapat menyebabkan malnutrisi dengan cara mengurangi nafsu
makan dan meningkatkan katabolisme (Bhargava, 2013). Pasien tuberkulosis paru sering
kali mengalami penurunan status gizi, bahkan dapat menjadi status gizi buruk bila tidak
diimbangi dengan diet yang tepat. Jelaskan dulu
Jelaskan dulu masalah yang akan muncul pada pasien TBC berdasarkan manisfestasi
klinis tb. Kemudian baru masuk ke masalah utama sesuai dengan judul dan baru masuk
rencana implementasi yang akan dilakukan dengan data sudah melakukan studi
pendahuluan di rs muhamadiyah. Di rs muhamadiyah untuk maslah nutrisi melakukan
upaya apa jelaskan. Kemudian baru masukkan rencana implementasi kamu dengan
ditunjang oleh jurnal2 yang mendukung Dari masalah diatas, perawat sangat memiliki
peranan penting dalam memberikan implementasi kepada pasien tuberkulosis paru
dengan masalah defisit nutrisi yakni mengkaji status nutrisi, melakukan oral hygiene,
serta melakukan pemberian edukasi diet (PPNI, 2018). Menurut Bhargava (2013), pasien
tuberkulosis paru dengan masalah defisit nutrisi diberikan tindakan sebagai berikut :
mengidentifikasi status nutrisi, memonitor berat badan dan memberikan makan sedikit
tapi sering dengan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
Berdasarkan penjelasan di atas, masih banyaknya penderita tuberkulosis paru yang
memerlukan perhatian dan asuhan keperawatan yang benar agar tidak terjadi defisit
nutrisi pada pasien tuberkulosis paru, oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui “
Bagaimanakah Implementasi Keperawatan dengan Masalah Defisit Nutrisi yang
dilakukan Pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah Defisit nutrisi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2022”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Implementasi Keperawatan dengan Masalah Defisit Nutrisi yang
dilakukan Pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah Defisit nutrisi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2020. 2022Bagaimanakah gambaran implementasi
keperawatan dengan masalah defisit nutrisi Pada Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2022 ?

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan mendeskripsikan implementasi keperawatan Pada pasien
Tuberkulosis Paru dengan masalah defisit nutrisi di Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun
2022..
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat mengkaji status nutrisi dengan masalah defisit nutrisi Pada pasien
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2022. mendeskripsikan
implementasi keperawatan Pada pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah defisit nutrisi di
Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2022..

b. Dapat melakukan Oral hygiene masalah defisit nutrisi Pada pasien Tuberkulosis
Paru di Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2022.Menganalisis hasil implementasi
keperawatan Pada pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah defisit nutrisi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Tahun 2022.

c. Dapat melakukan pemberian edukasi diet masalah defisit nutrisi Pada pasien
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Muhammadiyah Tahun 2022..

1.4 Manfaat Studi Kasus


1.4.1 Manfaat Teoritis bagi pasien/keluarga
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan sumber informasi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang Implementasi keperawatan
dengan masalah defisit nutrisi Pada pasien Tuberkulosis Paru
1.4.2 Manfaat Praktis Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Dapat menambah informasi keilmuan dan teknologi pada bidang keperawatan
khususnya dalam pengelolaanmasalah defisit nutrisi pada pasien tuberkulosis paru
a. Manfaat bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana belajar serta menambah wawasan dan
pengalaman melakukan Implementasi keperawatan dengan masalah defisit nutrisi
Pada pasien Tuberkulosis Paru
b. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman pada

masalah defisit nutrisi Pada pasien Tuberkulosis Paru.


c. Manfaat bagi Rumah Sakit Bagi Rumah Sakit, hasil penulisan ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi Rumah Sakit dalam melakukan Implementasi
Keperawatan dengan masalah defisit nutrisi Pada pasien Tuberkulosis Paru
d. Manfaat bagi Ilmu dan Teknologi Keperawatan
.
e. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan serta dimanfaatkan sebagai bahan
pembelajaran mahasiswa, khususnya tentang implementasi keperawatan dengan
masalah defisit nutrisi Pada pasien Tuberkulosis Paru

DAFTAR PUSTAKANYA MANA? MENGGUNAKAN MENDELEY YA

Anda mungkin juga menyukai