Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR I

PENGANTAR BAHASA

A. Asal Bahasa

Berbicara tentang asal usul bahasa sampai saat ini belum tuntas dan tidak akan
pernah tuntas, mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan sulitnya menelusuri
secara ilmiah. Para Linguist berpandangan berdasarkan kaca mata bahasa
masing-masing. Tepat sekali jika masyarakat linguistik Perancis melarang
untuk mendiskuskan asal usul bahasa. Topik ini diangkat bukan untuk
mempersoalkan asal bahasa, akan tetapi untuk mengantarkan para mahasiswa
mengkaji teori-teori kebahasaan.
Para antropolog telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif
meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah bahasa. Hal ini
memang benar. Dalam keyakinan Islam Allah SWT berfirman dalam surat Al
Baqarah 31-32,yakni :

“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman :
sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar. Mereka menjawab Maha Suci Engkau tak ada yang kami ketahui
selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami… ( Depag RI, 1988 : 14 ).

Dalam kebudayaan primitif pernyataan itu diterima. Persoalan mereka adalah


bahasa mana yang dipergunakan. Andreas Keamker seorang ahli filologi bahasa
Swedia pada abad ke-17 menyatakan di surga Tuhan berbicara dengan bahasa
Swedia, Nabi Adam berbahasa Denmarck, sedangkan naga berbahasa Perancis.
Sebelumnya Goropius Benacus seorang ahli dari Belanda berteori bahwa bahasa
surga adalah bahasa Belanda.

Dalam abad ke-17 SM telah melibatkan diri raja Mesir, Psammetichus untuk
menyelidiki bahasa pertama. Raja berpendapat kalau bayi dibiarkan ia akan dan
berbicara asal bahasa. Untuk penyelidikan ini diambillah dua bayi dari keluarga
biasa dan diserahkan kepada seorang gembala untuk dirawatnya. Gembala
tersebut dilarang untuk berbicara sepatah katapun kepada bayi tersebut.
Setelah berusia dua tahun, mereka secara spontan menyambut si gembala tadi
dengan berkata “ becos”. Peristiwa ini dilaporkan kepada raja. Psamatichus
segera menelitinya dengan berkonsultasi peda penasihatnya. Menurut mereka “
becos” berarti “roti” dalam bahasa Phyrygia: dan inilah bahasa pertama. Cerita
itu diturunkan kepada orang-orang Mesir kuno, sehingga menurut mereka
bahasa Mesirlah yang pertama.

1
2

Demikianlah di antara beberapa keyakinan dalam kebudayaan primitif tentang


bahasa asal. Pada tahun 1772, John Cottfried Von Herder mendobrak
pandangan asal usul bahasa yang berorientasi pada keagamaan, mistik dan
tahayul ke alam baru yang disebutnya “ Organic phase”. Ia secara tegas
menyatakan dalam buknya yang berjudul “ Uber den Ursprung der Sprache
( On the Origia of Language ) bahwa “ tidaklah tepat mengatakan bahasa
sebagai anugrah Illahi. Bahasa lahir karena dorongan manusia untuk mencoba-
coba berpikir. Bahasa adalah akibat hentakan yang secara insting seperti
halnya janin dalam proses kelahiran”

Darwin pada tahun 1871 dengan teorinya yang dikenal “ Pook-pook theory”
mengemukakan bahsa bahasa manusia dengan suara binatang berbeda dalam
tingkatannya saja. Ia menentukan perasaan jengkel atau jijik jika terlahir
dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, terdengar sebagai “proh”
atau “pish”.

Max Muler ( 1823 – 1900 ) menambah teori Darwin tersebut dengan teorinya “
Dingdong theory “ atau disebut juga “Nativistic theory “. Teori ini sejalan
dengan pandangan Socrates baha bahasa lahir secara alamiah. Manusia dengan
kemampuan instingnya dapat mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap kesan
dari luar. Ia menyebutkan kurang lebih empat ratus bunyi pokok yang
membentuk bahasa pertama ini. Namun pada akhirnya Muller menolak teorinya
sendiri.

Teori yang agak bertahan adalah “ Bow-Bow theory” dikenal juga


“Onomatopetic “ atau eshric theory. Teori ini berpandangan bahwa kata-kata
yang pertama kali adalah tiruan terhadap bunyi alam, seperti nyanyian burung,
suara binatang, suara guntur, hujan, angin, sungai, ombak, samudra dsb. Selain
teori ini terdapat lagi teori yang disebut “ Gesture theory”. Teori ini menyatakan
bahwa isyarat mendahului ajaran. Dengan demikian teori ini berkesimpulan
bahwa bahasa lahir dari isyarat-isyarat yang bermakna.

B. Pengertian Bahasa

Manusia adalah mahluk berbahasa. Segala hal dalam hidup manusia senantiasa
berkaitan dengan bahasa. Tak ada satu pun aspek dalam kehidupan manusia
yang lepas dari bahasa. Bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-
akar bagi manusia.

Bagi manusia, bahasa adalah media yang dipakainya untuk membentuk dan
mengkomunikasikan pikiran dan pikirannya, keinginan dan perbuatannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pengartian
yang diberikan oleh KBBI tersebut ada empat hal yang menarik untuk dicermati.
3

Pertama, bahasa merupakan sistem. Bahasa sebagai sebuah sistem merupakan


suatu susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. Ia terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen
yang secara teratur menurut pola tertentu, dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Bersifat sistematis, artinya bahwa bahasa tersusun menurut satu pola yang
tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sementara secara sistemis
berarti bahwa bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tapi terdiri juga dari
sub-sistem atau sistem bawahan, seperti sub-sitem fonologi, sub-sistem
morfologi, sub-sitem sintaksis, sub-sistem semantik. Kemudian tiap-tiap unsur
dalam subsistem-subsistem tersebut juga tersusun menurut aturan atau pola
tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun
menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem tersebut tidak dapat
berfungsi.

Hal kedua yang menarik untuk dicermati dari pengartian bahasa yang diberikan
oleh KBBI adalah lambang. Lambang adalah bentuk visual bahasa. Dengan
lambang, bahasa memiliki wujud yang dapat dikenali manusia secara visual.

Manusia adalah animal symbolicum atau mahluk bersimbol. Sebagai mahluk


bersimbol atau mahluk berlambang, maka setiap aspek kehidupan manusia
hampir selalu bersentuhan dengan simbol atau lambang. Simbol atau lambang
menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan
langsung. Untuk mengenalinya diperlukan pengenalan terhadap konvensi yang
melatari lambang tersebut. Misalnya, tanda huruf "P" besar dicoret pada rambu-
rambu lalu lintas. Kita tak akan mengenali bahwa tanda tersebut berarti bahwa
kendaraan dilarang parkir apabila kita tidak mengenal konvensi tentang rambu-
rambu lalu lintas.
Tapi keberadaan lambang dalam bahasa tersebut akan tidak berarti apabila
tidak ada bunyi. Bunyi juga merupakan hal penting bagi bahasa. Keberadaan
lambang dan bunyi dalam bahasa adalah sejajar.Secara teknis, bunyi adalah
kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Ia bisa bersumber
pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan
manusia. Tapi, tidak setiap bunyi dapat dikatakan bunyi bahasa.

Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang


bunyi-suara, yang dihasilkan oleh alat-ucap manusia. Tapi untuk dikatakan
bahwa sebuah bunyi itu merupakan bunyi bahasa, ia haruslah bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Meskipun demikian ini tidak berarti bahwa
setiap bunyi yang dihasilkan manusia merupakan bahasa.

Bunyi-bunyi seperti bunyi bersin, batu-batu, atau tangisan bayi bukanlah bunyi
bahasa. Karena bahasa mengandaikan adanya sistem yang bersifat sistematis
4

dan sistemis, maka untuk dapat menjadi bunyi bahasa, sebuah bunyi haruslah
memiliki sistem. Dalam masyarakat pengguna bahasa, sistem tersebut dapat
dikelani sebagai konvensi. Setiap bahasa memiliki konvensinya masing-masing.
Misalnya, bunyi kata anjing tak akan berarti apa-apa bagi masyarakat pengguna
bahasa Inggris. Begitu juga dengan kata dog. Kata ini tak akan berarti apa-apa
bagi mereka yang berada di luar para pengguna bahasa Inggris.

Hal berikutnya yang patut dicermati dari pengartian yang diberikan KBBI atas
bahasa adalah arbitrer. Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya
hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud
bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Misalnya, lambang bahasa yang
berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri
alamiahnya sedikit pun.

Hubungan antara lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda dengan


rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai tersebut
baru memiliki hubungan karena kebetulan dalam bahasa Indonesia konsep
"binatang berkaki empat yang biasa dikendarai" tersebut dilambangkan dengan
bunyi kuda.

Sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu
anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri, bahasa terdiri dari dua bagian besar yaitu bentuk dan makna. Bentuk
bahasa adalah bagian bahasa yang dapat dicerap oleh pancaindra manusia
entah dengan mendengar ataupun membaca. Bentuk bahasa dapat dibagi atas
dua bagian yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur suprasegmental.
Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-
bagi atas bagaian-bagian atau segmen-segmen yang lebih kecil, seperti wacana,
kalimat, kalusa, frasa, kata, morfem, suku kata, dan fonem. Sementara unsur-
unsur suprasegmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang kehadirannya
tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur-unsur suprasegmental bahasa
terdiri dari intonasi dan unsur-unsur bahawannya yang kehadirannya tergantung
dari unsur-unsur segmental. Unsur intonasi adalah tekanan (keras/lembutnya
arus-ujaran), nada (tinggi/rendahnya arus-ujaran), durasi (panjang/pendeknya
arus ujaran), dan perhentian (pembagian dalam arus-ujaran).

Selain bentuk, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa bahasa juga
terdiri dari makna. Makna bahasa juga dikenal sebagai arti. Makna atau arti ini
merupakan isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya
reaksi. Setiap makna dapat menimbulkan reaksi tertentu. Adanya makna ini
membuat setiap orang dapat memahami dan melakukan reaksi terhadap lawan
bicaranya.
5

Makna banyak bentuknya, ada makna leksikal (makna yang timbul dari kata
tertentu), ada makna sintaktis (makna yang timbul karena rangkaian kata-kata
yang membentuk frasa, klausal, kalimat), dan ada juga makna wacana (makna
yang timbul dari sebuah wacana).
Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang bahasa sesuai
dengan disiplin ilmunya. Ahli filsafat, bahasa merupakan alat untuk berpikir;
bagi seorang sosiolog bahasa adalah bentuk tingkah laku; bagi psikolog bahasa
merupakan jendela yang dapat dilalui untuk memandang kegiatan hati ; dan
bagi linguist bahada adalah sustu system dari tanda-tanda bunyi yang arbitrer.
Keraf (1987 : 16 ) menyatakan bahwa “ bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat yang berupa lambing bunyi suara yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia”. Pendapat ini didukung oleh Wiryosoedarmono ( 1985 : 1) yang
menyatakan bahwa “ Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat,
yang berupa bunyi suara atau tanda/ isyarat atau lambang yang dikeluarkan
oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya “. Jadi
bahasa sebagai alat komunikasi akan berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.
Dalam KUBI ( Depdikbud, 1991 : 77) bahasa bermakna : “ (1) system lambang
yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, (2) percakapan
( peralatan ) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Makna ini
menekankan bahasa pada bahasa sebagai wujud tingkah laku manusia.
Pengertian ini lebih merujuk pada fungsi bahasa dan hasil proses bahasa.
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, terdapat beberapa unsur yang harus
diperhatikan untuk mendefinisikan bahasa , yaitu :

(1) Bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi itu dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung;
(2) Bahasa berwujud bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi itu
dapat dilafalkan dan dapat pula dilambangkan;
(3) Bunyi bahasa bersifat arbitrer atau manasuka;
(4) Bunyi yang arbitrer itu bermakna atau bersistem.

Berdasarkan unsur-unsur itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah “ alat


komunikasi antar anggota masuarakat, berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara arbitrer yang bermakna”.

C. Hakikat Bahasa

Alwasilah ( 1985 : 75-81 ) mengemukakan tujuh hakikat bahasa, yaitu :

(1) Bahasa itu sistemik, artinya mempunyai aturan , pola atau system. Setiap
bahasa terdapat dua system yaitu system bunyi dan system makna;
6

(2) Bahasa itu arbitrer atau manasuka. Pemberian lambang setiap bunyi tidak ada
ketentuan yang mengikat, tergantung pada kesepakatan masyarakat
penuturnya;
(3) Bahasa itu ucapan vokal, berarti media bahasa yang terpenting adalah dengan
bunyi-bunyi;
(4) Bahasa itu symbol, artinya bahasa itu merupakan symbol dari perasaan,
keinginan, harapan dsb.
(5) Bahasa itu mengacu pada dirinya, maksudnya dapat dipergunakan untuk
menganalisis bahasa itu sendiri.
(6) Bahasa itu manusiawi, maksudnya bahasa itu bersifat sistematik, manasuka,
vokal, symbol dan komunikasi adalah suatu kenyataan yang dimiliki oleh
manusia;
(7) Bahasa itu komunikasi, artinya dipergunakan sebagai alat untuk berhubungan
dengan sesama anggota masyarakat, berhubungan dengan Tuhannya dan
dengan lingkungannya.

D. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa
di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa
apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis)
bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa


fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu
adalah:
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain;
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah,
dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan
menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10)
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

1) Fungsi pernyatan ekspresi diri

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan
maksud:
7

a) Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),


b) Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c) Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d) Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.

Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian
individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan
dewasa.

2) Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi
diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi
diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu
komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain.
Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima.
Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

3) Fungsi integrasi dan adaptasi sosial

Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu


lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan
sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa
yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam
suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu
kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial.
Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang
disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri
sebagai anggota suatu masyarakat.

4) Fungsi kontrol sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan


tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam
komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang
ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan
masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima dengan hati
yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa
prasangka. Dengan control sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses
sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau kebudayaan,
pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada
masyarakat bahasanya.

Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya,
fungsi bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan
8

atau posisi bahasa Indonesia. Posisi Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi


bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar.
Keempat posisi bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti
berikut:

I. Fungsi bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku,
agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)
sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

II. Fungsi Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas
bagian berikut:

1. Fungsi lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia


2. Fungsi Identitas nasional dimata internasional
3. Fungsi sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Fungsi pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan
bahasa.

III. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara
untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:

1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,


2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan
tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaanpembangunan bagai
negara Indonesi sebagai Negara berkembang, dan
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi
(ILTEK)

IV. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam
pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,


2. Fungsi penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual, dan
4. Fungsi penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.

Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi


keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa
Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia,
khususnya tingkat regional ASEAN.
9

Dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi bahasa


Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan
argumentatif. Sejarah terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu. Ciri-
ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi Bahasa Indonesia,
dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi
dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan
nanti.

Anda mungkin juga menyukai

  • KOLOID Farfis
    KOLOID Farfis
    Dokumen45 halaman
    KOLOID Farfis
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • MIKROMERITIKA
    MIKROMERITIKA
    Dokumen51 halaman
    MIKROMERITIKA
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • 3C - Kel 6 - Biokimia
    3C - Kel 6 - Biokimia
    Dokumen10 halaman
    3C - Kel 6 - Biokimia
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Fenomena Antarmuka
    Fenomena Antarmuka
    Dokumen57 halaman
    Fenomena Antarmuka
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Cover A4
    Cover A4
    Dokumen1 halaman
    Cover A4
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Cover F4
    Cover F4
    Dokumen1 halaman
    Cover F4
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Kimia Fisik 2
    Kimia Fisik 2
    Dokumen15 halaman
    Kimia Fisik 2
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • 3C - Makalah Penyakit Parkinson - Kelompok 1
    3C - Makalah Penyakit Parkinson - Kelompok 1
    Dokumen24 halaman
    3C - Makalah Penyakit Parkinson - Kelompok 1
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Biokimia Asam Amino
    Laporan Praktikum Biokimia Asam Amino
    Dokumen11 halaman
    Laporan Praktikum Biokimia Asam Amino
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Parkinson
    Penyakit Parkinson
    Dokumen12 halaman
    Penyakit Parkinson
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • 2c Kelompok 7 Pai
    2c Kelompok 7 Pai
    Dokumen18 halaman
    2c Kelompok 7 Pai
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen35 halaman
    Bab 2
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Radiofarmasi 22
    Radiofarmasi 22
    Dokumen6 halaman
    Radiofarmasi 22
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen12 halaman
    Bab 1
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen35 halaman
    Bab 2
    Milda Nurmalia Sopa
    Belum ada peringkat