PENGANTAR BAHASA
A. Asal Bahasa
Berbicara tentang asal usul bahasa sampai saat ini belum tuntas dan tidak akan
pernah tuntas, mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan sulitnya menelusuri
secara ilmiah. Para Linguist berpandangan berdasarkan kaca mata bahasa
masing-masing. Tepat sekali jika masyarakat linguistik Perancis melarang
untuk mendiskuskan asal usul bahasa. Topik ini diangkat bukan untuk
mempersoalkan asal bahasa, akan tetapi untuk mengantarkan para mahasiswa
mengkaji teori-teori kebahasaan.
Para antropolog telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif
meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah bahasa. Hal ini
memang benar. Dalam keyakinan Islam Allah SWT berfirman dalam surat Al
Baqarah 31-32,yakni :
Dalam abad ke-17 SM telah melibatkan diri raja Mesir, Psammetichus untuk
menyelidiki bahasa pertama. Raja berpendapat kalau bayi dibiarkan ia akan dan
berbicara asal bahasa. Untuk penyelidikan ini diambillah dua bayi dari keluarga
biasa dan diserahkan kepada seorang gembala untuk dirawatnya. Gembala
tersebut dilarang untuk berbicara sepatah katapun kepada bayi tersebut.
Setelah berusia dua tahun, mereka secara spontan menyambut si gembala tadi
dengan berkata “ becos”. Peristiwa ini dilaporkan kepada raja. Psamatichus
segera menelitinya dengan berkonsultasi peda penasihatnya. Menurut mereka “
becos” berarti “roti” dalam bahasa Phyrygia: dan inilah bahasa pertama. Cerita
itu diturunkan kepada orang-orang Mesir kuno, sehingga menurut mereka
bahasa Mesirlah yang pertama.
1
2
Darwin pada tahun 1871 dengan teorinya yang dikenal “ Pook-pook theory”
mengemukakan bahsa bahasa manusia dengan suara binatang berbeda dalam
tingkatannya saja. Ia menentukan perasaan jengkel atau jijik jika terlahir
dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, terdengar sebagai “proh”
atau “pish”.
Max Muler ( 1823 – 1900 ) menambah teori Darwin tersebut dengan teorinya “
Dingdong theory “ atau disebut juga “Nativistic theory “. Teori ini sejalan
dengan pandangan Socrates baha bahasa lahir secara alamiah. Manusia dengan
kemampuan instingnya dapat mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap kesan
dari luar. Ia menyebutkan kurang lebih empat ratus bunyi pokok yang
membentuk bahasa pertama ini. Namun pada akhirnya Muller menolak teorinya
sendiri.
B. Pengertian Bahasa
Manusia adalah mahluk berbahasa. Segala hal dalam hidup manusia senantiasa
berkaitan dengan bahasa. Tak ada satu pun aspek dalam kehidupan manusia
yang lepas dari bahasa. Bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-
akar bagi manusia.
Bagi manusia, bahasa adalah media yang dipakainya untuk membentuk dan
mengkomunikasikan pikiran dan pikirannya, keinginan dan perbuatannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pengartian
yang diberikan oleh KBBI tersebut ada empat hal yang menarik untuk dicermati.
3
Hal kedua yang menarik untuk dicermati dari pengartian bahasa yang diberikan
oleh KBBI adalah lambang. Lambang adalah bentuk visual bahasa. Dengan
lambang, bahasa memiliki wujud yang dapat dikenali manusia secara visual.
Bunyi-bunyi seperti bunyi bersin, batu-batu, atau tangisan bayi bukanlah bunyi
bahasa. Karena bahasa mengandaikan adanya sistem yang bersifat sistematis
4
dan sistemis, maka untuk dapat menjadi bunyi bahasa, sebuah bunyi haruslah
memiliki sistem. Dalam masyarakat pengguna bahasa, sistem tersebut dapat
dikelani sebagai konvensi. Setiap bahasa memiliki konvensinya masing-masing.
Misalnya, bunyi kata anjing tak akan berarti apa-apa bagi masyarakat pengguna
bahasa Inggris. Begitu juga dengan kata dog. Kata ini tak akan berarti apa-apa
bagi mereka yang berada di luar para pengguna bahasa Inggris.
Hal berikutnya yang patut dicermati dari pengartian yang diberikan KBBI atas
bahasa adalah arbitrer. Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya
hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud
bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Misalnya, lambang bahasa yang
berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri
alamiahnya sedikit pun.
Sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu
anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan
diri, bahasa terdiri dari dua bagian besar yaitu bentuk dan makna. Bentuk
bahasa adalah bagian bahasa yang dapat dicerap oleh pancaindra manusia
entah dengan mendengar ataupun membaca. Bentuk bahasa dapat dibagi atas
dua bagian yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur suprasegmental.
Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-
bagi atas bagaian-bagian atau segmen-segmen yang lebih kecil, seperti wacana,
kalimat, kalusa, frasa, kata, morfem, suku kata, dan fonem. Sementara unsur-
unsur suprasegmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang kehadirannya
tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur-unsur suprasegmental bahasa
terdiri dari intonasi dan unsur-unsur bahawannya yang kehadirannya tergantung
dari unsur-unsur segmental. Unsur intonasi adalah tekanan (keras/lembutnya
arus-ujaran), nada (tinggi/rendahnya arus-ujaran), durasi (panjang/pendeknya
arus ujaran), dan perhentian (pembagian dalam arus-ujaran).
Selain bentuk, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa bahasa juga
terdiri dari makna. Makna bahasa juga dikenal sebagai arti. Makna atau arti ini
merupakan isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya
reaksi. Setiap makna dapat menimbulkan reaksi tertentu. Adanya makna ini
membuat setiap orang dapat memahami dan melakukan reaksi terhadap lawan
bicaranya.
5
Makna banyak bentuknya, ada makna leksikal (makna yang timbul dari kata
tertentu), ada makna sintaktis (makna yang timbul karena rangkaian kata-kata
yang membentuk frasa, klausal, kalimat), dan ada juga makna wacana (makna
yang timbul dari sebuah wacana).
Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang bahasa sesuai
dengan disiplin ilmunya. Ahli filsafat, bahasa merupakan alat untuk berpikir;
bagi seorang sosiolog bahasa adalah bentuk tingkah laku; bagi psikolog bahasa
merupakan jendela yang dapat dilalui untuk memandang kegiatan hati ; dan
bagi linguist bahada adalah sustu system dari tanda-tanda bunyi yang arbitrer.
Keraf (1987 : 16 ) menyatakan bahwa “ bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat yang berupa lambing bunyi suara yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia”. Pendapat ini didukung oleh Wiryosoedarmono ( 1985 : 1) yang
menyatakan bahwa “ Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat,
yang berupa bunyi suara atau tanda/ isyarat atau lambang yang dikeluarkan
oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya “. Jadi
bahasa sebagai alat komunikasi akan berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.
Dalam KUBI ( Depdikbud, 1991 : 77) bahasa bermakna : “ (1) system lambang
yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, (2) percakapan
( peralatan ) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Makna ini
menekankan bahasa pada bahasa sebagai wujud tingkah laku manusia.
Pengertian ini lebih merujuk pada fungsi bahasa dan hasil proses bahasa.
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, terdapat beberapa unsur yang harus
diperhatikan untuk mendefinisikan bahasa , yaitu :
(1) Bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi itu dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung;
(2) Bahasa berwujud bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi itu
dapat dilafalkan dan dapat pula dilambangkan;
(3) Bunyi bahasa bersifat arbitrer atau manasuka;
(4) Bunyi yang arbitrer itu bermakna atau bersistem.
C. Hakikat Bahasa
(1) Bahasa itu sistemik, artinya mempunyai aturan , pola atau system. Setiap
bahasa terdapat dua system yaitu system bunyi dan system makna;
6
(2) Bahasa itu arbitrer atau manasuka. Pemberian lambang setiap bunyi tidak ada
ketentuan yang mengikat, tergantung pada kesepakatan masyarakat
penuturnya;
(3) Bahasa itu ucapan vokal, berarti media bahasa yang terpenting adalah dengan
bunyi-bunyi;
(4) Bahasa itu symbol, artinya bahasa itu merupakan symbol dari perasaan,
keinginan, harapan dsb.
(5) Bahasa itu mengacu pada dirinya, maksudnya dapat dipergunakan untuk
menganalisis bahasa itu sendiri.
(6) Bahasa itu manusiawi, maksudnya bahasa itu bersifat sistematik, manasuka,
vokal, symbol dan komunikasi adalah suatu kenyataan yang dimiliki oleh
manusia;
(7) Bahasa itu komunikasi, artinya dipergunakan sebagai alat untuk berhubungan
dengan sesama anggota masyarakat, berhubungan dengan Tuhannya dan
dengan lingkungannya.
D. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa
di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa
apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis)
bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan
maksud:
7
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian
individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan
dewasa.
2) Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi
diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi
diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu
komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain.
Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima.
Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.
Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya,
fungsi bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan
8
I. Fungsi bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku,
agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)
sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
II. Fungsi Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas
bagian berikut:
III. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara
untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
IV. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam
pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut: