Anda di halaman 1dari 57

Rahma Nafi’ah, M.Si.

, Apt

1
Definisi
 Antarmuka : bila dua fase berada bersama, maka batas
antara keduanya mrp antarmuka
 Permukaan : biasanya berhubungan dg antarmuka
gas/padat atau gas/cair.

2
Penggolongan Antarmuka
Fase Tegangan antar muka Tipe dan Contoh

Gas - gas - Tidak ada antar muka

Gas - Cairan LV Permukaan cairan, molekul air


di atmosfer
Gas - Padatan SV Permukaan padatan,
permukaan meja
Cairan - Cairan LL Antarmuka cairan-cairan,
emulsi

Cairan - Padatan LS Antarmuka cairan-padatan,


suspensi

Padatan - Padatan SS Antarmuka padatan-padatan,


partikel serbuk yang berdekatan
3
Fenomena antarmuka dalam farmasi berhubungan dg:
1. adsorpsi obat pada bahan pembantu
2. penetrasi molekul mll membran biologis
3. pembentukan dan kestabilan emulsi
4. dispersi padatan dalam cairan (suspensi)
5. surfaktan

4
Tegangan Antarmuka dan
Tegangan Permukaan
 Tegangan Antarmuka (dyne/cm): gaya persatuan panjang
yang berada pada antarmuka diantara dua fase yang
terpisah. Biasanya terjadi pd dua macam cairan diberi
tanda γLL, antara dua macam padatan, γSS, dan pada
antarmuka cairan-padatan, γLS,
 Tegangan Permukaan (dyne/cm): gaya yang harus
diberikan sejajar dg permukaan untuk mengimbangi
secara tepat tarikan ke dalam. Biasanya terjadi pada
tegangan antarmuka cairan-gas, γLV dan tegangan
antarmuka padatan-gas, γSV.
 Bila dua cairan bercampur sempurna, maka tidak terdapat
tegangan antarmuka diantara keduanya.

5
Tegangan Permukaan dan
Tegangan Antarmuka
 Setetes cairan di udara
 Molekul dalam seluruh cairan dikelilingi molekul
lainnya dg gaya tarik yg sama
 Tetesan cairan cenderung membentuk bola, krn bola
mempunyai luas permukaan/volume yg paling kecil
 Pada permukaan tetesan (antarmuka cairan/udara)
molekul-molekul membentuk gaya kohesif (dg
molekul di bawahnya atau yang berdekatan) dan gaya
adhesif (dg molekul fase lain pada antarmuka)

6
Tegangan Permukaan dan
Tegangan Antarmuka
 Gambar tetesan cairan

Udara

Tetesan
cairan

7
Tegangan Permukaan
L
B C

A D
ds

f
Tegangan Permukaan
 Larutan sabun ditempatkan pd bingkai shg membentuk
lap film ABCD
 Film dpt diregangkan dg gaya f b, sepanjang L
 Bila gaya f dihilangkan, maka film berkontraksi
(mengkerut)
 Jadi, tegangan permukaan, γ, mrp fungsi gaya yg hrs
dikenakan agar film pecah dg panjang sisi yg berhub dg
film.
γ = fb /2L…………………..(1)
f b adalah gaya yang dibutuhkan untuk memecah film, dan
L merupakan panjang dari sisi bingkai yang dapat bergeser.

9
Tabel tegangan Permukaan
beberapa Zat
Zat Tegangan Zat Zat antarmuka
Permukaan thd air
(dyne/cm (dyne/cm)
Air 72.8 Karbon Tetra Klorida 45.0
Asam Oleat 32.5 Benzena 35.0
Benzena 28.9 Kloroform 32.8
Kloroform 27.1 Asam Oleat 15.6
Karbon Tetra Klorida 26.7 n-Oktil alkohol 8.52
Minyak Jarak 39.0 Asam Kaprilat 8.22
Minyak Zaitun 35.8 Minyak Zaitun 22.9
Minyak Biji Kapas 35.4
Parafin cair 33.1
10
Energi Bebas Permukaan
 Untuk memindahkan suatu molekul dari dalam cairan
ke permukaan, membutuhkan energi melawan
tegangan permukaan.
 Dengan kata lain, setiap molekul yang berada dekat
dengan permukaan suatu cairan mempunyai
kelebihan energi potensial dibandingkan dengan
molekul dalam ruahan suatu cairan.
 Karena energi ini proporsional dengan ukuran bebas
permukaan, maka disebut energi bebas permukaan

11
Energi Bebas Permukaan
 Ketika kawat yang bergeser ada pada posisi AD akibat ada pertambahan massa,
maka terjadi perubahan panjang sebesar ds , sehingga kerja dW menjadi :
dW = f x ds
= γ x 2L x ds
 Karena 2L x ds identik dengan peningkatan luas permukaan, dA, maka
perubahan kerja menjadi :
dW = γ x dA, atau :
W = γ x Δ A….. (2)
W : kerja atau perubahan energi bebas permukaan (erg)
γ : tegangan permukaan (dyne/cm)
Δ A : perubahan luas permukaan (cm2).
 Syarat utama kesetimbangan adalah energi bebas sistem harus minimum,
sehingga secara spotan fase-fase cenderung memperkecil luas kontaknya. Co :
tetes air di udara membentuk bola (bola mempunyai luas kontak yang terkecil)

12
Perbedaan Tekanan pada
Antarmuka Lengkung
 Suatu gelembung sabun seperti pada Gambar 4.
mempunyai jari-jari r.
 Energi bebas permukaan totalnya adalah :
W = 4πr2γ…………….. (3)
 Jika gelembung menciut, sehingga menyebabkan
perubahan jari-jari sebesar dr, maka energi bebas
permukaannya menjadi :
W = 4π(r-dr)2…………….. (4)
W = 4πr2γ - 8πγdr - 4πγ(dr)2……………. (5)

13
Perbedaan Tekanan pada
Antarmuka Lengkung
 Perubahan energi bebas permukaan menjadi -8πγdr,
nilainya negative karena luas pemukaannya menciut
 Karena tekanan merupakan gaya per luas permukaan,
atau gaya = tekanan x luas permukaan, perubahan
kerja akibat turunnya jari-jari dr adalah :
W = ΔP . 4πr2 . –dr …… (6)
 Pada kondisi kesetimbangan, energi ini sama dengan
perubahan energi bebas permukaan, sehingga :
- 8πγrdr = - 4ΔPπr2dr…….. (7) atau
ΔP = 2γ/r……………….. (8)

14
Gb Gelembung sabun menciut
dr

15
Gaya Adhesi dan Gaya Kohesi
 Gaya adhesi : gaya tarik menarik antara molekul yang
berbeda
 Gaya kohesi : gaya tarik menarik antara molekul
sejenis

16
Gaya Adhesi dan Gaya Kohesi
Gaya kohesi > gaya adhesi

Cairan pada
permukaan memperkecil pemisahan
bentuk lensa
cairan lain luas kontak fase
/padatan

17
Gaya Adhesi dan Gaya Kohesi
Gaya adhesi > gaya kohesi

Cairan pada Meningkatnya


interaksi antar
permukaan luas penyebaran
molekul yang
cairan lain permukaan spontan
berbeda besar
/padatan kontak

18
Koefisien Sebar (S)
 Koefisien Sebar mrp perbedaan usaha yg terjadi apabila
usaha adhesi lebih besar daripada usaha kohesi
Usaha adhesi merupakan usaha yang dibutuhkan untuk
memisahkan dua molekul yang berbeda
Usaha Kohesi : usaha yang dibutuhkan untuk memisahkan
dua molekul yang sama, yg tersebar shg dpt mengalir di
bagian atas cairan yg di bawahnya.

 Dapat dijelaskan dengan penggambaran silinder hipotetik


dengan luas permukaan 1 cm2 , terhadap dua buah macam
cairan S dan L yang mempunyai tegangan antarmuka S
dan L.
 W=  xA
19
Cont….
 Gambaran Usaha Adhesi :
Gb b. menunjukkan bahwa usaha yg dilakukan
Gb a. menunjukkan suatu silinder mrp teg. permukaan yg baru terbentuk , L dan S
hipotetik dg luas permuk 1 cm2 , , dikurangi teg antarmuka LS yg telah lenyap pd
tdp cairan S dan L proses.

1 cm2

L
L

LS S
L
S
S

Wa = L + S - LS
a
b 20
Cont….
 Gambaran usaha kohesi
Sama sekali tidak terdapat tegangan antarmuka.
Gb a. Silinder hipotetik dg luas
Gb b. Dua perm yg dibagi dg
permukaan 1 cm2 , jk dibagi akan
tegangan permukaan sebesar L
tbtk dua perm baaru
L
1 cm2
L
L
L

WC = 2 L
21
Cont….
Koefisien sebar, S, tjd bila Wa > Wc, mk :
S = Wa – Wc
S = (L + S - LS ) - 2 L
S = S - L - LS
S = S - (L + LS )
Nilai S di atas mrp nilai koefisien sebar awal.
Harga koefisien sebar awal benzen di atas air
(lihat tabel. Tegangan Permukaan bbrp Zat) :
S = 72.8 – (28.9 + 35.0)
= 8.9 dyne/cm (erg/cm2
Nilai koefisien sebar awal yg positif menunjukkan terjadi penyebaran
suatu cairan di atas cairan lainnya.
Pd kesetimbangan harga koef sebar benzen dan air mjd :
S = 62.2 – (28.8 + 35.0)
= - 1.6 dyne/cm
Hal ini disimpulkan : pd awalnya benzen akan tersebar diatas air,
setelah kesetimbangan akan tbtk lapisan tunggal jenuh dg benzen
berlebih (jenuh dg air) mbtk suatu lensa.

22
Tabel. Koefisien Sebar Awal pd 200 C
Zat S (dyne/cm)
Etil Alkohol 50.4
Asam Propionat 45.8
Etil eter 45.5 Senyawa yg byk
Asam Asetat 45.2 mgd gugus polar
Aseton 42.4 akan mudah
Asam Undesilenat 32 (250 ) menyebar di atas
Asam Oleat 24.6 air, senyawa
Kloroform 13 nonpolar tidak
Benzena 8.9 dapat menyebar
Heksana 3.4 di atas air
Okatana 0.22
Etilen dibromida -3.19
Parafin cair -13.4

23
Fenomena Pembasahan
Adsorpsi cairan pada permukaan padatan merupakan
suatu fenomena pembasahan.
Zat pembasah : surfaktan, yang bila didispersikan
dalam air akan menurunkan sudut kontak dan
membantu memindahkan fase udara pada permukaan
padatan dan mengganti dengan fase cair.
Contoh fenomena pembasahan:
 membasahkan sulfur, arang
 penggunaan sabun untuk membersihkan
 pemakaian losio, spray pada kulit

24
Fenomena Pembasahan
 Hal yang utama dalam pembasahan adalah sudut
kontak.
 Sudut kontak : sudut antara tetes cairan dan
permukaan ke atas dimana ia menyebar
 Sudut kontak 00 : pembasahan sempurna
 Sudut kontak 1800 : tidak terjadi pembasahan

25
Fenomena Pembasahan

S = SL + L cos  WSL = L ( 1 + cos )


26
Kapilaritas
 Kapilaritas merupakan gerakan spontan cairan
menuju pipa kapiler yang diakibatkan oleh gaya-gaya
permukaan
 Kapilaritas juga merupakan proses penetrasi cairan ke
dalam zat padat berpori

27
Kapilaritas
Pipa kapiler dengan
lubang yang sangat
kecil dicelupkan ke
dalam gelas piala
yang berisi air

Permukaan air dalam


pipa kapiler akan Terbentuk miniskus
lebih tinggi dari pada cekung pada pipa
permukaan air dalam kapiler
gelas piala

28
Kapilaritas
 Gambar kenaikan pipa kapiler

(b) Kenaikan pipa kapiler pd air


(a) Kenaikan pipa kapiler pd air raksa
29
Kapilaritas
Faktor-faktor pada gejala kapilaritas
 Tinggi kenaikan cairan pada pipa kapiler di atas
permukaan cairan pada gelas piala (h)
 Jari-jari pipa kapiler (r)
 Sudut kontak antara air dengan gelas (θ)
 Gaya yang bekerja ke atas dan tegak lurus sepanjang
kontak cairan-gelas
 Gaya merupakan tegangan permukaan dikalikan
keliling lingkaran, sehingga :
F = γ 2 π r…………….. (9)

30
Kapilaritas
 Gaya F ke atas tersebut harus menyangga kolom air
 Karena massa = kerapatan (ρ) dikalikan dg volume
(πr2h), sehingga gaya W yang melawan gerakan ke atas
adalah :
W = mg = πr2ρgh
 Dalam kesetimbangan F = W, maka :
γ 2 π r = πr2ρgh
h = 2γ
rρg

31
Kapilaritas
 Bila sudut kontak tidak nol, maka
h = 2γcos θ
rρg

 Kapilaritas akan terjadi bila sudut kontak θ sebesar


θ >00 dan θ <900
 Diatas sudut 900 harga h akan negatif, seperti pd air raksa.
 Kapilaritas terjadi secara spontan, namun dengan syarat
sudut kontak lebih besar dari nol.
 Kapilaritas tidak akan terjadi bila sudut kontak adalah 900

32
Pengukuran Tegangan Permukaan
1. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Metode ini berdasarkan pd pengukuran tinggi cairan
yang naik dalam kapiler.
=hrg
2
Syarat penggunaan metode ini :
1. Diameter bejana luar > diameter pipa kapiler
2. Diameter pipa kapiler harus seragam, penampang
harus bundar.
3. Sebelum pengukuran dinding pipa kapiler harus
basah.
4. Pengontrolan suhu.

33
Pengukuran Tegangan Permukaan
2. Metode Bobot Tetes
Massa, m, satu tetes cairan yang ideal dg tegangan permukaan ,
yang jatuh menetes dari sebuah tabung/pipet berjari-jari luar r,
menurut persamaan Tate :
mg = 2  r 
dimana g adalah gaya gravitasi.
Yg hrs diperhatikan dari metode ini :
 Ujung tabung (pipet) harus runcing
 Tetesan harus terbentuk perlahan
 Kontrol suhu
 Cara normal : menampung 20 -30 tetesan, dan hitung rata2
beratnya.

34
Pengaruh Suhu terhadap
Tegangan Permukaan
 Bila suatu cairan pada keadaan setimbang dengan uapnya
dipanaskan, antarmuka kedua fase menjadi lenyap,
sehingga tidak terdapat tegangan permukaan pada suhu
tsb.
 Tegangan permukaan cairan turun kalau suhu naik
γ = γ0 ( 1- T/Tc)1,2
γ : tegangan permukaan pada suhu T
γ0 : tegangan permukaan pada suhu nol
Tc : suhu kritik cairan (suhu saat antarmuka cairan dengan uap
jenuhnya lenyap)

35
Penjerapan pada Antarmuka Cairan
 Bila suatu molekul atau ion didispersikan dalam cairan
 Molekul atau ion tsb bergerak sendiri menuju
antarmuka
 Konsentrasi molekul atau ion pada antarmuka >
daripada dalam cairan ruah
 Energi bebas permukaan naik dan tegangan
permukaan menjadi turun
 Penjerapan positif (Adsorpsi)

36
Penjerapan pada Antarmuka Cairan
 Penjerapan ≠ penyerapan
 Penjerapan hanya efek pada permukaan , co : molekul
alkaloid pada permukaan tanah liat
 Penyerapan : cairan atau gas menembus ke dalam rongga
kapiler zat penyerap, co : penarikan air oleh spons

37
Penjerapan pada Antarmuka Cairan
Surfaktan
SurfaktanS38
 Zat aktif permukaan atau surfaktan : molekul-m0lekul
atau ion-ion yang terjerap pada antarmuka
 Surfaktan bersifat amfifil
 Amfifil : molekul atau ion mempunyai afinitas
terhadap pelarut polar dan nonpolar.
 Jenis surfaktan : hidrofilik, lipofilik atau pertengahan
antara hidrofilik dan lipofilik bergantung pada jumlah
dan sifat gugus polar dan nonpolar dari amfifil tsb.

38
Penjerapan pada Antarmuka Cairan
- Surfaktan
 Penggolongan Surfaktan :

Nonionik

Kationik

Anionik

Amfolitik/Zwitter ionik

Hidrofob : rantai hidrokarbon


39
40
Gbr. Adsorpsi Surfaktan pd Antarmuka
Udara-Air dan Minyak-Air

(a). Adsorpsi surfaktan (b). Adsorpsi surfaktan pada


pada antarmuka udara-air antarmuka minyak-air

41
Klasifikasi Sistem Hidrofilik - Lipofilik
Merupakan ukuran kesetimbangan hidrofilik –
lipofilik (HLB) dari suatu surfaktan

Lebih tinggi HLB surfaktan, maka makin hidrofilik


surfaktan tsb. Contoh :
 Tween : bersifat hidrofil (HLB = 9.7 – 16.7)
 Span : bersifat lipofilik (HLB = 1.8 – 8.6)

42
Skala yang menunjukkan fungsi
penggolongan surfaktan berdasarkan
nilai HLB

43
Nilai HLB Beberapa Zat Amfifil
Zat HLB
Asam Oleat 1
Gliseril monostearat 3.8
Sorbitan monostearat (Span 80) 4.3
Sorbitan monolaurat (Span 20) 8.6
Trietanolamin oleat 12.0
Polioksietilen sorbitan monooleat (Tween 80) 15
Polioksietilen sorbitan monolaurat (Tween 20) 16.7
Natrium oleat 18.0
Natrium lauril sulfat 40
44
Perhitungan HLB berdasarkan
Bilangan Gugus
Davis memperhitungkan nilai HLB dg memisahkan
molekul surfaktan ke dalam gugus komponen,
masing-masing disebut bilangan gugus.

HLB = (bil. gugus hidrofil) - (bil.gugus lipofil) + 7

Co. : HLB Natrium lauril sulfat adl :


HLB = 38.7 - (0.475 x 12) + 7
= 40

45
Perhitungan HLB berdasarkan
Bilangan Gugus
Gugus Hidrofil HLB
-SO4- Na+ 38.7
-COO- Na+ 19.1
Ester (cincin sorbitan) 6.8
Ester (bebas) 2.4
Hidroksil (bebas) 1.9
Hidroksil (cincin sorbitan) 0.5

Gugus Lipofil HLB


-CH- 0.475
-CH2- 0.475
-CH3 0.475
=CH- 0.475
46
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)

Sistem HLB bertujuan untuk mendapatkan emulsi yang


stabil dg cara :
 Menurunkan tegangan permukaan
 Mencegah terjadinya penggabungan kembali dengan
membungkus tiap globul dg bahan pengemulsi.

Sistem HLB menggambarkan harga tiap komponen fase


minyak dalam sistem emulsi apakah bersifat
hidrofilik atau lipofilik

HLB tinggi : hidrofilik


HLB rendah : lipofilik

47
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)

Karena harga HLB aditif, maka dapat dihitung HLB


butuh dari fase minyak dalam emulsi.

Dg mengetahui harga HLB bahan pengemulsi, maka


dapat dipilih bahan pengemulsi yg cocok dari suatu
formula emulsi dengan menyesuaikan HLB butuhnya
thd harga HLB bahan pengemulsi.

Emulsi a/m : harga HLB bahan pengemulsi 3-6


Emulsi m/a : harga HLB bahan pengemulsi 6-18

48
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)

Aktivitas dan Harga HLB Surfaktan


Aktivitas HLB
Zat antibusa 1-3
Zat pengemulsi a/m 3-6
Zat pembasah 7-9
Zat pengemulsi m/a 8-18
Detergent 13-15
Zat Pensolubilisasi 15-20

49
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)

Hubungan Harga HLB dan Kelarutan Zat dalam


Air
HLB Sifatnya bila ditambah air
1-4 Tidak terdispersi dalam air
3-6 Terdispersi sedikit
6-8 Terdispersi spt susu stlh dikocok kuat
8-10 Terdispersi stabil spt susu
10-13 Terdispersi hampir jernih sampai jernih
> 13 Larutan jernih

50
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)

HLB Butuh Beberapa Bahan


Bahan HLBBerlemak
Acid. lauric 15 -16
Acid. Oleic 17
Alcohol cetylicus 15
Alcohol lauric 14
Cera 9
Carbon tetrachlorid 16
Cera carnauba 12
Ol. Ricini 14
Adeps lanae 12
Paraff. liquidum 11
Paraff. solidum 10
Vasellinum 7-8
51
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)
HLB Beberapa
Surfaktan

52
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)
Contoh perhitungan dengan sistem HLB
HLB butuh vaselin dlm contoh : 25/45 x 8 = 4,4
Vaselin 25 g
HLB butuh cetyl. alc : 20/45 x 15 = 6,6
Cetyl. alc 20 g
Zat Pengemulsi 2g
HLB butuh fase lemak : ……… = 11,0
Aqua ad 100 g

Fase minyak dg HLB butuh : 11, shg membutuhkan zat pengemulsi dg


harga HLB mendekati 11
Zat pengemulsi campuran menghasilkan emulsi yg lbh baik.
Misal menggunakan camp Tween 60 dan Span 60 dg harga HLB 14,9 dan
4,7. Jumlah zat pengemulsi dalam contoh 2 g.
Jumlah Tween dan Span dihitung dg cr aligasi

53
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)
Lanjutan… Contoh
Misal menggunakan perhitungan
camp Tween 60 dan Span dengan
60 dg hargasistem
HLB 14,9 HLB
dan
4,7. Jumlah zat pengemulsi dalam contoh 2 g.
Jumlah Tween dan Span dihitung dg cr aligasi, berikut ini :
Tween 60 (HLB 14,9 ) : 14,9 6,3

11

Span 60 (HLB 4,7) : 4,7 3,9

Jumlah : 10,2
Jumlah Tween 60 yg diperlukan : 6,3/10,2 x 2 g = 1,24 g
Jumlah Span 60 yg diperlukan : 3,9/10,2 x 2 g = 0,76 g

54
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)
Contoh perhitungan dengan sistem HLB
HLB butuh vaselin dlm contoh : 25/45 x 8 = 4,4
Vaselin 25 g
HLB butuh cetyl. alc : 20/45 x 15 = 6,6
Cetyl. alc 20 g
Zat Pengemulsi 2g
HLB butuh fase lemak : ……… = 11,0
Aqua ad 100 g

Fase minyak dg HLB butuh : 11, shg membutuhkan zat pengemulsi dg


harga HLB mendekati 11
Zat pengemulsi campuran menghasilkan emulsi yg lbh baik.
Misal menggunakan camp Tween 60 dan Span 60 dg harga HLB 14,9 dan
4,7. Jumlah zat pengemulsi dalam contoh 2 g.
Jumlah Tween dan Span dihitung dg cr persen berat

55
Sistem HLB
(Hydrophilic Lipophilic Balance)
% Tween 60 = R HLB – HLB low
HLB High – HLB low

% Tween 60 = 11 – 4,4 = 0,62


14,9 – 4,4
Maka berat Twen 60 = 0,62 x 2 gram = 1,24 gram
Berat Span 60 = 2 – 1,24 = 0,76 gram

56
SELESAI

57

Anda mungkin juga menyukai