Anda di halaman 1dari 413

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

MOTIVASI KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KINERJA GURU SMP DI


KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR
KOTA BANJARMASIN

SYAMSUDIN NOOR
NIM 1620111310020

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
SYAMSUDIN NOOR
NIM 1620111310020

TESIS
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
1
2
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Syamsudin Noor

NIM 1620111310020

Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 5 okt 1965

Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Alamat : Jl. Yudistira 10 Rt 18 No 15


Komplek Bumi Pemurus, Banjarmasin

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan


kepala sekolah terhadap motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru SMP Di
Kecamatan Banjar timur Kota Banjarmasin” beserta seluruh isi dan kelengkapannya
adalah benar hasil karya tulisan saya.

Untuk itu atas pernyataan ini, saya bersedia bertanggung jawab atas segala resiko
apabila terdapat pelanggaran terhadap tulisan ini.

Banjarmasin, 23 Maret 2019


Yang membuat pernyataan

Syamsudin Noor
NIM 1620111310020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan

dengan baik. Tesis ini mengungkapkan tentang Hubungan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru SMP di

Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin .

Peneliti menyadari, bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penyusunan

tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, peneliti menyampaikan

ucapan terimakasih yang sebesar - besarnya, terutama kepada Prof. Dr. H.

Wahyu, MS . dan Dr. Suhaimi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing, yang telah

membimbing, mengarahkan dan memberi dorongan hingga penulisan tesis ini

selesai. Demikian pula kepada Tim Penguji Kelayakan Proposal, atas koreksi dan

masukannya sehingga proposal dapat dilanjutkan untuk menjadi sebuah tesis.

Selain itu, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

3. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin yang telah memberikan

rekomendasi sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian di SMP

Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin


4. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan, yang telah memberikan

izin penelitian

5. Dosen Pembimbing tesis Prof. Dr. H. Wahyu, MS . dan Dr. Suhaimi,

S.Pd, M.Pd

6. Staf pengajar pada Program Magister Manajemen Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

7. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin yang telah memberikan

rekomendasi sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian di SMP

Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

8. Kepala SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin, yang telah memberika kesempatan kepada peneliti untuk

melakukan penelitian

9. Guru-guru SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin yang telah bersedia diteliti melalui pengisian instrumen

penelitian yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian

Selanjutnya secara khusus, ucapan terimakasih yang tulus peneliti

sampaikan kepada , isteri dan anak-anak, menantu tercinta yang selalu mengiringi

langkah peneliti dengan do’a.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik dalam hal metode penulisan maupun kedalaman kajian. Oleh karena itu

peneliti sangat mengharapkan sumbangan saran dan pemikiran yang konstruktif

demi perbaikan yang perlu peneliti lakukan dimasa akan datang.


Semoga amal baik dari berbagai pihak tersebut mendapat balasan

yang sesuai dari Allah SWT. Amien.

Banjarmasin, Peb 2019

Penulis

Syamsudin Noor
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam usaha untuk memenuhi harapan, pemimpin menggunakan

kemampuan dan kecerdasannya dengan memamfaatkan lingkungan dan potensi

yang ada pada diri, sekolah dan organisasi pendidikan. Tugas Pemimpin di

antaranya mengarahkan, mengerakkan, mempengaruhi dan memberdayakan

(4 M) anggota. Inisiatif pemimpin harus direspon sehingga dapat mendorong

timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani mengambil keputusan dalam

rangka percepatan pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian kepemimpin

di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakan,

mengarahkan, mempengaruhi sekaligus memberdayakan pola pikir dan cara kerja

guru dan staf sekolah agar bersikap mandiri dalam bekerja

Kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tujuan tertentu

sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin berikut Dunhan dan Piece

(Usman, 2009:281) menyatakan bahwa “Leadership is influesing others actions in

achieving desirable ends” (Kepemimpinan adalah mempengaruhi tindakan orang

lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan). Hal Senada dikemukan oleh

Edwin A. Locke (1997) Suharsaputra, 2010:118) yang mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah “Proses membujuk inducting orang lain untuk melakukan

secara sukarela suatu menuju suatu sasaran dan keinginan secara bersama-sama.

1
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah diharapkan dapat

menciptakan situasi kegiatan belajar mengajar yang kondusif, nyaman dan

menyenangkan, sehingga guru dan staf sekolah dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.

Ada 4 indikator yang harus dipenuhi agar kepala sekolah sukses dalam

melaksanakan tugasnya yaitu : (1) Keterbukaan, (2) Perhatian terhadap guru dan

staff sekolah, (3) Interaksi dan (4) Pengambil Keputusan (Wahjosumijo: 2008).

Keterbukaan maksudnya kepala sekolah harus terbuka dalam merumuskan

kebijaksanaan dengan melalui musyawarah, mendelegasikan tugas kepala sekolah

dengan jelas.

Perhatian terhadap guru dan staff sekolah, perhatian terhadap guru dan

staff sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk pekerjaan agar dilaksanakan

dengan penuh tanggung jawab, meningkatkan moral dan semangat guru dan staff

sekolah, memberikan reward dan pujian atas keberhasian yang dicapai guru atau

staff sekolah, membantu dan mencarikan solusi guru atau staff sekolah dalam

memecahkan masalah dan rendah hati dalam melakukan pendekatan.

Interaksi bertujuan untuk membina hubungan yang harmonis antara

kepala sekolah dengan guru dan staf sekolah. Dari ke tiga indikator ini peneliti

berpendapat keterbukan kepala sekolah mengenai kebijaksananan kepala sekolah

harus dimusyawarahkan dan dikomunikasikan dengan guru dan staf sekolah.

Pengambil Keputusan maksudnya Kepala sekolah mengembangkan nilai-

nilai kehidupan sekolah yang demokratis serta kepala sekolah perduli terhadap

lingkungan sekolah

2
Kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi kerja guru dengan : (1)

Menerapkan manajemen yang terbuka, (2) Penerapan deskripsi pekerjaan dengan

tugas dan fungsi yang jelas, (3) Menerapkan hubungan vertikal ke bawah, (4)

Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja, (5) Pengawasan yang

berkelanjutan dan menyeluruh, (6) Evaluasi (Karwati dan Priansa ,2013:92).

Berbagai kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi, yang

selanjutnya akan memberikan dampak positif terhadap upaya dalam

meningkatkan kinerja sekolah. Sondang P.Siagian (Purnomo,2013:36)

menyatakan bahwa Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan

seseorang mau dan rela untuk mengerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian

atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai

kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam

rangka pencapaian tujuan dan berbagai sarana organisasi yang telah ditentukan

sebelumnya. Rivai (2012:455) menyatakan bahwa definisi motivasi kerja adalah

serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal

yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.

Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari seorang guru harus

memiliki semangat kerja. Semangat kerja seorang guru merupakan dasar bagi

pertumbuhan dan kemajuan rencana dan program sekolah.

Tinggi rendahnya semangat kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut: (1) Minat/perhatian seorang terhadap pekerjaan yang

dilakukan, (2) Faktor upah/gaji, (3) Status sosial dari suatu pekerjaan, (4) Suasana

3
kerja dan hubungan antara manusia dan pekerjaan, (5) Tujuan dari suatu pekerjaan

(Nawawi:2009).

Hal ini sesuai pernyataan Moekijat (2007) yang mengemukakan bahwa:

Semangat kerja yang tinggi dapat dihubungkan dengan motif dan hasil kerja yang

baik sedangkan semangat kerja yang rendah biasanya dihubungkan dengan

kekecewaan, keengganan, kekurangan akan dorongan serta hasil yang kurang baik

suatu pekerjaan.

Dalam kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah

harus memperhatikan kebutuhan dan perasaan guru dalam melaksanakan

tugasnya, sehingga kualitas kinerja guru selalu terjaga. Kinerja yang baik akan

menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Oleh karena itu kepala sekolah harus

mampu mendorong guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya, tidak hanya

terkait dengan tugas guru di dalam kelas, tetapi berkaitan juga dengan aktifitas

guru di luar kelas.

Meningkatkan kinerja guru adalah suatu pekerjaan yang sulit, ada banyak

faktor yang harus dipenuhi dan tidak lepas dari dalam diri guru itu sendiri, seperti

moral, kemampuan, pengalaman dan motivasi, dan juga pengaruh dari luar

umpamanya profosionalisme guru, kesejahteraan, iklim kerja, kepemimpinan

kapala sekolah, gaji, kurikulum dan sarana prasarana.

Kinerja adalah prestasi atau reward yang dicapai guru dalam

melaksanakan tugasnya, berdasarkan kretaria dan standar yang telah ditetapkan.

Adapun kritaria kinerja yang baik bagi seorang guru pada dasarnya tergambar

dari ketrampilan dan kemampuannya dalam membuat dan menyusun program

4
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi, menganalisi

hasil evaluasi, dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan. Barnawi dan Arifin,

(2012) menjelaskan “kinerja adalah merupakan prestasi kerja nyata yang

ditampilkan seseorang setelah menjalankan tugas dan perannya dlam organisasi”

Kinerja guru yang baik tidak dapat dipisahkan dari peran kepemimpinan

kepala sekolah sebagai pendorong peningkatan motivasi, semangat kerja dan

kinerja guru itu sendiri. Nawawi (2009:234) mendefinisikan pengertian kinerja

sebagai hasil pelaksanaan suatu pekerjaan baik bersifat fisik/material maupun non

fisik/non material dalam suatu tenggang waktu tertentu. Lebih lanjut, Robbins

(2008:413) menyatakan bahwa kinerja merupakan keadaan di mana individu atau

kelompok berfungsi untuk melaksanakan tugas. Kinerja dapat ditafsirkan sebagai

arti penting suatu pekerjaan; tingkat keterampilan yang diperlukan; kemajuan dan

tingkat penyelesaian dari suatu pekerjaan.

Kinerja guru yang efektif tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai

pemimpin yang menjadi nahkoda sekolah. Dalam implementasinya,

kepemimpinan kepala sekolah secara transformasional akan mendorong

tumbuhnya perilaku individu yang dipimpinnya kearah perubahan yang

diinginkan. Untuk itu, kepala sekolah dapat menerapkan prinsip berikut ini dalam

rangka meningkatkan kinerja. Ada 7 prinsip dalam meningkatkan kinerja adalah

sebagai berikut : (1) Tujuan, Visi, dan Misi yang jelas, (2) Agen perubahan, (3)

Kebijakan yang actual, (4) Kepercayaan, (5) Kepemimpinan berbasis nilai, (6)

Meningkatkan nilai guru, staf, dan pegawai lainnya, (7) Mengatasi masalah dan

resistensi terhadap perubahan (Karwati dan Priansa, 2013:85).

5
Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru, staf,

dan pegawai lainnya, sehingga tanpa disadari akan meningkatkan kinerja guru itu

sendiri. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran dan pengaruh yang

strategis dalam meningkatkan kinerja guru.

Kinerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar yang bermutu. Adapun dimensi para kinerja guru dapat dilihat

pada (1) Pembuatan perencanaan proses pembelajaran, (2) Pelaksanaan proses

pembelajaran, (3) Penilai hasil pembelajaran (Undang-undang No.14 tahun 2005).

Hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan, tampak sebagian guru

guru SMP di Kecamatan Banjarmasin Timur kota Banjarmasin merasa senang

dan termotivasi untuk bekerja sebaik baiknya karena kepala sekolah selalu

terbuka dan transparan dalam banyak hal, dan juga kepala sekolah mempunyai

kemampuan menciptakan rasa kekeluargaan. Terciptanya hubungan yang damai

dan tentram serta adanya kerjasama antara kepala sekolah dengan guru dan staf

sekolah, antara guru dengan guru, dan juga antara guru dan staf sekolah, Situasi

sekolah yang penuh kehangatan dapat menciptakan kehangatan dan membuat guru

merasa kerasan berlama-lama di sekolah. Perasaan kerasan di sekolah ini

mendorong para pendidik memanfaatkan jam kerja di sekolah. Permasalahan

diatas erat kaitannya dengan kinerja guru yang berkaitan dengan variable kualitas

kerja dan kemampuan kerja guru

Penelitian mengenai hubungan kepemimpin kepala sekolah dan kinerja

guru dilakukan Triyogo (2016), “Kontribusi perilaku kepemimpinan Kepala

6
Sekolah dan motivasi kerja guru, terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri Se

kecamatan Pulau laut Utara Kabupaten Kotabaru”.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa: (1) ada kontribusi prilaku

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri Se

kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru, (2) ada kontribusi motivasi

kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri Se kecamatan Pulau Laut

Utara Kabupaten Kotabaru, (3) ada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar

guru SMP negeri Se kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru.

Penelitian yang lain dilakukan Irwan Saputra (2016) “Pengaruh

kepemimpinan situasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru pada Madrasyah Aliyah Di Kabupaten Kapuas”

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh kepemimpinan

situasional kepala sekolah terhadap kinerja guru Madrasyah Aliyah di Kabupaten

Kapuas, (2) Ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru Madrasyah

Aliyah di Kabupaten Kapuas, (3) Terdapat pengaruh kepemimpinan situasional

kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru

pada Madrasyah Aliyah di Kabupaten Kapuas, (d) Besar kontribusi relative

kepemimpinan situasional kepasla sekolah terhadap kinerja guru adalah 58,4%,

sedangkan besarnya sumbangan efektif 8%, (e) Motivasi kerja mempunyai

sumbangan relative terhadap kinerja guru sebanyak 74,8%.

7
Penelitian hubungan motivasi kerja terhadap semangat kerja dilakukan

Siti Bulkis (2014) “Kontribusi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru

terhadap semangat kerja guru SD Negeri Di Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) ada

kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap semangat kerja guru, (2) Ada

kontribusi motivasi kerja guru terhadap semangat kerja guru SD Negeri Di

Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Penelitian berhubungan dengan semangat kerja dilakukan Rahma

Widayanti (2017), “Kontribusi komunikasi dan kepemimpinan kepala Sekolah

terhadap semangat kerja guru Madrasyah Tsanawiyah Negeri Se Kabupaten

Balangan”. Dari hasil analisis data didapatkan kontibusi variable komunikasi

dengan nilai pengaruh sebesar 0,283 ( 28.3%) terhadap semangat kerja guru pada

tiap penambahan 1 nilai komunikasi, kontribusi variabel kepemimpinan kepala

sekolah dengan nilai pengaruh sebesar 0,188 (18,8 %) terhadap semangat kerja

guru pada setiap penambahan 1 nilai kepemimpinan kepala sekolah, dan secara

bersama-sama kontribusi variable komunikasi kepala sekolah dan variable kepala

sekolah. Memberikan pengaruh dengan nilai sebesar 36,3 % terhadap semangat

kerja guru. Sedangkan sisanya sebesar 63,70% dijelaskan variabel lain.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah

penulis menekankan pada prinsip-prinsip yang harus dimiliki kepala sekolah,

faktor pendorong dan faktor penyehat dalam memotivasi guru, loyalitas , antusias

dan mempunyai inisiatif dalam semangat bekerja serta kualitas dan kemampuan

guru.yang berkaitan erat dengan kinerja.

8
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Liang Gie (Samsudin, (2008:281) menyatakan kepemimpinan mempunyai

hubungan sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin

dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

tergantung kepada kewibawaan pemimpin dalam menciptakan motivasi. Motivasi

adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pemimpin dalam memberikan inspirasi,

semangat dan dorongan kepada orang lain untuk mengambil tindakan tindakan

tertentu. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang agar

bersemangat dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Berdasarkan latar

belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan pokok yang dijawab

di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja,

semangat kerja dan kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin?

2. Adakah hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin?

3. Adakah hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin?

4. Adakah hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin?

9
5. Adakah hubungan langsung motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin?

6. Adakah hubungan langsung semangat kerja dengan kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin?

7. Adakah hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin?

8. Adakah hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui Semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :

1. Mendeskripsikan Kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, semangat

kerja dan kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

2. Menganalisis hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

3. Menganalisis hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin.

4. Menganalisis hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dan

semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

10
Banjarmasin.

5. Menganalisis hubungan langsung motivasi kerja dan kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

6. Menganalisis hubungan langsung semangat kerja dan kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjar masin Timur Kota Banjarmasin.

7. Menganalisis hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah

dan kinerja melalui motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

8. Menganalisis hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah

dan kinerja melalui Semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharapkan hasil penelitian ini berguna baik secara teoritis

maupun praktis..

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan

keilmuan yang berhubungan dengan teori kepemimpinan, motivasi kerja,

semangat kerja guru dan kinerja guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah,

1) Sebagai bahan informasi dan evaluasi untuk melaksanakan tugas sebagai

pemimpin di sekolah.

2) Sebagai bahan untuk intropeksi diri dalam melakukan kepemimpinan

11
3) Dapat digunakan sebagai informasi dalam mengambil kebijakan ditingkat

sekolah

4) Sebagai alat untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia

b. Bagi Guru

1) Sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja untuk menjadi guru professional.

2) Sebagai masukan untuk meningkatkan semangat kerja dan kinerja dalam tugas

sebagai pendidik.

3) Sebagai alat untuk memperbaiki kinerja dalam dalam menghadapi dan

mengoptimalkan semangat kerja dalam rangka peningkatan kinerja.

4) Sebagai masukan dalam memperlancar proses belajar mengajar.

C. Bagi Kepala Dinas Pendidikan

1) Sebagai masukan dalam pelaksanaan dan peningkatan pengelolaan

pendidikan

2) Sebagai masukan dalam memperbaiki kebijakan sekolah dan menetapkan

cara meningkatkanb kinerja

3) Dapat digunakan sebagai informasi dalam mengambil kebijakan ditingkat

sekolah

4) Sebagai alat untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkategorikan dan

memanipulasi variable berdasarkan aktivitas atau kegiatan khusus dari varaiabel

12
tersebut. Widjojo (2007:10) mengemukakan “definisi operasional yang

dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indikatot-indikator

dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument

penelitian”. Variabel-variabel penelitian secara operasional perlu ditelusuri

merunjuk pada pola hubungan antara variable kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja dan semangat kerja terhadap kinerja guru.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah didifinisikan sebagai kemampuan dan

ketrampilan kepala sekolah sebagai pimpinan satuan kerja untuk

mempengaruhi, mengerakan, mengarahkan dan memberdayakan guru untuk

bekerja sebaik-baiknya memberikan pengajaran dan pendidikan terhadap siswa.

Wahyusumidjo, (2013:17) menjelaskan kepemimpinan kepala sekolah

dapat diukur melalui indikator, a) keterbukaan, meliputi: (1) kepala sekolah

merumuskan kebijakan secara demokratis, musyawarah dengan bawahan, (2)

Kepala sekolah mendelegasikan tugas dengan baik, (3) Kepala sekolah

menetapkan tata tertib organisasi dan disepakati oleh guru atau warga sekolah.

b) perhatian terhadap bawahan, meliputi: (1) Kepala sekolah membantu pekerjaan

guru dan staf sekolah, (2) Kepala sekolah meningkatkan etika social dan

semangat, (3) Kepala sekolah memberikan gambaran atas usaha perorangan, (4)

Kepala sekolah memberi motivasi/dorongan, semangat dan penghargaan terhadap

keberhasilan guru dan staf sekolah, (5) Kepala sekolah membimbing, membantu

guru dan staf sekolah yang mengalami kesulitan mengajar maupun masalah

13
pribadi lainnya, (6) Kepala sekolah penuh keramahan dalam menyelesaikan

masalah dan bersikap pengasih terhadap bawahan. c) Interaksi, meliputi: (1)

Kepala sekolah membina hubungan yang harmonis sesama warga sekolah, (2)

Kepala sekolah dapat menyesuaikan diri dengan situasi organisasi yang telah

dibentuk sekolah. d) Pengambil keputusan, meliputi: (1) Kepala sekolah

mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang demokratis terhadap warga

sekolah dan (2) Kepala sekolah peduli terhadap kekurangan sekolah dan berusaha

menyediakan, melengkapinya.

2. Motivasi Kerja

Dalam penelitian ini definisi motivasi kerja adalah dorongan yang timbul

dari dalam diri sendiri untuk mendapatkan gaairah kerja yang lebih baik dari

sebelumnya atau juga dorongan yang berasal motivasi orang lain. Menurut

Herzbertg motivasi terdiri dari dua variabel : (1) Motivator faktors (factor-faktor

pendorong), (2) Hygiene factors (Faktor-faktor penyehat).

a).Faktor-faktor pendorong meliputi: (1) Prestasi, (2) pengakuan, (3) peningkatan,

(4) tanggung jawab, sedangkan. b).Faktor-faktor penyehat meliputi: (1) Hubungan

pribadi dengan rekan kerjanya, (2) hubungan antar pribadi dengan bawahannya,

(3) hubungan antar pribadi dengan atasannya, (4) keamanan kerja, (5) kehidupan

pribadi, kebijaksanaan dan administrasi, (6) kesempatan untuk tumbuh, (7)

gaji/penghasilan, dan (8) Kondisi kerja (Soekidjo,2009:19).

3. Semangat kerja

14
Semangat kerja merupakan sikap kemauan dan kesungguhan serta

kemampuan seseorang melakukan tugasnya dengan baik, bergairah, selalu

mempunyai inisiatif, tepat waktu serta memiliki loyalitas dan antusias untuk

menggapai prestasi kerja yang diharapkan..

Indikator semangat kerja menurut pendapat Nawawi (Suroso:2012)

memiliki dimensi-dimensi antara lain: (a) kesungguhan, meliputi kesungguhan

bekerja, kesunguhan melaksanakan tugas dan pantang putus asa (b) disiplin,

meliputi disiplin dalam bekerja, menurut perintahan atasan dan melaksanakan

kebijakan, (c) kegairahan, meliputi kegairahan dalam bekerja, senang gembira

melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan hasil menarik (d) keramahan, meliputi

keramahan dengan pegawai yang lain (e) kerjasama, meliputi semangat kerja

sama dan kegiatan di luar (f) melakukan inovasi, meliputi menciptakan alat bantu,

usaha maksimal untuk mutu dan berisiatif, (g) memelihara etika meliputi

memelihara etika pekerjaan, memciptakan kerja sama dengan atasan dan

bawahan.dan (h) keberhasilan., meliputi keberhasilan melaksanakan tugas,

memecahkan masalah.

4. Kinerja

Istilah kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sementara Hamzah B.Uno

(2007:94), menyebutkan beberapa dimensi dalam kinerja guru, dimensi itu

diantaranya: a) kualitas kerja, ditandai dengan membuat perencanaan pengajaran

dengan benar, melaksanakan penilaian hasil belajar, berhati-hati dalam

15
menginformasikan bahan ajar dan menerapkan hasil dari penelitian b) kecepatan/

ketepatan kerja, diindikasi dengan cara menerapkan sesuatu yang baru dalam hal

proses pembelajaran, memberikan bahan ajar berdasarkan karakteristik yang

dimiliki pelajar dan menyesaikan agenda pengajaran berdasarkan kalender

akdemik tahunan c) inisiatif dalam kerja, meliputi menggunkan media dalam

pengajaran, menggunakan berbagai metode pengajaran dalam pembelajaran,

melaksanakan adminisrasi sekolah dengan benar, serta menciptakan hal-hal

terbaru yang lebih efektif dalam mengelola admintrasi sekolah d) kemampuan

dalam kerja, diukur melalui indikator mempunyai kemampuan mengelola kelas,

dapat mengelola interaksi belajar mengajar, mampu melaksanakan penilaian hasil

proses belajar mengajar dan menguasai landasan pendidikan. e) kemampuan

mengkomunikasikan pekerjaan. diukur melalui indikator mempunyai kemampuan

mengelola kelas, dapat mengelola interaksi belajar mengajar, mampu

melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar dan menguasai landasan

pendidikan.

16
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

permasalahan pokok yang dijawab di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

9. Apakah ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi

kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

10. Apakah ada hubungan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap semangat kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin?

11. Apakah ada hubugan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

12. Apakah ada

hubungan motivasi terhadap kinerja guru SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

13. Apakah ada hubungan semangat kerja terhadap kinerja guru SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

17
14. Apakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi dan

18
kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

15. Apakah ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

semangat kerja dan kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur

Banjarmasin?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi

kerja SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

2. Mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat

kerja SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

3. Mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

4. Mengetahui hubungan motivasi terhadap kinerja guru SMP Negeri Se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

5. Mengetahui hubungan semangat kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri

Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

6. Mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi

dan kinerja guru SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

7.Mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat

kerja dan kinerja guru SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur

Banjarmasin?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi,

18
masukan dan mamfaat kepada peneliti, serta bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1.Mamfaat secara akademis.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

berkaitan dengan ada tidaknya Hubungan kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru SMP Di kecamatan

Banjar timur Kota Banjarmasin. Disamping itu, penelitian ini dapat

mendeskripsikan berapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

motivasi kerja,,semangat kerja dan kinerja guru,serta hubungan motivasi dan

semangat kerja terhadap kinerja guru, juga hubungan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap motivasi dan kinerja guru dan yang terakhir hubungan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat kerja dan kinerja guru di SMP

Negeri Se Kecamatan Banjar timur kota Banjarmasin.

2.Mamfaat secara Teoritis

a. Secara teiritis hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk mengetahui

seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi

kerja, semangat kerja dan kinerja guru, sehingga dapat mengetahui

mamfaatnya dibidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penerapan dilingkungan

sekolah yang dikelola dan perbandingan di Sekolah lain.

E.Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritis maupun hasil penelitian yang relevan, maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1 Ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru

19
SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin.

2. Ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat kerja guru

SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin.

3. Ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja. guru SMP

Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin

4. Ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja,

semangat kerja dan kinerja. guru SMP Negeri Se kecamatan Banjarmasin timur

Banjarmasin

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkatagorikan dan

memanipulasi variable berdasarkan aktivitas atau kegiatan khusus dari varaiabel

tersebut. Ridwan (2006:10) mengemukakan “definisi operasional yang

dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indikatot-indikator

dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument

penelitian”. Variabel-variabel penelitian secara operasional perlu ditelusuri

merunjuk pada pola hubungan antara variable kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja dan semangat kerja terhadap kinerja guru.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

20
D. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Liang Gie (Samsudin:2006:281) menyatakan kepemimpinan mempunyai

hubungan sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin

21
dalam menggerakan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

tergantung kepada kewibawaan pemimpin dalam menciptakan motivasi. motivasi

adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pemimpin dalam memberikan inspirasi,

semangat dan dorongan kepada orang lain untuk mengambil tindakan tindakan

tertentu. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang agar

bersemangat dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Berdasarkan latar

belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan pokok yang dijawab

di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

16. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

17. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

18. Bagaimana gambaran semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

19. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

20. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru di SMP Negeri

se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri se kecamatan

22
Banjarmasin timur Banjarmasin

2. Gambaran motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin.

3. Gambaran semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin.

4. Gambaran kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur

Banjarmasin.

5. Hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin.

D. Mamfaat Penelitian

Peneliti berharapkan hasil penelitian ini berguna baik secara teoritis

maupun praktis..

1. Mamfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan

keilmuan untuk peneliti dan pihat pihak yang terkait yang berhubungan dengan

teori kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja

guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin.

2. Mamfaat Praktis

A.Kepala Sekolah,

1.Sebagai bahan informasi dan evaluasi untuk melaksanakan tugas sebagai

23
pemimpin di sekolah.

2. Sebagai bahan untuk intropeksi diri dalam melakukan kepemimpinan

B.Guru

1. Sebagai bahan untuk meningkatkan disiplin kerja sehingga dapat

meningkatkan kinerja untuk menjadi guru professional.

2. Sebagai masukan untuk meningkatkan semangat kerja dan kinerja dalam tugas

sebagai pendidik.

3.Sebagai alat untuk memperbaiki kinerja dalam dalam menghadapi dan

mengoptimalkan semangat kerja dalam rangka peningkatan kinerja.

C.Sekolah

1. Sebagai masukan dalam memperlancar proses belajar mengajar.

2. Dapat digunakan sebagai informasi dalam mengambil kebijakan ditingkat

sekolah

3. Sebagai alat untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia.

D. Dinas Pendidikan

5) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan peningkatan pengelolaan

pendidikan

6) Sebagai acuan dalam memperbaiki kebijakan sekolah dan menetapkan cara

meningkatkanb kinerja

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkatagorikan dan

memanipulasi variable berdasarkan aktivitas atau kegiatan khusus dari varaiabel

24
tersebut. Ridwan (2006:10) mengemukakan “definisi operasional yang

dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indikatot-indikator

dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument

penelitian”. Variabel-variabel penelitian secara operasional perlu ditelusuri

merunjuk pada pola hubungan antara variable kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja dan semangat kerja terhadap kinerja guru.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah didifinisikan sebagai kemampuan dan

ketrampilan kepala sekolah sebagai pimpinan satuan kerja untuk

mempengaruhi, mengerakan,mengarahkan dan memberdayakan guru untuk

bekerja sebaik-baiknya memberikan pengajaran dan pendidikan terhadap siswa.

Peran kepala sekolah adalah kemampuan dan ketrampilan kepala sekolah sebagai

pejabat formal yang mempunyai kekuatan sentral untuk menggerakan kehidupan

sekolah serta memahami tugas dan fungsinya demi keberhasilan sekolah.

Wahyusumidjo, (2013:17) menjelaska kepemimpina kepala sekolah dapat

diukur melalui indikator, (a) keterbukaan, meliputi: (1) kepala sekolah

merumuskan kebijakan secara demokratis, musyawarah dengan bawahan, (2)

Kepala sekolah mendelegasikan tugas dengan baik, (3) Kepala sekolah

menetapkan tata tertib organisasi dan disepakati oleh guru atau warga sekolah.

(b) perhatian terhadap bawahan, meliputi: (1) Kepala sekolah membantu

pekerjaan guru dan staf sekolah, (2) Kepala sekolah meningkatkan etika social

dan semangat, (3) Kepala sekolah memberikan gambaran atas usaha perorangan,

25
(4) Kepala sekolah memberi motivasi/dorongan, semangat dan penghargaan

terhadap terhadap keberhasilan guru dan staf sekolah , (5) Kepala sekolah

membimbing, membantu guru dan staf sekolah yang mengalami kesulitan

mengajar maupun masalah pribadi lainnya, (6) Kepala sekolah penuh keramahan

dalam menyelesaikan masalah dan bersikap pengasih terhadap bawahan. (c)

Interaksi, meliputi: (1) Kepala sekolah membina hubungan yang harmonis sesama

warga sekolah, (2) Kepala sekolah dapat menyesuaikan diri dengan situasi

organisasi yang telah dibentuk sekolah. (d) Pengambil keputusan, meliputi: (1)

Kepala sekolah mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang demokratis

terhadap warga sekolah dan (2) Kepala sekolah peduli terhadap kekurangan

sekolah dan berusaha menyediakan, melengkapinya.

2. Motivasi Kerja

Dalam penelitian ini definisi motivasi kerja adalah dorongan yang timbul

dari dalam diri sendiri untuk mendapatkan gaairah kerja yang lebih baik dari

sebelumnya atau juga dorongan yang berasal motivasi orang lain. Menurut

Herzbertg motivasi terdiri dari dua variabel diantarannya: (1) Motivator faktors

(factor-faktor pendorong), (2) Hygiene factors (Faktor-faktor penyehat).

1. Faktor-faktor pendorong meliputi: (a) Prestasi, (b) pengakuan, (c) peningktan,

(d) tanggung jawab, sedangkan .

2. Faktor-faktor penyehat meliputi: (1) Hubungan pribadi dengan rekan kerjanya,

(b) hubungan antar pribadi dengan bawahannya, (c) hubungan antar pribadi

dengan atasannya, (d) keamanan kerja, (e) kehidupan pribadi, kebijaksanaan dan

26
administrasi, (g) kesempatan untuk tumbuh, (h) gaji/penghasilan, dan (i) Kondisi

kerja (Soekidjo,2009:19).

3. Semangat kerja

Semangat kerja merupakan sikap kemauan dan kesungguhan serta

kemampuan seseorang melakukan tugasnya dengan baik, bergairah, selalu

mempunyai inisiatif, tepat waktu serta memiliki loyalitas dan antusias untuk

menggapai prestasi kerja yang diharapkan..

Indikator semangat kerja menurut pendapat Nawawi (Suroso:2012)

memiliki dimensi-dimensi antara lain: (a) kesungguhan, meliputi kesungguhan

bekerja, kesunguhan melaksanakan tugas dan pantang putus asa (b) disiplin,

meliputi disiplin dalam bekerja, menurut perintahan atasan dan melaksanakan

kebijakan, (c) kegairahan, meliputi kegairahan dalam bekerja, senang gembira

melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan hasil menarik (d) keramahan, meliputi

keramahan dengan pegawai yang lain (e) kerjasama, meliputi semangat kerja

sama dan kegiatan di luar (f) melakukan inovasi, meliputi menciptakan alat bantu,

usaha maksimal untuk mutu dan berisiatif, (g) memelihara etika meliputi

memelihara etika pekerjaan, memciptakan kerja sama dengan atasan dan

bawahan.dan (h) keberhasilan., meliputi keberhasilan melaksanakan tugas,

memecahkan masalah.

4. Kinerja

Istilah kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

27
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sementara Hamzah B.Uno

(2007:94), menyebutkan beberapa dimensi dalam kinerja guru, dimensi itu

diantaranya: (1) kualitas kerja, ditandai dengan membuat perencanaan pengajaran

dengan benar, melaksanakan penilaian hasil belajar, berhati-hati dalam

menginformasikan bahan ajar dan menerapkan hasil dari penelitian (2) kecepatan/

ketepatan kerja, diindikasi dengan cara menerapkan sesuatu yang baru dalam hal

proses pembelajaran, memberikan bahan ajar berdasarkan karakteristik yang

dimiliki pelajar dan menyesaikan agenda pengajaran berdasarkan kalender

akdemik tahunan (3) inisiatif dalam kerja, meliputi menggunkan media dalam

pengajaran, menggunakan berbagai metode pengajaran dalam pembelajaran,

melaksanakan adminisrasi sekolah dengan benar, serta menciptakan hal-hal

terbaru yang lebih efektif dalam mengelola admintrasi sekolah (4) kemampuan

dalam kerja, diukur melalui indikator mempunyai kemampuan mengelola kelas,

dapat mengelola interaksi belajar mengajar, mampu melaksanakan penilaian hasil

proses belajar mengajar dan menguasai landasan pendidikan. (5) kemampuan

mengkomunikaikan pekerjan. diukur melalui indikator mempunyai kemampuan

mengelola kelas, dapat mengelola interaksi belajar mengajar, mampu

melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar dan menguasai landasan

pendidikan. Melalui dimensi-dimensi inilah kinerja guru mudah untuk dinilai.

28
E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,

permasalahan pokok yang dijawab di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

21. Apakah ada hubungan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap motivasi kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin?

22. Apakah ada hubungan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap semnagat kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin?

23. Apakah ada hubugan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

29
SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

30
24. Apakah ada hubungan motivasi terhadap kinerja guru SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

25. Apakah ada hubungan semangat kerja terhadap kinerja guru SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

26. Apakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi dan

kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

27. Apakah ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

semangat kerjai dan kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

timur Banjarmasin?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

motivasi kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

2. Mendeskripsikan ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

semangat kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

3. Mendesripsikan ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

4. Mendeskripsikan hubungan motivasi terhadap kinerja guru SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

5. Mendeskripsikan hubungan semangat kerja terhadap kinerja guru SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

6. Mendeskripsikan hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

motivasi dan kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin timur

30
Banjarmasin?

7.Mendeskripsikan ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap semangat kerja dan kinerja guru SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi,

masukan dan mamfaat kepada peneliti, serta bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1.Mamfaat secara akademis.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

berkaitan dengan ada tidaknya Hubungan kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru SMP Di kecamatan

Banjar timur Kota Banjarmasin. Disamping itu, penelitian ini dapat

mendeskripsikan berapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

motivasi kerja,,semangat kerja dan kinerja guru,serta hubungan motivasi dan

semangat kerja terhadap kinerja guru, juga hubungan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap motivasi dan kinerja guru dan yang terakhir hubungan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap semangat kerja dan kinerja guru di SMP

Negeri Kecamatan Banjar timur kota Banjarmasin.

2.Mamfaat secara Teoritis

a. Secara teiritis hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk mengetahui

seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi

31
kerja, semangat kerja dan kinerja guru, sehingga dapat mengetahui

mamfaatnya dibidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penerapan dilingkungan

sekolah yang dikelola dan perbandingan di Sekolah lain.

F. Defenisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkategorikan dan

memanipulasi variable berdasarkan aktivitas atau kegiatan khusus dari variable

tersebut. Ridwan ( 2006 : 10 ) mengemukakan : “ Definisi operasional yang

dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indicator-indikator dari

setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument

penelitian”, Variabel-variabel penelitian secara operasional perlu ditelusuri

merujuk pada pola hubungan antara variable kepemimpinan kepala sekolah ,

motivasi kerja, semangat kerja terhadap kinerja guru.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah

Konsep tentang kepemimpinan dalam dunia pendidikan sangat erat

kaitannya dengan konsep kepemimpinan secara umum. Konsep kepemimpinan

secara umum sering sinergi dengan istilah manajemen, padahal keduanya

mengandung perbedaan yang cukup berarti

32
Dalam buku kepemimpinan tulisana Miftah Toha (2006 : 5) mengartikan

bahwa : “Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang

supaya taat perintah untuk mencapai tujuan organisasi.”

Pengertian tersebut di atas didukung oleh pendapat Stephen P. Robbins

dalam buku Manajement, Seven edition yang dialih bahasa oleh T. Hermaya

(2005 : 128) memberikan arti kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi kelompok untuk memperoleh pencapaian sasaran”.

Sedangkan menurut Chris Harijanto, SE, MM ( 2007 : 2 ) mengemukakan bahwa

: “kepemimpinan dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan

mengarahkan, mempengaruhi, membimbing dan membawa orang lain menuju

suatu keadaan yang lebih baik. Adapun kepemimpinan merupakan kecakapan

yang dimiliki oleh seseorang pemimpin dalam memimpin orang lain.

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi, mengarahkan, serta memotivasi

orang lain. Kepemimpinan seorang tidak ditentukan oleh jabatab formalnya,

melainkan oleh kecakapannya dalam memimpin orang lain.

Sejalan dengan uraian kepemimpinan di atas kepemimpinan dalam

lingkungan sekolah secara umum sama. Kepala Sekolah adalah pemimpin

sekaligus manajer yang harus mengatur, memberi perintah sekaligus mengayomi

bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.

Wahjosumidjo (2002 : 83) mengartikan bahwa : “Kepala sekolah adalah

seorang tenaga fungsional yang berasal guru yang diberi tugas tambahan untuk

memimpin sekolah dimana terjadi proses belajar mengajar atau terjadi interaksi

antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.”

33
Sementara Rahman dkk (2006 : 106) mengungkapkan bahwa “Kepala

sekolah adalah seorang guru (Jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki

jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah adalah seorang pendidik yang memiliki kemampuan untuk memimpin dan

mengelola guru, staff sekolah dan pkerja yang ada pada lingkunan sekolah

sehingga dapat diperdayakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani Rusyan

(2000) menyatakan bahwa :

Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi

peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan

kepala sekolah seharusnya dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab

kepala sekolah sangat penting dan menentukan arah tinggi rendahnya hasil belajar

para siswa, juga semangat dan produktivitas kinerja guru tergantung kepala

sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan

kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya

untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan

sehingga semangat dan produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa

meningkat.”

2. Motivasi Kerja

34
Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang

sesuai tempat dan keadaan dari para masing-masing orang itu. Pandangan

para penulis tentang motivasi sangat bervariasi menurut sudut pandang masing

-masing. Ada bermacam-macam definisi motivasi kerja, tetapi pada dasamya

memiliki pengertian yang sama. Untuk mempermudah pemahaman

mengenai motivasi kerja, akan dijelaskan Motivasi berasal dari bahasa latin

“movere” yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi juga dapat berarti

rangsangan atau dorongan untuk membangkitkan semangat kerja kepada seseorang

atau kelompok.

. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk

berbuat. Sehingga motivasi tersebut merupakan suatu driving force yang

menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu

mempunyai tujuan tertentu (Moh. As’ad, 2003).

Hasibuan (2006) berpendapat bahwa motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan Robbins (2001) menyatakan bahwa, “We’ll define motivation

as the willingness to exert high levels of effort toward organizational goals,

conditional by effort’s ability to satisfy some individual need".

(Kita akan mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha

seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh

kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu).

Danim (2004) menyatakan bahwa, “Motivasi diartikan sebagai setiap kekuatan

35
yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan

36
tertentu di lingkungan dunia kerja atau di pelataran kehidupan pada umumnya”.

Usman (2006) menyatakan bahwa, “Motivasi kerja dapat diartikan sebagai

keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia

terdorong untuk bekerja”.

American Encyclopedia (Hasibuan; 2004) menyatakan, “Motivation: That

predisposition (it self the subject of much controvency) within the individual wich

arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such factor as

biological and emotional needs that can only be inferred from observation

behavioru

(Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok

pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan pendirian dan

mengarahkan tindaktanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan

emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia).

Handoko (2003) menyatakan bahwa, “Motivasi merupakan kegiatan yang

mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia Motivasi ini

merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer

harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-

orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai

dengan yang diinginkan organisasi”.

Menurut Hasibuan (2005), “Ada beberapa tujuan pemberian motivasi yaitu: 1)

Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; 2) Meningkatkan moral dan

kepuasan kerja karyawan; 3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan; 4)

36
Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; 5) Meningkatkan

kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; 6) Mengefektifkan

pengadaan karyawan; 7) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; 8)

Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; 9) Meningkatkan tingkat

kesejahteraan karyawan; 10) Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan; 11)

dan lain-lain“.

Menurut Sofyandi (2008) bahwa, “Tujuan-tujuan dari motivasi antara lain

adalah: a) Untuk meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan, b)

Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, c) Mempertahankan kestabilan

karyawan dal am perusahaan, d) Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam

bekerja, e) Mengefektifkan dalam pengadaan karyawan, f) menciptakan suasana

dan hubungan kerja yang kondusif, g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan

partisipasi karyawan, h) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, i) Mempertinggi

rasa tanggung jawab akan tugas, dan lain-lain“.

Menurut McClleand (Mulyasa, 2005: 145) motivasi adalah unsur penentu

yang mempengaruhi perilaku yang terdapat dalam setiap individu. Motivasi

adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, yang teijadi pada saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sempat dirasakan atau mendesak.

Jadi, motivasi kerja merupakan kondisi yang menimbulkan dorongan dalam diri

seseorang, yang dapat mempengaruhi orang tersebut untuk dapat

mencapai hasil yang maksimal dalam pekerjaan yang dilakukannya.

37
3. Semangat kerja

Semangat kerja dalam konteks penelitian ini adalah konsep moral.

Semangat kerja dalam arti harfiah adalah keadaan disiplin dan semangat

(Hornby, 1986). Menurut Nawawi (2005) dalam Oxford Advanced Dictionary,

disebutkan “morale: the amount of confidence euthusiasm, determination, tc,

that person or group has at a particular time” (morale sebagai kesanggupan,

semangat, kesediaan menjalankan suatu tugas disertai pengorbanan yang

setinggi-tingginya).

Kemudian moral kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tingkah

laku yang terwujud dalam bentuk semangat dalam kerjanya. “Morale was

regardes as the attitude and behavior which denoted a willingness to be

involved in its work ( Lucio dkk, Bafadal, 2009 )

Dalam tulisannya Sulipan (2011) juga menegaskan morale adalah suasana

batiniah seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku individu atau perilaku

organisasi. Suasana batiniah itu terwujud di dalam aktivitas individu pada saat

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa

perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan

bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.

Suasana batin itu berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau

tidak bergairah dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, aspek

semangat kerja menyentuh aspek kemauan, kehendak, perasaan,pikiran dan sikap

dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi inilah yang dimaksud sebagai suasana

38
batin, dimana suasana ini mempengaruhi seseorang pada usahanya dalam

mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya.

Pendapat dari Hornbi (1986) mangatakan bahwa morale adalah reaksi

emasioanal atau mental dari seseorang terhadap kerjanya. Morale ( reaksi mental

) tidak dapat diraba dan dirasakan, tetapi kualitasnya dapat ditentukan dengan cara

mengobservasi bagaimana cara sesorang bertingkah laku. Dalam hal ini dibedakan

menjadu dua macam yaitu morale kerja rendah yang menghasilkan kerja kurang

efektif dan kurang efisien, yang dapat menimbulkan kekecewaan, kerugian,

kemunduran atau hal lain yang kurang baik bagi lembaga. Sedangkan morale

kerja tinggi menghasilkan usha-usaha untuk memajukan pekerjaan atau tugas

yang lebih efektif dan membawa kepuasan kerja

Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin

dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya. Semangat kerja juga diartikan

sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaaan secara cepat dan lebih

baik menyelesaikan suatu kegiatan (Nitisemito, 2002:160). Semangat kerja

merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk

menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik (Hersey, 1993:65).

Kemudian Widyarini (2009) mengatakan semangat kerja adalah kondisi

rohaniah atau perilaku individu yang dapat menimbulkan ketenangan yang

mendalam pada diri individu tersebut untuk bekerja dengan giat dan

39
konsekuen, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik hasilnya agar

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Maka semangat kerja adalah gejala psikologis atau reaksi mental

seseorang yang diekspresikan dalam sikap terhadap suatu pekerjaan dan

tanggung jawabnya. Sikap atau perasaan ini dapat bersifat individu atau

kelompok disertai potensi positif atau negatif yang mengkontribusi pula

terhadap tujuan individu maupun organisasi.

2. Faktor-faktor Penentu Semangat Kerja

Faktor-faktor penentu atau yang sangat berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya semangat kerja, menurut Muchdarsah (2003) antara lain upah

kerja, keamanan kerja, kondisi fisik kerja, penghargaan terhadap pekerjaan

yang dilakukan, pimpinan yang mampu dan adil, kesempatan untuk maju dan

mengembangkan diri; kecocokan dan keserasian dengan rekan kerja,

keuntungan baik fisik maupun psikis, status sosial yang diterima karyawan dan

kegiatan yang bermanfaat bagi karyawan. Semangat kerja sangat penting dalam

segala aktivitas kerja, bahkan semangat kerja akan menentukan lancar tidaknya

atau berkembang tidaknya suatu pekerjaan. Oleh sebab itu setiap organisasi

kerja atau perusahaan harus menjaga agar semangat kerja itu tetap tinggi.

Namun hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan

karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap kondisi semangat kerja. Jadi

faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja mulai dari faktor dalam

organisasi, aspek psikologis individu, interaksi dan komunikasi dengan rekan

40
sekerja, atasan, serta aspek dari pekerjaan itu sendiri, seperti beban kerja dan

gaji yang diberikan.

Ditinjau dari komponennya, ada tiga faktor yang terkandung dalam

pengertian semangat kerja, yaitu identifikasi (identification), rasa memiliki

(belongingness) dan rasionalitas (rasionality).

Gordon; (Khusnulridho, 2009) mengemukakan identifikasi menunjukkan

pada komunitas tujuan. Seorang personal yang memiliki semangat kerja tinggi

merasa kebutuhan individunya sesuai dengan tujuan organisasi. Mempunyai

perasaan memiliki, artinya ada kesesuaian antara kebutuhan dirinya dengan

kebutuhan pimpinan. Rasionalitas artinya terdapat kesesuaian antara kebutuhan

pimpinan dengan tujuan organisasi.

Menurut Khusnulridho (2009) semangat kerja bukan merupakan suatu

perilaku, namun sangat berpengaruh terhadap perilaku. Seseorang personal

yang akan berusaha secara optimal dalam melaksanakan tugas, bila memiliki

semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya, seorang personal tidak akan

melaksanakan tugas secara baik, bila semangat kerjanya rendah.

41
4. Kinerja

Istilah kinerja (Hasan Shadily, 2005: 425) merupakan terjemahan dari

bahasa Inggris performance, yang berarti pertunjukan, perbuatan, daya guna,

pelaksanaan pekerjaan, penyelenggaraan tugas dan kewajiban, prestasi.

Menurut Suyadi Prawirosentono (Joko Widodo, 2006: 78) kinerja

adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Widodo memberikan arti kinerja dalam cakupan yang lebih luas,

disebutkan bahwa kinerja bukan hanya menyatakan hasil kerja, juga bagaimana

proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil

yang dicapai oleh pekerjaan tersebut yang menyangkut tentang apa yang

dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Mangkunegara (2002: 67) menyebutkan bahwa Kinerja (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Rivai (2005:309) menyatakan kinerja merupakan perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan

sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

M enuru t Lemb a ga Adm inist ra si N ega ra ( LAN) d alam

Sedarmayanti (2001:50) mengemukakan, performance diterjemahkan

42
menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja

atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja.

. Sedang menurut Hasibuan (2001:94) mendefinisikan kinerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu.

2. Penilaian Kinerja

Menurut pendapat As'ad ( 1998 :62- 63 ), untuk mengukur

kiner ja ma ka masala h yang paling p okok ad alah me netapkan

kriterianya. J ika kriteria telah ditetapkan, langkah berikutnya

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan job performance

seseorang selama periode tertentu. Dengan membandingkan hasil

terhadap standar yang dibuat untuk periode tertentu akan didapat level of

performance seseorang. Rivai ( 2005 :309 ) berpendapat bahwa penilaian

kinerja mengacu pada suatu sistim formal dan terstruktur yang digunakan

untuk mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifatsifat yang berkaitan

dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidak hadiran.

Simamora (2004:337) menyatakan penilaian kinerja adalah alat

yang sa nga t b erm anfaat u ntu k mengeva lu asi ker ja kar yaw an d an

mengembangkan serta memotivasi karyawan. S. Ruky (2002 :203)

memberikan gambaran tentang faktor-faktor penilaian prestasi kerja yang

berorientasi pada individu yaitu : pengabdian, kejujuran, kesetiaan,

43
prakarsa, kemauan bekerja, kerajasama, prestasi kerja, pengembangan,

tanggung jawab, dan disiplin kerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah

proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Apabila

penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar akan

dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat

meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya,

dan apabila ini terjadi akan menguntungkan organisasi itu sendiri. Oleh

karena itu penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan kriteria-

kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi secara obyektif. Dalam penilaian

kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan

pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti

kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai

bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai. Jika kinerja adalah kuantitas

dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, maka kinerja

merupakan output pelaksanaan tugas.

44
A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif karena hanya berusaha

menggambarkan secara jelas tentang suatu keadaan. Penelitian ini bermaksud

mendeskripsikan dan mencari hubungan dari sejumlah variabel penelitian yang

ada, tanpa melakukan perlakuan seperti dijumpai dalam penelitian eksperimen.

Oleh karena itu, penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian deskriptif.

(Sugiyono, 2006: 219)

Penelitian ini menggunakan teknik korelasional, penelitian yang sifatnya

melukiskan hubungan yang terdapat di antara tiga variabel atau lebih, atau

hubungan-hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat(Iskandar,

2010:63).

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai

seberapa besar hubungan antara pengaruh kepemimpinani kepala sekolah dengan

45
motivasi kerja guru etos kerja guru dan kinerja guru. Dimana variabel

kepemimpinan kepala sekolah ( X 1 ) motivasi kerja gurui (Z1) dan etos kerja

guru (X2) dan kinerja guru ( Y )

Gambar Hubungan Kepemimpinan kepala sekolah ( X 1 ) motivasi kerja

gurui (Z1) dan etos kerja guru (X2) dan kinerja guru ( Y )

Z1

X1 Y

Z2

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Santoso (2004: 46) menyebutkan pengertian populasi adalah keseluruhan

atau himpunan objek dengan ciri yang sama.

Usman (2009:181) mengatakan populasi ialah semua hasil perhitungan

pengukuran, baik kuantutatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekolompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi dalam setiap

penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan besarnya

anggota populasi serta wilayah yang dicakup.

Sugiyono (2012: 61) menyebutkan populasi mengandung arti sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

46
ditarik kesimpulannya. Wahyuni (2011: 4) menyebutkan bahwa populasi

diartikan sebagai keseluruhan obyek yang Populasi pada penelitian ini adalah

guru yang berstatus Pegawai Negeri pada SMP Negeri di wilayah Banjarmasin

timur Kota Banjarmasin, dengan jumlah 155. orang. Sejumlah guru tersebut

tersebar di 6 SMP Negeri di wilayah kota Banjarmasin. Menurut data dinas

pendidikan kota Banjarmasin tahun 2017/2018 dari 155. guru negeri di SMPN rata-

rata berlatar belakang pendidikan Strata Satu (S1) hanya sebagain kecil yang lulusan

Sarjana Muda DIII) dan S2. Dengan demikian berdasarkan latar belakang

pendidikan, karakteristik populasi dalam penelitian ini bersifat homogen.

Sedangkan ditinjau dari pengalaman mengajar guru SMPN Kota Banjarmasin

sangat beraneka ragam, jumlah guru yang berpengalaman mengajar di atas 20.

tahun hampir sebanding dengan yang kurang dari 5 tahun, sebaran guru

berdasarkan pengalaman

47
No Nama Sekolah Alamat Jumlah Guru

1 SMP Negeri 3 Jl. Pangeran Antasari No.107 27 Orang

2 SMP Negeri 7 Jl. Veteran RT. 9 31 Orang

3 SMP Negeri 14 Jl. Banua Anyar RT.3 No.14 32 Orang

4 SMP Negeri 16 Jl. Simpang Limau RT.8 No.3 18 Orang

5 SMP Negeri 22 Jl. Simpang Layang RT. 7 19 Orang

6 SMP Negeri 30 Komp Rahayu RT.23 28 Orang

Jumlah 155 Orang

Tabel.1 : Data SMP Negeri di Banjarmasin Timur

C. Sampel

Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciri-

ciri diungkapkan dan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu,

jika kita menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang kita peroleh adalah

ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi. Sartono Wirodikromo (2007) menyatakan,

sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi atau

representative. Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar diamati,

diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel harus representative

artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan

48
pula dalam sampel yang diamati. Karena data yang diperoleh dari sampel harus

dapat digunakan untuk menaksir populasi, maka dalam mengambil sampel dari

populasi tertentu kita harus benar-benar bisa mengambil sampel yang dapat

mewakili populasinya atau disebut sampel representative. Sampel representative

adalah sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relative sama

dengan ciri karakteristik populasinya. Tingkat kerepresentatifnya sampel yang

diambil dari populasi tertentu sangat tergantung pada jenis sampel yang

digunakan, ukuran sampel yang diambil dan cara pengambilannya. Cara atau

prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut

tehnik sampling.

Untuk memperoleh sampel yang ideal maka harus memenuhi syararat-syarat

sebagai berikut:

1). Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.

2). Dapat menentukan tingkat ketepatan (presisi) dari hasil penelitian dengan

menentukan penyimpangan baku (standar kesalahan) dari taksiran yang

diperoleh.

3). Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.

4). Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-

rendahnya. (Masrin Singarimbun, 2000).

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto S, 2013). Teknik pengambilan sampel secara proportional random

sampling, dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin:

49
Kadang, terjadi perbedaan antara hasil sampel dan populasi, yang

mengakibatkan sampling error, maka untuk mengurangi prosentase kesalahan,

dalam penelitian ini digunakan ukuran sampel oleh Slovin, dengan risiko salah 5

persen.

n= N

1+Ne2

Keterangan:

n= Jumlah responden yang diambil sebagai sampel

N= Jumlah populasi

e = error

n = N = 155 = 155 = 111,51 = 112 (dibulatkan)

1 + N (d²) 1 + 155 (0,05²) 1,387

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan = 0,05

Agar proporsional maka penentuan sampel setiap SMP Negeri di Kecamatan

Banjarmasin Selatan dengan menggunakan rumus: Ni x n dan didapat perincian


N

sampel seperti pada tabel berikut:

Tabel 2

50
Distribusi Populasi dan Sampel SMP Negeri di Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Jumlah Jumlah Sampel


No Sekolah Perhitungan
Guru Hasil Pembulatan

1. SMP Negeri 3 27 (27/155) X 112 19.48 19

2. SMP Negeri 7 31 (31/155) X 112 22.41 22

3. SMP Negeri 14 32 (32/155) X 112 23.12 23

4. SMP Negeri 16 18 (18/155) X 112 12.99 12

5. SMP Negeri 22 19 (19/155) X 112 13.33 13

6 SMP Negeri 30 28 (28/155) X 112 20,23 20

JUMLAH 155 109

D. Instrument

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang merupakan seperangkat pertanyaan-pertanyaan

yang disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan

untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan

penelitian ini. Tujuan utama dari pembuatan kuesioner ini adalah memperoleh

informasi yang relevan dengan survey, memperoleh informasi dengan reliabelitas

dan validitas setinggi mungkin

Berdasarkan sifat dan tujuannya digunakan tiga jenis instrumen yaitu (1)

kuesioner untuk memperoleh data tentang supervisi kepala sekolah, (2) kuesioner

51
untuk memperoleh data tentang sikap guru pada pekerjaan, dan (3) kuesioner

untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tugas mengajar guru. Dari kuesioner

akan didapatkan data tentang supervisi kepala sekolah, sikap guru pada pekerjaan,

dan pelaksanaan tugas mengajar guru menggunakan skor dengan menggunakan

Skala Likert dengan empat pilihan sebagaimana tertuang dalam tabel berikut :

E. Analisis Data

Menurut Sugiono (2002) angket merupakan suatu tehnik atau cara

mengumpulkan data secara tidak langsung yang berisi sejumlah pertanyaan yang

harus dijawab atau direspon oleh responden. Setelah itu dikumpulka untuk didata

dan selanjutnya diteliti dan dianalisis.

Dalam hal mengumpulkan data primer digunakanlah kuisioner dengan

angket yang disebarkan. Sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder dengan

mengumpulkan data-data yang relevan dari beberapa referensi. Untuk

mengumpulkan data dari ketiga variabel diatas maka peneliti menyebarkan angket

pernyataan dengan jumlah butir pernyataan disesuaikan dengan kisi-kisi indikator

yang dibuat, sebelum angket disebarkan maka soal item angka dibuat lebih

banyak karena soal ini akan diuji cobakan terlebih dahulu selanjutnya dianalisis

melalui uji validitas dan uji Reliabilitas, selanjutnya dari soal angket yang telah

valid dan representative disebarkan untuk memperoleh data dari ketiga variabel

penelitian diatas.

52
53
`

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang

berasal dari kata leader. Kata ini muncul pada tahun 1300-an,/sedangkan kata

leadership muncul belakangan, sekitar tahun 1700-an (Stogdill, 1989: 2-3). Dalam

definisi secara luas, kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam

menentukan tujuan organisasi, memperbaiki kelompok dan budayanya,

mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa kepada para pengikutnya,

pengorganisasian dari aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan

kerja sama dan kerja kelompok, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari

orang di luar kelompok atau organisasi sehingga kepemimpinan / juga dapat

dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan yang menggerakkan orang

dan memengaruhi orang.

Menurut Kartini Kartono (2010:153) istilah kepemimpinan

dinyatakan sebagai seorang anggota kelompok yang paling berpangaruh

terhadap aktivitas kelompoknya dan yang memainkan peranan penting

dalam merumuskan atau mencapai tujuan tujuan kelompok.. Berdasarkan

rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah

merupakan konsep yang menggambarkan kemampuan mempengaruhi dan

menggerakan orang lain sehingga mereka bertindak dan berperilaku

17
sebagaimana diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang

diinginkan.

Mukhtar (2009:75) mengatakan kepemimpinan merupakan suatu

proses mempengaruhi yang dilakukan seseorang dalam mengelola anggota

kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai

pemimpin di sekolah mempunyai tugas memonitor kegiatan yang

dilakukan guru. sehingga kegiatannya terkontrol agar tujuan yang ingin

dicapai tidak menyimpang dan sesuai harapan yang diinginkan. Ngalim

Purwanto (2008: 26) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah

sekumpulan dari serangkaian kemampuan untuk dijadikan sarana dalam

rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat

melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan kegembiraan batin, serta

merasa tidak terpaksa.

Goerge Terry (2013:86) mendefinisikan “kepemimpinan adalah

aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha tujuan kelompok

secara sukarela” Fahmi (2013:68) memberikan definisi kepemimpinan

sebagai suartu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana

mengarahkan, memengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan

tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.

Sutarto (2009) merangkum berbagai definisi kepemimpinan menurut

pendapat para ahli, sebagai berikut (I) Aktivitas mempengaruhi (Tcad); (2)

Kemampuan Mengajar (Conter dan Devis); (3) Kemampuan mengarahkan

(Reuter); (4) Kemampuan menciptakan (Freeman dan


Taylor); (5) Proses mempengaruhi (Stodil, Tosi, Scoot, Chung,

Megginson, Sharma, Hersey, Blanchard, Hallander); (6) Usaha

mengarahkan (Haiman); (7) Menggunakan wewenang dan membuat

keputusan (Dubin); (8) Awal dari tindakan (Hemphill); (9) Mengarahkan

(Hempill dan Coons); (10) Kemampuan membuat orang bertindak

(Moree); (11) Hubungan kekuasan (Janda); (12) Kemampuan menyakinkan

(Black); (13) Saling mempengaruhi antar pribadi (Tennenbaum, Irving,

Fred); (14) Hubungan dan pemeliharaan struktur (Sherif) (15)

Mempengaruhi (Negro, Terry dan Stoner); dan (16) Seni

mengkoordinasikan dan memotivasi (Piftnerdan Presthus).

Kepemimpinan adalah suatu usaha mempengaruhi orang antar

perseorangan (interpersonal), lewat proses komunikasi untuk mencapai

sesuatu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivanevich, Donnely, 2007:264).

Definisi tersebut mengandung arti bahwa: (1) Kepemimpinan mencakup

penggunaan pengaruh dan semua hubungan antar perseorangan, (2)

pentingnya komunikasi dalam kepemimpinan, (3) memusatkan perhatian

pada pencapaian tujuan.

Oteng Sutisna (2010:299) menyatakan bahwa kepemimpinan

sebagai istilah umum merupakan proses mempengaruhi kegiatan seseorang

atau kelompok dalam usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi

tertentu.

Makna hakiki kepemimpinan dalam Islam adalah untuk

mewujudkan khilafah di muka bumi demi terwujudnya kebaikan dan


reformasi (Mahdi, 2001: 2). Demikian juga diutusnya Rasul ke muka bumi juga

untuk memimpin umat dan mengeluarkannya dari kegelapan kepada cahaya. Oleh

karenanya, tidak satu pun umat eksis kecuali Allah mengutus orang-orang untuk

mengoreksi akidah dan meluruskan penyimpangan pada individu umat tersebut,

seperti dalam ayat-ayat berikut.

Berbicara tentang kepemimpinan, Rasulullah juga bersabda (HR.

Abu Dawud), “Apabila tiga orang keluar untuk melakukan sesuatu

perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara

mereka sebagai pemimpin.”

Hadis tersebut memberikan konstribusi besar pada kebutuhan akan

kemimpinan, baik dalam kegiatan, perkumpulan, apalagi dalam lembaga

atau organisasi. Nabi menegaskan bahwa keluarnya tiga orang dalam

melakukan sesuatu saja memerlukan pemimpin, apalagi dalam sebuah

perkumpulan atau lembaga atau organisasi yang terdiri dari tiga orang

lebih. Ibnu Taimiyah (Mahdi, 2001:3) mengatakan, “Wajib diketahui

bahwa memimpin urusan manusia termasuk kewajiban terbesar agama,

bahkan tidak akan tegak agama kecuali dengannya ”

Yukl, (2011:2) menyimpulkan tentang kepemimpinan, “There are

almost as many definitions of leaderships there are persons who have attempted

to define the concept.” Dalam pernyataan tersebut, kepemimpinan

diterjemahkan ke dalam istilah sifat, perilaku, dan pengaruh terhadap orang

lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antarperan, kedudukan dari

suatu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legimitasi


pengaruh. Hempil dan Coons pada tahun 1957 (Wahjosumidjo,2013:4)

menyimpulkan, “Kepemimpinan merupakan perilaku individu ketika dia

mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan bersama kelompok

tersebut.”

Achmad Sanusi (2009:19) mendefinisikan, “Kepemimpinan adalah

keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam

usaha bersama untuk mencapai tujuan, Pendapat yang dikemukan Ambar

Teguh Sulistiyani (2008:21) “Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar

dan berhasil dalam melakukkan inisiasi terhadap kelompok perlu didukung

oleh kemampuan kepemimpinan..”

2. Pengertian Kepala Sekolah

Secara etimologi kepala sekolah adalah guru yang memimpin


sekolah. Berarti secara terminology kepala sekolah dapat diartikan sebagai
tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin
suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran.
Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola

kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan

kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern, kepemimpinan

kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan

pendidikan.

Dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007 disebutkan bahwa kepala sekolah

sebagai pimpinan pendidikan harus memiliki 5 kompetensi, yaitu:


a. Kompetensi kepribadian yang meliputi akhlah mulia, mengembangkan

budaya dan tradisi, mengembangkan akhlak mulia bagi komunitas

sekolah, memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, memiliki

keinginan yang kuat untuk mengembangkan diri sebagai kepala

sekolah, bersifat terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

(tupoksi), mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam

menjalani pekerjaan sebagai kepala sekolah; memiliki bakat dan minat

sebagai kepala sekolah.

b. Kompetensi manajerial, yaitu kemampuan kepala sekolah dalam

melakukan perencanaan sekolah yang meliputi: Mengembangan

organisasi sekolah sesuai kebutuhan, memimpin sekolah dalam rangka

penggunaan sumber daya sekolah secara optimal, mengelola

perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi

pembelajaran yang efektif, menciptakan budaya sekolah yang

kondusif dan inovatif bagi pembelajaran, mengelola SDM secara

optimal, mengelola sarana dan prasarana secara optimal, mengelola

hubungan dengan masyarakat dalam rangka penggalian ide dan

sumber belajar serta pembiayaan sekolah, mengelola peserta didik

dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan/

pengembangan peserta didik. Mengelola kurikulum dan

pengembangan arah pembelajaran sesuai dengan arah tujuan

pendidikan nasional, mengelola keuangan sekolah dengan prinsip

yang akuntabel dan transparan serta efesien, mengelola ketatausahaan


sekolah dalam mendukung pencapaian sekolah, mengelola unit khusus

layanan khusus sekolah, menyususn sistem informasi sekolah,

memanfaatkan teknologi bagi kemajuan pembelajaran dan majemen,

melaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan

program kegiatan dengan prosedur yang benar.

c. Kompetensi kewirausahaan, yaitu kemampuan kepala sekolah dalam

menciptakan inovasi yang bermanfaat, kemampuan bekerja keras

untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran

yang efektif, mempunyai motivasi yang kuat dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya, pantang menyerah dan selalu mencari

solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan di sekolah, mempunyai

naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sebagai

sumber bagi peserta didik.

d. Kompetensi supervisi, kompetensi ini meliputi kemampuan kepala

sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti

supervisi.

e. Kompetensi sosial, kompetensi ini meliputi kemampuan kepala

sekolah bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan memiliki

kepekaan sosial terhadap organisasi dan masyarakat.

Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sudah

seharusnya mempunyai kompetensi tersebut agar fungsi kepala sekolah

dapat berjalan secara maksimal dan menjadikan sekolah semakin efektif.


Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai usaha

kepala sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan

bimbingan kepada para pelaku pendidikan.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan orang yang memiliki kemampuan profesional

yang bekerja berdasarkan pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk

memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran. (Mulyasa, 2009

: 37). Keberhasilan pembelajaran berkaitan erat dengan kinerja guru yang

menjalankan tugasnya. Untuk mewujudkan kinerja guru yang optimal diperlukan

kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan profesional. Dengan demikian

terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja

guru. Jadi, atas dasar itu diduga terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru. Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah

makin baik pula kinerja seorang guru. Demkian pula sebaliknya makin buruk

kepemipinan kepala sekolah makin rendah kinerja seorang guru.

Menurut Mulyasa (2013 : 90) bahwa dalam paradigma baru manajemen

pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus berfungsi sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM).

Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur dengan menggunakan

dimensi ketujuh fungsi tersebut.

a. Kepala Sekolah sebagai Edukator atau Pendidik

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah


harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan propesionalisme tenaga

kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,

memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh

tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik

seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi

peserta didik yang cerdas di atas normal.

Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor

pengalaman akan sangat mempengaruhi propesionalisme kepala sekolah, terutama

dalam terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanakan

tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau

menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan

kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjannya, demikian halnya pelatihan dan

penataran yang pernah diikutinya.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996,

merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing

tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan

tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh

mengajar.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para


anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses,

karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya

mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan

untuk mencapai tujuan.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada

tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kapala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala

sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola

administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan

mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif

dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah

harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional.

Dalam melaksanakan tugas-tugas operasional, kepala sekolah sebagai

administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas sekolah,


dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat,

pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini kepala

sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi

yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih

mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada

setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping

berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan

kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat

melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam

melakukan tugasnya. Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah

bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat

menyenangkan dalam situasi tertentu ketika para tenaga kependidikan melakukan

tugas-tugas yang diembankan kepadanya.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi

sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas. pembelajaran. Oleh

karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk

membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di

sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk


memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,

serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan

menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan, dan memanfaatkan

hasilnya. Hasil supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kinerja tenaga

kependidikan dan pengembangan sekolah.

Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan atau guru harus disupervisi

secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak,

maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru seniornya untuk

membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai

supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1) meningkatnya kesadaran guru

untuk meningkatkan kinerjanya (2) meningkatnya keterampilan guru dalam

melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga harus berupaya menjadikan sekolah

sebagai sarana belajar yang lebih efektif

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2013:110) mengemukakan

bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,

serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.


Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat

dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan

misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat

(1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan

keputusan (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin

dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan

nonguru), (2) memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3) menyusun

program pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan

kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

f. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai innovator,

kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang

harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan yang baru, mengintegrasikan

setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di

sekolah dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin cara-cara ia melakukan

pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional, pragmatis,

keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan

melaksanakan pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving

class, program akselerasi dan lain-lain.


g. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan

lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan

secara efektivitas dan penyediaan sebagai sumber belajar melalui pengembangan

pusat sumber belajar .

4. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Fugsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus di wujudkan

dalam interaksi antara individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau

organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi, yaitu pertama, dimensi

yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam

tindakan atau aktivitas pemimpin, Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat

dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam

melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi (Rivai, 2012: 53).

Secara operasional, fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima

fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi Instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator

merupakan pihak yan menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu di

kerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang


efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi orang lain

agar mau melaksanakan perintah.

b. Fungsi konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan,

yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang di pimpinnya

yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang di perlukan dalam

menetapkan keputusan. Tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada orang-

orang yang dipimpin dapat setelah keputusan di tetapkab dan sedang dalam

pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh umpan

balik(feedback) untuk memperbaiki dan menyermpurnakan keputusan-keputusan

yang telah ditetapkab dan dilaksanakan.

c.. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-

orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan

maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakulan

semuanya, tetap dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama

dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan

pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat/menetapkab keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa


persetujuan dari pimpinan. Fugsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.

Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu

penimpin yang memiliki kesamaan prinsip, presepsi dan aspirasi.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses

(efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam

koordibasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama

secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan

bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas

kepemimpinan secara intergal, yaitu pemimpin berkewajiban menjabarkan

program kerja, mampu memberikan petunjuk yang jelas, berusaha

mengembangkan kerjasama yang harmonis, mampu memecahkan masalah dan

mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab masing-masing,

menumbuhkembangkan kemampuan memikul tanggung jawab, dan pemimpin

harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali (Rivai, 2012:53-55)

5. Kepemimpinan Efektif

Sebuah sasaran utama dari program penelitian kepemimpinan adalah

untuk mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif. Dari sejumlah

penelitian yang ada, Yukl (2011:56) telah mengajukan sebuah taksonomi yang
terintegrasi yang didasarkan atas suatu kombinasi dari pendekatan-pendekatan

yang ada, termasuk factor analysis, judgmental, classification, serta deducation.

Versi Yukl tersebut mempunyai empat belas kategori perilaku dari jangka

menengah yang disebut praktik-praktik manajerial dan sejumlah komponen

perilaku spesifik yang lebih kasar. Kategori-kategori tersebut cukup generik untuk

dapat diaplikasikan secara luas pada jenis manajer yang berbeda-beda, namun

cukup spesifik untuk dihubungkan dengan permintaan-permintaan dan hambatan

situasional yang dihadapi seorang pimpinan individual. Tiap kategori dalam

taksonomi yang baru mempunyai beberapa aspek perilaku yang relevan bagi

masing-masing jenis manajer, meskipun kepentingan yang relatif dari kategori-

kategori tersebut dapat berbeda dari satu jenis manajer dan yang lainnya. Kategori-

kategori tersebut dapat digunakan untuk menjelaskab perilaku terhadap rekan

sejawat dan juga perilaku terhadap bawahan, yang membuatnya dapat dilakukan

pada para manajer matriks (misalkan manajer produksi, manajer proyek, termasuk

perguruan tinggi) dan juga terhadap manajer tradisional dengan wewenang langsung

terhadap para bawahan (yaitu mendelegasikan, mengembangkan, memberi

imbalan).

Kategori-kategori dari praktik-praktik kepemimpinan menurut Yukl (2011:

78) tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Merencakan dan mengorganisasi (planning and organizing), meliputi: (a)

menentukan sasaran-sasaran dan strategi-strategi jangka panjang, (b)

mengalokasikan sumber-sumber daya sesuai dengan prioritas-prioritas, (c)


menentukan cara menggunakan personel dan sumber-sumber daya untuk

menghasilkan efesinsi tugas, dan (d) menentukan cara memperbaiki koordinasi,

produktivitas, serta efektivitas unit organisasi.

2. Pemecahan masalah (problem solving), meliputi: (a) mengidentifikasi masalah

yang berkaitan dengan pekerjaan, (b) menganalisis masalah pada waktu yang

tepat namun dengan cara yang sistematis untuk mengidentifikasi sebab-sebab

dan mencari pemecahan, dan (c) bertindak tegas untuk mengimplementasikan

solusi-solusi untuk memecahkan masalah-masalah atau krisis-krisis penting.

3. Menjelaskan peran dan tujuan (clarifying roles and objectives), meliputi: (a)

membagi-bagi tugas, (b) eberi arah tentang cara melakukan pekerjaan

tersebut, (c) mengomunikasikan pengertian yanf jelas mengenai tanggung

jawab akan pekerjaan, dan sasaran tugas, batas waktu serta haraoan mengenai

kinerja.

4. Memberikan informasi (informing), meliputi: (a) membagi-bagi informasi

yang relevan tentang keputusan, rencana dan kegiatan-kegiatan kepada orang

yang membutuhkannya agar dapat melakukan pekerjaannya, (b) memberi

material dan dokumen tertulis, dan (c) menjawab permintaan akan informasi

teknis.

5. Memantau (monitoring), meliputi: (a) mengumpulkan informasi mengenai

kegiatan kerja dan kondisi eksternal yang memperngaruhi pekerjaan tersebut,

(b) memeriksa kemajuan dan kualitas pekerjaan, (c) mengevaluasi kinerja para
individu dan unit-unit organisasi, (d) menganalisa kecenderungan-

kecenderungan (trends ), dam (e) meramalkan peristiwa-peristiwa eksternal.

6. Memotivasi dan memberi inspirasi (motivating and inspiring), meliputi: (a)

dengan menggu nakan teknik-teknik memengaruhi yang menarik emosi atau

logika untuk menimbulkan semangat terhadap pekerjaan, (b) komitmen

terhadap sasaran tugas, dan (c) patuh terhadap permintaan-permintaan akan

kerja sama, bantuan, dukungan atau sumber-sumber daya, (d) menetapkan

suatu onth mengenai perilaku yang sesuai.

7. Berkonsultasi (consulting), melputi: (a) memeriksa pada orang-orang sebelum

membuat perubahan yang akana memengaruhi mereka, (B) mendorong saran-

saran untuk membuat perbaikan, (c) mengundang partisipasi di dalam

pengambilan keputusan, dan (d) memeasukan ide-ide serta saran-saran dari

orang lain dalam keputusan-keputusan.

8. Mendelegasikan (delegating), meliputi (a) “mengizinkan para bawahan untuk

mempunyai tanggung jawab yang subtstansial dan kebijaksanaan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan kerja, (b) menangani masalah, dan (c)

membuat keputusan yang penting.

9. Memberi dukungan (supporting), meliputi: (a) bertindak ramah dan penuh

perhatian, sabar, dan membantu, (b) memperlihatkan simati dan dukungan jika

seseorang bingung dan cemas, (c) mendengarkan keluhan dan masalah, (d)

mencari minat seseorang.


10.Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring) , meliputi: (a)

memberi pelatihan dan nasihat karir yang membantu, (b) melakukan hal-hal

yang membantu perolehan keterampilan seseorang, (c) pengembangan

profesional, dan (d) kemajuan karir.

11.Mengelola konflik dan membangun tim (managing conflict and team

building), meliputi: (a) memudahkan pemecahan konflik yang konstruktif, (b)

medorong kooperasi, (c) kerja sama tim dan (d) identifikasi dengan unit kerja.

12.Membangun jaringan kerja (networking), meliputi: (a) bersosialisasi secara

informal, (b) mengembangkan kontak-kontak dengan orang-orang yang

merupakan sumber informasi dan dukungan, (c) mempertahankan kontak-

kontak melalui interaksi secara periodik, termasuk kunjungan, menelepon,

merespondensi, dan (d) kehadiran pertemuan-pertemuan serta peristiwa-

peristiwa sosial.

13.Pengakuan (recognizing), meliputi: (a) memberi pujian dan pengakuan bagi

kinerja yang efektif, (b) keberhasilan yang signifikan, dan kontribusi khusus;

(c) mengungkapkan penghargaan terhadap kontribusi dan upaya-upaya khusus

seseorang.

14.Memberi imbalan (rewarding), meliputi: (a) memberi atau merekomendasikan

imbalan-imbalan yang nyata seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang

kinerja efektif, (b) keberhasilan yang signifikan, dan (c) kompetensi yang

terlihat.
6. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah

Wahjosumidjo, (2013:17) menjelaskan kepemimpinan kepala sekolah

adalah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola

interaksi hubungan kerjasama antarperan, kedudukan dari satu jabatan

administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.

Kepemimpinan kepala sekolah yang dapat diukur (Wahjosumidjo,

2013:29) melalui indikator:

a Keterbukaan

Keterbukaan kepala sekolah adalah perilaku kepemimpinan kepala

sekolah dilihat dari merumuskan kebijakan melalui musyawarah, mendelegasikan

tugas dengan jelas dan pelaksanaan tata tertib organisasi dengan indicator

adalah: (1) kepala sekolah merumuskan kebijakan se cara domkratis, musyawarah

dengan bawahan, (2) kepala sekolah mendelegasikan tugas dengan jelas terhadap

guru sehingga guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, (3) kepala sekolah

menetapkan/menentukan tata tertib organisasi dan disepakati oleh guru atau warga

sekolah.

b. Perhatian terhadap Bawahan

Perhatian terhadap bawahan diindikasikan dari membentuk pekerjaan agar

dapat dilaksanakan, meningkatkan moral dan semangat staf, memberikan

ganjaran atas usaha perorangan, memberikan dorongan dan penghargaan,

membantu staf mengatasi masalahnya dan keramahan dalam melakukan

pendekatan dengan indikator adalah: (1) Kepala sekolah membantu pekerjaan


guru dan staf sekolah, (2) kepala sekolah meningkatkan etika sosial dan semangat

terhadap staf, (3) kepala sekolah memberikan gambaran atas usaha perorangan,

(4) kepala sekolah mmeberi motifasi/dorongan, semangat dan penghargaan

terhadap guru dan staf sekolah dalam tugasnya. (5) kepala sekolah membimbing,

membantu guru dan staf sekolah yang mengalami kesulitan mengajar maupun

masalah pribad lainnya, (6) Kepala sekolah penuh keramahan dalam

menyelesaikan dan bersikap pengasih terhadap bawahan.

c. Interaksi

Interaksi terefleksi digambarkan sebagai sikap kepemimpinan sebagai

usaha membina hubungan yang harmonis dengan indikator: (1) kepala sekolah

membina hubungan yang harmonis sesama warga sekolah, (2) kepala sekolah

dapat menyesuaikan diri dengan situasi organisasi yang telah dibentuk sekolah.

d. Pengambil Keputusan

Kepala sekolah mengembangkan nilai-nilai kehidupan sekolah yang

demokratis serta kepala sekolah perduli terhadap lingkungan sekolah dengan

indikator adalah: (1) kepala sekolah mengembangkan nilai-nilai kehidupan

sekolah yang demokratis terhadap warga sekolah dan (2) kepala sekolah perduli

terhadap kekurangan sekolah dan berusahan menyediakan, melengkapinya.

7. Dimensi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses yang dilakukan oleh seorang pemimpin

dalam menggerakkan pengikutnya dengan cara memengaruhi mereka. Agar proses

tersebut berjalan efektf, tentu saja sang pemimpin harus memiliki pengaruh yang
besar terhadap orang-orangnya. Itulah mengapa pengaruh dianggap sebagai subjek

yang paling penting dalam kepemimpinan, yang dengannya kemampuan seorang

pemimpin diukur. Seolah-olah, kepemimpin yang efektif cukup ditentukan oleh

adanya seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar. Namun, menurut

Sudarwan Denim, untuk dapat menampilkan pegaruh, sesungguhnya faktor

pemimpin hanya merupakan salah satu dari empat dimensi kepemimpinan, yaitu

pemimpin,pengikut, situasi, dan komunikasi (Danim, 2010:11).

Pada dimensi yang pertama (berintegritas), Danim menekankan bahwa

pemimpin haruslah berintegritas. Sebab, jika tidak, ia tidak akan dipercaya oleh

para pengikutnya. Kalau mereka tidak mempercayainya, akan sangat sulit baginya

untuk meyakinkan dan memengaruhi mereka. Dimensi kedua (pengikut)

menuntuk seorang pemimpin untuk pandai- pandai menerapkan gaya

kepemimpinan yang bervariasi, sebab setiap pengikut memiliki karakter yang

berbeda. Agar proses menggerakkan mereka berjalan efektif, seorang pemimpin

memerlukan kombinasi gaya yang sesuai dengan karakter mereka masing-masing.

Demikian pula dimensi ketiga (situasi),ia menuntut pemimpin mengambil langkah

taktis yang berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada, agar kepemimpinannya

dapat berjalan dengan efektif. Perbedaan situasi dengan sendirinya meniscayakan

perbedaan langkah, dan itu harus disikapi secara cerdasoleh seorang pemimpin.

Adapun terkait dimensi keempat (komunikas), Danim menegaskan bahwa

pemimpn yang efektif adalah komunikator yang andal. Bagaimanapun, efektifitas

kepemimponan sangat dipengaruhi oleh bagaimana sang pemimpin

berkomunikasi. Sebab komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin, baik internal


maupun eksternal, sagat berpotensi membangun atau sebaliknya merusak

organisasi dan tim.

B. Motivasi kerja

1. Pengertian Motivasi Kerja


Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang

sesuai tempat dan keadaan dari para masing-masing orang itu.. Ada

bermacam-macam definisi motivasi kerja, tetapi pada dasarnya memiliki

pengertian yang sama.

Hasibuan (2008) berpendapat bahwa motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan Afin Murtie (2012:63) menyatakan

motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri

manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Kadarisman (2012:222) menyatakan bahwa, “Motivasi adalah

penggerak atau dorongan dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan

bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Menurut Saydam (2012:327) motivasi diartikan sebagai sebagai

keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada seseorang

sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

Usman (2009) menyatakan bahwa, “Motivasi kerja dapat diartikan

sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang

sehingga ia terdorong untuk bekerja”.


Handoko (2008) menyatakan bahwa, “Motivasi merupakan kegiatan

yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia

Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut

definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer

perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat

mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan

organisasi”.

Menurut McClleand (Mulyasa, 2009:145) motivasi adalah unsur

penentu yang mempengaruhi perilaku yang terdapat dalam setiap individu.

Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, yang teijadi

pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sempat

dirasakan atau mendesak. Pamela dan Oloko (2015) menyatakan motivasi

adalah memberikan bimbingan yang tepat atau arahan, sumber daya dan

imbalan agar mereka terinpirasi dan tertarik untuk bekerja dengan cara

yang diinginkan. Munandar (2011),berpendapat motivasi adalah suatu proses

dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan

serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapaian tujuan tertentu. Steers dan

Porter ( Miftahun dan Sugiyanto,2010) menyatakan motivasi kerja adalah

suatu usaha yang dapat menimbulkan suatu perilaku, mengarahkan perilaku,

dan memelihra dan mempertahankan perilaku sesuai dengan lingkungan

kerja dalam organisasi kemauan untuk

mengerjakan sesuatu. Motivasi kerja merupakan kebutuhan yang

mendoron perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu,


motivasi kerja dalam psokologi kerja biasa disebut sebagai pendorong

semangat kerja (Anoraga, 2009). Dalam hubungan ini Greenberg dan

Baron , Hanson Djatmiko (2011) menyatakan motivasi adalah suatu

proses yang mendorong, mengarahkan, dan memelihara perilaku manusia

ke arah pencapaian tujuan dan segala yang ada di dalam diri manusia

membentuk motivasi .(Usman, 2011:265).

Berdasarkan pada definisi motivasi di atas, yang dimaksud motivasi

kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk

melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapaian tujuan

tertentu dan tujuan organisasi.

2. Tujuan Motivasi kerja

Menurut Hasibuan (2008), “Ada beberapa tujuan motivasi yaitu: a)

Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; b) Meningkatkan moral

dan kepuasan kerja karyawan; c) Meningkatkan produktivitas kerja

karyawan; d) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; e)

Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; f)

Mengefektifkan pengadaan karyawan; g) Menciptakan suasana dan

hubungan kerja yang baik; h) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi

karyawan; i) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; j)

Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan;

Menurut Sofyandi (2008) bahwa, “Tujuan-tujuan dari motivasi antara

lain adalah: a) Untuk meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan,

b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, c) Mempertahankan


kestabilan karyawan dal am perusahaan, d) Meningkatkan kedisiplinan

karyawan dalam bekerja, e) Mengefektifkan dalam pengadaan karyawan,

f) menciptakan suasana dan hubungan kerja yang kondusif, g)

Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan, h)

Meningkatkan kesejahteraan karyawan, i) Mempertinggi rasa tanggung

jawab akan tugas, dan lain-lain“.

3.Bentuk Motivasi kerja

Bentuk motivasi menurut teori yang dikemukakan oleh (Nawawi 2009:259)

ada dua yaitu:

a. Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dal

am diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya

atau manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya. Motivasi ini bersumber

dari pekerjaan yang dikerjakan, baik karena mampu memenuhi kebutuhan

atau menyenangkan atau memungkinkan mencapai tujuan atau

memberikan harapan yang positif di masa depan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari

luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang

mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Di

lingkungan suatu organisasi terlihat kecenderungan penggunaan motivasi

ekstrinsik lebih dominan dari pada motivasi intrinsik. Kondisi ini


terutama disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari

dalam diri pekerja (Nawawi, 2009:360).

Pada garis besarnya motivasi yang diberikan oleh pimpinan

terhadap bawahannya dapat digolongkan atas dua jenis (Heidjachman dan

Husnan, 2008:197) yaitu:

1.Motivasi positif

Motivasi yang positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi

orang lain agar menjalankan suatu yang kita inginkan dengan cara

memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Motivasi positif

berupa: (a) Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan, (b)

Informasi yaitu berupa memberikan penjelasan kepada karyawan tentang

latar belakang atau alasan pelimpahan tugas.(c) Pemberian perhatian yang

tulus kepada karyawan sebagai seorang individu, (d) Menimbulkan

persaingan, misalnya dengan memberikan hadiah tertentu bila target

tercapai, (e) Kebanggaan yaitu dengan menghargai hasil kerja karyawan

yang mempunyai prestasi yang baik sehingga dia bangga akan hasil

kerjanya,(f) Uang merupakan suatu alat motivasi yang berguna untuk

memuaskan kebutuhan ekonomi karyawan, dapat berupa gaji dan insentif,

(g) Partisipasi yaitu dengan menerima usul dari karyawan dalam

pengambilan keputusan, atau dengan kata lain karyawan diikut sertakan

dalam pengambilan keputusan.

Beberapa faktor motivasi positif yang patut dipertimbangkan

sebagai alat memotivasi kerja adalah penempatan pegawai sesuai dengan


keahliannya, kesempatan untuk maju, kompensasi dan insentif,

lingkungan fisik, keamanan pegawai yang sesuai dengan keahliannya.

2.Motivasi Negatif

Motivasi negatif diperlukan agar seseorang guru berusaha untuk

menghindarinya, sehingga akan menimbulkan dorongan di dalam diri

guru tersebut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Tetapi pemberian

motivasi yang negatif hendaknya harus wajar dan tepat, sebab jika

diberikan secara berlebihan akan menimbulkan kebencian dan dendam

dan hal ini akan dapat merusak moral kerja guru

4.Teori Motivasi kerja

Motivasi sebenarnya mempunyai beberapa teori menurut pendapat

beberapa ahli, teori motivasi tersebut diantaranya:

a) Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Abraham H Maslow (2010:146) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia

dapat diklasifikasikan pada lima hirarkhi kebutuhan yaitu

1) Kebutuhan fisiologis, yaitu meliputi kebutuhan untuk makan, minum,

perlindungan fisik, bernapas, seksual.

2) Kebutuhan kemanan yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, keselamatan dalam melakukan pekerjaan, pertentangan, intimidasi

baik terselubung maupun terbuka dan lingkungan hidup.

3) Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai

serta dicintai.
4) Kebutuhan akan harga diri atau penghargaan, yaitu kebutuhan, untuk

dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu suatu kebutuhan

untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi, contoh dalam

mengemukakan ide-ide. Kebutuhan untuk berpendapat dengan

mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Selanjutnya, Abraham H Maslow berpendapat bahwa orang dewasa

(pegawai bawahan) secara normal harus terpenuhi minimal 85% kebutuhan

fisiologi, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan sosial, 40% kebutuhan

penghargaan, dan 15% kebutuhan aktualisasi diri, keluarga, dan bisa menjadi

penyebab terjadinya konflik kerja.

Dengan demikian, jika kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pemimpin akan

mengalami kesulitan dalam memotivasi pegawai.

b) Teori Dua Faktor Herzberg

Herzberg (Soekidjo, 2009:119) mengemukakan bahwa ada dua faktor

yang mempengaruhi gairah kerja manusia. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan

ke dalam dua kelompok, sehingga teorinya tersebut dikenal dengan teori dua

faktor. Faktor-faktor itu adalah:

1) Faktor Pendorong (Motivation factors)

a. Prestasi (achievement) adalah keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan

tugas, dalam mengatasi tantangan dan sebaliknya perasaan gagal, rasa tidak

mampu memecahkan masalah, tantangan dan sebagainya

b. Pengakuan (recognition) adalah perbuatan yang ditunjukan kepada


seseorang, sebagai perwujudan dari pengakuan, perhatian atau penghargaan

dari orang lain atau masyarakat umum.

c. Peningkatan (advancement) adalah kesempatan bagi seseorang untuk

meningkatkan, menduduki pangkat atau jabatan-jabatan yang lebih tinggi

dalam organisasi, kesempatan untuk memperoleh promosi

d. Tanggung jawab (responsibility) adalah pemberian wewenang kepada

seseorang untuk melaksanakan suatu tugas atau memikul tanggung jawab,

serta diikutsertakan usaha-usaha perbaikan atau pembaharuan kearah yang

lebih baik.

e. Pekerjaan itu sendiri (work it self) adalah sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang

menimbulkan reaksi sikap seseorang selama melaksanakan tugas.

2) Faktor Penyehat (hygiene factors) yang meliputi:

a. Hubungan antar pribadi dan rekan kerjanya (interpersonal relation-peers)

adalah hubungan antar rekan kerja yang sederajat dalam rangka

melaksanakan tugas.

b. Hubungan antar pribadi dengan bawahan (interpersonal relation-

subordinates) adalah hubungan dengan bawahan dalam rangka melaksanakan

tugas dan pekerjaan.

c. Hubungan antar pribadi dengan atasan (interpersonal relation-superiors)

adalah hubungan antar guru dengan kepala sekolah dalam konteks kedinasan.

d. Keamanan kerja (job security) adalah jaminan yang menimbulkan rasa aman

dan tentram dalam bekerja, seperti jaminan keamanan kerja, hari tua, jaminan

pemeliharaan kesehatan
e. Kehidupan pribadi (personal life) adalah perasaan yang timbul dalam

keluarga guru sebagai akibat dari jabatan guru yang dimilikinya, perasaan

bangga, bahagia sebagai seorang guru

f. Kebijaksanaan dan administrasi (policy and administration) addalah cara-

cara kebijakan yang digunakan dalam organisasi untuk pengaturan kerja

g. Kesempatan untuk bertumbuh (possibility of growth) adalah kemungkinan

dalam organisasi atau sekolah dalam memberikan kesempatan seseorang

untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan kerja.

h. Penghasilan (salary) adalah segala penghasilan yang diperoleh seseorang

yang berupa uang, termasuk disini gaji, tunjangan, honor dan sebagainya

i. Kondisi kerja (working conditions) adalah kondisi-kondisi kerja yang

mencakup keadaan-keadaan lingkungan fisik kerja serta fasilitas-fasilitas

lain.

c) Teori Motivasi McClelland

David C Mc Clelland (Siagian, 2012 :167 ) berpendapat bahwa

setiap orang mempunyai t iga jenis kebutuhan yaitu ”Need for

Achievement (nAch) ”, ”Need for Power(nPo) ”, dan ”Need for Affiliation(nAff)

”. Teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Need for Achievement ( kebutuhan berprestasi )

Menurut kebutuhan ini dikatakan bahwa setiap orang ingin

dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan

itu bahkan mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan

seseorang.
2) Need of Power ( kebutuhan akan kekeuasaan)

Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada

keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.

3) Need for Affiliation (kebutuhan afliasi)

Menurut teori, kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan nyata

dari setiap manusia, terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya.

Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang menduduki

jabatan manajerial. Juga bukan hanya merupakan kebutuhan para bawahan

yang tanggung jawab utamanya hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan

operasional.

d) Teori pengharapan

Teori pengharapan (expectancy theory) tentang motivasi dibangun atas

pendekatan kognitif. Ada tiga konsep esensial yang mendasari motivasi manusia,

yaitu pengharapan, nilai, dan perantaraan. Pengharapan (P) adalah kepercayaan

bahwa usaha seseorang akan membuahkan penampilan yang sukses. Dengan kata

lain bahwa pengharapan adalah kepercayaan subjektif seseorang, biasanya berupa

tindakan yang diikuti oleh rasa positif yang tinggi terhadap produk yang

dinginkan dan tujuan yang dikehendaki. Jika guru merasa bahwa ada

kemungkinan yang tinggi untuk memperbaiki orientasi siswa dengan

mengembangkan usahanya sendiri, maka orang itu mempunyai tingkat

pengharapan yang tinggi.

Nilai (N) adalah tingkat kesenangan atau kesukaan yang ada di dalam diri

individu untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. Oleh karena itu, tugas


individual cenderung berbeda, begitu juga nilai yang mereka terima atau apresiasi

pada setiap kondisi. Nilai yang dimaksudkan di sini seperti insentif atau uang,

prestasi yang dicapai, kondisi kerja yang baik, kesempatan untuk meningkatkan

karier, dan lain-lain. Karena itu, nilai dapat diartikan segala sesuatu yang mereka

harapkan dari pekerjaan yang dilakukannya. Penghargaan (Pr) adalah kepercayaan

bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu adalah esensial dalam kerangka

pemerolehan keuntungan atau kepuasan atas nilai itu. Jika motivasi diberi

lambang M, maka lahirlah formula teori pengharapan, yaitu M = f (P.Pr.N).

Motivasi yang ada di dalam diri seseorang bukan merupakan indikator

yang berdiri sendiri. Motivasi itu muncul sebagai akibat dari gesekan-gesekan

kekuatan yang ada di dalam diri individu. Porter dan Miles mengemukakan bahwa

ada tiga variabel yang mempengaruhi motivasi individu dalam bekerja. Variabel-

variabel dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Sifat-sifat individual pekerja. Sifat-sifat individual pekerja antara lain

meliputi kepentingan setiap individu, sikap, kebutuhan, atau harapan yang

berbeda dari setiap individu. Perbedaan-perbedaan itu membuat kadar

motivasi di dalam diri pekerja menjadi sangat variatif. Individu yang

menginginkan prestasi tinggi akan terdorong dengan pekerjaan yang mampu

meningkatkan harkat dan martabatnya. Individu yang menganggap gelar

(degree) sebagai simbol prestasi atau bonafiditas akan terdorong untuk

menekuni bangku kuliah. Orang yang memilih pekerjaan guru sebagai profesi

akan melatih diri membiasakan membaca buku-buku tentang ilmu pendidikan

dan keguruan. Individu yang dimotivasi oleh uang akan memilih pekerjaan
yang imbalannya besar.

2. Sifat-sifat pekerjaan. Sifat-sifat pekerjaan mencakup tugas-tugas yang harus

dilaksanakan, tanggung jawab yang diemban dan kepuasan yang muncul.

Pekerjaan yang banyak menantang tanggung jawab mendatangkan kepuasan

tertentu dan dapat meningkatkan derajat motivasi tidak sedikit.

3. Lingkungan kerja dan situasi kerja karyawan. Pola interaksi antar-karyawan

sangat mempengaruhi aktivitasnya dalam bekerja. Dia dapat dimotivator oleh

rekan kerja. Penghargaan atasan dan manfaat organisasi menentukan motivasi

bekerja seseorang.

e) Teori Modern

Teori modern tentang motivasi antara lain dikembangkan Douglas

McGregor yang disebut dengan Teori Y. Dengan asumsi bahwa motivasi

manusia akan terdorong jika dia diberi tanggung jawab dan dihadapkan (1) kepada

tantangan-tantangan. Teori ini menggariskan bahwa di dalam proses kerja sama

antar-manusia organisasional, faktor lingkungan memberi pengaruh yang

signifikan atau tidak sedikit. Menurut teori ini, manusia modern bekerja semata-

mata bukan karena rasa takut, terancam, diarahkan, atau sebatas ingin

memperoleh imbalan saja. Ada beberapa alasan manusia bekerja, yaitu: (1)

Adanya kebutuhan dan tuntutan untuk hidup layak, (2) Tugas pokok dan

fungsinya menuntut dia bekerja, (3) Dorongan untuk berpartisipasi, (4) Rasa ingin

mencapai tujuan secara cepat, (5) Suasana atau iklim lingkungan kerja yang sehat,

(6) Terpenuhinya kebutuhan pribadi, seperti rasa ingin tumbuh dan berkembang.

Kebutuhan dan tuntutan untuk hidup. Manusia adalah makhluk hidup dan
kemampuannya bertahan hidup sangat tergantung kepada ketersediaan makanan

dan minuman, serta perangkat lain yang mendukung. Secara umum kebutuhan

manusia itu terdiri dari sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan

sebagainya.

Tugas pokok dan fungsi. Tatkala seseorang mengikuti proses rekrutmen

hingga ditempatkan pada unit tertentu telah ada kesadaran dalam dirinya, bahwa

dia direkrut dan ditempatkan itu akan mengemban tugas pokok dan fungsi

tertentu.

Dorongan berpartisipasi. Motivasi seseorang antara lain muncul dari dalam

diri pribadi. Karena itu manajer harus mampu mendorong perkembangan pribadi

pekerja, baik perasaan, harapan maupun segi-segi intelektual, di samping

kebutuhan akan tata hubungan yang serasi, serta harapan terhadap dunia kerja

berikut hasilnya. Besar atau kecilnya motivasi dalam diri seseorang ditentukan

oleh keinginannya untuk berprestasi, rasa memiliki organisasi, serta faktor

internal lainnya.

Kesadaran akan tujuan. Kecenderungan menyolok dari kehidupan manusia

modern, ditandai dengan beberapa ciri. Pertama, memiliki kesediaan dan

kesadaran yang tinggi untuk menerima ide dan memecahkan masalah-masalah

bersama secara inovatif. Kedua, beram mengemukakan pendapat dan

mempertanggungjawabkannya demi kemajuan organisasi. Ketiga, menghargai

dunia organisasi dan kepemimpinanorang lain. Keempat, rasa harga diri yang

tinggi, dan tidak terjebak ke dalam fanatisme sempit. Kelima, menghargai data

statistik sebagai hasil dari pengamatan langsung, menghargai prestasi diri sendiri
dan orang lain secara wajar. Keenam, memiliki antisipasi atau berpikir ke depan

dengan memperhatikan masa sekarang dan kearifan masa lalu. Ketujuh,

memperhatikan kepentingan umum di samping kebutuhan individu.

Suasana lingkungan yang sehat. Lingkungan adalah bagian sangat; penting

bagi kehidupan seseorang. Manusia dibesarkan tidak terlepas dari lingkungannya.

Lingkungan yang sehat memungkinkan manusia. bekerja secara sehat dan

bergairah. Lingkungan yang dimaksudkan di sini terutama adalah lingkungan

sosial yang melahirkan suasana psikologis yang menyenangkan. Di samping faktor-

faktor internal, kreatif-tidaknya seseorang ditentukan pula oleh memungkinkan atau

tidaknya seseorang itu berbuat pada lingkungannya itu. Lingkungan yang sehat

bercirikan iklim yang bebas dan terarah, tidak ada rasa curiga, rasa puas di dalam

diri, toleransi antar-teman, dan kesadaran tinggi akan tugas-tugas.

Terpenuhinya kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi (personal need)

adalah faktor penting bagi motivasi seseorang dan tidak jarang hal ini harus

terpenuhi terlebih dahulu sebelum memintanya bekerja secara optimal. Karena itu,

administrator yang bijaksana akan senantiasa berusaha memberi kepuasan kepada

bawahan, terutama berkenaan dengan aspek-aspek kebutuhan pribadinya, seperti

harga diri, rasa disertakan, rasa diterima dalam kelompok, penghargaan non

materiil atas prestasi, dan sebagainya. Di dalam dunia kerja, kebutuhan pribadi

berkaitan dengan rasa ingin berprestasi, keinginan menerima tanggung jawab,

harga diri, kebutuhan biologis, dan penghargaan terhadap hasil yang dicapai.
5. Karakteristik Motivasi Kerja

Setiap orang ingin mempunyai motivasi yang lebih besar, tetapi mereka

tidak sungguh-sungguh memahami arti kata ini. Orang akan berkata bahwa

mereka ingin menjadi lebih termotivasi. Pemimpin pada dasamya berkeinginan

untuk mempunyai suatu regu atau kelompok yang lebih termotivasi. Motivasi

mempersilahkan seseorang untuk melakukan sesuatu sebab orang tersebut

memang ingin melakukannya. Motivasi menyangkut kerja berat ke arah masa

depan pekerjaan, dalam arti sesuatu akan menunjukan sikap yang termotivasi oleh

suatu tujuan, masa depan dan karir dalam kerja.

Charles R. Milton (2007, 60-61) berpendapat bahwa; “Motivation is a

process that involves three variables: (1) energizing, (2) behavior or actions, and

(3) incentive or goals. Energizing occurs when one has a need or desire for

something. Needs and desires are called motives and are the whys for goal-

directed behavior. The goal may be some object, person, or activity that satisfies

the need"

Dari pendapat Charles R. Milton dapat disimpulkan bahwa pribadi yang

menunjukkan motivasi adalah pribadi yang memperhatikan karakteristik sebagai

berikut:

a. Memiliki dorongan kekuatan, baik kebutuhan maupun keinginan,

dalam perilakunya

b. Memiliki perilaku yang terarah (perilaku yang memiliki tujuan)

c. Memiliki tujuan untuk mencapai prestasi sehingga mampu terpuaskan

segala kebutuhannya
Tiffin dan Me. Cormik (Mulyasa, 2009) mengemukakan bahwa ada tidaknya

motivasi dalam kerja pada pekerja dapat diketahui dari;

d. Keuletan: merupakan pengerahan segenap daya upaya dalam bekerja.

Pekerja yang memiliki motivasi kerja tinggi akan giat dan ulet dalam bekerja

e. Tingkat presensi: meliputi kehadiran dan ketidak hadiran pekerja pada

waktu bekerja. Maka yang tinggi membuat frekuensi kehadiran pekerja

lebih banyak dibanding ketidak hadirannya

f. Kemajuan: meliputi kesempatan berkembang, motivasi kerja yang

tinggi membuat pekerja berusaha untuk maju dalam kerja

h. Pencapaian prestasi: merupakan pencapaian target yang telah ditentukan

atau melebihi target yang telah ditentukan perusahan dengan adil kerja

yang berkualitas. Makin tinggi prestasi membuat pekerja dapat

mencapai target, bahkan melebihi target yang telah ditentukan

perusahaan dengan hasil kerja yang berkualitas.

Richard Denny (2007) berpendapat bahwa pribadi yang menunjukkan

motivasi kerja tinggi adalah pribadi yang memperhatikan karakteristik sebagai

berikut:

a. Bersikap positif, yaitu: percaya diri, bertanggimg jawab dan disiplin

b. Memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu, yaitu: karir dan masa

depan

c. Memiliki harapan untuk membuahkan hasil

Anwar Prabu Mangkunegara menyebutkan bahwa karakteristik orang


yang memiliki motivasi kerja yang tinggi adalah;

a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi Memiliki program

kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta beijuang

untuk merealisasikannya

b. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani

mengambil resiko yang dihadapinya

c. Melakukan pekerjaan dan menyelesaikannya dengan hasil yang

memuaskan

d. Mempunyai keinginan menjadi orang yang menguasai bidang tertentu

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik motivasi kerja

adalah ulet, hadir pada waktu bekerja, bertanggung jawab, dapat mencapai

target yang telah ditentukan dan memiliki dorongan untuk mencapai kemajuan

6. Manfaat Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja,

sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah

pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan

diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang

sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu

yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat

orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui,

hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang

yang temotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini
dimaKeterklumi karena dorongan yang begitu tinggi akan menghasilkan

sesuai target yang telah tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh

individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak

pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Ishak dan Hendri,

2008:16-17). Sehingga dapat disimpulkan bahwa individu yang termotivasi

akan: bekerja sesuai standar, senang bekerja, merasa berharga, bekerja

keras, sedikit pengawasan, semangat juang tinggi.

7. Unsur Pengerak Motivasi Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo, (2008:269) ada 7 unsur penggerak motivasi

kerja di antarnya (a) Kinerja (Achievement), Seseorang yang memiliki keinginan

berkinerja sebagai suatu kebutuhan atau dapat mendorongnya mencapai sasaran.

(b) Penghargaan (Recognition), Penghargaan, pengakuan atau atas suatu kinerja

yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Atas suatu

kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan

dalam bentuk materi atau hadiah.(c). Tantangan (Challenge), Adanya tantangan

yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia untuk mengatasinya.

Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dicapai biasanya tidak

mampu menjadi perangsang, bukan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan

demi tantangan biasanya akan menumbuhkan semangat untuk mengatasinya. (d)

Tanggung jawab (Responbility). Adanya rasa memiliki akan memotivasi untuk

turut bertanggung jawab. (e). Pengembangan (development), Pengembangan

kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju,

dapat merupakan perangsang bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih
bergairah. Apalagi jika pengembangan perusahaan selalu dikaitkan dengan kinerja

atau produktifitas tenaga kerja. (f). Keterlibatan (Involvement), Rasa ikut terlibat

dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, dapat pula kotak

saran dari tenaga kerja, dapat pula masukan manajemen perusahaan, merupakan

perangsang yang cukup kuat untuk tenaga kerja.. (g). Kesempatan (Opportunity),

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari tingkat

bawah sampai ketingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup

kuat bagi tenaga kerja. Dengan adanya unsur-unsur motivasi sehingga dapat

memacu guru untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan

apa yang diharapkan.

C. Semangat kerja

1. Pengertian Semangat kerja

Semangat kerja dalam konteks penelitian ini adalah konsep moral.

Semangat kerja dalam arti harfiah adalah keadaan disiplin dan semangat.

Menurut (Hornby,1986). dalam Nawawi (2009) di kamus Oxford Advanced

Dictionary, disebutkan “morale: the amount of confidence euthusiasm,

determination, tc, that person or group has at a particular time” (morale sebagai

kesanggupan, semangat, kesediaan menjalankan suatu tugas disertai pengorbanan

yang setinggi-tingginya).

Kemudian moral kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tingkah

laku yang terwujud dalam bentuk semangat dalam kerjanya. “Morale was

regardes as the attitude and behavior which denoted a willingness to be involved

in its work ( Lucio dkk, Bafadal, 2009 )


Dalam tulisannya Sulipan (2011) juga menegaskan morale adalah

suasana batiniah seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku individu atau

perilaku organisasi. Suasana batiniah itu terwujud di dalam aktivitas individu pada

saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa

perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan

bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.

Suasana batin itu berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah

atau tidak bergairah dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, aspek

semangat kerja menyentuh aspek kemauan, kehendak, perasaan, pikiran dan sikap

dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi inilah yang dimaksud sebagai suasana

batin, dimana suasana ini mempengaruhi seseorang pada usahanya dalam

mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya.

Pendapat dari Hasibuan (2009:94) mangatakan bahwa semangat kerja

adalah keinganan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan

baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja, sedangkan menurut Sri

Widodo (2015:104) semangat kerja adalah mencerminkan kondisi karyawan

dalam lingkungan kerjanya. Morale (reaksi menta) tidak dapat diraba dan

dirasakan, tetapi kualitasnya dapat ditentukan dengan cara mengobservasi

bagaimana cara sesorang bertingkah laku. Dalam hal ini dibedakan menjadu dua

macam yaitu morale kerja rendah yang menghasilkan kerja kurang efektif dan

kurang efisien, yang dapat menimbulkan kekecewaan, kerugian, kemunduran atau

hal lain yang kurang baik bagi lembaga. Sedangkan morale kerja tinggi
menghasilkan usha-usaha untuk memajukan pekerjaan atau tugas yang lebih

efektif dan membawa kepuasan kerja

Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin

dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya. Semangat kerja juga diartikan

sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaaan secara cepat dan lebih

baik (Alex Nitisemito, 2002:160). Semangat kerja diartikan sampai sejauh mana

karyawan bergairah dalam melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya (Siagian,

2010:57). Kemudian Widyarini (2009) mengatakan semangat kerja adalah kondisi

rohaniah atau perilaku individu yang dapat menimbulkan ketenangan yang

mendalam pada diri individu tersebut untuk bekerja dengan giat dan konsekuen,

sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik hasilnya agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Purwanto (2008:83) mendefinisikan semangat kerja adalah suatu yang

membuat orang-orang mengabdi kepada tugas dan pekerjaanya, dimana kepuasan

bekerja dan hubungan kekeluargaan yang mengairahkan menjadi bagian pada

pribadnya. Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama secara

disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya.

Pariata Westra (Suroso, 2012:16) mendefinisikan semangat kerja adalah

sikap individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mencurahkan

kemampuannya terhadap tugas secara menyeluruh. Semangat kerja sebagai reaksi

mental dan emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Lebih lengkap Davis

(2008) mendefinisian semangat kerja sebagai sikap individu atau kelompok


terhadap lingkungan kerjanya dan terhadap kerjasama sukarela dan sepenuhnya

kemampuan mereka demi kepentingan organisasi

Alfred RL (Sari, 2008:27) Mendefinisikan semangat kerja adalah sikap

individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap

kegiatannya. Moekijat (Sari, 2008:3) mengartikan semangat kerja adalag

kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan terpadu.

Menurut Winda (2008) semangat kerja adalah kesedian perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk mrnghasilkan kerja lebih banyak dan

lebih baik. Dengan demikian semangat kerja menggambarkan perasaan senang

yang mendalam dan merasa puas terhadap pekerjaan.

Definisi lain yang dikemukakan The Liang Gie (2007:10) yang

menjelaskan bahwa “semangat kerja manusia adalah perasaan kejiwaan yang

menimbulkan kesediaan pada kelompok orang untuk bersatu padu secara erat

dalam usaha-usahanya untuk mencapai tujuan bersama”. Nawawi (2009:122)

selanjutnya menjelaskan pengertian moral sebagai berikut:” moral adalah suatu

suasana bathin yang mempengaruhi tujuan individu dan tujuan organisasi.

Suasana bathin itu berupa perasaaan senang atau tidak senang, bergairah atau

tidak bergairah, bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Dalam berbagai definisi tersebut terkandung pengertian-pengertian

melingkupi hal sebagai berikut:


a. Semangat kerja adalah gejala psikologis, baik berupa perasaan, sikap,

suasana batin, maupun berupa reaksi mental lainnya, yang diekspresikan

dalam bentuk merasa senang atau tidak senang, merasa bergairah atau

tidak bergairah, dan bersemangat atau tidak bersemangat.

b. Sikap atau perasaan ini tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan

sesuatu yang disikapi atau ditanggapi yang dalam hal ini adalah pekerjaan

itu sendiri dan lingkungan dimana kerja itu dilakukan.

c. Sikap atau perasaan dapat dapat berupa sikap atau perasaan individual,

atau sikap perasaan kelompok.

d. Sikap atau perasaan ini berpengaruh baik terhadap tujuan individu,

maupun terhadap tujuan kelompok.

e. Sikap atau perasaan direalisasikan dalam bentuk perilaku seperti bekerja

lebih rajin, bekerja dengan penuh kegembiraan, dan sebagainya. Namun,

di lain pihak, dapat berupa ketidakhadiran dan keluhan-keluhanDalam

berbagai definisi tersebut terkandung pengertian-pengertian melingkupi

hal sebagai berikut:

f. Semangat kerja adalah gejala psikologis, baik berupa perasaan, sikap,

suasana batin, maupun berupa reaksi mental lainnya, yang diekspresikan

dalam bentuk merasa senang atau tidak senang, merasa bergairah atau

tidak bergairah, dan bersemangat atau tidak bersemangat.

g. Sikap atau perasaan ini tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan

sesuatu yang disikapi atau ditanggapi yang dalam hal ini adalah pekerjaan

itu sendiri dan lingkungan dimana kerja itu dilakukan.


h. Sikap atau perasaan dapat dapat berupa sikap atau perasaan individual,

atau sikap perasaan kelompok.

i. Sikap atau perasaan ini berpengaruh baik terhadap tujuan individu,

maupun terhadap tujuan kelompok.

j. Sikap atau perasaan direalisasikan dalam bentuk perilaku seperti bekerja

lebih rajin, bekerja dengan penuh kegembiraan, dan sebagainya. Namun,

di lain pihak, dapat berupa ketidakhadiran dan keluhan-keluhan.

Maka semangat kerja adalah gejala psikologis atau reaksi mental

seseorang yang diekspresikan dalam sikap terhadap suatu pekerjaan dan

tanggung jawabnya. Sikap atau perasaan ini dapat bersifat individu atau

kelompok disertai potensi positif atau negatif yang mengkontribusi pula

terhadap tujuan individu maupun organisasi

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya atau melemahnya semangat

kerja menurut Alex S. Nitisemito (2010:167), yaitu :

a) Kurangnya Disiplin Kerja, Kurangnya kedisiplinan akan mempengaruhi

terhadap penyelesaian kerja, sehinggaseseorang dituntut untuk

menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

b) Penempatan pegawai yang tidak tepat. Penempatan pegawai yang tidak

sesuai dapat mengakibatkan semangat kerja menurun karena pekerjaan

yang dibebankan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pegawai.


c). Lingkungan kerja yang buruk. Lingkungan kerja yang buruk akan

mengganggu konsentrasi seseorang dalam bekerja, sehingga apa yang

mereka kerjakan tidak sesuai yang diharapkan.

d). Upah yang rendah. Upah yang terlalu rendah akan mengakibatkan

seseorang lesu dalam bekerja, karena kebutuhan atau hidupnya tidak

terpenuhi dari pekerjaan yang dia kerjakan sehingga semangat kerja akan

menurun.

e) Gaya Kepemimpinan yang buruk. Gaya kepemimpinan yang buruk akan

mempengaruhi semangat kerja seseorang dalam bekerja, karena apabila

pemimpin terlalu otoriter dan hanya mementingkan kepentingan tanpa

memperdulikan seseorang, maka semangat kerja akan menurun.

f) Kurang informasi Kurangya informasi yang diberikan kepada seeorang

akan mengakibatkan lambatnya penyelesaian pekerjaan yang dilakukan .

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turunnya semangat kerja ini

saling berkaitan satu dengan yang lainnya, maka hendaknya kepala sekolah

harus dapat mengurangi faktor faktor tersebut dengan baik agar tidak menjadi

masalah yang mengakibatkan semangat kerja guru menurun.

Pentingnya Semangat Kerja Ada beberapa alasan pentingnya

semangat kerja bagi organisasi atau perusahaan (Tohardi, 2011: 425)

1) Dengan adanya semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka

pekerjaan yang diberikan kepadanya atau ditugaskan kepadanya akan

dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat dan lebih cepat.
2) Dengan semangat kerja yang tinggi, tentunya dapat mengurangi angka

absensi (bolos) atau tidak bekerja karena malas.

3) Dengan semangat kerja yang tinggi, pihak organisasi atau perusahaan

memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan, karena

seperti diketahui bahwa semakin tidak puas dalam bekerja, semakin tidak

bersemangat dalam bekerja, maka semakin besar pula angka kerusakan.

4) Dengan semangat kerja yang tinggi, otomatis membuat pekerja atau

karyawan akan merasa betah (senang) bekerja, dengan demikian kecil

kemungkinan karyawan tersebut akan pindah bekerja ketempat lain,

dengan demikian berarti semangat kerja yang tinggi akan dapat menekan

angka perpindahan tenaga kerja atau labour turn over.

5) Dengan semangat kerja yang tinggi juga dapat mengurangi angka

kecelakaan, karena karyawan yang mempunyai semangat kerja yang

tinggi mempunyai kecenderungan bekerja dengan hati-hati dan teliti,

sehingga sesuai dengan prosedur kerja yang ada di organisasi atau

persahaan tersebut.

Tinggi rendahnya semangat kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Minat/perhatian seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Bilamana

seseorang merasa bahwa minat atau perhatiaan sesuai dengan jenis atau sifat

dari pekerjaan yang dilakukan maka semangat kerja akan tinggi.


b. Faktor upah/gaji. Gaji atau upah yang tinggi dipandang sebagai factor yang

mempengaruhi moral kerja. Sebaliknya gaji atau upah yang rendah dapat

membuat semangat kerja seseorang rendah.

c. Status sosial dari suatu pekerjaan. Suatu pekerjaan yang mempunyai status

sosial yang tinggi, dan dapat memberikan posisi yang lebih baik bagi

seseorang akan mempertinggi semangat kerja.

d. Suasana kerja dan hubungan-hubungan antara manusia dalam pekerjaan.

Factor suasana kerja dan factor hubungan kemanusiaan yang baik dalam kerja,

yang memungkinkan setiap orang merasa dirinya diterima dan dihargai dalam

kelompok dimana bekerja, dapat mempertinggi semangat kerja.

e. Tujuan dari suatu pekerjaan. Sesuatu pekerjaan yuang tujuannya bersifat mulia

akan mengakibatkan seseorang bersedia untuk mengabdikan diri, dan bersedia

menderita demi terwujudnya tujuan dari pekerjaan yang dikerjakan itu

(Nawawi,2009:123).

3. Unsur-unsur Semangat Kerja

Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja,

tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan

pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja

(Hersey, 2007:67), untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut di

uraikan penjelasan masing-masing

a) Presensi, Presensi merupakan data kehadiran guru yang berkenaan dengan

tugas dan kewajibannya. Pada umumnya instansi/ lembaga selalu mengharapkan


pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, dengan harapan pekerjaan tidak

tertunda. Kehadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap hasil kerja.

b) Disiplin kerja, Disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu

peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi atas dasar kesadaran dan keinsafan,

bukan karena adanya paksaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan disiplin

merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan

peraturan yang ada. c) Kerjasama, kerjasama merupakan tindakan konkret

seseorang dengan orang lain. Kerja sama juga diartikan sebagai suatu sikap dari

individu maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar

dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Keberhasilan atau

kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang yang terlibat.

Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik antara semua pihak dalam

organisasi, baik dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan. d) Tanggung

jawab, tanggung jawab merupakan keharusan seseorang melaksanakan kegiatan

selayaknya sesuai dengan apa yang telah diwajibkan. Tanggung jawab juga

merupaka kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah

diwajibkan kepadanya dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan kelalaian, maka

seseorang dapat dituntut. e) Produktivitas kerja, produktivitas kerja adalah rasio

antara kerja yang dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan.

Produktivitas kerja juga diartikan sebagai efisiensi modal dan waktu yang

digunakan dalam bekerja. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berhubungan dengan tenaga kerja, keterampilan, disiplin, sikap mental,


etika, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja,

manajemen dan prestasi.

Semangat kerja merupakan suatu kondisi yang mencerminkan

kegairahan, keteguhan hati dan rasa persatuan dalam kelompok kerja yang akan

mempengaruhi seseorang untuk bekerja lebih cepat dan lebih baik. Agar mencapai

suatu prestasi kerja yang maksimal, aspek-aspek dalam semangat kerja, menurut

Hersey; (Widyarini, 2009) adalah kegairahan atau antusias, kualitas untuk

bertahan, kekuatan untuk melawan tekanan kerja, semangat berkelompok, dan

tinjauan terhadap gaji dan penghargaan. Jika karyawan memiliki kegairahan

dalam bekerja maka dalam hal ini karyawan memiliki dorongan untuk melakukan

pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Karyawan yang memiliki semangat kerja tinggi

adalah karyawan yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-

kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya.

Ada beberapa cara menurut Nitisemito (2010:79) untuk memberikan

motivasi kepada karyawan dalam meningkatkan semangat kerja. Langkah-

langkah yang harus ditempuh antara lain adalah: a) Memberikan gaji yang cukup,

b) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkembang, c)

Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat, d) Menciptakan suasana santai, e)

Memberikan insentif yang terarah, f) Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan

dan g) Menyertakan karyawan untuk diajak berunding.

4. Indikator Semangat Kerja

Semangat kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok

untuk saling bekerja sama dengan giat, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan. Semangat kerja dapat diukur

melalui indikator sebagai berikut: (1) presensi pegawai di tempat kerja, (2)

tanggung jawab terhadap pekerjaan, (3) disiplin kerja, (4) kerja sama dengan

pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja

(Hersey, 1993:67).

Nawawi (2009) mengatakan indikator penentu semangat kerja berupa:

(a) kesungguhan, (b) disiplin, (c) kegairahan, (d) keramahan, (e) kerjasama, (f)

melakukan inovasi, (g) memelihara etika dan (h) keberhasilan.

a. Kesungguhan adalah suasana batin untuk dapat mencapai hasil yang optimal

dalam peekerjaan dengan penuh kesungguhan hati, melaksanakan tugas dan

kewajiban dengan sebaik-baiknya serta tidak akan berputus asa dalam

menghadapi dan melaksanakan tugas.

b. Disiplin merupakan sikap untuk mematuhi disiplin kerja yang berlaku di

tempat tugas, melakukan tugas yang dibebankan pimpinan dengan sebaik-

baiknya, melakukan tugas sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

digariskan pimpinan.

c. Kegairahan merupakan suasana batin dan sikap seorang karyawan yang

mempunyai penampilan di tempat kerja, karena merasa senang dan gembira

dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan, walaupun tugas itu

dirasakan berat, Selanjutnya walaupun gaji dan tunjangan yang diterima

hanya cukup untuk hidup sederhana, namun tugas tetap dilaksanakan dengan

senang hati. Pekerjaan yang dilaksanakan merupakan pekerjaan menarik

sehingga dapat bekerja dengan penuh kegembiraan.


d. Keramahan adalah sikap yang ramah terhadap pegawai yang lain di tempat

melaksanakan tugas.

e. Kerja sama dilakukan dengan selalu menjalin komunikasi dengan rekan-

rekan yang lainnya, di tempat kerja dengan memberi semangat untuk

melaksanakan semua tugas, menciptakan hubungan-hubungan kerja sama

dengan pegawai lainnya di tempat kerja, melaksanakan kegitan di lapangan

secara kerjasama sesuai dengan kebijakan pemerintah.

f. Melakukan inovasi dapat dilakukan dengan membuat sarana sendiri dengan

menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh. Selain dari tugas-tugas

administrasi juga dapat menjalankan tugas-tugas lain yang dibebankan.

Menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia agar pekerjaan selesai

tepat waktu. Karyawan dapat tampil sebagai pengambil inisiatif dalam

melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja. Karyawan merasa selalu turut

aktif dalam kegiatan bersama pegawai yang lain tempat kerja dan berusaha

untuk menjadi pegawai yang terdepan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Memperlihatkan sifat percaya diri dalam pelaksanaan tugas-tugas di tempat

kerja dan melakukan berbagai cara untuk meolong pegawai lain untuk lebih

giat bekerja agar menghasilkan perkerjaan yang bermutu. Melakukan inisiatif

dan memperhatikan kegiatan pegawai lain yang melaksanakan tugas baik

karena kewajiban maupun karena pekerjaan tambahan.

g. Memelihara etika dalam melaksanakan tugas dapat menciptakan suasana

persahabatan dengan pegawai lain. Seorang pegawai dapat memelihara etika

dengan tidak selalu meminta penjelasan dari atasan dan selalu berusaha
memperibaiki, mengembangkan kepribadian dan meningkatkan efiesiensi

kerja.

h. Keberhasilan adalah hasil yang perlu dicapai dengan tidak pernah menunda-

nunda pekerjaan yang merupakan tugas dan tanggung jawabnya, selalu

melaksanakan administrasi dengan teratur dan teliti, selalu berusaha

memecahkan setiap masalah yang dihadapi baik di tempat tugas maupun di

luar tempat tugas

D. Kinerja guru.

1.Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja berasal dari kata, job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang). Menurut Mangkunegara (2007) “kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance .

job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.

Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari

oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.

Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat

berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana

pendapat Davis (2007) bahwa faktor yang dapat memengaruhi pencapaian kinerja

adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) atau dengan
kata lain, “performance ability + motivation”.

Seperti diketahui banyak orang yang mampu bekerja tetapi tidak

mempunyai motivasi untuk melaksanakan sesuatu maka menghasilkan kinerja,

demikian juga banyak orang yang termotivasi tetapi tidak mampu melaksanakan

suatu pekerjaan maka juga menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja adalah sesuatu

yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja. Dengan

kata lain kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja.

Menurut Mangkunegara (2009) istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Senada dengan pendapat diatas, Rusman (2012) menyatakan bahwa

kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat diartikan prestasi

kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.

Rivai (2009) menyatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai

oleh seseorang dalam melaksankan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar

dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kemudian Senada

dengan pendapat di atas, Suwatno (dalam Barnawi & Arifin, 2012) mengatakan

bahwa kinerja merupakan prestasi kerja nyata yang ditampilkan seseorang setelah

menjalankan tugas dan perannya dalam organisasi.

Selanjutnya, menurut pendapat Suntoro (dalam Pabundu Tika, 2010)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang 10
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu.

Menurut Barnawi dan Arifin (2012), guru merupakan pendidik dengan

tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi pembelajaran siswa.

Selanjuntnya menurut Djamarah dan Zain (2006) guru ialah tenaga

pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di

sekolah. Selanjutnya Rusman (2012) menambahkan bahwa wujud perilaku guru

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

merupakan prestasi kerja atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seorang guru

atau sekelompok guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab

dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditentukan dalam

rangka mencapai tujuan dan cita-cita pendidikan.

2.Penilaian Kinerja Guru

Untuk menilai kinerja guru, perlu tersedia data yang akurat mengenai

sejumlah potensi yang dimiliki guru sehingga menghasilkan data yang konsisten

(terpercaya) dan dianggap benar agar dapat diukur (valid). Sistem penilaian yang

terpercaya menghasilkan penilaian yang sama dalam menilai guru bukan hanya

pada saat melakukan penilaian, melainkan juga ketika tidak melakukan penilaian
secara formal, hasilnya akan sama karena prosedurnya sama dan tepercaya. Untuk

itu perlu ada kriteria dan standar kinerja. Kriteria kinerja harus dikaitkan dengan

pekerjaan yang dengan mudah dilakukan analisis jabatan. Kontribusi guru

terhadap sekolah kemudian dievaluasi berdasarkan kriteria tersebut dan mencapai

hasil berdasarkan ketentuan dalam analisis jabatan

Penilaian kinerja menurut Nawawi (2009) adalah usaha mengidentifikasi,

mengukur (menilai) dan mengelola (manajemen) pekerjaan yang dilaksanakan

oleh pekerja di lingkungan organisasi/ perusahaan. Dalam konteks pendidikan

penilaian ini adalah mengidentifikasi dan mengukur hasil unjuk kerja yang telah

dilakukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar

dan pendidik.

Penilaian kinerja terhadap guru sangat bermanfaat bagi dinamika

perkembangan madrasah. Melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui

kondisi riil guru dilihat dari kinerjanya. Dengan demikian, data-data dari hasil

kinerja tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan, misalnya terkait dengan identifikasi kebutuhan program sekolah,

promosi, mutasi pegawai, sistem imbalan dan lain sebagainya.

Penilaian kinerja membantu guru-guru dalam mengenal tugasnya dengan

lebih baik. Dengan demikian, guru akan menjalankan proses belajar yang efektif

mungkin untuk kemajuan siswa dan pendidikan. Disamping itu penilaian dapat

membei masukan yang berharga dalam membantu memenuhi kebutuhan guru

akan pengembangan profesi dan kariernya, misalnya melalui latihan dalam

tugasnya (In – service training).


Secara umum PKG memiliki dua fungsi utama, seperti yang dikemukakan

Kemdiknas (2010) berikut ini :

1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan

keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran, pembimbingan, atau

pelaksanaan tugas tambahan yang relevan denga fungsi sekolah/madrasah.

Dengan demikian, profil kinerja yang menggambarkan kekuatan dan

kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan

atau audit keterampilan untuk setiap guru yang dapat digunakan sebagai basis

untuk merencanakan PKB.

2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja

pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan

dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. oleh

karena itu, kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian

dari proses pengembangan karier dan promosi guru untuk kenaikan pangkat

dan jabatan fungsionalnya.

Penilaian kinerja dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas

pembelajaran, pembimbingan, dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan,

kompetensi yang dijadikan dasar penilaian kinerja guru adalah kompetensi

pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat

kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus mewarnai

perilaku dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam pembelajaran


dan pembimbingan. Dalam pada itu, tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah, penilaian kinerja dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu

sesuai dengan tugas tambahan yang diembannya (misalnya; sebagai kepala

sekolah/madrasah, pengelola perpustakaan, dan lain sebagainya, sesuai Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

16 Tahun 2009).

Memahami uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa hakikat penilaian kinerja

guru adalah untuk meningkatan kinerja guru melalui pembinaan dan pengawasan

yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pembinaan dan

pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh sesama guru, kepala sekolah, dan

pengawas sehingga diperoleh guru profesional sebagai basis peningkatan kualitas

pendidikan. Pelaksanaan penilaian kenerja guru dimaksudkan bukan untuk

membebani atau menyulitkan guru, tetapi mewujudkan guru yang profesional,

karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan yang

diberikan oleh para anggotanya.

Penilaian kinerja memberikan jaminan bahwa guru dapat bekerja atau

melaksanakan pekerjaannya secara profesional dan mampu memberikan layanan

yang berkualitas terhadap masyarakat, khususnya peserta didik. oleh karena itu,

untuk meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional dibidangnya dan

sebagai penghargaan atau prestasi kerjanya, penilaian harus dilakukan terhadap

guru pada setiap satuan pendidikan, baik di lingkungan formal maupun

nonformal, yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas dan bekerja pada satuan
pendidikan dibawah kewenangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi

juga yang bekerja pada satuan pendidikan di lingkungan Kementrian Agama.

Penilaian kinerja ini tidak terbatas pada guru, tetapi juga terhadap kepala sekolah

dan pengawas, serta seluruh tenaga kerja pendidikan lainnya agar semuanya dapat

bekerja sesuai dengan standar.

Penilain kinerja juga diharapkan dapat mengatasi kesenjangan guru dengan

guru, antara guru dengan kepala sekolah dan pengawas, sehingga hasilnya dapat

menjadi masukan yang sangat berharga bagi pengembangan pendidikan dan

pengembangan karier guru pada khususnya. Dalam hal ini, hasil penilaian kinerja

dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri bagi guru sehingga dia tau kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan yang dimilikinya sebagai bahan untuk

mengembangkan potensi, karier dan profil kinerja yang dapat dijadikan acuan

dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjuatan (PKB).

Hasil penilaian kinerja juga merupakan dasar untuk melakukan perbaikan,

pembinaan dan pengembangan, serta memberikan nilai prestasi kerja dan

perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karirnya sesuai dengan

peraturan yang berlaku. jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan

obyektif, pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing dapat segera diwujudkan

sehingga kita dapat membangun bangsa yang bermartabat, yang mampu bersaing,

bersanding dan bertanding dengan negara-negara lain dalam tatanan global sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman serta perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni mutakhir. Hal ini dimungkinkan karena guru
yang memiliki kinerja dan dedikikasi tinggi akan dapat merencanakan,

melaksanakan, dan menilai pembelajaran secara efektif, efesien dan akuntabel.

Berdasarkan aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja guru sebagaimana

diuraikan di atas, dapat dikemukakan bahwa guru yang baik dan profesional

minimal harus memenuhi dua kategori, terutama berkaitan kapabilitas dan

loyalitas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Dalam sebuah organisasi atau sekolah setiap individu (guru)

mempunyai karakter yang berbeda-beda, demikian pun dengan kinerjanya

juga berbeda-beda. Kepala sekolah seyogianya memahami akan perbedaan-

perbedaan tersebut dan mengupayakan agar kinerja guru dapat maksimal. Di

sebagian besar organisasi khususnya sekolah, kinerja karyawan dalam hal ini

guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan organisasi.

Menurut Malthis dan Jackson (2007) ada tiga faktor yang memengaruhi

kinerja karyawan, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dan dukungan

organisasi. Hubungan ketiga faktor ini dapat tuliskan sebagai berikut.:

Kinerja (performance / P) = Kemampuan (ability/A) x Usaha (effort/E) x

Dukungan (Support/S)

Kinerja individu akan meningkat apabila ketiga komponen tersebut ada

dalam dirinya, akan tetapi kinerja akan berkurang apabila salah satu komponen ini

dikurangi atau tidak ada. Misalnya ada seorang pekerja memiliki kemampuan

untuk melakukan pekerjaan dan bekerja keras, tetapi organisasi memberikan

peralatan yang kuno sehingga pekerjaan tersebut lebih lambat.


berdasarkan pendapat Gibson (1995:56) dalam Suharsaputra (2010:147)

bahwa kinerja seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dipengaruhi

oleh: (a) Variabel Individu, (b) Variabel Organisasi, (c) Variabel Psikologis.

Pendapat tersebut di atas menggambarkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang adalah faktor individu dengan karakteristik

psikologisnya yang khas, dan faktor organisasi berinteraksi dalam suatu proses

yang dapat mewujudkan suatu kualitas kerja dalam suatu lingkungan kerja

seseorang tersebut. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang

ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga

proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Pendapat Keith Davis (1994:484) yang dikutip oleh Mangkunegara

(2009:67) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

adalah: (1) faktor motivasi (motivation), dan (2) faktor kemampuan (ability).

Terkait dengan kinerja, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi

kinerja guru, salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Krietner dan

Angelo Kinicki (2008) mengatakan Mathieu dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa bawahan dengan kebutuhan berprestasi rendah lebih

suka kepemimpinan yang direktif (yang berorientasi tugas), sementara

bawahan dengan kebutuhan berprestasi tinggi menginginkan kepemimpinan

sportif (yang berorientasi pada hubungan antar manusia.

Jadi, berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, dapat dikatakan /bahwa

faktor yang memengaruhi kinerja seseorang dapat berasal dari dalam individu itu

sendiri seperti motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan. Ada juga faktor dari
luar individu itu seperti iklim kerja, tingkat gaji, dan lain sebagainya.

4. Tujuan Penilaian Kinerja guru

Depdiknas (2010) menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian

antara lain: a), pengembangan staf melalui in-service training, b). pengembangan

karier melalui in-service training, c). hubungan yang semakin baik antara staf dan

pemimpin, d). pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi, e).

hubungan produktif antara / penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan

sekolah, f).kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa, g). peningkatan moral

dan efisiensi sekolah.

Senada dengan pendapat di atas, Rival (2009) mengungkapkan tujuan

penilaian kinerja karyawan adalah a), untuk mengetahui tingkat prestasi

karyawan, b). pemberian imbalan yang serasi, c). mendorong pertanggungjawaban

dari karyawan, d). meningkatkan motivasi kerja, e). meningkatkan etos kerja, f).

memperkuat hubungan antara karyawan dan supervisor melalui diskusi kemajuan

kerja mereka, g). sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan

untuk memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, h). riser seleksi sebagai

kriteria keberhasilan, i). sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja, j). untuk

mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan, dan k). pemutus

hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.

Depdiknas (2010) menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja

adalah membantu dalam (a) pengembangan profesi dan karier guru, (b)

pengambilan kebijaksanaan per sekolah, (c) cara meningkatkan kinerja

guru, (d) penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru, (e)
mengidentifikasi potensi guru untuk program in-service training, (f) jasa

bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang mempunyai

masalah kinerja (g) Penyempurnaan manajemen sekolah, (h) penyediaan

informasi untuk sekolah.

5. Dimensi kinerja guru

Dimensi atau standar kerja merupakan s hal penting untuk mengevaluasi

kinerja guru, Uno (2007), menyebutkan beberapa dimensi dalam kinerja

seseorang, bebearpa dimensi itu adalah: (1) kualitas kerja, (2) kecepatan/ketepatan

kerja, (3) inisiatif dalam kerja, (4) kemampuan dalam kerja, dan (5) kemampuan

mengkomunikasikan pekerjaan, melalui dimensi-dimensi inilah kenerja seseorang

mudah untuk dinilai.

Kualitas kerja ditandai dengan membuat perncanaan pengajaran dengan

tepat, melaksanakan penilaiann hasil belajar, teliti dalam menjelaskan bahan ajar,

dan menerapkan hasil penelitian. Sementara itu kecepatan/ketepatan kerja

diindikasikasi dengan menerapkan beberapa hal baru dalam pembelajaran,

menjelaskan bahan ajar sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa, serta

menyelesaikan program pengajaran sesuai dengan kalender akademik. Kemudian

Inisiatif dalam kerja diukur dengan indikator: menggunakan media dalam

pembelajaran, menyelengaraakan pengadministrasi sekolahn dengan baik,serta

menciptakan hal baru yang lebih efektif berkenaan dengan administrasi sekolah.

Selanjutnya pada kemampuan kerja diukur melalui indikator mampu dalam

mengelola kelas, mampu mengelola interaksi proses belajar mengajar, mampu

melaksanakan penilaian hasil belajar, dan menguasai landasan pendidikan.


Terakhir adalah komunikasi yang diukur melalui indikatir komunikasi ini

diantaranya adalah: melaksanakan layanan bimbingan belajar,

mengkomunikasikan hal-hal baru dalam pembelajaran, menggunakan bermacam

tehnik dalam mengelola proses belajar mengajar, serta terbuka dalam menerima

masukan untuk perbaikan pembelajaran. (Uno, 2007:94).

E. Hasil Penilitian yang Relevan

Pembahasan terhadap penelitin tedahulu yang relevan dimaksudkan untuk

memberikan gambaran tentang kelayakan penelitian tentang “ Hubungan antara

Kepemiminan kepala Sekolah , motivasi kerja, semangat kerja dan Kinerja guru

SMP di Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin” Berikut ini beberapa

hasil penilitian yang relevan dari penelitian sebelumnya:

Penelitian yang berhubungan dengan semangat kerja dan disiplin kerja

dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Se Tabalong selatan dilakukan

Misrani (2013) “Hubungan semangat kerja dan disiplin kerja dengan kinerja guru

Madrasah Tsanawiyah Se Tabalong Selatan”. Hasil penelitian menunjukan

bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara variable semangat kerja dengan

kinerja. (2) Ada hubungan yang positif antara disiplin kerja dengan kinerja guru.

(3) Ada hubungan positif secara stimultan antara semangat kerja dan disiplin

kerja dengan Kinerja.

Penelitian yang berhubungan dengan peran kepala sekolah motivasi dan

kinerja dilakukan Yuli Hastuti (2015) “Hubungan peran kepemimpina kepala

sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru pada Sekolah Dasar Negeri Di

Kecamatan Astambul” Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat


hubungan yang positif dan signifikan antara (1) peran kepemimpinan kepala

sekolah dan kinerja guru, (2) motivasi kerja dan kinerja, (3) peran kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi kerjs terhadap kinerja guru

Penelitian mengenai hubungan kepemimpin kepala sekolah dan kinerja guru

dilakukan Triyogo (2016), “Kontribusi perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja guru, terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri Se

kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa: (1) ada kontribusi pelaku kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri Se kecamatan Pulau Laut Utara

Kabupaten Kotabaru, (2) ada kontribusi motivasi kerja guru terhadap kinerja

mengajar guru SMP negeri Se kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten

Kotabaru, (3) ada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP

negeri Se kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru.

Penelitian yang lain dilakukan Irwan Saputra (2016) “Pengaruh

kepemimpinan situasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru pada Madrasyah Aliyah Di Kabupaten Kapuas” Hasil penelitian

menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh kepemimpinan situasional kepala

sekolah terhadap kinerja guru Madrasyah Aliyah di Kabupaten Kapuas, (2) Ada

pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru Madrasyah Aliyah di Kabupaten

Kapuas,(3) Terdapat pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah dan

motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada Madrasyah

Aliyah di Kabupaten Kapuas, (d) Besar kontribusi relative kepemimpinan


situasional kepasla sekolah terhadap kinerja guru adalah 58,4%, sedangkan

besarnya sumbangan efektif 8%, (e) Motivasi kerja mempunyai hubungan

relative terhadap kinerja guru 74,8%.

Penelitian yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan

etos kerja dengan prestasi kerja dilakukan Taberani (2016) “Hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dan etos kerja dengan prestasi kerja guru

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten Banjar “ Hasil

penelitian (1) Ada hubungan yang positif dan signifiksn antara kepemimpinan

kepala sekolah dengan prestasi kerja. (2) Ada hubungan antara eto kerja dengan

prestasi kerja guru., (3) Ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan

etos kerja dengan prestasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Tatah

Makmur Kabupaten Banjar.

Penelitian berhubungan dengan semangat kerja dilakukan Rahma Widayanti

(2017), “Kontribusi komunikasi dan kepemimpinan kepala Sekolah terhadap

semangat kerja guru Madrasyah Tsanawiyah Negeri Se Kabupaten Balangan”.

Dari hasil analisis data didapatkan kontibusi variable komunikasi dengan nilai

pengaruh sebesar 0,283 ( 28.3%) terhadap semangat kerja guru pada tiap

penambahan 1 nilai komunikasi, kontribusi variable kepemimpina kepala sekolah

dengan nilai pengaruh sebesar 0,188 (18,8 %) terhadap semangat kerja guru pada

setiap penambahan 1 nilai kepemimpinan kepala sekolah, secara bersama-sama

memberikan kontribusi variable komunikasi kepala sekolah dan juga variable

kepala sekolah.
Memberikan pengaruh dengan nilai sebesar 36,3 % terhadap semangat kerja

guru. Sedangkan sisanya sebesar 63,70% dijelaskan variable lain.

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritis, kajian pustaka dan penelitian yang relevan

dapat disimpulkan kerangka berpikir sesuai dengan lingkup penelitian yang

berhubungan dengan tiga variable yaitu kepemimpinan kepala sekolah, motivasi

kerja dan semangat kerja sebagai variable terikat (depedent variable), kinerja guru

sebagai variable bebas (Independent variable), Kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru

SMP di kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

Kepala sekolah sebagai pimpinan yang tertinggi di sekolah memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap guru dan staf sekolah dan menjadi

barometer dalam kemajuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan

bagaimana kepala sekolah memberikan pembinaan yang baik kepada guru dan

staf sekolah, sehinggaa mampu menumbuhkan motivasi guru dan staf sekolah

melalui bimbingan , dorongan dan tanggungjawab yang diberikan. Selanjutnya

motivasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja guru. Motivasi merupakan

dorongan untuk menggerakan , mendorong sikap dan tingkah laku untuk

bekerja. Semakin tinggi motivasi guru, akan semakin kuat dorongan yang

timbul untuk bekerja giat.


Leadership and motivation are like brother and sister, it is to leader duty

motivate others. Kepemimpinan dan motivasi seperti kakak dan adik, kewajiban

seorang pemimpin memotivasi bawahannya. (Adair,2007:7).

Dengan demikian jika kepala sekolah menerapkan kepemimpinan dengan

baik akan memberikan dampak terhadap tingginya motivasi guru sebagai

dorongan untuk bekerja dan berprestasi lebih baik dan berkualitas dari

sebelumnya.

2. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan semangat kerja guru

SMP Di kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin

untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan ikhlas

menyumbangkan kemampuannya semaksimal mungkin untuk memenuhi tujuan

yang telah ditetapkan.Sebagaimana pendapat Dharma (2003:136),

kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok

untuk mencapai tujuan .

Kepala sekolah yang baik harus mampu membimbing dan menagarahkan

guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas mereka tanpa rasa keterpaksa

Kepala sekolah harus menjadi teladan yang baik bagi guru dan staf sekolah,

jika kepala sekolah bersemangat dalam melakukan tugasnya. Guru dan staf

sekolah akan terpenguh dan bersemangat juga dalam melakukan tugas mereka.

Hal ini dibuktikan pada penelitian Misrani yang menunjukan Ada hubungan

positif secara stimultan antara semangat kerja dan disiplin kerja dengan Kinerja
Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menggunakan berbagai macam

cara agar dapat mendorong dan mempertahankan semangat kerja guru.

Semangat kerja sebagai suasana bathin berupakan perasaan senang dan

tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dalam melakukan suatu pekerja

Dalam hal ini semangat kerja menyentuh aspek kemauan kehendak, perasaan,

pikiran dan sikap dalam melaksanakan tugas. Guru yang mempunyai semnagat

kerja tinggi dapat memberikan motivasi belajar siswa serta perbaikan

berkelanjutan melalui evaluasi belajar siswa untuk mencapai hasil yang

optimal.

3.Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP di

kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pendidikan, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana dan

lingkungan pendidikan. Dari sejumlah faktor tersebut, guru menempati

kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan

maksud tampa mengabaikan faktor yang lain.. Guru memerankan peran

penting dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Tugas guru di antranya

mentransfer ilmu, mendidik, membimbing dan mengarahkan cara belajar

kepada siswa, agar mencapai hasil yang optimal, oleh karena itu kinerja guru

menjadi perhatian utama, karena merupakan faktor penentu dalam

meningkatkan prestasi siswa.

Tinggi rendahnya kinerja guru akan berpengaruh terhadap kualitas

kelulusan siswa, yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap pencapaian


tujuan pendidikan. Kepala sekolah merupakan komponem pendidikan yang

berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.. Kepemimpinan kepala sekolah

yang baik harus dapat mengusahakan peningkatan kenerja guru melalui program

pembinaan kemampuan tenaga kependidikan., tenaga administaratif serta siswa.

Seorang pemimpin harus memperhatikan keseimbangan antara

pemahaman situasi tugas dan pemeliharaan hubungan baik dengan guru, tenaga

administratif maupun siswa. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang mampu menciptakan keseimbangan antara pelaksanaan tugas dan

hubungan baik. Bila ini tercita dengan baik, maka akan muda dalam mencapai

kinerja yang diingikan.

4.Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan semangat

kerja dengan kinerja guru SMP di kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin.

Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang dapat bersaing

dengan sekolah –sekolah unggul lainya merupakan salah satu tujuan sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan

kinerja yang berkualitas. Terwujudnya kinerja yang berkualitas sangat

ditentukan oleh manajemen yang baik dan benar. Pengelola manajemen

sekolah dikelola kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dan

pemimpin harus mempunyai strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

pendidik dan kependidikan.

Tabrani Rusyan (2000) mengungkapkan bahwa: kepemimpinan kepala

sekolah dapat memberikan motivasi kerja bagi peningkatan semangat kerja guru
dan hasil belajar siswa. Semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam

arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu memciptakan kegairaha kerja

dan mendorong guruan staf bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program

yang telah digariskan sehingga semangat kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa

meningkat.

Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer

pengethuan, membimbing, mengarahkan serta menuntun siswa dalam belajar.

Untuk itu guru harus berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai

tenaga professional yang bekerja dengan kinerja tinggi. Kinerja guru akan

optimal bila diaintegrasikan dengan komponen lainnya seperti adanya motivasi

dari kepala sekolah. Selanjutnya motivasi yang tinggi akan meningkatkan

semangat kerja guru.

Semakin tinggi motivasi guru, akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk

bekerja lebuh giat dalam melaksanakan tugas sebagai insane pendidik.

Motivasi kerja

Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Kinerja

Semangat Kerja

Gambar 1.1 hubungan variabel X1, X2,X3 dan Y

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah maka hipotesis

penelitian di rumuskan sebagai berikut:


1. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja

guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

2. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi

kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin.

3. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan semangat

kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin.

4.. Ada hubungan langsung motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

5. Ada hubungan langsung semangat kerja dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

6. Ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin.

7. Ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui Semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai peran kepemimpinan kepala sekolah Terhadap motivasi Kerja,

semangat kerja dan kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Banjarmasin timur

Kota Banjarmasin dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif. Maksudnya adalah mendeskripsikan

suatu fenomena seperti apa adanya, tidak ada perlakuan yang diberikan pada

subyek seperti penelitian eksprimen (Furqon, 2009:50).

Pendekatan kuantitatif artinya semua data/informasi diwujudkan kedalam

bentuk angka (kuantitatif) yang dianalisis dengan teknik statistik. Maksudnya

gejala-gejala atau indikasi-indikasi yang diteliti berupa data dan informasi digali

melalui angket kemudian dikonversikan atau diukur terlebih dahulu dalam bentuk

kuantitatif atau angka.

Ditinjau dari segi masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini

menggunakan teknik regresi. Tehnik regresi adalah penelitian yang sifatnya

mempridiksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai

variabel yang terdapat diantara diabel independen dimanipulasi atau dirubah-

rubah atau dinaik turunkan (Sugiyono, 2009:260).

Penelitian ini dimaksudkan mengetahui kinerja guru (Y) yang terdapat

antara tiga variabel, variabel tersebut adalah variabel kepemimpinan kepala

sekolah, (X1)motivasi kerja guru (X2), variabel semangat kerja (X3), sebagai

91
variabel bebas sedangkan variabel (Y) sebagai variabel terikat. Hubungan antara

variabel X1, X2 dan X3 serta Y digambarkan sebagai berikut:

Motivasi kerja

Kepemimpinan Kepala sekolah Kinerja

Semangat

Gambar 3.1

Hubungan antar variabel penelitian

Keterangan:

X1 : Variabel Motivasi Kerja

X2 : Variabel Semangat kerja

X3 : Variabel Kinerja guru

Y : Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Margono (2008), mendefinisikan populasi adalah keseluruhan objek peneliti yang

terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam

suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di

UPT Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin yang tersebar dari 7 sekolah. Untuk

lebih jelasnya tentang keadaan populasi dalam penelitian ini, dapat dilihat pada

tabel 3.1.

92
Tabel 3.1

Populasi Penelitian

No NAMA SEKOLAH ALAMAT JUMLAH

1 SMP Negeri 3 JL. Pangeran Antasari No 107 28 Orang

2 SMP Negeri 7 JL. Veteran RT.30 No 99 31 Orang

3 SMP Negeri 14 JL. Banua Anyar No.3 31 Orang

4 SMP Negeri 16 JL. Simpang Limau No.3 16 Orang

5 SMP Negeri 22 JL.Simpang Layang RT.7 No28. 17 Orang

6 SMP Negeri 23 JL.Prona RT 12 No 6. 32 Orang

7 SMP Negeri 30 Komp Rahayu RT.15 No16. 23 Orang

JUMLAH 188 Orang

2. Sampel

Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciri-

ciri diungkapkan dan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu,

jika kita menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang kita peroleh adalah

ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi. Sartono Wirodikromo (2007) menyatakan,

sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi atau

representative. Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar diamati,

diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel harus representative

artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel

yang diamati. Karena data yang diperoleh dari sampel harus dapat digunakan untuk

menaksir populasi, maka dalam mengambil sampel dari

93
populasi tertentu kita harus benar-benar bisa mengambil sampel yang dapat

mewakili populasinya atau disebut sampel representative. Sampel representative

adalah sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relative sama

dengan ciri karakteristik populasinya. Tingkat kerepresentatifnya sampel yang

diambil dari populasi tertentu sangat tergantung pada jenis sampel yang

digunakan, ukuran sampel yang diambil dan cara pengambilannya. Cara atau

prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut

tehnik sampling.

Untuk memperoleh sampel yang ideal maka harus memenuhi syararat-syarat

sebagai berikut:

a. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.

b. Dapat menentukan tingkat ketepatan (presisi) dari hasil penelitian dengan

menentukan penyimpangan baku (standar kesalahan) dari taksiran yang

diperoleh.

c. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.

d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-

rendahnya. (Singarimbun, 2000).

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Berdasarkan tabel 3.1 dari 188 guru maka sampel yang diambil

sebanyak 128 sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti (Arikunto S, 2013). Teknik pengambilan sampel secara

proportional random sampling, dengan perhitungan menggunakan rumus

Slovin:

94
n = N = 188 = 188 = 127,89 = 128 (dibulatkan)

1 + N (d²) 1 + 188 (0,05²) 1,47

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan = 0,05

Agar proporsional maka penentuan sampel setiap SMP Negeri di

Kecamatan Banjarmasin Timur dengan menggunakan rumus: Ni


N x n dan

didapat perincian sampel seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Distribusi Populasi dan Sampel SMP Negeri di Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

No Sekolah Jumlah Perhitungan Jumlah Sampel

Guru Hasil Pembulatan

1. SMP Negeri 3 28 (28/188) x 128 19.06. 19

2. SMP Negeri 7 31 (31/188) x 128 21.10 21

3. SMP Negeri 14 31 (31/188) x 128 21.10 21

4. SMP Negeri 16 16 (16/188) x 128 10.89 11

5. SMP Negeri 22 17 (17/188) x 128 11.57 12

6. SMP Negeri 23 32 (32/188) x 128 21.78 22

7 SMP Negeri 30 23 (23/188) x 128 15.65 16

JUMLAH 188 122

95
C. Instrumen Penelitian

Sugiono (2009), menjelaskan bahwa instrument penelitian digunakan

untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen merupakan alat ukur yang

digunakan untuk mengumpulkan data dilapangan untuk mendapatkan bukti

empiris. Langkah-langkah yang digunakan dalam penyusunan instrumen

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa setiap variabel menjadi sub variabel dan mengembangkannya

menjadi indikator-indikator kemudian dikembangkan menjadi instrumen

penelitian.

2. Menentukan jenis instrumen yang akan digunakan dalam hal ini peneliti

menggunakan skala likert.

3. Menyusun kisi-kisi instrumen sebagai pedoman dalam merumuskan item

istrumen. Dalam hal ini peneliti tetap memperhatikan ruang lingkup materi

penelitian, jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, waktu yang digunakan

dan tetap menggambarkan indikator setiap variabel.

4. Menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan.

5. Mengujicobakan instrumen untuk mengetahui tingkat Reliabilitas, validitas

dan keterbacaan setiap item.

Untuk mendapatkan data tentang motivasi kerja, semangat kerja, kinerja

guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah, instrumen penelitian ini

menggunakan skala likert yang terdiri lima alternative jawaban misalnya, A:

Sangat Setuju, B: Setuju, C: Ragu-ragu, D: Tidak Setuju, E: Sangat Tidak Setuju,

: Untuk pertanyaan yang bersifat positif maka; jawaban A diberi skor 5, B diberi

96
skor 4, C diberi skor 3, D diberi skor 2 dan E diberi skor 1. Jika pertanyaan

bersifat negative maka jawaban; jawaban A diberi skor 1, B diberi skor 2, C beri

skor 3, D diberi skor 4 dan E diberi skor 5.

Rancangan indikator angka berdasarkan variabel penelitian adalah sebagai

berikut: Angket kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur dengan indikator

sebagai berikut (a) Keterbukaan, Meliputi: (1) kepala sekolah merumuskan

kebijakan secara demokratis, musyawarah dengan bawahan, (2) kepala sekolah

mendelegasikan tugas dengan jelas terhadap guru sehingga guru dapat

melaksanakan tugas dengan baik, (3) kepala sekolah menetapkan/menentukan tata

tertib organisasi dan disepakati oleh guru atau warga sekolah. (b) Perhatian

terhadap bawahan, Meliputi: (1) Kepala sekolah membantu pekerjaan guru dan

staf sekolah, (2) kepala sekolah meningkatkan etika sosial dan semangat terhadap

staf, (3) kepala sekolah memberikan gambaran atas usaha perorangan, (4) kepala

sekolah mmeberi motifasi/dorongan, semangat dan penghargaan terhadap guru

dan staf sekolah dalam tugasnya. (5) kepala sekolah membimbing, membantu

guru dan staf sekolah yang mengalami kesulitan mengajar maupun masalah

pribad lainnya, (c) Interaksi, Meliputi (1) kepala sekolah membina hubungan

yang harmonis sesama warga sekolah, (2) kepala sekolah dapat menyesuaikan diri

dengan situasi organisasi yang telah dibentuk sekolah.(d) Pengambilan

kebijaksanaan keputusan,, meliputi: (1) kepala sekolah mengembangkan nilai-

nilai kehidupan sekolah yang demokratis terhadap warga sekolah dan (2) kepala

sekolah perduli terhadap kekurangan sekolah dan berusahan menyediakan,

melengkapinya

97
Tabel 3.3
Kisi-kisi instrument penelitian untuk variabel
kepemimpinan kepala sekolah

Variabel Sub Variabel Indikator No item


Kepemimpinan Keterbukaan 1..Kepala sekolah 1,2
kepala sekolah merumuskan kebijakan
secara demokratis,
musyawarah dengan
bawahan,
2..Kepala sekolah
mendelegasikan tugas 3,4
dengan jelas terhadap guru
sehingga guru dapat
melaksanakan tugas dengan
baik,
3.Kepala sekolah 5,6
menetapkan/menentukan
tata tertib organisasi dan
disepakati oleh guru atau
warga sekolah

Perhatian 1.Membantu pekerjaan agar 7,8


terrhadap mudah
bawahan 2. Meningkatkan moral dan 9,10
derajat
3. Memberikan ganjaran 11,12
4. Memberikan dorongan dan
penghargaan 13,14
5.Membantu mengatasi
masalah 15,16
6.Ramah dalam melakukan
pendekatan 17,18

Interaksi 1.Membina hubungan yang 19,20


harmonis
2.Bersedia memperbaikia 21,22
posisi yang telah terbentuk

Pengambilan 1.Mengembangkan nilai-nilai


kebijaksanaan kehidupan sekolah yang 23,24,25,26
keputusan demokratis
2.Perduli terhadap
kekurangan sekolah dan 27,28
berusahan menyediakan,
melengkapinya

98
2.Angket motivasi kerja dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

(1) Motivator faktors (factor-faktor pendorong), (2) Hygiene factors (Faktor-

faktor penyehat). 1.Faktor-faktor pendorong meliputi: (a) Prestasi, (b)

pengakuan, (c) peningktan, (d) tanggung jawab, sedangkan, 2.Faktor-faktor

penyehat meliputi: (1) Hubungan pribadi dengan rekan kerjanya, (b) hubungan

antar pribadi dengan bawahannya, (c) hubungan antar pribadi dengan atasannya,

(d) keamanan kerja, (e) kehidupan pribadi, kebijaksanaan dan administrasi, (g),

(h) gaji/penghasilan, dan (i) Kondisi kerja

Tabel 3.4
Kisi-kisi instrumen untuk variabel motivasi kerja guru

Variabel Sub Variabel Indikator No Item


Motivasi kerja Faktor pendorong 1. Prestasi 1,2
guru 2. Pengakuan 3,4
3. Peningkatan 5,6
4. Tanggung jawab 7,8,9
Faktor penyehat 1.Hubungan pribadi dengan 10,11,12
kesempatan rekan kerjanya
untuk tumbuh 2.Hubungan antar pribadi 13,14
dengan bawahannya
3.Hubungan antar pribadi 15,16,17,
dengan atasannya
4. Keamanan kerja 18,19
5.Kehidupan pribadi,
kebijaksanaan dan 20,21
administrasi
6. Kesempatan untuk tumbuh 22,23,24,25
7. Kondisi kerja 26,27,28

1. Angket semangat kerja guru dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

(a) kesungguhan, meliputi kesungguhan bekerja, kesunguhan melaksanakan

tugas dan pantang putus asa (b) disiplin, meliputi disiplin dalam bekerja,

99
menurut perintahan atasan dan melaksanakan kebijakan, (c) kegairahan,

meliputi kegairahan dalam bekerja, senang/gembira melaksanakan tugas

dan pekerjaan dengan hasil menarik (d) keramahan, meliputi keramahan

dengan pegawai yang lain (e) kerjasama, meliputi semangat kerja sama

dan kegiatan di luar (f) melakukan inovasi, meliputi menciptakan alat

bantu, usaha maksimal untuk mutu dan berisiatif, (g) memelihara etika

meliputi memelihara etika pekerjaan, memciptakan kerja sama dengan

atasan dan bawahan.dan (h) keberhasilan., meliputi keberhasilan

melaksanakan tugas, keberhasilan memecahkan masalah.

Tabel 3.5
Kisi-kisi instrumen untuk variabel semangat kerja guru
Variabel Sub Variabel Indikator No item
Kesungguhan 1. Kesungguhan bekerja 1,2
Semangat kerja 2. Kesunguhan melaksanakan
tugas ,3,4
3. Pantang putus asa 5,6
Disiplin 1. Disiplin dalam bekerja 7,8,9
2. Menurut perintahan atasan 10,11
3. Melaksanakan kebijakan 12,13
Kegairahan 1. Kegairahan dalam bekerja 14,15
2. Frekuensi kehadiran baik 16,17
3. Senang/gembira
melaksanakan 18,19
tugas
4. Pekerjaan dengan hasil 20,21
menarik
Keramahan 1. Keramahan dengan pegawai 22,23
yang lain
Kerjasama 1. Semangat kerja sama 24,25,26
2. Kegiatan di luar ,27,28
Melakukan inovasi 1. Menciptakan alat bantu 29,30
2. Usaha maksimal untuk mutu 31,32,
3. Berisiatif 33,34
Melakukan etika 1. Memelihara etika pekerjaan 35,36
2. Memciptakan kerja sama
dengan atasan dan bawahan 37,38
Keberhasilan 1. Keberhasilan melaksanakan
tugas 39,40
2. Keberhasilan memecahkan
masalah 41,42

100
3.Angket semangat kerja guru dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

(1) kualitas kerja, ditandai dengan membuat perencanaan pengajaran dengan

benar, melaksanakan penilaian hasil belajar, berhati-hati dalam menginformasikan

bahan ajar dan menerapkan hasil dari penelitian (2) kecepatan/ ketepatan kerja,

diindikasi dengan cara menerapkan sesuatu yang baru dalam hal proses

pembelajaran, memberikan bahan ajar berdasarkan karakteristik yang dimiliki

pelajar dan menyesaikan agenda pengajaran berdasarkan kalender akdemik

tahunan (3) inisiatif dalam kerja, meliputi menggunkan media dalam pengajaran,

menggunakan berbagai metode pengajaran dalam pembelajaran, melaksanakan

adminisrasi sekolah dengan benar, serta menciptakan hal-hal terbaru yang lebih

efektif dalam mengelola admintrasi sekolah (4) kemampuan dalam kerja, diukur

melalui indikator mempunyai kemampuan mengelola kelas, dapat mengelola

interaksi belajar mengajar, mampu melaksanakan penilaian hasil proses belajar

mengajar dan menguasai landasan pendidikan. (5) kemampuan

mengkomunikaikan pekerjaan. diukur melalui indikator mempunyai kemampuan

mengelola kelas, dapat mengelola interaksi belajar mengajar, mampu

melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar dan menguasai landasan

pendidikan. Melalui dimensi-dimensi inilah kinerja guru mudah untuk dinilai.

101
Tabel 3.6

Kisi-kisi instrumen untuk variabel kinerja guru

Variabel Sub Variabel Indikator No item


Kinerja guru Kualitas kerja 1. Membuat 1,2
perencanaan
pengajaran 3,4,5
2. Melaksanakan penilaian
hasil belajar
3. Berhati-hati dalam 6,7
Menginformasikan
bahan ajar 8,9
4. Menerapkan hasil dari
penelitian
Keceptan dan 1. Menerapkan sesuatu 10,11
ketepan kerja yang baru
2. Memberikan bahan ajar
berdasarkan 12,13,14
karakteristik
3. Menyesaikan 15,16
agenda pengajaran
Inisiatif 1. Menggunakan berbagai
metode pengajaran 17,18,19
2. Menciptakan hal-hal terbaru
yang lebih efektif 20,21
Kemampuan dalam 1. Mempunyai kemampuan
kerja mengelola kelas 22,23
2. Dapat mengelola interaksi
belajar mengajar 24,25
3. Mampu melaksanakan
penilaian hasil belajar 26,27

Kemampuan 1. Mempunyai kemampuan


mengkomunikasikan komunikasi yang baik 28,29
pekerjaan dengan pimpinan
2. Mempunyai kemampuan 30,31
komunikasi yang baik
dengan teman sejawat

D. Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2007) angket merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data secara tidak langsung yang berisi sejumlah pertanyaan yang

harus dijawab atau direspon oleh responden. Setelah itu dikumpulka untuk didata

dan selanjutnya diteliti dan dianalisis.

102
Dalam hal mengumpulkan data primer digunakanlah mengumpulkan data

yang relevan dari beberapa referensi. Untuk mengumpulkan data dari ketiga

variabel diatas maka peneliti menyebarkan angket pernyataan dengan jumlah butir

pernyataan disesuaikan dengan kisi-kisi indikator yang dibuat, sebelum angket

disebarkan maka soal item angka dibuat lebih banyak karena soal ini akan diuji

cobakan terlebih dahulu selanjutnya dianalisis melalui uji validitas dan uji

Reliabilitas, selanjutnya dari soal angket yang telah valid dan representative

disebarkan untuk memperoleh data dari ketiga variabel penelitian diatas.

E. Uji Coba Instrumen

Tujuan utama dari uji coba instrumen untuk mengetahui keandalan atau

keampuhan instrument. Untuk mengetahui keandalan dan keampuhan instrumen

maka harus diuji tingkat validitas dan Reliabilitasnya. Untuk memperoleh

validitas yang empiris, peneliti akan mencobakan instrument tersebut dalam

kegiatan uji coba instrumen.

Uji coba instrument ini dimaksudkan untuk mendapatkan instrument yang

memiliki validitas dan realibitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku:

1. Uji Validitas Instrumen

Untuk mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen-instrumen agar

bisa memenuhi persyaratan maka dilakukan uji validitas. Uji validitas instrument

dalam penelitian ini didasarkan pada validitas konstruk (contruck validity).

Validitas konstruk mengarah pada seberapa jauh faktor-faktor yang menjadi

bagian instrumen, yaitu butir-butir mampu mengukur sifat bangun teori atau

103
konstruk teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen dan sesuai dengan gejala

yang didefinisikan.

Untuk mengetahui validitas konstruk dalam penelitian ini digunakan

analisis butir. Dengan analisis butir ditemukan hubungan antar sejumlah variabel-

variabel yang saling independen satu dengan yang lain (interrelationship)

sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari

jumlah variabel awal. Uji validitas butir dilakukan melalui analisis konsistensi

antar setiap skor pernyataan dengan skor skala secara keseluruhan. Hal ini

dilakukan dengan mencari koefisien korelasinya dengan menggunakan tehnik

korelasi product moment pearson. Koefisien korelasi (r), yaitu angka yang

menyatakan eratnya hubungan antara variabel-variabel tersebut. Untuk mencari

koefisien korelasi dihitung dengan rumus:

rxy = N ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )

J{ N Σ X − ( Σ X ) { N Σ Y − ( Σ Y) }}

( Suharsini Arikunto, 2002)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

X = Skor tiap pertanyaan

N = Banyak sampel

Y = Skor total

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total

diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika

nilai korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut membandingkan

104
nilai r hitung dengan r tabel. Dikatakan valid bila r hitung > r tabel berada diatas

nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan. Menurut ketentuan kriteria

kesahihan suatu butir dinyatakan valid jika koefisien korelasi > 0,361. Validitas

skala penilaian hanya dilakukan dengan uji validitas konstruknya saja yakni

mengkaji konsistensi dan proporsi dari butir-butir pengamatan dengan kajian

teori. Proses analisis menggunakan bantuan komputer program soft ware SPSS for

Windows 21.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrument untuk mengetahui gambaran yang tetap apakah

hasil pengukuran dapat konsisten yaitu apakah alat ukur yang ada dapat

diterapkan pada objek yang sama secara berulang dan menghasilkan ukuran yang

mendekati sebelumnya. Uji reliabilitas pada penelitian ini mengunakan teknik

Alpha Cronbach (a). Reliabilitas untuk skala penilaian menggunakan skala likert.

Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrument.

Rumus Crombach Alpha (α ) : 2b

r 11 = ( K )(1-∑ab2 )

K–1 σt

(Arikunto, 2002)

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan

Kriteria instrumen yang reliabel adalah jika nilai koefisien alpha sekurang-

kurangnya 0,70 sebagai batas terendahnya. Perhitungan Reliabilitas dilakukan

105
setelah perhitungan validitas, sehingga hanya butir instrument yang valid yang

dianalisis. Proses analisis menggunakan bantuan komputer dengan program soft

ware SPSS for Windows 21.

F.Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis ada beberapa langkah yang perlu dikerjakan

terlebih dulu yaitu mendeskripsikan data, menghitung persyaratan analisis dan

menguji hipotesis.

1. Analisis Deskriptif

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data penelitian yang terkumpul

dianalis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada pada suatu

data, kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel. Teknik ini digunakan untuk melihat

kecenderungan dari setiap variabel, yaitu menghitung rata-rata (mean), nilai

tengah (median), simpangan baku dan varians.

Data yang ada perlu diolah dalam bentuk tabulasi data. Data yang

terkumpul ditabulasikan pada masing-masing variabel untuk mencari harga rata-

rata dan simpangan baku dari setiap variabel. Untuk analisis data diperlukan tabel

distribusi frekuensi pada setiap variabel. Tabel distribusi frekuensi data dibuat

dengan cara menentukan kelas interval dan untuk menentukan banyaknya kelas

interval berpedoman pada aturan struges.

Untuk masing-masing variabel dideskripsikan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

106
1. Memberikan bobot pada setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh responden

pada setiap butir pertanyaan dalam kuesioner.

2. Menjumlahkan skor jawaban responden dan menentukan skor rata-rata setiap

item pertanyaan.

3. Membuat tabel distribusi frekuensi skor jawaban responden, kemudian

diinterpretasikan dengan persentase seperti berikut ini.

Skor  80% : Sebagian sangat besar

60%  Skor < 80% : Sebagian besar

40%  Skor < 60% : Sebagian

20%  Skor < 40% : Sebagian kecil

Skor < 20% : Sebagian sangat kecil

4. Mengelompokkan skor jawaban responden untuk masing-masing variabel

dengan memperhatikan skor rata-rata (Mean) dan standar deviasi (Sd), dengan

kategori sebagai berikut.

Skor  Mean + Sd :Tinggi

Mean – Sd  Skor < Mean + Sd :Sedang

Skor < Mean – Sd : Rendah

Hasil pengelompokkan skor di atas kemudian diinterpretasikan dengan

persentase seperti berikut ini.

Skor  80% : Sebagian sangat besar

107
60%  Skor < 80% : Sebagian besar

40%  Skor < 60% : Sebagian

20%  Skor < 40% : Sebagian kecil

Skor < 20% : Sebagian sangat kecil

5. Membuat grafik sebaran skor jawaban responden.

2. Perhitungan Persyaratan Analisis

Perhitungan persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui apakah data

yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Sesuai dengan

tujuan penelitian ini, maka teknik statistik yang digunakan adalah analisis

korelasi. Untuk dapat menggunakan analisis itu ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yaitu hubungan antar variabel bebas serta data variabel terikat

mempunyai distribusi dan varian yang sama. Untuk itu diadakan perhitungan

linieritas dan normalitas.

a. Uji Linieritas

Penggunaan teknik analisis regresi memerlukan asumsi bahwa hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat sifatnya linier. Untuk mengetahui

linieritas pedoman yang digunakan adalah dengan melihat hasil analisis pada

lajur deviason from linearty, sedangkan untuk menentukan keberartian

regresinya dengan memperhatikan analisis pada lajur linierty keluaran

komputer program SPSS.

b. Uji Normalitas

108
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan

teknik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas sesuai dengan tujuan penelitian

kriteria normalitas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen

(Ghozali, 2011). Salah satu alat untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance

dan lawannya serta nilai Variance Inflation Faktor (VIF). Tolerance mengukur

variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak di jelaskan oleh

variabel dependen lainnya. Nilai cut-off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama

dengan nilai VIF ≥ 10.

d. Uji Heteroskedastisitas

Untuk melakukan uji heteroskedastisitas ini digunakan perhitungan uji

dengan SPSS 21.

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan rancangan penelitian ini maka teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi ganda. Alat-alat statistik inferensial yang digunakan

adalah regresi linier berganda, uji R 2, uji F, dan uji t. Kemudian dengan analisis ini

dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Sebagai kriteria dalam

109
pengujian hipotesisi, digunakan kriteria hipotesis ditolak bila besar koefisien

kontribusi kurang dari 0,05. Hal ini menurut Sujana ( 2013 : 185). Beberapa

studi empirik menyatakan untuk pegangan koefisien regresi kurang dari 0,05

dianggap tidak berarti. Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

Sub hipotesis dari hipotesis utama di atas dapat diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

2. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

3. Bagaimana gambaran semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

4. Bagaimana gambaran kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin timur Banjarmasin?

5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru di SMP Negeri

se kecamatan Banjarmasin timur Banjarmasin?

Pengujian terhadap hipotesis

1) Uji signifikan: Uji R2 ( R Square)

Uji R2 : Uji ketepatan pikiran (R2) atau uji koefisen korelasi berganda

dilakukan untuk mendeteksi ketepatan yang paling baik dalam

analisis regresi. Dimana jika:

R2 : 0 maka tidak ada pengaruh antara variabel independen

dengan variabel dependen.

110
R2 : 1 maka ada pengaruh sempurna antara variabel

independen dengan variabel dependen.

(Siagian dan Sugiarto, 2006: 275)

SSR
R2 = SST

Dimana:

SSR : Jumlah kuadarat regresi (sum square regression)

SST : Jumlah kuadrat total (sum square total)

1) Uji signifikan: Uji F

Uji F : Dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-veriabel independen

secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini

dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

F hitung >F tabel maka H1 diterima H0 ditolak

F hitung <F tabel maka H1 ditolak H0 diterima

(Siagian dan Sugiarto, 2007: 179)

SSE/ k
F= ( – 1)
SSR
/
(n – k – 1)

Dimana:

SSE : Jumlah kuadarat kesalahan pengganggu (sum square

error)

SSR : Jumlah kuadrat regresi (sum square regression)

K : Jumlah variabel bebas didalam model.

2) Uji t

111
Uji t : Dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

t hitung >t tabel maka H1 diterima H0 ditolak

t hitung < t tabel maka H1 diterima H0

diterima

(Siagian dan Sugiarto, 2007: 179)

t hitung = bj
Se( bj)

Dimana:

Se (bj) : standart deviasi koefisien regresi

bj : koefisien regresi

Semua penghitungan dan analisa di atas akan dilakukan dengan

menggunakan program SPSS Amos 21

112
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk menggambarkan kepemimpinan

kepala sekolah, motivasi kerja guru, semangat kerja guru, dan kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin . Penelitian ini

juga dilakukan untuk mengetahui hubungan langsung kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin, hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin, hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin, hubungan langsung motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin, hubungan langsung

semangat kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin, hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja melalui motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin, hubungan tidak langsung kepemimpinan

kepala sekolah dengan kinerja melalui Semangat kerja guru di SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

113
Proposal penelitian dirancang sebelum pelaksanan penelitian ini.

Setelah proposal sudah lulus uji kelayakan dan mendapat persetujuan dari

Dosen Pembimbing selanjutnya diajukan kepada Ketua Program Studi

Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin untuk mendapat Surat Izin Penelitian, nomor : 130/UN8.1.2.6.

6/SP/2018 tanggal 21 Agustus 2018, yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan

Kota Banjarmasin.

Berdasarkan surat permohonan tersebut maka keluarlah Rekomendasi

Penelitian dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Nomor 070/791—

Sekr/ Dipendik tanggal 27 Agustus 2018 Perihal Rekomendasi untuk

Pelaksanaan Penelitian Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri di Kecamatan

Banjarmasin STimur. Atas dasar surat ijin tersebut, maka Peneliti

melaksanakan penelitian di lapangan.

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Hasil Uji Validitas Angket

Uji validitas angket dilakukan sebelum pengumpulan data

penelitian dikumpulkan. Hasil uji validitas angket penelitian ini disajikan

dalam tabel sebagai berikut.

114
a. Angket Kepemimpinan

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Angket Kepemimpinan

Corrected Item-
Total r tabel dengan
No. Kriteria
Correlation jumlah n=30
(r hitung)
1 0,691
2 0,908
3 0,622
4 0,728
5 0,626
6 0,699
7 0,666
8 0,567
9 0,629
10 0,738 Jika Corrected Item-
11 Total Correlation
0,695
(r hitung)> r tabel,
12 0,896 maka item angket
13 0,931 valid digunakan dalam
14 0,653 penelitian
15 0,677 0,361
16 0,745 Jika Corrected Item-
17 Total Correlation
0,889
(r hitung)< r tabel,
18 0,806 maka item angket
19 0,630 tidak valid digunakan
20 0,630 dalam penelitian
21 0,656
22 0,569
23 0,557
24 0,598
25 0,795
26 0,612
27 0,523
28 0,734

115
b. Motivasi Kerja

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Kerja

Corrected Item-
Total r tabel dengan
No. Kriteria
Correlation jumlah n=30
(r hitung)
1 0,686
2 0,738
3 0,513
4 0,616
5 0,620
6 0,680
7 0,631
8 0,657
9 0,621
10 0,739 Jika Corrected Item-
11 Total Correlation
0,739
(r hitung)> r tabel,
12 0,719 maka item angket
13 0,902 valid digunakan dalam
14 0,601 penelitian
15 0,785 0,361
16 0,752 Jika Corrected Item-
17 Total Correlation
0,743
(r hitung)< r tabel,
18 0,640 maka item angket
19 0,641 tidak valid digunakan
20 0,739 dalam penelitian
21 0,566
22 0,589
23 0,543
24 0,603
25 0,889
26 0,603
27 0,584
28 0,596

116
Tabel di atas dapat digunakan untuk menjelaskan validitas

angket kepemimpinan yang digunakan untuk pengumpulan data

penelitian. Jika Corrected Item-Total Correlation (r hitung)> r tabel,

maka item angket valid digunakan dalam penelitian. Jika Corrected

Item-Total Correlation (r hitung)< r tabel, maka item angket tidak

valid digunakan dalam penelitian. Semua item angket motivasi kerja

ini memiliki r hitung > r tabel. Jadi angket ini dinyatakan valid dan

dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

c. Semangat Kerja

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Kerja

Corrected Item-Total r tabel dengan


No. Kriteria
Correlation (r hitung) jumlah n=30
1 0,597
2 0,817
3 0,599
4 0,573
5 0,577
6 0,588
7 0,639
8 0,593
9 0,594
10 0,777
11 0,777
12 0,738 Jika
13 0,929 Corrected
14 0,571 Item-Total
15 0,824 Correlation
16 0.784 (r hitung)> r
17 tabel, maka
0,782
item angket
18 0,665 valid

117
19 0,585 digunakan
20 0,777 0,361 dalam
21 penelitian
0,596
22 0,593 Jika
23 0,598 Corrected
24 0,636 Item-Total
25 0,926 Correlation
26 0,604 (r hitung)< r
27 tabel, maka
0,620
item angket
28 0,643 tidak valid
29 0,824 digunakan
30 0,784 dalam
31 0,782 penelitian
32 0,665
34 0,600
35 0,777
36 0,554
37 0,624
38 0,608
39 0,638
40 0,926
41 0,626
42 0,588

Tabel di atas dapat digunakan untuk menjelaskan validitas angket

kepemimpinan yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian. Jika

Corrected Item-Total Correlation (r hitung)> r tabel, maka item angket

valid digunakan dalam penelitian. Jika Corrected Item-Total Correlation

(r hitung)< r tabel, maka item angket tidak valid digunakan dalam

penelitian. Semua item angket semangat kerja ini memiliki r hitung > r

tabel. Jadi angket ini dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian.

118
d. Kinerja

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Kerja

Corrected Item-
r tabel dengan
No. Total Correlation Kriteria
jumlah n=30
(r hitung)
1 0,646
2 0,751
3 0,656
4 0,578
5 0,604
6 0,689
7 0,689
8 0,676
9 0,676
10 0,784
11 0,784 Jika Corrected Item-
12 0,612 Total Correlation
13 0,843 (r hitung)> r tabel,
14 0,629 maka item angket
15 0,840 valid digunakan dalam
16 penelitian
0,758 0,361
17 0,730 Jika Corrected Item-
18 0,575 Total Correlation
19 0,593 (r hitung)< r tabel,
20 0,784 maka item angket
21 0,689 tidak valid digunakan
22 dalam penelitian
0,568
23 0,606
24 0,689
25 0,880
26 0,592
27 0,584
28 0,581
29 0,840
30 0,758
31 0,694

119
Tabel di atas dapat digunakan untuk menjelaskan validitas angket

kepemimpinan yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian. Jika

Corrected Item-Total Correlation (r hitung)> r tabel, maka item angket

valid digunakan dalam penelitian. Jika Corrected Item-Total Correlation

(r hitung)< r tabel, maka item angket tidak valid digunakan dalam

penelitian. Semua item angket kinerja ini memiliki r hitung > r tabel. Jadi

angket ini dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian.

2. Hasil Uji Validitas Angket

Tabel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas Angket

Cronbach's
No. Variabel Kriteria Keputusan
Alpha
Cronbach's
1. Kepemimpinan 0,955 Reliabel
Alpha>0,61
Cronbach's
2. Motivasi Kerja 0,948 Reliabel
Alpha>0,61
Cronbach's
3. Semangat Kerja 0,967 Reliabel
Alpha>0,61
Cronbach's
4. Kinerja 0,955 Reliabel
Alpha>0,61

Reliabilitas data penelitian ini dapat dijelaskan dengan table di atas.

Kiriteria yang digunakan untuk menentukan reliabilitas data penelitian ini

adalah jika Cronbach's Alpha>0,61 berarti reliabel dan sebaliknya Cronbach's

Alpha<0,61 tidak reliabel. Cronbach's Alpha kepemimpinan 0,955 > 0,61.

Cronbach's Alpha motivasi kerja 0,948 > 0,61. Cronbach's Alpha semangat

120
kerja 0,967. Cronbach's Alpha kinerja sebesar 0,955 > 0,61. Dengan demikian

data kepemimpinan, motivasi kerja, semangat kerja, dan kinerja penelitian ini

reliabel.

C. Hasil Analisis Deskripsi

1. Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Tabel 4.6

Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Jawaban
No. Item

Total Rata-
N
Skor rata
Sangat
Tidak Sangat
Tidak Ragu-ragu Setuju
Setuju Setuju
Setuju
f % f % f % f % f %
1 122 0 0 0 0 3 2,46 43 35,25 76 62,30 561 4,60
2 122 0 0 0 0 5 4,10 65 53,28 52 42,62 535 4,39
3 122 0 0 0 0 5 4,10 69 56,56 48 39,34 531 4,35
4 122 0 0 0 0 5 4,10 58 47,54 59 48,36 542 4,44
5 122 0 0 0 0 2 1,64 56 45,90 64 52,46 550 4,51
6 122 0 0 0 0 4 3,28 59 48,36 59 48,36 543 4,45
7 122 0 0 0 0 4 3,28 68 55,74 50 40,98 534 4,38
8 122 0 0 0 0 4 3,28 42 34,43 76 62,30 560 4,59
9 122 0 0 0 0 3 2,46 48 39,34 71 58,20 556 4,56
10 122 0 0 0 0 4 3,28 42 34,43 76 62,30 560 4,59
11 122 0 0 0 0 1 0,82 43 35,25 78 63,93 565 4,63
12 122 0 0 0 0 4 3,28 67 54,92 51 41,80 535 4,39
13 122 0 0 0 0 5 4,10 54 44,26 63 51,64 546 4,48
14 122 0 0 0 0 4 3,28 69 56,56 49 40,16 533 4,37
15 122 0 0 0 0 5 4,10 60 49,18 57 46,72 540 4,43
16 122 0 0 0 0 1 0,82 61 50,00 60 49,18 547 4,48
17 122 0 0 0 0 2 1,64 64 52,46 56 45,90 542 4,44
18 122 0 0 0 0 4 3,28 68 55,74 50 40,98 534 4,38
19 122 0 0 0 0 4 3,28 75 61,48 43 35,25 527 4,32
20 122 0 0 0 0 3 2,46 56 45,90 63 51,64 548 4,49
21 122 0 0 0 0 3 2,46 39 31,97 80 65,57 565 4,63
22 122 0 0 0 0 5 4,10 69 56,56 48 39,34 531 4,35
23 122 0 0 0 0 1 0,82 66 54,10 55 45,08 542 4,44
121
24 122 0 0 0 0 2 1,64 51 41,80 69 56,56 555 4,55
25 122 0 0 0 0 5 4,10 55 45,08 62 50,82 545 4,47
26 122 0 0 0 0 1 0,82 46 37,70 75 61,48 562 4,61
27 122 0 0 0 0 1 0,82 54 44,26 67 54,92 554 4,54
28 122 0 0 0 0 1 0,82 64 52,46 57 46,72 544 4,46
Jumlah 125
Rata-rata 4,48

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menjelaskan tentang tugas sehingga mudah dipahami.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

menjelaskan tentang tugas sehingga mudah dipahami. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah menjelaskan tentang tugas

sehingga mudah dipahami 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab

setuju kepala sekolah menjelaskan tentang tugas sehingga mudah

dipahami 43 orang (35,25%). Responden yang menjawab sangat setuju

kepala sekolah menjelaskan tentang tugas sehingga mudah dipahami 76

orang (62,30%). Rata-rata kepala sekolah menjelaskan tentang tugas

sehingga mudah di pahami mencapai 4,60 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta

melaksanakannya. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju

kepala sekolah menyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta

melaksanakannya. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah

menyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta

melaksanakannya 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab setuju

122
kepala sekolah menyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta

melaksanakannya 65 orang (53,28%). Responden yang menjawab

kepala sekolah menyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta

melaksanakannya 52 orang (42,62%). Rata-rata kepala sekolah

meyampaikan ide-ide dalam rapat dinas dan meminta melaksanakan

mencapai 4,39 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta melaksanakan. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju kepala sekolah meminta melaksanakan. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah meminta melaksanakan 5 orang

(4,10%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah meminta

melaksanakan 69 orang (56,56%). Responden yang menjawab sangat

setuju kepala sekolah meminta melaksanakan 48 orang (39,34%). Rata-

rata kepala sekolah meminta melaksanakan mencapai 4,35 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah mengangkat wali kelas. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju kepala sekolah mengangkat wali kelas. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah mengangkat wali kelas 5 orang

(4,10%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah mengangkat

wali kelas 58 orang (47,54%). Responden yang menjawab sangat setuju

kepala sekolah mengangkat wali kelas 59 orang (48,36%). Rata-rata

kepala sekolah mengangkat wali kelas mencapai 4,44 (sangat baik).

123
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah melibatkan dalam membuat peraturan tata tertib sekolah.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

melibatkan dalam membuat peraturan tata tertib sekolah. Responden

yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah melibatkan dalam membuat

peraturan tata tertib sekolah 2 orang (1,64%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah melibatkan dalam membuat peraturan

tata tertib sekolah 56 orang (45,90%). Responden yang menjawab

sangat setuju kepala sekolah melibatkan dalam membuat peraturan tata

tertib sekolah 64 orang (52,46%). Rata-rata kepala sekolah melibatkan

dalam membuat peraturan tata tertib sekolah mencapai 4,51 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta untuk membuat jurnal aktivitas harian dan

mengadministrasikan dengan baik. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju kepala sekolah meminta untuk membuat jurnal

aktivitas harian dan mengadministrasikan dengan baik. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah meminta untuk membuat jurnal

aktivitas harian dan mengadministrasikan dengan baik 4 orang (3,28%).

Responden yang menjawab setuju kepala sekolah meminta untuk

membuat jurnal aktivitas harian dan mengadministrasikan dengan baik

59 orang (48,36%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah meminta untuk membuat jurnal aktivitas harian dan

124
mengadministrasikan dengan baik 59 orang (48,36%). Rata-rata kepala

sekolah meminta membuat jurnal aktivitas harian dan

mengadministrasikan dengan baik mencapai 4,45 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah memberikan petunjuk dalam pelaksanaan tugas. Responden

tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah memberikan

petunjuk dalam pelaksanaan tugas. Responden yang menjawab ragu-

ragu kepala sekolah memberikan petunjuk dalam pelaksanaan tugas 4

orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah

memberikan petunjuk dalam pelaksanaan tugas 68 orang (55,74%).

Responden yang menjawab sangat setuju kepala sekolah memberikan

petunjuk dalam pelaksanaan tugas 50 orang (40,98%). Rata-rata kepala

sekolah memberikan petunjuk dalam pelaksanaan tugas mencapai 4,38

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta menyediakan perangkat pembelajaran. Responden

tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah meminta

menyediakan perangkat pembelajaran. Responden yang menjawab ragu-

ragu kepala sekolah meminta menyediakan perangkat pembelajaran 4

orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah

meminta menyediakan perangkat pembelajaran 42 orang (34,43%).

Responden yang menjawab sangat setuju kepala sekolah meminta

menyediakan perangkat pembelajaran 76 orang (62,30%).

125
Rata-rata kepala sekolah meminta menyediakan perangkat

pembelajaran mencapai 4,59 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta menggunakan prosedur kerja yang seragam.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

meminta menggunakan prosedur kerja yang seragam. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah meminta menggunakan prosedur

kerja yang seragam 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju

kepala sekolah meminta menggunakan prosedur kerja yang seragam 48

orang (39,34%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah meminta menggunakan prosedur kerja yang seragam 71 orang

(58,20%). Rata-rata kepala sekolah meminta menggunakan prosedur

kerja yang seragam mencapai 4,56 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menyediakan pakaian seragam dinas. Responden tidak ada

yang menjawab tidak setuju kepala sekolah menyediakan pakaian

seragam dinas. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah

menyediakan pakaian seragam dinas 4 orang (3,28%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah menyediakan pakaian seragam dinas

42 orang (34,43%). Responden yang menjawab sangat kepala sekolah

menyediakan pakaian seragam dinas 76 orang (62,30%). Rata-rata

kepala sekolah menyediakan pakaian seragam dinas mencapai 4,59

(sangat baik).

126
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta mentaati peraturan yang telah dibakukan. Responden

tidak ada yang menjawab kepala sekolah meminta mentaati peraturan

yang telah dibakukan tidak setuju. Responden yang menjawab ragu-

ragu kepala sekolah meminta mentaati peraturan yang telah dibakukan

1 orang (0,82%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah

meminta mentaati peraturan yang telah dibakukan 43 orang (35,25%).

Responden yang menjawab sangat setuju kepala sekolah meminta

mentaati peraturan yang telah dibakukan 78 orang (63,93%). Rata-rata

kepala sekolah meminta mentaati peraturan yang telah dibakukan

mencapai 4,63 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah memberikan reword atas tugas-tugas yang di emban.

Responden tidak ada yang menjawab kepala sekolah memberikan

reword atas tugas-tugas yang di emban tidak setuju. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah memberikan reword atas tugas-

tugas yang di emban 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab

setuju kepala sekolah memberikan reword atas tugas-tugas yang di

emban 67 orang (54,92%). Responden yang menjawab sangat setuju

kepala sekolah memberikan reword atas tugas-tugas yang di emban 51

orang (41,80%). Rata-rata kepala sekolah memberikan reword atas tugas-

tugas yang di emban mencaai 4,39 (sangat baik).

127
sekolah memberikan masukan dalam melaksanakan pelajaran.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

memberikan masukan dalam melaksanakan pelajaran. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah memberikan masukan dalam

melaksanakan pelajaran 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

setuju kepala sekolah memberikan masukan dalam melaksanakan

pelajaran 54 orang (44,26%). Responden yang menjawab sangat setuju

kepala sekolah memberikan masukan dalam melaksanakan pelajaran 63

orang (51,64%). Rata-rata kepala sekolah memberikan masukan dalam

melaksanakan pelajaran mencapai 4,48 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak kepala sekolah

memberikan piagam penghargaan dari atas hasil pekerjaan yang baik.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju sekolah memberikan

piagam penghargaan dari atas hasil pekerjaan yang baik. Responden

yang menjawab ragu-ragu sekolah memberikan piagam penghargaan

dari atas hasil pekerjaan yang baik 4 orang (3,28%). Responden yang

menjawab setuju sekolah memberikan piagam penghargaan dari atas

hasil pekerjaan yang baik 69 orang (56,56%). Responden yang

menjawab sangat setuju sekolah memberikan piagam penghargaan dari

atas hasil pekerjaan yang baik 49 orang (40,16%). Rata-rata sekolah

memberikan piagam penghargaan dari atas hasil pekerjaan yang baik

mencapai 4,37 (sangat baik).


sekolah memberikan solusi bila mengalami permasalahan dalam tugas.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

memberikan solusi bila mengalami permasalahan dalam tugas.

Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah memberikan

solusi bila mengalami permasalahan dalam tugas 5 orang (4,10%).

Responden yang menjawab setuju kepala sekolah memberikan solusi

bila mengalami permasalahan dalam tugas 60 orang (49,18%).

Responden yang menjawab sangat setuju kepala sekolah memberikan

solusi bila mengalami permasalahan dalam tugas 57 orang (46,72%).

Rata-rata kepala sekolah memberikan solusi bila mengalami

permasalahan dalam tugas mencapai 4,43 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah memberi nasihat untuk berkonsultasi. Responden tidak ada

yang menjawab tidak setuju kepala sekolah memberi nasihat untuk

berkonsultasi. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah

memberi nasihat untuk berkonsultasi 1 orang (0,82%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah memberi nasihat untuk berkonsultasi

61 orang (50,00%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah memberi nasihat untuk berkonsultasi 60 orang (49,18%). Rata-

rata kepala sekolah memberi nasihat untuk berkonsultasi mencapai 4,48

(sangat baik).
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah memberi nasehat yang terlambat melaksanakan tugas.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

memberi nasehat yang terlambat melaksanakan tugas. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah memberi nasehat yang terlambat

melaksanakan tugas 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju

kepala sekolah memberi nasehat yang terlambat melaksanakan tugas 64

orang (52,46%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah memberi nasehat yang terlambat melaksanakan tugas 56 orang

(45,90%). Rata-rata kepala sekolah memberi nasehat yang terlambat

melaksanakan tugas mencapai 4,44 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menegur bila tidak melaksanakan tugas. Responden tidak ada

yang menjawab tidak setuju kepala sekolah menegur bila tidak

melaksanakan tugas. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala

sekolah menegur bila tidak melaksanakan tugas 4 orang (3,28%).

Responden yang menjawab setuju kepala sekolah menegur bila tidak

melaksanakan tugas 68 orang (55,74%). Responden yang menjawab

sangat setuju kepala sekolah menegur bila tidak melaksanakan tugas 50

orang (40,98%). Rata-rata kepala sekolah menegur bila tidak

melaksanakan tugas mencapai 4,38 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah mendengarkan saran, kritik, serta pendapat dan keluhan.

130
Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

mendengarkan saran, kritik, serta pendapat dan keluhan. Responden

yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah mendengarkan saran, kritik,

serta pendapat dan keluhan 4 orang (3,28%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah mendengarkan saran, kritik, serta

pendapat dan keluhan 75 orang (61,48%). Responden yang menjawab

sangat setuju kepala sekolah mendengarkan saran, kritik, serta pendapat

dan keluhan 43 orang (35,25%). Rata-rata kepala sekolah

mendengarkan saran, kritik, serta pendapat dan keluhan mencapai 4,32

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah mengupayakan kesejahteraan. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju kepala sekolah mengupayakan kesejahteraan.

Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah mengupayakan

kesejahteraan 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab kepala

sekolah mengupayakan kesejahteraan 56 orang (45,90%). Responden

yang menjawab sangat setuju kepala sekolah mengupayakan

kesejahteraan 63 orang (51,64%). Rata-rata kepala sekolah

mengupayakan kesejahteraan mencapai 4,49 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah meminta maaf bila melakukan kekecewaan. Responden tidak

ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah meminta maaf bila

melakukan kekecewaan. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala

131
sekolah meminta maaf bila melakukan kekecewaan 3 orang (2,46%).

Responden yang menjawab setuju kepala sekolah meminta maaf bila

melakukan kekecewaan 39 orang (31,97%). Responden yang menjawab

sangat setuju kepala sekolah meminta maaf bila melakukan kekecewaan

80 orang (65,57%). Rata-rata kepala sekolah meminta maaf bila

melakukan kekecewaa mencapai 4,63 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menyampaikan permohonan maaf bila ingin menasehati.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

menyampaikan permohonan maaf bila ingin menasehati. Responden

yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah menyampaikan permohonan

maaf bila ingin menasehati 5 orang (4,10%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah menyampaikan permohonan maaf bila

ingin menasehati 69 orang (56,56%). Responden yang menjawab sangat

setuju kepala sekolah menyampaikan permohonan maaf bila ingin

menasehati 48 orang (39,34%). Rata-rata kepala sekolah

menyampaikan permohonan maaf bila ingin menasehati mencapai 4,35

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menyampaikan ide-ide baru untuk kemajuan sekolah.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

menyampaikan ide-ide baru untuk kemajuan sekolah. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah menyampaikan ide-ide baru untuk

132
kemajuan sekolah 1 orang (0,82%). Responden yang menjawab setuju

kepala sekolah menyampaikan ide-ide baru untuk kemajuan sekolah 66

orang (54,10%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah menyampaikan ide-ide baru untuk kemajuan sekolah 55 orang

(45,08%). Rata-rata kepala sekolah menyampaikan ide-ide baru untuk

kemajuan sekolah mencapai 4,44 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah menyampaikan saran serta pendapat. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju kepala sekolah menyampaikan saran serta

pendapat. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah

menyampaikan saran serta pendapat 2 orang (1,64%). Responden yang

menjawab setuju kepala sekolah menyampaikan saran serta pendapat 51

orang (41,80%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah menyampaikan saran serta pendapat 69 orang (56,56%). Rata-

rata kepala sekolah menyampaikan saran serta pendapat mencapai 4,55

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah mengemukakan rencana pembaruan-pembaruan untuk

kemajuan sekolah. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju

kepala sekolah mengemukakan rencana pembaruan-pembaruan untuk

kemajuan sekolah. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala

sekolah mengemukakan rencana pembaruan-pembaruan untuk

kemajuan sekolah 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab setuju

133
kepala sekolah mengemukakan rencana pembaruan-pembaruan untuk

kemajuan sekolah 55 orang (45,08%). Responden yang menjawab

sangat setuju kepala sekolah mengemukakan rencana pembaruan-

pembaruan untuk kemajuan sekolah 62 orang (50,82%). Rata-rata

kepala sekolah mengemukakan rencana pembaruan-pembaruan untuk

kemajuan sekolah mencapai 4,47 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah ramah dan mudah diajak berdiskusi masalah pembelajaran.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah ramah

dan mudah diajak berdiskusi masalah pembelajaran. Responden yang

menjawab ragu-ragu kepala sekolah ramah dan mudah diajak berdiskusi

masalah pembelajaran 1 orang (0,82%). Responden yang menjawab

setuju kepala sekolah ramah dan mudah diajak berdiskusi masalah

pembelajaran 46 orang (37,70%). Responden yang menjawab sangat

setuju kepala sekolah ramah dan mudah diajak berdiskusi masalah

pembelajaran 75 orang (61,48%). Rata-rata kepala sekolah ramah dan

mudah diajak berdiskusi masalah pembelajaran mencapai 4,61 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah melengkapi fasilitas sekolah demi kenyamanan belajar

mengajar. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala

sekolah melengkapi fasilitas sekolah demi kenyamanan belajar

mengajar. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah

134
melengkapi fasilitas sekolah demi kenyamanan belajar mengajar 1

orang (0,82%). Responden yang menjawab setuju kepala sekolah

melengkapi fasilitas sekolah demi kenyamanan belajar mengajar 54

orang (44,26%). Responden yang menjawab sangat setuju kepala

sekolah melengkapi fasilitas sekolah demi kenyamanan belajar

mengajar 67 orang (54,92%). Rata-rata kepala sekolah melengkapi

fasilitas sekolah demi kenyamaan belajar mengajar mencapai 4,54

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju kepala

sekolah mendata sarana dan prasarana sekolah yang tidak layak.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju kepala sekolah

mendata sarana dan prasarana sekolah yang tidak layak. Responden

yang menjawab ragu-ragu kepala sekolah mendata sarana dan prasarana

sekolah yang tidak layak 1 orang (0,82%). Responden yang menjawab

setuju kepala sekolah mendata sarana dan prasarana sekolah yang tidak

layak 64 orang (52,46%). Responden yang menjawab sangat setuju

kepala sekolah mendata sarana dan prasarana sekolah yang tidak layak

57 orang (46,72%). Rata-rata kepala sekolah mendata sarana dan

prasarana sekolah yang tidak layak mencapai 4,46.

Nilai rata-rata tertinggi 4,63 yaitu responden kepala sekolah

meminta mentaati peraturan yang telah dibakukan, kepala sekolah

meminta maaf bila melakukan kekecewaan. Nilai rata-rata terendah

4,32 yaitu responden kepala sekolah mendengarkan saran, kritik, serta

135
pendapat dan keluhan. Rata-rata kepemimpinan seluruhnya 4,48 di

bulatkan menjadi 4,5 dengan kategori sangat baik.

Tabel 4.7

Hasil Penilaian Kepemimpinan

No Nilai Jumlah Persen Kategori Ket


1 80 – 100 122 100 Sangat baik A
2 59 – 79
3 39 – 58
4 20 – 38

140
122
120
100
100
80 – 100
80
59 – 79
60 39 – 58
40 20 – 38
20
0
Jumlah Persen

Grafik 4.1 Hasil Penilaian Kepemimpinan

Tabel 4.8

Kriteria Penilaian Kepemimpinan

No. Nilai Kategori Keterangan


1. 80-100 Sangat tinggi A
2. 59- 79 Tinggi B
3. 39 - 58 Sedang C
4. 20-38 Rendah D

136
2. Deskripsi Motivasi Kerja

Tabel 4.9

Deskripsi Motivasi Kerja Guru

Kategori Skor
No. Item

Sangat
Tidak Total Rata-
N Tidak
Setuju
Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju
Setuju Skor rata
f % f % f % f % F %
1 122 0 0 0 0 2 1,64 26 21,31 94 77,05 580 4,75
2 122 0 0 0 0 8 6,56 45 36,89 69 56,56 549 4,50
3 122 0 0 0 0 5 4,10 67 54,92 50 40,98 533 4,37
4 122 0 0 0 0 0 0,00 52 42,62 70 57,38 558 4,57
5 122 0 0 0 0 3 2,46 41 33,61 78 63,93 563 4,61
6 122 0 0 0 0 0 0,00 31 25,41 91 74,59 579 4,75
7 122 0 0 0 0 1 0,82 32 26,23 89 72,95 576 4,72
8 122 0 0 0 0 2 1,64 25 20,49 95 77,87 581 4,76
9 122 0 0 0 0 2 1,64 23 18,85 97 79,51 583 4,78
10 122 0 0 0 0 2 1,64 23 18,85 97 79,51 583 4,78
11 122 0 0 0 0 3 2,46 28 22,95 91 74,59 576 4,72
12 122 0 0 0 0 2 1,64 62 50,82 58 47,54 544 4,46
13 122 0 0 0 0 2 1,64 42 34,43 78 63,93 564 4,62
14 122 0 0 0 0 4 3,28 61 50,00 57 46,72 541 4,43
15 122 0 0 0 0 3 2,46 55 45,08 64 52,46 549 4,50
16 122 0 0 0 0 3 2,46 50 40,98 69 56,56 554 4,54
17 122 0 0 0 0 3 2,46 52 42,62 67 54,92 552 4,52
18 122 0 0 0 0 4 3,28 53 43,44 65 53,28 549 4,50
19 122 0 0 0 0 4 3,28 64 52,46 54 44,26 538 4,41
20 122 0 0 0 0 4 3,28 42 34,43 76 62,30 560 4,59
21 122 0 0 0 0 6 4,92 30 24,59 86 70,49 568 4,66
22 122 0 0 0 0 2 1,64 69 56,56 51 41,80 537 4,40
23 122 0 0 0 0 3 2,46 68 55,74 51 41,80 536 4,39
24 122 0 0 0 0 1 0,82 33 27,05 88 72,13 575 4,71
25 122 0 0 0 0 3 2,46 40 32,79 79 64,75 564 4,62
26 122 0 0 0 0 5 4,10 28 22,95 89 72,95 572 4,69
27 122 0 0 0 0 4 3,28 36 29,51 82 67,21 566 4,64
28 122 0 0 0 0 4 3,28 48 39,34 70 57,38 554 4,54
Jumlah 128,56
Rata-rata 4,59

137
Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendorong

siswa agar meningkatkan prestasinya tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju mendorong siswa agar meningkatkan prestasinya

tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu mendorong siswa agar

meningkatkan prestasinya 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab

setuju mendorong siswa agar meningkatkan prestasinya 26 orang

(21,31%). Responden yang menjawab sangat setuju mendorong siswa

agar meningkatkan prestasinya 94 orang (77,05%). Rata-rata guru

mendorong siswa meningkatkan prestasi 4,75 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju prestasi guru

dinilai dengan teliti dan benar tidak ada. Responden yang menjawab

tidak setuju prestasi guru dinilai dengan teliti dan benar tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu prestasi guru dinilai dengan teliti

dan benar 8 orang (6,56%). Responden yang menjawab setuju prestasi

guru dinilai dengan teliti dan benar 45 orang (36,89%). Responden yang

menjawab sangat setuju prestasi guru dinilai dengan teliti dan benar 69

orang (56,56%). Rata-rata penilaian prestasi guru 4,50 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendapat

kepercayaan di masyarakat sebagai panitia kegiatan sosial tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju mendapat kepercayaan di

masyarakat sebagai panitia kegiatan sosial tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu mendapat kepercayaan di masyarakat sebagai

138
panitia kegiatan sosial 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

setuju mendapat kepercayaan di masyarakat sebagai panitia kegiatan

sosial 67 orang (54,92%). Responden yang menjawab sangat setuju

mendapat kepercayaan di masyarakat sebagai panitia kegiatan sosial 50

orang (40,98%). Rata-rata kepercayaan masyarakat dalam kegiatan

sosial 4,37 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju masyarakat

menghargai profesi keguruan tidak ada. Responden yang menjawab

tidak setuju masyarakat menghargai profesi keguruan tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu masyarakat menghargai profesi

keguruan tidak ada. Responden yang menjawab setuju masyarakat

menghargai profesi keguruan 52 orang (42,62%). Responden yang

menjawab sangat setuju masyarakat menghargai profesi keguruan 70

orang (57,38%). Rata-rata penghargaan profesi guru 4,57 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendapat

kesempatan untuk promosi jabatan sebagai wakasek atau wali kelas

tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju mendapat

kesempatan untuk promosi jabatan sebagai wakasek atau wali kelas

tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu mendapat kesempatan

untuk promosi jabatan sebagai wakasek atau wali kelas 3 orang

(2,46%). Responden yang menjawab setuju mendapat kesempatan

untuk promosi jabatan sebagai wakasek atau wali kelas 41 orang

(33,61%). Responden yang menjawab sangat setuju mendapat

139
kesempatan untuk promosi jabatan sebagai wakasek atau wali kelas 78

orang (63,93%). Rata-rata kesempatan promosi jabatan mencapai 4,61

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendapat

kemudahan dalam mengurus kenaikan pangkat tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju mendapat kemudahan dalam mengurus

kenaikan pangkat tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

mendapat kemudahan dalam mengurus kenaikan pangkat tidak ada.

Responden yang menjawab setuju mendapat kemudahan dalam

mengurus kenaikan pangkat 31 orang (25,41%). Responden yang

menjawab sangat setuju mendapat kemudahan dalam mengurus

kenaikan pangkat 91 orang (74,59%). Rata-rata kemudahan mengurus

pangkat 4,75 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menyelesaikan

tugas yang diberikan dengan tepat waktu tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

tepat waktu tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu 1 orang

(0,82%). Responden yang menjawab setuju menyelesaikan tugas yang

diberikan dengan tepat waktu 32 orang (26,23%). Responden yang

menjawab sangat setuju menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

tepat waktu 89 orang (72,95%). Rata-rata ketepatan waktu

menyelesaikan tugas 4,72 (sangat baik).

140
Responden yang menjawab sangat tidak setuju menggunakan

wewenang yang diberikan sesuai dengan aturan tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju menggunakan wewenang yang diberikan

sesuai dengan aturan tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

menggunakan wewenang yang diberikan sesuai dengan aturan 2 orang

(1,64%). Responden yang menjawab setuju menggunakan wewenang

yang diberikan sesuai dengan aturan 25 orang (20,49%). Responden

yang menjawab sangat setuju menggunakan wewenang yang diberikan

sesuai dengan aturan 95 orang (77,87%). Rata-rata penggunaan

wewenang mencapai 4,76 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasa bangga

dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju merasa bangga dengan tugas dan tanggung

jawab yang di emban tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

merasa bangga dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban 2

orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju merasa bangga

dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban 23 orang (18,85%).

Responden yang menjawab sangat setuju merasa bangga dengan tugas

dan tanggung jawab yang di emban 97 orang (79,51%). Rata-rata guru

yang merasa bangga dengan tanggung jawab yang diemban mencapai

4,78.

Responden yang menjawab sangat tidak setuju dalam

menjalankan tugas saling menghargai dengan rekan sekerja tidak ada.

141
Responden yang menjawab tidak setuju dalam menjalankan tugas saling

menghargai dengan rekan sekerja tidak ada. Responden yang menjawab

ragu-ragu dalam menjalankan tugas saling menghargai dengan rekan

sekerja 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju dalam

menjalankan tugas saling menghargai dengan rekan sekerja 23 orang

(18,85%). Responden yang menjawab sangat setuju dalam menjalankan

tugas saling menghargai dengan rekan sekerja 97 orang (79,51%). Rata-

rata saling menghargai dalam beertugas 4,78 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju hubungan kerja

dengan sesama rekan kerja berjalan dengan baik tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju hubungan kerja dengan sesama rekan kerja

berjalan dengan baik tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

hubungan kerja dengan sesama rekan kerja berjalan dengan baik 3

orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju hubungan kerja

dengan sesama rekan kerja berjalan dengan baik 28 orang (22,95%).

Responden yang menjawab sangat setuju hubungan kerja dengan

sesama rekan kerja berjalan dengan baik 91 orang (74,59%). Rata-rata

hubungan kerja dengan rekan sejawat mencapai 4,72 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menyusun

perangkat pembelajaran bersama-sama dengan rekan kerja seumpun

tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju menyusun perangkat

pembelajaran bersama-sama dengan rekan kerja seumpun tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu menyusun perangkat

142
pembelajaran bersama-sama dengan rekan kerja seumpun 2 orang

(1,64%). Responden yang menjawab setuju menyusun perangkat

pembelajaran bersama-sama dengan rekan kerja seumpun 62 orang

(50,82%). Responden yang menjawab sangat setuju menyusun

perangkat pembelajaran bersama-sama dengan rekan kerja seumpun 58

orang (47,54%). Rata-rata bekerja sama dalam penyusunan perangkat

pembelajaran 4,46 (sangat baik.

Responden yang menjawab sangat tidak setuju komunikasi

dengan sesama guru terjalin dengan baik tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju komunikasi dengan sesama guru terjalin dengan

baik tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu komunikasi

dengan sesama guru terjalin dengan baik 2 orang (1,64%). Responden

yang menjawab setuju komunikasi dengan sesama guru terjalin dengan

baik 42 orang (34,43%). Responden yang menjawab sangat setuju

komunikasi dengan sesama guru terjalin dengan baik 78 orang

(63,93%). Rata-rata jalinan komunikasi sesame guru 4,62 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju hubungan dengan siswa

tercipta dalam suasana yang harmonis tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju hubungan dengan siswa tercipta dalam suasana

yang harmonis tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

hubungan dengan siswa tercipta dalam suasana yang

harmonis 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju hubungan

dengan siswa tercipta dalam suasana yang harmonis 61 orang (50,00%).

143
Responden yang menjawab sangat setuju hubungan dengan siswa

tercipta dalam suasana yang harmonis 57 orang (46,72%). Rata-rata

keharmonisan hubungan guru dengan siswa 4,43 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju hubungan

anatara kepala sekolah dengan semua warga sekolah terjalin dengan

harmonis tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju hubungan

anatara kepala sekolah dengan semua warga sekolah terjalin dengan

harmonis tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu hubungan

anatara kepala sekolah dengan semua warga sekolah terjalin dengan

harmonis 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju hubungan

anatara kepala sekolah dengan semua warga sekolah terjalin dengan

harmonis 55 orang (45,08%). Responden yang menjawab sangat setuju

hubungan anatara kepala sekolah dengan semua warga sekolah terjalin

dengan harmonis 64 orang (52,46%). Rata-rata hubungan kepala

sekolah dengan warga sekolah 4,50 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju dibantu kepala

sekolah dalam menyelesaikan tugas tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju dibantu kepala sekolah dalam menyelesaikan

tugas tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu dibantu kepala

sekolah dalam menyelesaikan tugas 3 orang (2,46%). Responden yang

menjawab setuju dibantu kepala sekolah dalam menyelesaikan tugas 50

orang (40,98%). Responden yang menjawab sangat setuju dibantu

kepala sekolah dalam menyelesaikan tugas 69 orang (56,56%). Rata-

144
rata bantuan kepala sekolah dalam menyelesaikan pekerjaan 4,54

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju atasan selalu

memberikan perhatian kepada guru tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju atasan selalu memberikan perhatian kepada guru

tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu atasan selalu

memberikan perhatian kepada guru 3 orang (2,46%). Responden yang

menjawab setuju atasan selalu memberikan perhatian kepada guru 52

orang (42,62%). Responden yang menjawab sangat setuju atasan selalu

memberikan perhatian kepada guru 67 orang (54,92%). Rata-rata

perhatian atasan terhadap guru 4,52 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasa aman

dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju merasa aman dalam melaksanakan proses

belajar mengajar tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

merasa aman dalam melaksanakan proses belajar mengajar 4 orang

(3,28%). Responden yang menjawab setuju merasa aman dalam

melaksanakan proses belajar mengajar 53 orang (43,44%). Responden

yang menjawab sangat setuju merasa aman dalam melaksanakan proses

belajar mengajar 65 orang (53,28%). Rata-rata keamanan dalam proses

belajar mengajar 4,50 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasa aman

dalam melakukan pekerjaan di sekolah tidak ada. Responden yang

145
menjawab tidak setuju merasa aman dalam melakukan pekerjaan di

sekolah tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa aman

dalam melakukan pekerjaan di sekolah 4 orang (3,28%). Responden

yang menjawab setuju merasa aman dalam melakukan pekerjaan di

sekolah 64 orang (52,46%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasa aman dalam melakukan pekerjaan di sekolah 54 orang

(44,26%). Rata-rata keamanan melakukan pekerjaan di sekolah 4,41

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju kebijakan yang

dikeluarkan kepala sekolah mendorong untuk meningkatkan

kompetensi tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju

kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah mendorong untuk

meningkatkan kompetensi tidak ada. Responden yang menjawab ragu-

ragu kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah mendorong untuk

meningkatkan kompetensi 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab

setuju kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah mendorong untuk

meningkatkan kompetensi 42 orang (34,43%). Responden yang

menjawab sangat setuju 76 orang (62,30%). Rata-rata dorongan

meningkatkan kompetensi 4,59 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju dalam

menyelesaikan masalah, atasan bertindak bijaksana tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju dalam menyelesaikan masalah,

atasan bertindak bijaksana tidak ada. Responden yang menjawab ragu-

146
ragu dalam menyelesaikan masalah, atasan bertindak bijaksana 6 orang

(4,92%). Responden yang menjawab setuju dalam menyelesaikan

masalah, atasan bertindak bijaksana 30 orang (24,59%). Responden

yang menjawab sangat setuju dalam menyelesaikan masalah, atasan

bertindak bijaksana 86 orang (70,49%). Rata-rata kebijaksanaan

menyelesaikan masalah 4,66 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendapat

kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju mendapat kesempatan untuk belajar hal-hal yang

baru tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu mendapat

kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru 2 orang (1,64%).

Responden yang menjawab setuju mendapat kesempatan untuk belajar

hal-hal yang baru 69 orang (56,56%). Responden yang menjawab

sangat setuju mendapat kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru 51

orang (41,80%). Rata-rata kesempatan untuk belajar 4,40 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memiliki

peluang dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan serta

kemampuan tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju

memiliki peluang dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

serta kemampuan tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

memiliki peluang dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

serta kemampuan 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju

memiliki peluang dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

147
serta kemampuan 68 orang (55,74%). Responden yang menjawab

sangat setuju memiliki peluang dan kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan serta kemampuan 51 orang (41,80%). Rata-rata

kesempatan mengembangkan keterampilan atau kemampuan 4,39

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mendapat

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju mendapat kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu mendapat

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 1 orang (0,82%). Responden

yang menjawab setuju mendapat kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan 33 orang (27,05%). Responden yang menjawab sangat

setuju mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 88 orang

(72,13%). Rata-rata kesempatan melanjutkan poendidikan 4,71 (sangat

baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju kepala sekolah

mengikut sertakan mengikuti penataran tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju kepala sekolah mengikut sertakan mengikuti

penataran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu kepala

sekolah mengikut sertakan mengikuti penataran 3 orang (2,46%).

Responden yang menjawab setuju kepala sekolah mengikut sertakan

mengikuti penataran 40 orang (32,79%). Responden yang menjawab

148
sangat setuju kepala sekolah mengikut sertakan mengikuti penataran 79

orang (64,75%). Rata-rata ikut serta dalam penataran 4,62 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasakan kondisi

lingkungan tempat kerja turut menunjang pekerjaan tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju merasakan kondisi lingkungan

tempat kerja turut menunjang pekerjaan tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu merasakan kondisi lingkungan tempat kerja turut

menunjang pekerjaan 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

setuju merasakan kondisi lingkungan tempat kerja turut menunjang

pekerjaan 28 orang (22,95%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasakan kondisi lingkungan tempat kerja turut menunjang pekerjaan

89 orang (72,95%). Rata-rata lingkungan kerja menunjang pekerjaan

4,69 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasakan

keadaan sarana prasarana mengajar yang tersedia turut menunjang

pekerjaan tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju merasakan

keadaan sarana prasarana mengajar yang tersedia turut menunjang

pekerjaan tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu merasakan

keadaan sarana prasarana mengajar yang tersedia turut menunjang

pekerjaan 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju

merasakan keadaan sarana prasarana mengajar yang tersedia turut

menunjang pekerjaan 36 orang (29,51%). Responden yang menjawab

sangat setuju merasakan keadaan sarana prasarana mengajar yang

149
tersedia turut menunjang pekerjaan 82 orang (67,21%). Rata-rata sarana

menunjang pembelajaran 4,64 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju merasa keadaan

kelas serta jumlah siswa turut menunjang pekerjaan tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju merasa keadaan kelas serta

jumlah siswa turut menunjang pekerjaan tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu merasa keadaan kelas serta jumlah siswa turut

menunjang pekerjaan 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab

setuju merasa keadaan kelas serta jumlah siswa turut menunjang

pekerjaan 48 orang (39,34%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasa keadaan kelas serta jumlah siswa turut menunjang pekerjaan 70

orang (57,38%). Rata-rata keadaan kelas menunjang pembelajaran 4,54

(sangat baik).

Nilai rata-rata tertinggi 4,78 yaitu responden merasa bangga

dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban, dalam menjalankan

tugas saling menghargai dengan rekan sekerja. Nilai rata-rata terendah

4,39 yaitu responden memiliki peluang dan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan serta kemampuan. Rata-rata motivasi

seluruhnya 4,59 di bulatkan menjadi 4,6 dengan kategori sangat baik.

150
Tabel 4.11

Hasil Penilaian Motivasi Kerja

NO. Nilai Jumlah Persen Kategori Ket


1. 80 - 100 122 100 Sangat baik A
2. 59 – 79
3. 39 - 58
4. 20 - 38

140 122
120
100
100
80 - 100
80
59 – 79
60 39 - 58
40 20 - 38
20
0
Jumlah Persen

Grafik 4.2 Hasil Penilaian Motivasi Kerja

Tabel 4.12

Kriteria Penilaian Motivasi Kerja

No. Nilai Kategori Keterangan


1. 80-100 Sangat tinggi A
2. 59- 79 Tinggi B
3. 39 - 58 Sedang C
4. 20-38 Rendah D

151
3. Deskripsi Semangat Kerja

Tabel 4.13

Deskripsi Semangat Kerja

Kategori Skor
No. Item

Total Rata-
N
Skor rata
Sangat
Tidak Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju
Setuju
f % f % f % f % f %
1 122 0 0 0 0 4 3,28 27 22,13 91 74,59 575 4,71
2 122 0 0 0 0 5 4,10 60 49,18 57 46,72 540 4,43
3 122 0 0 0 0 3 2,46 62 50,82 57 46,72 542 4,44
4 122 0 0 104 85,25 14 11,48 4 3,28 0 0,00 266 2,18
5 122 0 0 103 84,43 11 9,02 5 4,10 3 2,46 274 2,25
6 122 0 0 0 0 2 1,64 53 43,44 67 54,92 553 4,53
7 122 0 0 0 0 1 0,82 63 51,64 58 47,54 545 4,47
8 122 0 0 0 0 0 0,00 44 36,07 78 63,93 566 4,64
9 122 0 0 0 0 1 0,82 35 28,69 86 70,49 573 4,70
10 122 0 0 0 0 0 0,00 43 35,25 79 64,75 567 4,65
11 122 0 0 0 0 2 1,64 46 37,70 74 60,66 560 4,59
12 122 0 0 0 0 0 0,00 61 50,00 61 50,00 549 4,50
13 122 0 0 0 0 3 2,46 66 54,10 53 43,44 538 4,41
14 122 0 0 0 0 2 1,64 65 53,28 55 45,08 541 4,43
15 122 0 0 0 0 4 3,28 54 44,26 64 52,46 548 4,49
16 122 0 0 0 0 3 2,46 58 47,54 61 50,00 546 4,48
17 122 0 0 0 0 1 0,82 65 53,28 56 45,90 543 4,45
18 122 0 0 0 0 2 1,64 75 61,48 45 36,89 531 4,35
19 122 0 0 0 0 4 3,28 70 57,38 48 39,34 532 4,36
20 122 0 0 0 0 0 0,00 75 61,48 47 38,52 535 4,39
21 122 0 0 91 74,59 24 19,67 5 4,10 2 1,64 284 2,33
22 122 0 0 0 0 2 1,64 69 56,56 51 41,80 537 4,40
23 122 0 0 0 0 1 0,82 64 52,46 57 46,72 544 4,46
24 122 0 0 0 0 3 2,46 55 45,08 64 52,46 549 4,50
25 122 0 0 0 0 4 3,28 52 42,62 66 54,10 550 4,51
26 122 0 0 0 0 1 0,82 58 47,54 63 51,64 550 4,51
27 122 0 0 0 0 3 2,46 55 45,08 64 52,46 549 4,50
28 122 0 0 0 0 4 3,28 92 75,41 26 21,31 510 4,18
29 122 0 0 0 0 1 0,82 41 33,61 80 65,57 567 4,65

152
30 122 0 0 0 0 4 3,28 45 36,89 73 59,84 557 4,57

153
31 122 0 0 0 0 0 0,00 47 38,52 75 61,48 563 4,61
32 122 0 0 0 0 6 4,92 55 45,08 61 50,00 543 4,45
33 122 0 0 0 0 4 3,28 42 34,43 76 62,30 560 4,59
34 122 0 0 0 0 0 0,00 52 42,62 70 57,38 558 4,57
35 122 0 0 0 0 3 2,46 64 52,46 55 45,08 540 4,43
36 122 0 0 0 0 1 0,82 71 58,20 50 40,98 537 4,40
37 122 0 0 0 0 2 1,64 65 53,28 55 45,08 541 4,43
38 122 0 0 0 0 0 0,00 62 50,82 60 49,18 548 4,49
39 122 0 0 0 0 4 3,28 58 47,54 60 49,18 544 4,46
40 122 0 0 0 0 5 4,10 57 46,72 60 49,18 543 4,45
41 122 0 0 0 0 0 0,00 43 35,25 79 64,75 567 4,65
42 122 0 0 0 0 1 0,82 59 48,36 62 50,82 549 4,50
Jumlah 182
Rata-rata 4,34

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju bekerja

dengan penuh kesungguhan hati. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju bekerja dengan penuh kesungguhan hati. Responden yang

menjawab ragu-ragu bekerja dengan penuh kesungguhan hati 4 orang

(3,28%). Responden yang menjawab setuju bekerja dengan penuh

kesungguhan hati 27 orang (22,13%). Responden yang menjawab

sangat setuju bekerja dengan penuh kesungguhan hati 91 orang

(74,59%). Rata-rata yang bekerja dengan penuh kesungguhan hati

mencapai 4,71 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju berusaha

dengan sungguh-sungguh melaksanakan pekerjaan. Responden tidak

ada yang menjawab tidak setuju berusaha dengan sungguh-sungguh

melaksanakan pekerjaan. Responden yang menjawab ragu-ragu

berusaha dengan sungguh-sungguh melaksanakan pekerjaan 5 orang

153
(4,10%). Responden yang menjawab setuju berusaha dengan sungguh-

sungguh melaksanakan pekerjaan 60 orang (49,18%). Responden yang

menjawab sangat setuju berusaha dengan sungguh-sungguh

melaksanakan pekerjaan 57 orang (46,72%). Rata-rata yang berusaha

dengan sungguh-sungguh melaksanakan pekerjaan mencapai 4,43

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

telah berusaha dengan penuh kesungguhan hati untuk melasanakan

tugas serta kewajiban hati untuk melaksanakan tugas serta kewajiban

dengan sebaik-baiknya. Responden tidak ada yang menjawab tidak

setuju merasa telah berusaha dengan penuh kesungguhan hati untuk

melasanakan tugas serta kewajiban hati untuk melaksanakan tugas serta

kewajiban dengan sebaik-baiknya. Responden yang menjawab ragu-

ragu merasa telah berusaha dengan penuh kesungguhan hati untuk

melasanakan tugas serta kewajiban hati untuk melaksanakan tugas serta

kewajiban dengan sebaik-baiknya 3 orang (2,46%). Responden yang

menjawab setuju merasa telah berusaha dengan penuh kesungguhan hati

untuk melasanakan tugas serta kewajiban hati untuk melaksanakan

tugas serta kewajiban dengan sebaik-baiknya 62 orang (50,82%).

Responden yang menjawab sangat setuju merasa telah berusaha dengan

penuh kesungguhan hati untuk melasanakan tugas serta kewajiban hati

untuk melaksanakan tugas serta kewajiban dengan sebaik-baiknya 57

orang (46,72%). Rata-rata yang merasa telah berusaha dengan penuh

154
kesungguhan hati untuk melaksanakan tugas serta kewajiban dengan

sebaik-baiknya mencapai 4,44 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju rekan

sejawat di tempat kerja tidak memberi semangat kerja untuk

melaksanakan semua tugas. Responden yang menjawab tidak setuju

rekan sejawat di tempat kerja tidak memberi semangat kerja untuk

melaksanakan semua tugas 104 orang (85,25%). Responden yang

menjawab ragu-ragu rekan sejawat di tempat kerja tidak memberi

semangat kerja untuk melaksanakan semua tugas 14 orang (11,48%).

Responden yang menjawab setuju rekan sejawat di tempat kerja tidak

memberi semangat kerja untuk melaksanakan semua tugas 4 orang

(3,28%). Responden tidak ada yang menjawab sangat setuju rekan

sejawat di tempat kerja tidak memberi semangat kerja untuk

melaksanakan semua tugas. Rata-rata yang rekan sejawat di tempat

kerja tidak memberi semangat kerja untuk melaksanakan semua tugas

mencapai 2,18 .

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

putus asa menghadapi kegagalan dalam melaksanakan tugas.

Responden yang menjawab tidak setuju merasa putus asa menghadapi

kegagalan dalam melaksanakan tugas 103 orang (84,43%). Responden

yang menjawab ragu-ragu merasa putus asa menghadapi kegagalan

dalam melaksanakan tugas 11 orang (9,02%). Responden yang

menjawab setuju merasa putus asa menghadapi kegagalan dalam

155
melaksanakan tugas 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

sangat setuju merasa putus asa menghadapi kegagalan dalam

melaksanakan tugas 3 orang (2,46%). Rata-rata yang merasa putus asa

menghadapi kegagalan dalam melaksanakan tugas mencapai 2,25.

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju berusaha

melaksanakan tugas dengan baik tidak pernah menyerah. Responden

tidak ada yang menjawab tidak setuju berusaha melaksanakan tugas

dengan baik tidak pernah menyerah. Responden yang menjawab ragu-

ragu berusaha melaksanakan tugas dengan baik tidak pernah menyerah

2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju berusaha

melaksanakan tugas dengan baik tidak pernah menyerah 53 orang

(43,44%). Responden yang menjawab sangat setuju berusaha

melaksanakan tugas dengan baik tidak pernah menyerah 67 orang

(54,92%). Rata-rata yang berusaha melaksanakan tugas dengan baik

tidak pernah menyerah mencapai 4,53 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

telah mematuhi disiplin kerja yang berlaku disekolah tempat bekerja.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju merasa telah

mematuhi disiplin kerja yang berlaku disekolah tempat bekerja.

Responden yang menjawab ragu-ragu merasa telah mematuhi disiplin

kerja yang berlaku disekolah tempat bekerja 1 orang (0,82%).

Responden yang menjawab setuju merasa telah mematuhi disiplin kerja

yang berlaku disekolah tempat bekerja 63 orang (51,64%). Responden

156
yang menjawab sangat setuju merasa telah mematuhi disiplin kerja

yang berlaku disekolah tempat anda bekerja 58 orang (47,54%). Rata-

rata yang merasa telah mematuhi disiplin kerja yang berlaku disekolah

tempat bekerja mencapai 4,47 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

melaksanakan tugas, mentaati kode etik pendidikan. Responden tidak

ada yang menjawab tidak setuju dalam melaksanakan tugas, mentaati

kode etik pendidikan. Responden yang menjawab ragu-ragu dalam

melaksanakan tugas, mentaati kode etik pendidikan tidak ada.

Responden yang menjawab setuju dalam melaksanakan tugas, mentaati

kode etik pendidikan 44 orang (36,07%). Responden yang menjawab

sangat setuju dalam melaksanakan tugas, mentaati kode etik pendidikan

78 orang (63,93%). Rata-rata yang dalam melaksanakan tugas, mentaati

kode etik pendidikan mencapai 4,64 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

melaksanakan tugas, mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh

pemerintah. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju dalam

melaksanakan tugas, mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh

pemerintah. Responden yang menjawab ragu-ragu dalam melaksanakan

tugas, mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh pemerintah 1 orang

(0,82%). Responden yang menjawab setuju dalam melaksanakan tugas,

mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh pemerintah 35 orang

(28,69%). Responden yang menjawab sangat setuju dalam

157
melaksanakan tugas, mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh

pemerintah 86 orang (70,49%). Rata-rata yang dalam melaksanakan

tugas, mengikuti disiplin pegawai yang diatur oleh pemerintah

mencapai 4,70.

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

semua tugas yang dibebankan atasan telah dikerjakan dengan sebaik-

baiknya. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju merasa

semua tugas yang dibebankan atasan telah dikerjakan dengan sebaik-

baiknya. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa semua tugas

yang dibebankan atasan telah dikerjakan dengan sebaik-baiknya tidak

ada. Responden yang menjawab setuju merasa semua tugas yang

dibebankan atasan telah dikerjakan dengan sebaik-baiknya 43 orang

(35,25%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa semua tugas

yang dibebankan atasan telah dikerjakan dengan sebaik-baiknya 79

orang (64,75%). Rata-rata yang merasa semua tugas yang dibebankan

atasan telah dikerjakan dengan sebaik-baiknya mencapai 4,65 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan atasan di

tempat kerja. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju merasa

selalu menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan atasan di

tempat kerja. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa selalu

menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan atasan di tempat

158
kerja 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju merasa selalu

menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan atasan di tempat

kerja 46 orang (37,70%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasa selalu menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan

atasan di tempat kerja 74 orang (60,66%). Rata-rata yang merasa selalu

menciptakan hubungan-hubungan kerjasama dengan atasan di tempat

kerja mencapai 4,59 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan di tempat kerja. Responden tidak

ada yang menjawab tidak setuju merasa selalu melaksanakan segala

ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pendidikan di tempat kerja. Responden yang menjawab ragu-ragu

merasa selalu melaksanakan segala ketentuan yang merupakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan di tempat kerja

tidak ada. Responden yang menjawab setuju merasa selalu

melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan di tempat kerja 61 orang

(50,00%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa selalu

melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan di tempat kerja 61 orang

(50,00%). Rata-rata yang merasa selalu melaksanakan segala ketentuan

159
yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan di

tempat kerja mencapai 4,50 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju berusaha

untuk menjalankan setiap kebijaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju berusaha untuk

menjalankan setiap kebijaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah.

Responden yang menjawab ragu-ragu berusaha untuk menjalankan

setiap kebijaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah 3 orang (2,46%).

Responden yang menjawab setuju berusaha untuk menjalankan setiap

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah 66 orang (54,10%).

Responden yang menjawab sangat setuju berusaha untuk menjalankan

setiap kebijaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah 53 orang (43,44%).

Rata-rata yang berusaha untuk menjalankan setiap kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh sekolah mencapai 4,41 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

setiap penampilan di tempat kerja selalu bergairah dan bersemangat.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju dalam setiap

penampilan di tempat kerja selalu bergairah dan bersemangat.

Responden yang menjawab ragu-ragu dalam setiap penampilan di

tempat kerja selalu bergairah dan bersemangat 2 orang (1,64%).

Responden yang menjawab setuju dalam setiap penampilan di tempat

kerja selalu bergairah dan bersemangat 65 orang (53,28%). Responden

yang menjawab sangat setuju dalam setiap penampilan di tempat kerja

160
selalu bergairah dan bersemangat 55 orang (45,08%). Rata-rata yang

dalam setiap penampilan di tempat kerja selalu bergairah dan

bersemangat mencapai 4,43 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

senang dan gembira dalam melaksanakan tugas yang dibebankan

walaupun tugas itu dirasakan berat. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju merasa senang dan gembira dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan walaupun tugas itu dirasakan berat. Responden

yang menjawab ragu-ragu merasa senang dan gembira dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan walaupun tugas itu dirasakan

berat 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju merasa

senang dan gembira dalam melaksanakan tugas yang dibebankan

walaupun tugas itu dirasakan berat 54 orang (44,26%). Responden yang

menjawab sangat setuju merasa senang dan gembira dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan walaupun tugas itu dirasakan

berat 64 orang (52,46%). Rata-rata yang merasa senang dan gembira

dalam melaksanakan tugas yang dibebankan walaupun tugas itu

dirasakan berat mencapai 4,49 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

melaksanakan tugas datang kesekolah sebelum kegiatan dimulai.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju dalam melaksanakan

tugas datang kesekolah sebelum kegiatan dimulai. Responden yang

menjawab ragu-ragu dalam melaksanakan tugas datang kesekolah

161
sebelum kegiatan dimulai 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab

setuju dalam melaksanakan tugas datang kesekolah sebelum kegiatan

dimulai 58 orang (47,54%). Responden yang menjawab sangat setuju

dalam melaksanakan tugas datang kesekolah sebelum kegiatan dimulai

61 orang (50,00%). Rata-rata yang dalam melaksanakan tugas datang

kesekolah sebelum kegiatan dimulai mencapai 4,48 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

memberikan pelajaran kepada siswa-siswa, masuk kelas tepat pada

waktunya. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju dalam

memberikan pelajaran kepada siswa-siswa, masuk kelas tepat pada

waktunya. Responden yang menjawab ragu-ragu dalam memberikan

pelajaran kepada siswa-siswa, masuk kelas tepat pada waktunya 1 orang

(0,82%). Responden yang menjawab setuju dalam memberikan

pelajaran kepada siswa-siswa, masuk kelas tepat pada waktunya 65

orang (53,28%). Responden yang menjawab sangat setuju dalam

memberikan pelajaran kepada siswa-siswa, masuk kelas tepat pada

waktunya 56 orang (45,90%). Rata-rata yang dalam memberikan

pelajaran kepada siswa-siswi, masuk kelas tepat pada waktunya

mencapai 4,45 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju tahu

bahwa gaji guru hanya cukup untuk hidup sederhana dengan keluarga,

merasa senang dengan pekerjaan. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju setuju tahu bahwa gaji guru hanya cukup untuk hidup

162
sederhana dengan keluarga, merasa senang dengan pekerjaan.

Responden yang menjawab ragu-ragu setuju tahu bahwa gaji guru

hanya cukup untuk hidup sederhana dengan keluarga, merasa senang

dengan pekerjaan 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju

setuju tahu bahwa gaji guru hanya cukup untuk hidup sederhana dengan

keluarga, merasa senang dengan pekerjaan 75 orang (61,48%).

Responden yang menjawab sangat setuju setuju tahu bahwa gaji guru

hanya cukup untuk hidup sederhana dengan keluarga, merasa senang

dengan pekerjaan 45 orang (36,89%). Rata-rata yang tahu bahwa gaji

guru hanya cukup untuk hidup sederhana dengan keluarga, merasa

senang dengan pekerjaan mencapai 4,35 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

melaksanakan tugas bertutur kata baik. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju dalam melaksanakan tugas bertutur kata baik.

Responden yang menjawab ragu-ragu dalam melaksanakan tugas

bertutur kata baik 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju

dalam melaksanakan tugas bertutur kata baik 70 orang (57,38%).

Responden yang menjawab sangat setuju dalam melaksanakan tugas

bertutur kata baik 48 orang (39,34%). Rata-rata yang dalam

melaksanakan tugas bertutur kata baik mencapai 4,36 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju dalam

menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas, meminta

penjelasan dari atasan. Responden tidak ada yang menjawab tidak

163
setuju dalam menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas,

meminta penjelasan dari atasan. Responden yang menjawab ragu-ragu

dalam menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas, meminta

penjelasan dari atasan tidak ada. Responden yang menjawab setuju

dalam menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas, meminta

penjelasan dari atasan 75 orang (61,48%). Responden yang menjawab

sangat setuju dalam menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan

tugas, meminta penjelasan dari atasan 47 orang (38,52%). Rata-rata

yang dalam menghadapi hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas,

meminta penjelasan dari atasan mencapai 4,39 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

tidak bersikap ramah-tamah terhadap rekan sejawat di tempat kerja.

Responden yang menjawab tidak setuju merasa tidak bersikap ramah-

tamah terhadap rekan sejawat di tempat kerja 91 orang (74,59%).

Responden yang menjawab ragu-ragu merasa tidak bersikap ramah-

tamah terhadap rekan sejawat di tempat kerja 24 orang (19,67%).

Responden yang menjawab setuju merasa tidak bersikap ramah-tamah

terhadap rekan sejawat di tempat kerja 5 orang (4,10%). Responden

yang menjawab sangat setuju merasa tidak bersikap ramah-tamah

terhadap rekan sejawat di tempat kerja 2 orang (1,64%). Rata-rata yang

merasa tidak berksikap ramah-tamah terhadap rekan sejawat di tempat

kerja mencapai 2,33 .

164
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju hubungan

dengan rekan kerja terjalin dengan harmonis. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju hubungan dengan rekan kerja terjalin dengan

harmonis. Responden yang menjawab ragu-ragu hubungan dengan

rekan kerja terjalin dengan harmonis 2 orang (1,64%). Responden yang

menjawab setuju hubungan dengan rekan kerja terjalin dengan

harmonis 69 orang (56,56%). Responden yang menjawab sangat setuju

hubungan dengan rekan kerja terjalin dengan harmonis 51 orang

(41,80%). Rata-rata yang hubungan dengan rekan kerja terjalin dengan

harmonis mencapai 4,40 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu berusaha menciptakan suasana persahabatan dengan rekan

sejawat di tempat kerja. Responden tidak ada yang menjawab tidak

setuju merasa selalu berusaha menciptakan suasana persahabatan

dengan rekan sejawat di tempat kerja. Responden yang menjawab ragu-

ragu merasa selalu berusaha menciptakan suasana persahabatan dengan

rekan sejawat di tempat kerja 1 orang (0,82%). Responden yang

menjawab setuju merasa selalu berusaha menciptakan suasana

persahabatan dengan rekan sejawat di tempat kerja 64 orang (52,46%).

Responden yang menjawab sangat setuju merasa selalu berusaha

menciptakan suasana persahabatan dengan rekan sejawat di tempat

kerja 57 orang (46,72%). Rata-rata yang merasa selalu berusaha

165
menciptakan suasana persahabatan dengan rekan sejawat di tempat

kerja mencapai 4,46.

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu berusaha meningkatkan efisien kerja. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju merasa selalu berusaha meningkatkan efisien

kerja. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa selalu berusaha

meningkatkan efisien kerja 3 orang (2,46%). Responden yang

menjawab setuju merasa selalu berusaha meningkatkan efisien kerja 55

orang (2,46%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa selalu

berusaha meningkatkan efisien kerja 64 orang (52,46%). Rata-rata yang

merasa selalu berusaha meningkatkan efisien kerja mencapai 4,50

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

tidak pernah menunda-nunda pekerjaan yang merupakan tugas.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju merasa tidak pernah

menunda-nunda pekerjaan yang merupakan tugas. Responden yang

menjawab ragu-ragu merasa tidak pernah menunda-nunda pekerjaan

yang merupakan tugas 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab

setuju merasa tidak pernah menunda-nunda pekerjaan yang merupakan

tugas 52 orang (42,62%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasa tidak pernah menunda-nunda pekerjaan yang merupakan tugas

66 orang (54,10%). Rata-rata yang merasa tidak pernah menunda-nunda

pekerjaan yang merupakan tugas mencapai 4,51 (sangat baik).

166
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu berusaha memperbaiki, mengembangkan kepribadian dan

meningkatkan efisiensi kerja. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju merasa selalu berusaha memperbaiki, mengembangkan

kepribadian dan meningkatkan efisiensi kerja. Responden yang

menjawab ragu-ragu merasa selalu berusaha memperbaiki,

mengembangkan kepribadian dan meningkatkan efisiensi kerja 1 orang

(0,82%). Responden yang menjawab setuju merasa selalu berusaha

memperbaiki, mengembangkan kepribadian dan meningkatkan efisiensi

kerja 58 orang (47,54%). Responden yang menjawab sangat setuju

merasa selalu berusaha memperbaiki, mengembangkan kepribadian dan

meningkatkan efisiensi kerja 63 orang (51,64%). Rata-rata yang merasa

selalu berusaha memperbaiki, mengembangkan kepribadian dan

meningkatkan efisiensi kerja mencapai 4,51 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu memperhatikan kegiatan siswa baik di dalam kelas maupun di

luar jam sekolah. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju

merasa selalu memperhatikan kegiatan siswa baik di dalam kelas

maupun di luar jam sekolah. Responden yang menjawab ragu-ragu

merasa selalu memperhatikan kegiatan siswa baik di dalam kelas

maupun di luar jam sekolah 3 orang (2,46%). Responden yang

menjawab setuju merasa selalu memperhatikan kegiatan siswa baik di

dalam kelas maupun di luar jam sekolah 55 orang (45,08%). Responden

167
yang menjawab sangat setuju merasa selalu memperhatikan kegiatan

siswa baik di dalam kelas maupun di luar jam sekolah 64 orang

(52,46%). Rata-rata yang merasa selalu memperhatikan kegiatan siswa

baik di dalam kelas maupun di luar jam sekolah mencapai 4,50 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu turut mengambil bagian aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler

bersama siswa-siswi di sekolah tempat kerja. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju merasa selalu turut mengambil bagian aktif

dalam kegiatan ekstrakulikuler bersama siswa-siswi di sekolah tempat

kerja. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa selalu turut

mengambil bagian aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler bersama siswa-

siswi di sekolah tempat kerja 4 orang (3,28%). Responden yang

menjawab setuju merasa selalu turut mengambil bagian aktif dalam

kegiatan ekstrakulikuler bersama siswa-siswi di sekolah tempat kerja 92

orang (75,41%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa selalu

turut mengambil bagian aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler bersama

siswa-siswi di sekolah tempat kerja 26 orang (21,31%). Rata-rata yang

merasa selalu turut mengambil bagian aktif dalam kegiatan

ekstrakulikuler bersama siswa-siswi di sekolah tempat kerja mecapai

4,18 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

telah menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk

168
memperbaiki dan meningkatkan pengajaran. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju merasa telah menggunakan semua sumber-

sumber yang tersedia untuk memperbaiki dan meningkatkan

pengajaran. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa telah

menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk memperbaiki

dan meningkatkan pengajaran 1 orang (0,82%). Responden yang

menjawab setuju merasa telah menggunakan semua sumber-sumber

yang tersedia untuk memperbaiki dan meningkatkan pengajaran 41

orang (33,61%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa telah

menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk memperbaiki

dan meningkatkan pengajaran 80 orang (65,57%). Rata-rata yang

merasa telah menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk

memperbaiki dan meningkatkan pengajaran mencapai 4,65 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju bila alat-

alat pelajaran tidak tersedia di sekolah, bersama siswa menciptakan alat-

alat pelajaran sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

diperoleh. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju bila alat-alat

pelajaran tidak tersedia di sekolah, bersama siswa menciptakan alat-alat

pelajaran sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

diperoleh. Responden yang menjawab ragu-ragu bila alat-alat pelajaran

tidak tersedia di sekolah, bersama siswa menciptakan alat-alat pelajaran

sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

169
diperoleh 4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju bila alat-

alat pelajaran tidak tersedia di sekolah, bersama siswa menciptakan alat-

alat pelajaran sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

diperoleh 45 orang (36,89%). Responden yang menjawab sangat setuju

bila alat-alat pelajaran tidak tersedia di sekolah, bersama siswa

menciptakan alat-alat pelajaran sendiri dengan menggunakan bahan-

bahan yang mudah diperoleh 73 orang (59,84%). Rata-rata yang bila alat-

alat pelajaran tidak tersedia di sekolah, bersama siswa menciptakan alat-

alat pelajaran sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah

diperoleh mencapai 4,57 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

mendorong siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara

berkelompok. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju merasa

mendorong siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara

berkelompok. Responden tidak ada yang menjawab ragu-ragu merasa

mendorong siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara

berkelompok. Responden yang menjawab setuju merasa mendorong

siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara berkelompok

47 orang (38,52%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa

mendorong siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara

berkelompok 75 orang (61,48%). Rata-rata yang merasa mendorong

siswa untuk lebih giat belajar baik mandiri maupun secara berkelompok

mencapai 4,61 (sangat baik).

170
Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

telah menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk

memperbaiki serta, meningkatkan pengajaran. Responden tidak ada

yang menjawab tidak setuju merasa telah menggunakan semua sumber-

sumber yang tersedia untuk memperbaiki serta, meningkatkan

pengajaran. Responden yang menjawab ragu-ragu merasa telah

menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk memperbaiki

serta, meningkatkan pengajaran 6 orang (4,92%). Responden yang

menjawab setuju merasa telah menggunakan semua sumber-sumber

yang tersedia untuk memperbaiki serta, meningkatkan pengajaran 55

orang (45,08%). Responden yang menjawab sangat setuju merasa telah

menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk memperbaiki

serta, meningkatkan pengajaran 61 orang (50,00%). Rata-rata yang

merasa telah menggunakan semua sumber-sumber yang tersedia untuk

memperbaiki serta, meningkatkan pengajaran mencapai 4,45 (sangat

baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju berusaha

meningkatkan kompetensi diri sebagai pendidik. Responden tidak ada

yang menjawab tidak setuju berusaha meningkatkan kompetensi diri

sebagai pendidik. Responden yang menjawab ragu-ragu berusaha

meningkatkan kompetensi diri sebagai pendidik 4 orang (3,28%).

Responden yang menjawab setuju berusaha meningkatkan kompetensi

diri sebagai pendidik 42 orang (34,43%). Responden yang menjawab

171
sangat setuju berusaha meningkatkan kompetensi diri sebagai pendidik

76 orang (62,30%). Rata-rata yang berusaha meningkatkan kompetensi

diri sebagai pendidik mencapai 4,59 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju merasa

selalu tampil sebagai pengambil inisiatif dalam pelaksanaan tugas-tugas

di tempat kerja. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju

merasa selalu tampil sebagai pengambil inisiatif dalam pelaksanaan

tugas-tugas di tempat kerja. Responden yang menjawab ragu-ragu

merasa selalu tampil sebagai pengambil inisiatif dalam pelaksanaan

tugas-tugas di tempat kerja tidak ada. Responden yang menjawab setuju

merasa selalu tampil sebagai pengambil inisiatif dalam pelaksanaan

tugas-tugas di tempat kerja 52 orang (42,62%). Responden yang

menjawab sangat setuju merasa selalu tampil sebagai pengambil

inisiatif dalam pelaksanaan tugas-tugas di tempat kerja 70 orang

(57,38%). Rata-rata yang merasa selalu tampil sebagai pengambil

inisiatif dalam pelaksanaan tugas-tugas di tempat kerja mencapai 4,57

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju

menggunakan pakaian rapi dalam kerja. Responden tidak ada yang

menjawab tidak setuju menggunakan pakaian rapi dalam kerja.

Responden yang menjawab ragu-ragu menggunakan pakaian rapi dalam

kerja 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju menggunakan

pakaian rapi dalam kerja 64 orang (52,46%). Responden yang

172
menjawab sangat setuju menggunakan pakaian rapi dalam kerja 55

orang (45,08%). Rata-rata yang menggunakan pakaian rapi dalam kerja

mencapai 4,43 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju bertutur

kata sopan dalam mengajar. Responden tidak ada yang menjawab tidak

setuju bertutur kata sopan dalam mengajar. Responden yang menjawab

ragu-ragu bertutur kata sopan dalam mengajar 1 orang (0,82%).

Responden yang menjawab setuju bertutur kata sopan dalam mengajar

71 orang (58,20%). Responden yang menjawab sangat setuju bertutur

kata sopan dalam mengajar 50 orang (40,98%). Rata-rata yang bertutur

kata sopan dalam mengajar mencapai 4,40 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju bekerja

sama dengan kepala sekolah. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju bekerja sama dengan kepala sekolah. Responden yang

menjawab ragu-ragu bekerja sama dengan kepala sekolah 2 orang

(1,64%). Responden yang menjawab setuju bekerja sama dengan kepala

sekolah 65 orang (53,28%). Responden yang menjawab sangat setuju

bekerja sama dengan kepala sekolah 55 orang (45,08%). Rata-rata yang

bekerja sama dengan kepala sekolah mencapai 4,43 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju menjalin

hubungan dengan orang tua siswa. Responden tidak ada yang menjawab

tidak setuju menjalin hubungan dengan orang tua siswa. Responden

tidak ada yang menjawab ragu-ragu menjalin hubungan dengan orang

173
tua siswa. Responden yang menjawab setuju menjalin hubungan dengan

orang tua siswa 62 orang (50,82%). Responden yang menjawab sangat

setuju menjalin hubungan dengan orang tua siswa 60 orang (49,18%).

Rata-rata yang menjalin hubungan dengan orang tua siswa mencapai

4,49 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju

melaksanakan perintah kepala sekolah dengan senang hati. Responden

tidak ada yang menjawab tidak setuju melaksanakan perintah kepala

sekolah dengan senang hati. Responden yang menjawab ragu-ragu

melaksanakan perintah kepala sekolah dengan senang hati 4 orang

(3,28%). Responden yang menjawab setuju melaksanakan perintah

kepala sekolah dengan senang hati 58 orang (47,54%). Responden yang

menjawab sangat setuju melaksanakan perintah kepala sekolah dengan

senang hati 60 orang (49,18%). Rata-rata yang melaksanakan perintah

kepala sekolah dengan senang hati mencapai 4,46 (sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju

mengerjakan semua tugas dengan senang hati tanpa memikirkan materi.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju mengerjakan semua

tugas dengan senang hati tanpa memikirkan materi. Responden yang

menjawab ragu-ragu mengerjakan semua tugas dengan senang hati

tanpa memikirkan materi 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

setuju mengerjakan semua tugas dengan senang hati tanpa memikirkan

materi 57 orang (46,72%). Responden yang menjawab sangat setuju

174
mengerjakan semua tugas dengan senang hati tanpa memikirkan materi

60 orang (49,18%). Rata-rata mengerjakan semua tugas dengan senang

hati tanpa memikirkan materi mencapai 4,45.

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju membuat

penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar.

Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju membuat penelitian

tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar. Responden

tidak ada yang menjawab ragu-ragu membuat penelitian tindakan kelas

sebagai upaya meningkatkan hasil belajar. Responden yang menjawab

setuju membuat penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan

hasil belajar 43 orang (35,25%). Responden yang menjawab sangat

setuju membuat penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan

hasil belajar 79 orang (64,75%). Rata-rata yang membuat penelitian

tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mencapai 4,65

(sangat baik).

Responden tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju berani

membuat terobosan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Responden tidak ada yang menjawab tidak setuju berani

membuat terobosan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Responden yang menjawab ragu-ragu berani membuat

terobosan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran 1 orang (0,82%). Responden yang menjawab setuju

berani membuat terobosan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan

175
kualitas pembelajaran 59 orang (48,36%). Responden yang menjawab

sangat setuju berani membuat terobosan inovasi pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran 62 orang (50,82%). Rata-rata yang

berani membuat terobosan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran mencapai 4,50 (sangat baik).

Nilai rata-rata tertinggi 4,71 yaitu responden bekerja dengan penuh

kesungguhan hati. Nilai rata-rata terendah 2,18 yaitu responden rekan

sejawat di tempat kerja tidak memberi semangat kerja untuk

melaksanakan semua tugas. Rata-rata semangat kerja seluruhnya 4,34

di bulatkan menjadi 4 dengan kategor baik.

Tabel 4.14

Hasil Penilaian Semangat Kerja

No Nilai Jumlah Persen Kategori Ket


1 80 – 100 122 100 Sangat baik A
2 59 – 79
3 39 – 58
4 20 – 38

140
122
120 100
100
80 – 100
80 59 – 79
60 39 – 58
40 20 – 38

20
0

Grafik 4.3 Hasil Penilaian Semangat Kerja

176
Tabel 4.15

Kriteria Penilaian Semangat Kerja

No. Nilai Kategori Keterangan


1. 80-100 Sangat tinggi A
2. 59- 79 Tinggi B
3. 39 - 58 Sedang C
4. 20-38 Rendah D

4. Deskripsi Kinerja Guru

Tabel 4.16

Deskripsi Kinerja Guru

Kategori Skor Tota


No. Item

Rata-
N l
rata
Skor
1 2 3 4 5
F % f % f % f % f %
1 122 0 0 0 0 2 1,64 29 23,77 91 74,59 577 4,73
2 122 0 0 0 0 1 0,82 42 34,43 79 64,75 566 4,64
3 122 0 0 0 0 6 4,92 67 54,92 49 40,16 531 4,35
4 122 0 0 0 0 2 1,64 43 35,25 77 63,11 563 4,61
5 122 0 0 0 0 2 1,64 38 31,15 82 67,21 568 4,66
6 122 0 0 0 0 3 2,46 31 25,41 88 72,13 573 4,70
7 122 0 0 0 0 3 2,46 35 28,69 84 68,85 569 4,66
8 122 0 0 0 0 5 4,10 29 23,77 88 72,13 571 4,68
9 122 0 0 0 0 3 2,46 31 25,41 88 72,13 573 4,70
10 122 0 0 0 0 5 4,10 22 18,03 95 77,87 578 4,74
11 122 0 0 0 0 3 2,46 31 25,41 88 72,13 573 4,70
12 122 0 0 0 0 4 3,28 62 50,82 56 45,90 540 4,43
13 122 0 0 0 0 5 4,10 38 31,15 79 64,75 562 4,61
14 122 0 0 0 0 4 3,28 64 52,46 54 44,26 538 4,41
15 122 0 0 0 0 3 2,46 60 49,18 59 48,36 544 4,46
16 122 0 0 0 0 3 2,46 43 35,25 76 62,30 561 4,60
17 122 0 0 0 0 3 2,46 49 40,16 70 57,38 555 4,55
18 122 0 0 0 0 3 2,46 48 39,34 71 58,20 556 4,56
19 122 0 0 0 0 6 4,92 56 45,90 60 49,18 542 4,44
20 122 0 0 0 0 2 1,64 47 38,52 73 59,84 559 4,58
21 122 0 0 0 0 2 1,64 50 40,98 70 57,38 556 4,56
177
22 122 0 0 0 0 4 3,28 61 50,00 57 46,72 541 4,43
23 122 0 0 0 0 3 2,46 63 51,64 56 45,90 541 4,43
24 122 0 0 0 0 3 2,46 50 40,98 69 56,56 554 4,54
25 122 0 0 0 0 2 1,64 54 44,26 66 54,10 552 4,52
26 122 0 0 0 0 3 2,46 33 27,05 86 70,49 571 4,68
27 122 0 0 0 0 3 2,46 38 31,15 81 66,39 566 4,64
28 122 0 0 0 0 1 0,82 49 40,16 72 59,02 559 4,58
29 122 0 0 0 0 3 2,46 32 26,23 87 71,31 572 4,69
30 122 0 0 0 0 3 2,46 46 37,70 73 59,84 558 4,57
31 122 0 0 0 0 0 0,00 51 41,80 71 58,20 559 4,58
Jumlah 142
Rata-rata 4,58

Responden yang menjawab sangat tidak setuju mempersiapkan

diri sebelum melaksanakan kegiatan mengajar tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju mempersiapkan diri sebelum melaksanakan

kegiatan mengajar tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

mempersiapkan diri sebelum melaksanakan kegiatan mengajar 2 orang

(1,64%). Responden yang menjawab setuju mempersiapkan diri sebelum

melaksanakan kegiatan mengajar 29 orang (23,77%). Responden yang

menjawab sangat setuju mempersiapkan diri sebelum melaksanakan

kegiatan mengajar 91 orang (74,59%). Rata-rata persiapan mengajar 4,73

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membuat rencana

pengajaran sebelum mengajar tidak ada. Responden yang menjawab tidak

setuju membuat rencana pengajaran sebelum mengajar tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu membuat rencana pengajaran

sebelum mengajar 1 orang (0,82%). Responden yang menjawab setuju

178
membuat rencana pengajaran sebelum mengajar 42 orang (34,43%).

Responden yang menjawab sangat setuju membuat rencana pengajaran

sebelum mengajar 79 orang (64,75%). Rata-rata membuat rencana

pembelajaran 4,64 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membuat

penilaian terhadap tugas yang dilaksanakan para siswa tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju membuat penilaian terhadap

tugas yang dilaksanakan para siswa tidak ada. Responden yang menjawab

ragu-ragu membuat penilaian terhadap tugas yang dilaksanakan para

siswa 6 orang (4,92%). Responden yang menjawab setuju membuat

penilaian terhadap tugas yang dilaksanakan para siswa 67 orang

(54,92%). Responden yang menjawab sangat setuju membuat penilaian

terhadap tugas yang dilaksanakan para siswa 49 orang (40,16%). Rata-

rata penilaian tugas siswa 4,35 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membuat

penilaian terhadap ujian yang diberikan kepada siswa tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju membuat penilaian terhadap

ujian yang diberikan kepada siswa tidak ada. Responden yang menjawab

ragu-ragu membuat penilaian terhadap ujian yang diberikan kepada siswa

2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju membuat penilaian

terhadap ujian yang diberikan kepada siswa 43 orang (35,25%).

Responden yang menjawab sangat setuju membuat penilaian terhadap

179
ujian yang diberikan kepada siswa 77 orang (63,11%). Rata-rata penilaian

ujian 4,61 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memeriksa tugas

yang di kerjakan siswa tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju

memeriksa tugas yang di kerjakan siswa tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu memeriksa tugas yang di kerjakan siswa 2 orang

(1,64%). Responden yang menjawab setuju memeriksa tugas yang di

kerjakan siswa 38 orang (31,15%). Responden yang menjawab sangat

setuju memeriksa tugas yang dikerjakan siswa 82 orang (67,21%). Rata-

rata memeriksa tugas siswa 4,66 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menyajikan materi

sesuai dengan langkah proses pembelajaran di RPP tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju menyajikan materi sesuai dengan langkah

proses pembelajaran di RPP tidak ada. Responden yang menjawab ragu-

ragu menyajikan materi sesuai dengan langkah proses pembelajaran di

RPP 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju menyajikan

materi sesuai dengan langkah proses pembelajaran di RPP 31 orang

(25,41%). Responden yang menjawab sangat setuju menyajikan materi

sesuai dengan langkah proses pembelajaran di RPP 88 orang (72,13%).

Rata-rata penyajian materi pelajaran 4,70 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan contoh-

contoh nyata dalam menjelaskan pelajaran tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju memberikan contoh-contoh nyata dalam

180
menjelaskan pelajaran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

memberikan contoh-contoh nyata dalam menjelaskan pelajaran 3 orang

(2,46%). Responden yang menjawab setuju memberikan contoh-contoh

nyata dalam menjelaskan pelajaran 35 orang (28,69%). Responden yang

menjawab sangat setuju memberikan contoh-contoh nyata dalam

menjelaskan pelajaran 84 orang (68,85%). Rata-rata pemberian contoh

nyata 4,66 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan

motivasi terhadap siswa untuk belajar tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju memberikan motivasi terhadap siswa untuk belajar

tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu memberikan motivasi

terhadap siswa untuk belajar 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab

setuju memberikan motivasi terhadap siswa untuk belajar 29 orang

(23,77%). Responden yang menjawab sangat setuju memberikan motivasi

terhadap siswa untuk belajar 88 orang (72,13%). Rata-rata memberi

motivasi 4,68 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membuat

kesimpulan pengajaran setiap akhir pelajaran tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju membuat kesimpulan pengajaran setiap akhir

pelajaran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu membuat

kesimpulan pengajaran setiap akhir pelajaran 3 orang (2,46%).

Responden yang menjawab setuju membuat kesimpulan pengajaran setiap

akhir pelajaran 31 orang (25,41%). Responden yang menjawab sangat

181
setuju membuat kesimpulan pengajaran setiap akhir pelajaran 88 orang

(72,13%). Rata-rata membuat kesimpulan di akhir pelajaran 4,70 (sangat

baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menguasai media

pelajaran yang bervariatif tidak ada. Responden yang menjawab tidak

setuju menguasai media pelajaran yang bervariatif tidak ada. Responden

yang menjawab ragu-ragu menguasai media pelajaran yang bervariatif 5

orang (4,10%). Responden yang menjawab setuju menguasai media

pelajaran yang bervariatif 22 orang (18,03%). Responden yang menjawab

sangat setuju menguasai media pelajaran yang bervariatif 95 orang

(77,87%). Rata-rata penguasaan media pembelajaran 4,74 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju biasa

menggunakan sumber belajar dari internet tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju biasa menggunakan sumber belajar dari internet

tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu biasa menggunakan

sumber belajar dari internet 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab

setuju biasa menggunakan sumber belajar dari internet 31 orang

(25,41%). Responden yang menjawab sangat setuju biasa menggunakan

sumber belajar dari internet 88 orang (72,13%). Rata-rata penggunaan

sumber belajar 4,70 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menggunakan

metode menyesuaikan dengan karakteristik siswa tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju menggunakan metode menyesuaikan dengan

182
karakteristik siswa tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

menggunakan metode menyesuaikan dengan karakteristik siswa 4 orang

(3,28%). Responden yang menjawab setuju menggunakan metode

menyesuaikan dengan karakteristik siswa 62 orang (50,82%). Responden

yang menjawab sangat setuju menggunakan metode menyesuaikan

dengan karakteristik siswa 56 orang (45,90%). Rata-rata penyesuaian

karakter siswa 4,43 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju seorang guru

menyesuaikan metode pengaran dengan situasi kelas tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju seorang guru menyesuaikan

metode pengaran dengan situasi kelas tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu seorang guru menyesuaikan metode pengaran

dengan situasi kelas 5 orang (4,10%). Responden yang menjawab setuju

seorang guru menyesuaikan metode pengaran dengan situasi kelas 38

orang (31,15%). Responden yang menjawab sangat setuju seorang guru

menyesuaikan metode pengaran dengan situasi kelas 79 orang (64,75%).

Rata-rata penggunaan metode pembelajaran 4,61 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju biasa

menggunakan sumber belajar menurut kebutuhan siswa tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju biasa menggunakan sumber

belajar menurut kebutuhan siswa tidak ada. Responden yang menjawab

ragu-ragu biasa menggunakan sumber belajar menurut kebutuhan siswa 4

orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju biasa menggunakan

183
sumber belajar menurut kebutuhan siswa 64 orang (52,46%). Responden

yang menjawab sangat setuju biasa menggunakan sumber belajar menurut

kebutuhan siswa 54 orang (44,26%). Rata-rata penggunaan sumber

belajar 4,41 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan latihan-

latihan pada siswa setiap pegajaran berakhir tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju memberikan latihan-latihan pada siswa setiap

pegajaran berakhir tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

memberikan latihan-latihan pada siswa setiap pegajaran berakhir 3 orang

(2,46%). Responden yang menjawab setuju memberikan latihan-latihan

pada siswa setiap pegajaran berakhir 60 orang (49,18%). Responden yang

menjawab sangat setuju memberikan latihan-latihan pada siswa setiap

pegajaran berakhir 59 orang (48,36%). Rata-rata pemberian latihan pada

siswa 4,46 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan ujian

terhadap siswa secara berkala tidak ada. Responden yang menjawab tidak

setuju memberikan ujian terhadap siswa secara berkala tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu memberikan ujian terhadap siswa

secara berkala 3 orang (4,46%). Responden yang menjawab setuju

memberikan ujian terhadap siswa secara berkala 43 orang (35,25%).

Responden yang menjawab sangat setuju memberikan ujian terhadap

siswa secara berkala 76 orang (62,30%). Rata-rata pemberian ujian

berkala 4,60 (sangat baik).

184
Responden yang menjawab sangat tidak setuju menggunakan

metode yang menunjang kreatifitas anak tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju menggunakan metode yang menunjang kreatifitas

anak tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu menggunakan

metode yang menunjang kreatifitas anak 3 orang (2,46%). Responden

yang menjawab setuju menggunakan metode yang menunjang kreatifitas

anak 49 orang (40,16%). Responden yang menjawab sangat setuju

menggunakan metode yang menunjang kreatifitas anak 70 orang

(57,38%). Rata-rata penggunaan metode yang menunjang kreativitas

siswa 4,55 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menggunakan

media sesuai tujuan pembelajaran tidak ada. Responden yang menjawab

tidak setuju menggunakan media sesuai tujuan pembelajaran tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu menggunakan media sesuai tujuan

pembelajaran 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju

menggunakan media sesuai tujuan pembelajaran 48 orang (39,34%).

Responden yang menjawab sangat setuju menggunakan media sesuai

tujuan pembelajaran 71 orang (58,20%). Rata-rata penggunaan media

sesuai tujuan pembelajaran 4,56 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju selalu

mempersiapkan metode pengarang yang tepat sesuai dengan materi

pengajaran tidak ada. Responden yang menjawab tidak setuju selalu

mempersiapkan metode pengarang yang tepat sesuai dengan materi

185
pengajaran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu selalu

mempersiapkan metode pengarang yang tepat sesuai dengan materi

pengajaran 6 orang (4,92%). Responden yang menjawab setuju selalu

mempersiapkan metode pengarang yang tepat sesuai dengan materi

pengajaran 56 orang (45,90%). Responden yang menjawab sangat setuju

selalu mempersiapkan metode pengarang yang tepat sesuai dengan materi

pengajaran 60 orang (49,18%). Rata-rata 4,44.

Responden yang menjawab sangat tidak setuju guru mengajak

siswa untuk belajar diluar ruangan tidak ada. Responden yang menjawab

tidak setuju guru mengajak siswa untuk belajar diluar ruangan tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu guru mengajak siswa untuk belajar

diluar ruangan 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju guru

mengajak siswa untuk belajar diluar ruangan 27 orang (38,52%).

Responden yang menjawab sangat setuju guru mengajak siswa untuk

belajar diluar ruangan 73 orang (59,84%). Rata-rata belajar di luar

ruangan 4,58 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menggunakan alat

bantu yang tersedia disekolah untuk pengajaran tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju menggunakan alat bantu yang tersedia

disekolah untuk pengajaran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-

ragu menggunakan alat bantu yang tersedia disekolah untuk pengajaran 2

orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju menggunakan alat

bantu yang tersedia disekolah untuk pengajaran 50 orang (40,98%).

186
Responden yang menjawab sangat setuju menggunakan alat bantu yang

tersedia disekolah untuk pengajaran 70 orang (57,38%). Rata-rata

penggunaan alat bantu mengajar 4,56 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju terbiasa

menyisipkan bahasa asing setiap menyajikan pelajaran tidak ada.

Responden yang menjawab tidak setuju terbiasa menyisipkan bahasa

asing setiap menyajikan pelajaran tidak ada. Responden yang menjawab

ragu-ragu terbiasa menyisipkan bahasa asing setiap menyajikan pelajaran

4 orang (3,28%). Responden yang menjawab setuju terbiasa menyisipkan

bahasa asing setiap menyajikan pelajaran 61 orang (50,00%). Responden

yang menjawab sangat setuju terbiasa menyisipkan bahasa asing setiap

menyajikan pelajaran 57 orang (46,72%). Rata-rata penyajian pelajaran

4,43 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan kesan

bahwa menguasai proses pembelajaran tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju memberikan kesan bahwa menguasai proses

pembelajaran tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

memberikan kesan bahwa menguasai proses pembelajaran 3 orang

(2,46%). Responden yang menjawab setuju memberikan kesan bahwa

menguasai proses pembelajaran 63 orang (51,64%). Responden yang

menjawab sangat setuju memberikan kesan bahwa menguasai proses

pembelajaran 56 orang (45,90%). Rata-rata penguasaan proses

pembelajaran 4,43 (sangat baik).

187
Responden yang menjawab sangat tidak setuju memfasilitasi

siswa untuk menuangkan gagasan/ide tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju memfasilitasi siswa untuk menuangkan

gagasan/ide tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

memfasilitasi siswa untuk menuangkan gagasan/ide 3 orang (2,46%).

Responden yang menjawab setuju memfasilitasi siswa untuk menuangkan

gagasan/ide 50 orang (40,98%). Responden yang menjawab sangat setuju

memfasilitasi siswa untuk menuangkan gagasan/ide 69 orang (56,56%).

Rata-rata memfasilitasi siswa menuangkan gagasan 4,54 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memfasilitasi

siswa dalam mengaktualisasikan potensi belajarnya tidak ada. Responden

yang menjawab tidak setuju memfasilitasi siswa dalam

mengaktualisasikan potensi belajarnya tidak ada. Responden yang

menjawab ragu-ragu memfasilitasi siswa dalam mengaktualisasikan

potensi belajarnya 2 orang (1,64%). Responden yang menjawab setuju

memfasilitasi siswa dalam mengaktualisasikan potensi belajarnya 54

orang (44,26%). Responden yang menjawab sangat setuju memfasilitasi

siswa dalam mengaktualisasikan potensi belajarnya 66 orang (54,10%).

Rata-rata memfasilitasi aktualisasi potensi belajar siswa 4,52 (sangat

baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membicarakan

kembali tugas yang diberikan kepada siswa tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju membicarakan kembali tugas yang diberikan

188
kepada siswa tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

membicarakan kembali tugas yang diberikan kepada siswa 3 orang

(2,46%). Responden yang menjawab setuju membicarakan kembali tugas

yang diberikan kepada siswa 33 orang (27,05%). Responden yang

menjawab sangat setuju membicarakan kembali tugas yang diberikan

kepada siswa 86 orang (70,49%). Rata-rata pembicaraan kembali tugas

siswa 4,68 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju memberikan ujian

terhadap siswa secara berkala tidak ada. Responden yang menjawab tidak

setuju memberikan ujian terhadap siswa secara berkala tidak ada.

Responden yang menjawab ragu-ragu memberikan ujian terhadap siswa

secara berkala 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab setuju

memberikan ujian terhadap siswa secara berkala 38 orang (31,15%).

Responden yang menjawab sangat setuju memberikan ujian terhadap

siswa secara berkala 81 orang (66,39%). Rata-rata pemberian ujian 4,64

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju komunikasi kepala

sekolah dan warga sekolah terjalin harmonis tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju komunikasi kepala sekolah dan warga sekolah

terjalin harmonis tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu

komunikasi kepala sekolah dan warga sekolah terjalin harmonis 1 orang

(0,82%). Responden yang menjawab setuju komunikasi kepala sekolah

dan warga sekolah terjalin harmonis 49 orang (40,16%). Responden yang

189
menjawab sangat setuju komunikasi kepala sekolah dan warga sekolah

terjalin harmonis 72 orang (59,02%). Rata-rata komunikasi harmonis

semua warga sekolah 4,58 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju menjalin

hubungan kerja sama dengan komite sekolah tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju menjalin hubungan kerja sama dengan komite

sekolah tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu menjalin

hubungan kerja sama dengan komite sekolah 3 orang (2,46%). Responden

yang menjawab setuju menjalin hubungan kerja sama dengan komite

sekolah 32 orang (26,23%). Responden yang menjawab sangat setuju

menjalin hubungan kerja sama dengan komite sekolah 87 orang

(71,31%). Rata-rata hubungan kerja sama dengan komite sekolah 4,69

(sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju membina

hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan mitra pendidikan tidak

ada. Responden yang menjawab tidak setuju membina hubungan baik

dengan sesama rekan kerja dan mitra pendidikan tidak ada. Responden

yang menjawab ragu-ragu membina hubungan baik dengan sesama rekan

kerja dan mitra pendidikan 3 orang (2,46%). Responden yang menjawab

setuju membina hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan mitra

pendidikan 46 orang (37,70%). Responden yang menjawab sangat setuju

membina hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan mitra pendidikan

190
73 orang (59,84%). Rata-rata hubungan dengsn kerja dan mitra kerjas

4,57 (sangat baik).

Responden yang menjawab sangat tidak setuju komunikasi

dengan rekan sejawat terjalin harmonis tidak ada. Responden yang

menjawab tidak setuju komunikasi dengan rekan sejawat terjalin

harmonis tidak ada. Responden yang menjawab ragu-ragu komunikasi

dengan rekan sejawat terjalin harmonis tidak ada. Responden yang

menjawab setuju komunikasi dengan rekan sejawat terjalin harmonis 51

orang (41,80%). Responden yang menjawab sangat setuju komunikasi

dengan rekan sejawat terjalin harmonis 71 orang (58,20%). Rata-rata

komunikasi dengan rekan kerja 4,58 (sangat baik).

Nilai rata-rata tertinggi 4,74 yaitu responden menguasai media

pelajaran yang bervariatif. Nilai rata-rata terendah 4,39 yaitu responden

membuat penilaian terhadap tugas yang dilaksanakan para siswa. Rata-

rata kinerja seluruhnya 4,58 di bulatkan menjadi 5 dengan kategori

sangat baik.

Tabel 4.17

Hasil Penilaian Kinerja

NO. Nilai Jumlah Persen Kategori Ket


1. 80 - 100 122 100 Sangat baik A
2. 59 – 79 - - - -
3. 39 - 58 - - - -
4. 20 - 38 - - - -

191
140
122
120 100
100
80 - 100
80
59 – 79
60 39 - 58
40 20 - 38
20
0
Jumlah Persen

Grafik 4.4 Hasil Penilaian Kinerja

Tabel 4.18

Kriteria Penilaian Kinerja

No. Nilai Kategori Keterangan


1. 80-100 Sangat tinggi A
2. 59- 79 Tinggi B
3. 39 - 58 Sedang C
4. 20-38 Rendah D

D. Hasil Analisis Regresi Model Jalur

1. Hasil Uji Asumsi

a. Normalitas Data

Normalitas data dapat ditentukan dengan P-P Plot. Jika dalam P-P

Plot terdapat titik-titik yang mengikuti garis lurus maka data

berdistribusi normal. Diagram P-P Plot hasil analisis regresi penelitian

ini menunjukkan titik-titik mengikuti garis lurus sehingga disimpulkan

data berdistribusi normal seperti diagram berikut ini.

192
b. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas dengan mudah diketahui dengan diagram partial

regression Plot Dependent variabel. Jika diagram pancar partial

regression Plot Dependent variabel menunjukkan titik-titik tidak

membentuk pola maka tidak terjadi heterokedasrisitas. Diagram pancar

partial regression Plot Dependent variabel kepemimpinan (X1),

motivasi kerja (X2), dan semangat kerja (X3) menunjukkan titik-titik

tidak membentuk pola maka tidak terjadi heterokedasrisitas seperti

diagram yang disajikan sebagai berikut.

193
194
c. Multikolinieritas

4.10
Hasil Uji Multikolieritas

No. Variabel Tolerance VIF Kriteria


Kepemimpinan Jika Tolerance > 0,1
1 0,992 1,008
kepala sekolah dan VIF <10 maka
2 Motivasi kerja 0,982 1,018 data tidak
mengalami
3 Semangat Kerja 0,985 1,015
multikolinieritas

Kriteria penentuan multikolieritas adalah jika Tolerance > 0,1 dan

VIF <10 maka data tidak mengalami multikolinieritas. Kepemimpinan

kepala sekolah memiliki tolerance 0,992 > 0,1 dan VIF sebesar 1,008 <

10. Motivasi kerja memiliki tolerance 0,982 > 0,1 dan VIF < 10.

Semangat kerja memiliki tolerance 0,985 > 0,1 dan VIF < 10. Jadi data

kepemimpinan, motivasi kerja, dan semangat kerja tidak mengalami

multikolinieritas sehingga dapat dipakai dalam analisis regresi.

195
2. Koefisien Determinan (R2)

Tabel 4.11

Koefisien Determinan

Model R R Adjuste Std. Error of


Square dR the
Square Estimate
a
1 ,303 ,092 ,069 5,36856

Koefisien determinan ini digunakan untuk menjelaskan persentase

pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja, dan semangat kerja terhadap

kinerja. Nilai R sebesar 0,303 dikuadratkan (R 2) menjadi 0,92. Nilai R2

sebesar 0,92 x 100% = 9,2%. Jadi kepemimpinan kepala sekolah, motivasi

kerja, dan semangat kerja berpengaruh 9,2% terhadap kinerja guru.

Sisanya 90,8% kinerja guru dipengaruh selain variabel bebas yang ada

dalam penelitian ini.

3. Hasil Uji F (Uji Model)

Motivasi Kerja (X2)

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Kinerja (Y)

Semangat Kerja (X2)

Gambar 4.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Model penelitian yang digambarkan dalam kerangka konseptual

penelitian ini diuji dengan menggunakan uji F. kriteria pengujian ini jika F

hitung > F table dan signifikansi < 0,05, maka model penelitian itu layak

196
atau tepat. Pengaruh semua variabel bebas signifikan terhadap variabel

terikat.

Tabel 4.12 Hasil Uji F (Uji Model)

Df Mean Square F hitung Sig. F tabel


3 114,315 3,966 0,010 2,68
118 28,821
121

Tabel di atas menunjukkan F hitung sebesar 3,966 > F table

sebesar 2,68. Signifikansi < 0,05. Jadi model penelitian yang dibuat dalam

penelitian ini sudah tepat.

4. Hasil Analisis Korelasi (Hubungan)

Tabel 4.13

Hasil Analisis Korelasi (Hubungan)

y x1 x2 x3
Y 1,000 ,185 -,193 -,106
Pearson x1 ,185 1,000 ,078 -,054
Correlation x2 -,193 ,078 1,000 -,112
x3 -,106 -,054 -,112 1,000
Y . ,021 ,017 ,123
x1 ,021 . ,198 ,279
Sig. (1-tailed)
x2 ,017 ,198 . ,109
x3 ,123 ,279 ,109 .
Y 122 122 122 122
x1 122 122 122 122
N
x2 122 122 122 122
x3 122 122 122 122

Tabel di atas berisi hubungan atau korelasi antar variabel. Kriteria

yang digunakan adalah jika signifikansi < 0,05 maka ada hubungan atau

197
korelasi antara variabel yang satu dengan yang lain. Derajat korelasi ini

ditentukan dengan melihat nilai r hitung Pearson Correlation. Menurut

Pardede daN Manurung (2014: 32) kategori korelasi atau hubungan :

0,00 – 0,29 korelasi sangat lemah

0,30 – 0,49 korelasi lemah

0,50 – 0,69 korelasi cukup

0,70 – 0,79 korelasi kuat

0,80 – 1,00 korelasi sangat kuat

Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan

kinerja guru (Y) dengan signifikan 0,021 dan r hitung sebesar 0,185.

Hubungan kepemimpinan (X1) dengan motivasi kerja (X2) dengan

signifikan 0,198 dan r hitung 0,078. Hubungan kepemimpinan (X1)

dengan semangat kerja (X3) dengan signifikan 0,279 dan r hitung -0,054.

Hubungan motivasi kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) dengan signifikan

0,017 dan r hitung -0,193. Hubungan semangat kerja (X3) dengan kinerja

guru (Y) dengan signifikan 0,123 dan r hitung -0,106.

Pardede, Ratlan dan Renhard Manurung . 2014. Analisis Jalur. Jakarta : Rineka

Cipta. (ini pa bukunya)

5. Hasil Analisis Regresi Model Jalur

Hipetesis yang berisi hubungan tidak langsung atau pengaruh tidak

langsung dapat diketahui dengan analisis jalur. Untuk menentukan

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kierja guru (Y)

melalui motivasi kerja (X2) dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut.

198
e1

Struktur I:
Motivasi
Kerja (X2)
e2
Kepemimpinan kepala Sekolah (X1)
Kinerja Guru (Y)

Struktur Ia: e1

0,78
Kepemimpinan Motivasi
kepala Sekolah (X1)
Kerja (X2)

Struktur Ib Motivasi
Kerja (X2) -0,208 e2

Kepemimpinan 0,201 Kinerja Guru (Y)


kepala Sekolah (X1)

Tabel 4.14

Koefisien Regresi Pengaruh X1 terhadap X2

Unstandardized Standardized
T Sig.
Coefficients Coefficients
Std.
B Beta
Error
(Constant) 111.02
20.566 5.398 0.000
6
X1-X2 0.140 0.164 0.078 0.853 0.396

199
Tabel 4.15

Koefisien Regresi Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 162,606 21,574 7,537 0,000
1 X1-Y 0,196 0,086 0,201 2,279 0,024
X2-Y -0,365 0,155 -0,208 -2,357 0,020

Analisis Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) melalui

motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) dijelaskan dengan nilai beta.

Dari tabel 4.13 atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X1

terhadap X2 sebesar 0,078. Pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja

guru (Y) sebesar -0,208. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1)

terhadap kinerja guru (Y) sebesar 0,201. Untuk mengetahui pengaruh tidak

langsung kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui

motivasi kerja: 0,078 X (-0,208) = 0,0162

Pengaruh total X1 terhadap Y adalah penjumlahan 0,078 + 0,0162 =

0,0942. Untuk menentukan pengaruh tidak langsung kepemimpinan

terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja dengan membandingkan antara

beta X1-Y sebesar 0,201 dengan perkalian antara X1 – X2 sebesar 0,078 X

X2 – Y sebesar (-0,208) sebesar 0,0162. Jadi pengaruh langsung (0,201) >

pengaruh tidak langsung (0,0162). Ketentuannya adalah jika pengaruh

langsung > pengaruh tidak langsung, maka pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja melalui motivasi kerja tidak diterima. Artinya

200
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah lebih baik secara langsung ke

kinerja daripada melalui motivasi kerja.

Struktur II:

e2

Kepemimpinan e1
Kinerja Guru (Y)
kepala Sekolah (X1)

Semangat
Kerja (X3)

Struktur IIa: e1

-.112
Kepemimpinan Semangat
kepala Sekolah (X1)
Kerja (X3)

Struktur IIb

e2

Kepemimpinan -0,207 Kinerja Guru (Y)


kepala Sekolah (X1)

-0,129
Semangat
Kerja (X3)

201
Tabel 4.16

Koefisien Regresi Pengaruh X1 terhadap X3

Unstandardized Standardized
T Sig.
Coefficients Coefficients
Std.
B Beta
Error
(Constant) 206.986 20.141 10.277 .000
x1 -.199 .161 -0.112 -1.237 .219

Tabel 4.17

Koefisien Regresi Pengaruh X1 dan X3 terhadap Y

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
210,7 26,87
(Constant) 7,843 0,000
89 5
1
x1 -,363 ,157 -0,207 -2,307 0,023
x3 -,128 ,089 -0,129 -1,438 0,153

Analisis Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) melalui

semangat kerja (X3) terhadap kinerja guru (Y) dijelaskan dengan nilai beta.

Dari tabel 4.16 atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X1

terhadap X3 sebesar 0,112. Pengaruh semangat kerja (X3) terhadap kinerja

guru (Y) sebesar -0,129. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1)

terhadap kinerja guru (Y) sebesar -0,207. Untuk mengetahui pengaruh tidak

langsung kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui

motivasi kerja: 0,112 X (-0,129) = 0,0144.

202
Pengaruh total X1 terhadap Y adalah penjumlahan -0,129 + 0,0144 =

0,143. Untuk menentukan pengaruh tidak langsung kepemimpinan terhadap

kinerja guru melalui semangat kerja dengan membandingkan antara beta X1-

Y sebesar 0,201 dengan perkalian antara X1 – X3 sebesar 0,078 X3 – Y

sebesar (-0,112) sebesar 0,129. Jadi pengaruh langsung (0,207) > pengaruh

tidak langsung 0,0144. Ketentuannya adalah jika pengaruh langsung >

pengaruh tidak langsung, maka pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja melalui semangat kerja tidak diterima. Artinya pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah lebih baik secara langsung ke kinerja

daripada melalui semangat kerja.

E. Pengujian Hipotesis

1. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja

guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

diterima.

2. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

motivasi kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin tidak diterima.

3. Ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin tidak diterima.

4. Ada hubungan langsung motivasi kerja dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin diterima.

5. Ada hubungan langsung semangat kerja dengan kinerja guru di SMP

203
Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

6. Ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin tidak diterima.

7. Ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja melalui Semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin tidak diterima.

204
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, sumber-

sumber teori dan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Nilai rata-rata tertinggi 4,63 yaitu responden kepala sekolah meminta

mentaati peraturan yang telah dibakukan, kepala sekolah meminta maaf bila

melakukan kekecewaan. Nilai rata-rata terendah 4,32 yaitu responden kepala

sekolah mendengarkan saran, kritik, serta pendapat dan keluhan. Rata-rata

kepemimpinan seluruhnya 4,48 di bulatkan menjadi 4 dengan kategori sangat

baik.

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang menggambarkan kemampuan

mempengaruhi dan menggerakan orang lain sehingga mereka bertindak dan

berperilaku sebagaimana diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang

diinginkan sangat baik. Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang sangat baik,

maka tujuan yang dicapai terialisasi dengan baik.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartono (2010:153) yang

menyebutkan bahwa istilah kepemimpinan dinyatakan sebagai seorang

anggota kelompok yang paling berpangaruh terhadap aktivitas

kelompoknya dan yang memainkan peranan penting dalam merumuskan

atau mencapai tujuan tujuan kelompok. Kepemimpinan Kepala Sekolah

205
merupakan konsep yang menggambarkan kemampuan mempengaruhi dan

menggerakan orang lain sehingga mereka bertindak dan berperilaku

sebagaimana diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang

diinginkan.

Mukhtar (2009:75) mengatakan kepemimpinan merupakan suatu

proses mempengaruhi yang dilakukan seseorang dalam mengelola anggota

kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai

pemimpin di sekolah mempunyai tugas memonitor kegiatan yang

dilakukan guru. sehingga kegiatannya terkontrol agar tujuan yang ingin

dicapai tidak menyimpang dan sesuai harapan yang diinginkan. Purwanto

(2008: 26) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari

serangkaian kemampuan untuk dijadikan sarana dalam rangka meyakinkan

yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas dengan

penuh semangat dan kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Terry (2013:86) mendefinisikan “kepemimpinan adalah aktivitas

mempengaruhi orang-orang untuk berusaha tujuan kelompok secara

sukarela.” Fahmi (2013:68) memberikan definisi kepemimpinan sebagai

suartu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana

mengarahkan, memengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan

tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.

Sutarto (2009) merangkum berbagai definisi kepemimpinan

menurut pendapat para ahli, sebagai berikut (I) Aktivitas mempengaruhi

(Tcad); (2) Kemampuan Mengajar (Conter dan Devis); (3) Kemampuan

206
mengarahkan (Reuter); (4) Kemampuan menciptakan (Freeman dan

Taylor); (5) Proses mempengaruhi (Stodil, Tosi, Scoot, Chung,

Megginson, Sharma, Hersey, Blanchard, Hallander); (6) Usaha

mengarahkan (Haiman); (7) Menggunakan wewenang dan membuat

keputusan (Dubin); (8) Awal dari tindakan (Hemphill); (9) Mengarahkan

(Hempill dan Coons); (10) Kemampuan membuat orang bertindak

(Moree); (11) Hubungan kekuasan (Janda); (12) Kemampuan menyakinkan

(Black); (13) Saling mempengaruhi antar pribadi (Tennenbaum, Irving,

Fred); (14) Hubungan dan pemeliharaan struktur (Sherif) (15)

Mempengaruhi (Negro, Terry dan Stoner); dan (16) Seni

mengkoordinasikan dan memotivasi (Piftnerdan Presthus).

B. Motivasi Kerja Guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin

Penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata tertinggi 4,78 yaitu responden

merasa bangga dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban, dalam

menjalankan tugas saling menghargai dengan rekan sekerja. Nilai rata-rata

terendah 4,39 yaitu responden memiliki peluang dan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan serta kemampuan. Rata-rata motivasi seluruhnya

4,59 di bulatkan menjadi 5 dengan kategori sangat baik.

Hasibuan (2008) berpendapat bahwa motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan Afin Murtie (2012:63) menyatakan

207
motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri

manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Kadarisman (2012:222) menyatakan bahwa, “Motivasi menjadi

penggerak atau dorongan dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan

bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Menurut Saydam (2012:327) motivasi diartikan sebagai sebagai

keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada seseorang

sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

C. Semangat Kerja SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata tertinggi 4,71 yaitu

responden bekerja dengan penuh kesungguhan hati. Nilai rata-rata terendah 2,18

yaitu responden rekan sejawat di tempat kerja tidak memberi semangat kerja

untuk melaksanakan semua tugas. Rata-rata semangat kerja seluruhnya 4,34 di

bulatkan menjadi 4 dengan kategori baik.

Hasibuan (2009:94) mangatakan bahwa semangat kerja adalah keinganan

dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta

berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja, sedangkan menurut Sri Widodo

(2015:104) semangat kerja adalah mencerminkan kondisi karyawan dalam

lingkungan kerjanya. Morale (reaksi menta) tidak dapat diraba dan dirasakan,

tetapi kualitasnya dapat ditentukan dengan cara mengobservasi bagaimana cara

sesorang bertingkah laku. Dalam hal ini dibedakan menjadu dua macam yaitu

morale kerja rendah yang menghasilkan kerja kurang efektif dan kurang efisien,

208
yang dapat menimbulkan kekecewaan, kerugian, kemunduran atau hal lain yang

kurang baik bagi lembaga. Sedangkan morale kerja tinggi menghasilkan usha-

usaha untuk memajukan pekerjaan atau tugas yang lebih efektif dan membawa

kepuasan kerja

Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin

dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya. Semangat kerja juga diartikan

sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaaan secara cepat dan lebih

baik (Alex Nitisemito, 2002:160). Semangat kerja diartikan sampai sejauh mana

karyawan bergairah dalam melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya (Siagian,

2010:57). Kemudian Widyarini (2009) mengatakan semangat kerja adalah kondisi

rohaniah atau perilaku individu yang dapat menimbulkan ketenangan yang

mendalam pada diri individu tersebut untuk bekerja dengan giat dan konsekuen,

sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik hasilnya agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Purwanto (2008:83) mendefinisikan semangat kerja adalah suatu yang

membuat orang-orang mengabdi kepada tugas dan pekerjaanya, dimana kepuasan

bekerja dan hubungan kekeluargaan yang mengairahkan menjadi bagian pada

pribadnya. Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama secara

disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya.

Pariata Westra (Suroso, 2012:16) mendefinisikan semangat kerja adalah

sikap individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mencurahkan

kemampuannya terhadap tugas secara menyeluruh. Semangat kerja sebagai reaksi

mental dan emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Lebih lengkap Davis

209
(2008) mendefinisian semangat kerja sebagai sikap individu atau kelompok

terhadap lingkungan kerjanya dan terhadap kerjasama sukarela dan sepenuhnya

kemampuan mereka demi kepentingan organisasi

Alfred RL (Sari, 2008:27) Mendefinisikan semangat kerja adalah sikap

individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap

kegiatannya. Moekijat (Sari, 2008:3) mengartikan semangat kerja adalam

kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan terpadu.

Menurut Winda (2008) semangat kerja adalah kesedian perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk mrnghasilkan kerja lebih banyak dan

lebih baik. Dengan demikian semangat kerja menggambarkan perasaan senang

yang mendalam dan merasa puas terhadap pekerjaan.

D. Kinerja Guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata tertinggi 4,74 yaitu

responden menguasai media pelajaran yang bervariatif. Nilai rata-rata terendah

4,39 yaitu responden membuat penilaian terhadap tugas yang dilaksanakan para

siswa. Rata-rata kinerja seluruhnya 4,58 di bulatkan menjadi 5 dengan kategori

sangat baik. Hasil kerja guru SMP negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya sangat baik.”

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance .

job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.

Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari

210
oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.

Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat

berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana

pendapat Davis (2007) bahwa faktor yang dapat memengaruhi pencapaian kinerja

adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) atau dengan

kata lain, “performance ability + motivation”.

Menurut Mangkunegara (2009) istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Rusman (2012) menyatakan bahwa kinerja

adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat diartikan prestasi kerja

atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.

Rivai (2009) menyatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai

oleh seseorang dalam melaksankan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar

dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kemudian Senada

dengan pendapat di atas, Suwatno (dalam Barnawi & Arifin, 2012) mengatakan

bahwa kinerja merupakan prestasi kerja nyata yang ditampilkan seseorang setelah

menjalankan tugas dan perannya dalam organisasi.

Selanjutnya, menurut pendapat Suntoro (dalam Pabundu Tika, 2010)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang 10

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Barnawi dan Arifin (2012),

211
guru merupakan pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pembelajaran

siswa.

Selanjuntnya menurut Djamarah dan Zain (2006) guru ialah tenaga

pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di

sekolah. Selanjutnya Rusman (2012) menambahkan bahwa wujud perilaku guru

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai

hasil belajar.

E. Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

Penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

berhubungan langsung secara signifikan dengan kinerja guru di SMP Negeri

se kecamatan Banjarmasin Timur. Sutisna (2010:299) menyatakan bahwa

kepemimpinan sebagai istilah umum merupakan proses mempengaruhi

kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha ke arah pencapaian

tujuan dalam situasi tertentu. Kepala sekolah merupakan orang yang memiliki

kemampuan profesional yang bekerja berdasarkan pola kinerja profesional

yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung

keberhasilan pembelajaran (Mulyasa, 2009 : 37). Keberhasilan pembelajaran

berkaitan erat dengan kinerja guru yang menjalankan tugasnya. Untuk

mewujudkan kinerja guru yang optimal

212
diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan

profesional. Dengan demikian terlihat bahwa kepemimpinan kepala

sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Jadi, atas dasar itu

diduga terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja guru. Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah makin

baik pula kinerja seorang guru. Demkian pula sebaliknya makin buruk

kepemipinan kepala sekolah makin rendah kinerja seorang guru.

F. Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Motivasi Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan kepemimpinan

kepala sekolah dengan motivasi kerja guru SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur tidak terbukti. Ini maknanya bahwa kepemimpinan

yang dilakukan kepala sekolah dengan baik tidak ada hubungan dengan

motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa guru telah memiliki motivasi tinggi dalam bekerja

meskipun kepemimpinan kepala sekolah baik atau tidak. Guru

menunjukkan motivasi kerja yang tinggi karena guru menjiwai

pekerjaannya dengan baik sebagai pendidik di sekolah.

213
G. Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Semangat Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan kepemimpinan

kepala sekolah dengan semangat kerja guru SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur tidak terbukti. Ini maknanya bahwa kepemimpinan

yang maksimal dilakukan kepala sekolah tidak ada kaitannya dengan

semangat guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa guru telah memiliki semangat tinggi dalam bekerja

meskipun kepemimpinan kepala sekolah baik atuu tidak. Guru

menunjukkan tetap bekerja dengan semangat yang tinggi.

H. Hubungan Langsung Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di

SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Temuan penelitian ini adalah terdapat hubungan langsung motivasi

kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin. Usman (2009) menyatakan bahwa, “Motivasi kerja dapat

diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang

sehingga ia terdorong untuk bekerja”.

Handoko (2008) menyatakan bahwa motivasi merupakan kegiatan

yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia

Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi manajer, karena menurut

definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer

perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat

214
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan

organisasi”.

Menurut Hasibuan (2008), “Ada beberapa tujuan motivasi yaitu: a)

Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; b) Meningkatkan moral

dan kepuasan kerja karyawan; c) Meningkatkan produktivitas kerja

karyawan; d) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; e)

Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; f)

Mengefektifkan pengadaan karyawan; g) Menciptakan suasana dan

hubungan kerja yang baik; h) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi

karyawan; i) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; j)

Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan; k) dan lain-lain“.

Menurut Sofyandi (2008) bahwamotivasi meningkatkan moral dan kepuasan

kerja karyawan, b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

c) Mempertahankan kestabilan karyawan dalam perusahaan, d)

Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam bekerja, e) Mengefektifkan

dalam pengadaan karyawan, f) men

ciptakan suasana dan hubungan kerja yang kondusif, g)

Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan, h)

Meningkatkan kesejahteraan karyawan, i) Mempertinggi rasa tanggung

jawab akan tugas, dan lain-lain“

I. Hubungan Langsung Semangat Kerja dengan Kinerja Guru di

SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Temuan penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan

215
semangat kerja dengan kinerja guru SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin

Timur.

J. Hubungan tidak Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Kinerja melalui Motivasi Guru di SMP Negeri se Kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja melalui motivasi guru

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur. Kepemimpinan kepala

sekolah behubungan langsung secara siknifikan dengan kinerja guru

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timut. Jadi hubungan

kepemimpinan secara langsung dengan kinerja lebih baik daripada

hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kerja melalui motivasi

kerja.

K. Hubungan tidak Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Kinerja melalui Semangat Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja melalui semangat kerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur. Kepemimpinan

kepala sekolah behubungan langsung secara siknifikan dengan kinerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timut. Jadi hubungan

kepemimpinan secara langsung dengan kinerja lebih baik daripada

hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kerja melalui semangat

216
kerja.

217
Lampiran:

Kepemimpinan
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Alpha if Item
Correlatio Correlation Deleted
n
kep1 109,3000 395,114 ,691 . ,954
kep2 110,4667 350,257 ,908 . ,951
kep3 110,7333 368,616 ,622 . ,955
kep4 109,5000 385,707 ,728 . ,953
kep5 109,5333 389,982 ,626 . ,954
kep6 109,8000 375,269 ,699 . ,953
kep7 109,4333 385,289 ,666 . ,954
kep8 110,0333 378,516 ,567 . ,954
kep9 109,5667 382,806 ,629 . ,954
kep10 109,5000 385,431 ,738 . ,953
kep11 109,5333 384,395 ,695 . ,953
kep12 109,6333 381,413 ,896 . ,952
kep13 109,4667 389,568 ,931 . ,953
kep14 109,9333 376,961 ,653 . ,953
kep15 110,1667 372,213 ,677 . ,953
kep16 109,6333 394,102 ,745 . ,954
kep17 110,8000 360,510 ,889 . ,951
kep18 109,8000 385,890 ,806 . ,953
kep19 110,8000 369,062 ,630 . ,954
kep20 109,4667 387,499 ,630 . ,954
kep21 109,3333 389,402 ,656 . ,954
kep22 110,5667 371,151 ,569 . ,955
kep23 111,0000 368,966 ,557 . ,956
kep24 109,4000 388,593 ,598 . ,954
kep25 109,8000 379,407 ,795 . ,952
kep26 110,1333 379,085 ,612 . ,954
kep27 109,9667 390,654 ,523 . ,955
kep28 109,8000 387,821 ,734 . ,953

218
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
,955 ,966 28

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Square Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total d Alpha if
Correlation Multiple Item
Correlation Deleted
mot1 112,4333 251,909 ,686 . ,946
mot2 113,3333 229,264 ,738 . ,945
mot3 113,9000 241,610 ,513 . ,948
mot4 112,9333 240,478 ,616 . ,946
mot5 112,7333 246,547 ,620 . ,946
mot6 112,3000 253,321 ,680 . ,946
mot7 112,3667 251,826 ,631 . ,946
mot8 112,7667 238,185 ,657 . ,946
mot9 112,8333 240,351 ,621 . ,946
mot10 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot11 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot12 112,7333 245,168 ,719 . ,945
mot13 112,5667 248,116 ,902 . ,945
mot14 113,0667 245,651 ,601 . ,946
mot15 113,2333 245,151 ,785 . ,945
mot16 112,7333 251,168 ,752 . ,946
mot17 113,4000 239,834 ,743 . ,945
mot18 112,9333 246,616 ,640 . ,946
mot19 113,1667 242,006 ,641 . ,946
mot20 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot21 112,4333 247,771 ,566 . ,946
mot22 113,8000 233,407 ,589 . ,948
mot23 113,7000 236,079 ,543 . ,949
mot24 112,3000 252,907 ,603 . ,947
mot25 112,9000 236,990 ,889 . ,943
mot26 113,0000 245,655 ,603 . ,946

219
Reliability Statistics
mot27 113,1000 244,300 ,584 . ,946
mot28 112,9333 247,651 ,596 . ,946

220
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
,948 ,962 28

Semangat Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items

.967 .975 42

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Deleted
Correlation Correlation

sem1 172.3667 516.930 .597 . .966


sem2 173.2667 479.789 .817 . .965

sem3 173.6333 504.447 .599 . .966

sem4 173.1000 497.541 .573 . .967

sem5 172.6000 514.248 .577 . .966

220
Reliability Statistics
sem6 172.3000 514.562 .588 . .966

sem7 172.2333 519.633 .639 . .966

221
sem8 172.5000 507.500 .593 . .966

sem9 172.4000 511.076 .594 . .966

sem10 172.3333 515.195 .777 . .966

sem11 172.3333 515.195 .777 . .966

sem12 172.6667 506.575 .738 . .965

sem13 172.5000 510.741 .929 . .965

sem14 173.1333 504.533 .571 . .966

sem15 173.1667 505.937 .824 . .965

sem16 172.6667 515.057 .784 . .966

sem17 173.3333 497.954 .782 . .965

sem18 172.8333 510.833 .665 . .966

sem19 173.1000 503.334 .585 . .966

sem20 172.3333 515.195 .777 . .966

sem21 172.2333 520.461 .596 . .966

sem22 173.6667 487.747 .593 . .967

sem23 173.2000 491.821 .598 . .967

sem24 172.2667 519.099 .636 . .966

sem25 172.8333 493.937 .926 . .965

sem26 172.7333 512.961 .604 . .966

sem27 172.9000 508.024 .620 . .966

sem28 172.9000 509.748 .643 . .966

sem29 173.1667 505.937 .824 . .965

sem30 172.6667 515.057 .784 . .966

sem31 173.3333 497.954 .782 . .965

sem32 172.8333 510.833 .665 . .966

sem33 173.0667 504.961 .600 . .966

sem34 172.3333 515.195 .777 . .966

sem35 172.2000 521.890 .554 . .966

sem36 173.3000 495.666 .624 . .966

sem37 173.1667 500.695 .608 . .966

sem38 172.2667 516.961 .638 . .966

sem39 172.8333 493.937 .926 . .965

sem40 172.7333 512.271 .626 . .966

221
sem41 172.8333 510.695 .588 . .966
sem42 172.7333 511.651 .646 . .966

Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items

.955 .969 31

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Deleted
Correlation Correlation

kin1 126.4667 255.913 .646 . .954


kin2 127.1333 238.189 .751 . .953

kin3 128.1000 243.817 .656 . .954

kin4 127.1000 240.507 .578 . .956

kin5 126.6333 255.964 .604 . .954

kin6 126.3000 257.528 .689 . .955

kin7 126.3000 257.528 .689 . .955

kin8 126.4667 249.292 .676 . .954

kin9 126.4667 249.292 .676 . .954

kin10 126.4667 253.844 .784 . .954

kin11 126.4667 253.844 .784 . .954

kin12 126.8000 250.786 .612 . .954

kin13 126.6333 252.171 .843 . .953

kin14 127.1333 249.775 .629 . .954

kin15 127.3000 247.114 .840 . .953

kin16 126.8000 254.234 .758 . .954

222
kin17 127.3333 245.954 .730 . .953

223
kin18 126.9667 252.792 .575 . .954
kin19 127.6667 243.126 .593 . .955

kin20 126.4667 253.844 .784 . .954

kin21 126.3000 257.528 .689 . .955

kin22 127.4333 238.668 .568 . .957

kin23 127.3333 240.575 .606 . .955

kon24 126.3000 257.528 .689 . .955

kin25 126.9667 240.309 .880 . .952

kin26 126.9667 251.482 .592 . .954

kin27 127.1333 248.464 .584 . .954

kin28 127.0667 248.616 .581 . .954

kin29 127.3000 247.114 .840 . .953

kin30 126.8000 254.234 .758 . .954

kin31 127.4000 245.490 .694 . .953

Correlations
y x1 x2 x3
y 1,000 ,185 -,193 -,106
x1 ,185 1,000 ,078 -,054
Pearson Correlation
x2 -,193 ,078 1,000 -,112
x3 -,106 -,054 -,112 1,000
y . ,021 ,017 ,123
x1 ,021 . ,198 ,279
Sig. (1-tailed)
x2 ,017 ,198 . ,109
x3 ,123 ,279 ,109 .
y 122 122 122 12
x1 122 122 122 2
N
x2 122 122 122 122

x3 122 122 122 122


122

223
Hasil analisis deskripsi kepemimpinan

kep1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 43 35,2 35,2 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 65 53,3 53,3 57,4
Valid
5,00 52 42,6 42,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 69 56,6 56,6 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
Valid 4,00 58 47,5 47,5 51,6
5,00 59 48,4 48,4 100,0

224
Total 122 100,0 100,0

kep5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 56 45,9 45,9 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 59 48,4 48,4 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 68 55,7 55,7 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
Valid 4,00 42 34,4 34,4 37,7
5,00 76 62,3 62,3 100,0

225
kep9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 48 39,3 39,3 41,8
Valid
5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 43 35,2 35,2 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
Valid 4,00 67 54,9 54,9 58,2
5,00 51 41,8 41,8 100,0
kep13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 54 44,3 44,3 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 69 56,6 56,6 59,8
Valid
5,00 49 40,2 40,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 60 49,2 49,2 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
Valid 4,00 61 50,0 50,0 50,8
5,00 60 49,2 49,2 100,0
kep17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 64 52,5 52,5 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 68 55,7 55,7 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 75 61,5 61,5 64,8
Valid
5,00 43 35,2 35,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid 4,00 56 45,9 45,9 48,4
5,00 63 51,6 51,6 100,0
kep21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 39 32,0 32,0 34,4
Valid
5,00 80 65,6 65,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 69 56,6 56,6 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 66 54,1 54,1 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

Kep24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
Valid 4,00 51 41,8 41,8 43,4
5,00 69 56,6 56,6 100,0
kep25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 55 45,1 45,1 49,2
Valid
5,00 62 50,8 50,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 46 37,7 37,7 38,5
Valid
5,00 75 61,5 61,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 54 44,3 44,3 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
Valid 4,00 64 52,5 52,5 53,3
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Hasil analisis deksripsi motivasi kerja

mot1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 26 21,3 21,3 23,0
Valid
5,00 94 77,0 77,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 8 6,6 6,6 6,6


4,00 45 36,9 36,9 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 67 54,9 54,9 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4,00 52 42,6 42,6 42,6
Valid 5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 41 33,6 33,6 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 31 25,4 25,4 25,4


Valid 5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 32 26,2 26,2 27,0
Valid
5,00 89 73,0 73,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

232
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 25 20,5 20,5 22,1
Valid
5,00 95 77,9 77,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 23 18,9 18,9 20,5
Valid
5,00 97 79,5 79,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 23 18,9 18,9 20,5
Valid
5,00 97 79,5 79,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 28 23,0 23,0 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

233
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 62 50,8 50,8 52,5
Valid
5,00 58 47,5 47,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 42 34,4 34,4 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 61 50,0 50,0 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

234
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 50 41,0 41,0 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 52 42,6 42,6 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 53 43,4 43,4 46,7
Valid
5,00 65 53,3 53,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 64 52,5 52,5 55,7
Valid
5,00 54 44,3 44,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

235
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 6 4,9 4,9 4,9
4,00 30 24,6 24,6 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 69 56,6 56,6 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 68 55,7 55,7 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

236
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 33 27,0 27,0 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 40 32,8 32,8 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 28 23,0 23,0 27,0
Valid
5,00 89 73,0 73,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 36 29,5 29,5 32,8
Valid
5,00 82 67,2 67,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

237
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 48 39,3 39,3 42,6
Valid
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

Hasil analisis deskripsi semangat kerja

sem1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 27 22,1 22,1 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 60 49,2 49,2 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid
4,00 62 50,8 50,8 53,3

238
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
2,00 104 85,2 85,2 85,2
3,00 14 11,5 11,5 96,7
Valid
4,00 4 3,3 3,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 103 84,4 84,4 84,4


3,00 11 9,0 9,0 93,4

Valid 4,00 5 4,1 4,1 97,5


5,00 3 2,5 2,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 53 43,4 43,4 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid 3,00 1 ,8 ,8 ,8

239
4,00 63 51,6 51,6 52,5
5,00 58 47,5 47,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 44 36,1 36,1 36,1


Valid 5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 35 28,7 28,7 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 43 35,2 35,2 35,2
Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
Valid 4,00 46 37,7 37,7 39,3
5,00 74 60,7 60,7 100,0

240
Total 122 100,0 100,0

sem12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 61 50,0 50,0 50,0


Valid 5,00 61 50,0 50,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 66 54,1 54,1 56,6
Valid
5,00 53 43,4 43,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 54 44,3 44,3 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

241
sem16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 58 47,5 47,5 50,0
Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 65 53,3 53,3 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 75 61,5 61,5 63,1
Valid
5,00 45 36,9 36,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 70 57,4 57,4 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

242
sem20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

4,00 75 61,5 61,5 61,5


Valid 5,00 47 38,5 38,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 91 74,6 74,6 74,6


3,00 24 19,7 19,7 94,3

Valid 4,00 5 4,1 4,1 98,4


5,00 2 1,6 1,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 69 56,6 56,6 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 64 52,5 52,5 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

243
sem24
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 52 42,6 42,6 45,9
Valid
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 58 47,5 47,5 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

244
sem28
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 92 75,4 75,4 78,7
Valid
5,00 26 21,3 21,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 41 33,6 33,6 34,4
Valid
5,00 80 65,6 65,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 45 36,9 36,9 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 47 38,5 38,5 38,5
Valid 5,00 75 61,5 61,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

245
sem32
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 55 45,1 45,1 50,0
Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 52 42,6 42,6 42,6


Valid 5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 64 52,5 52,5 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem36

246
sem32

247
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 71 58,2 58,2 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem38

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 62 50,8 50,8 50,8
Valid 5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem39

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 58 47,5 47,5 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem40

247
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 57 46,7 46,7 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem41

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 43 35,2 35,2 35,2


Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem42

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 59 48,4 48,4 49,2
Valid
5,00 62 50,8 50,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

248
Hasil analisis deskripsi kinerja

kin1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 29 23,8 23,8 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 42 34,4 34,4 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 6 4,9 4,9 4,9
4,00 67 54,9 54,9 59,8
Valid
5,00 49 40,2 40,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid 4,00 43 35,2 35,2 36,9
5,00 77 63,1 63,1 100,0

249
Total 122 100,0 100,0

kin5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 38 31,1 31,1 32,8
Valid
5,00 82 67,2 67,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 35 28,7 28,7 31,1
Valid
5,00 84 68,9 68,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
Valid 4,00 29 23,8 23,8 27,9
5,00 88 72,1 72,1 100,0

250
kin9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 22 18,0 18,0 22,1
Valid
5,00 95 77,9 77,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
Valid 4,00 62 50,8 50,8 54,1
5,00 56 45,9 45,9 100,0
kin13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 38 31,1 31,1 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 64 52,5 52,5 55,7
Valid
5,00 54 44,3 44,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 60 49,2 49,2 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid 4,00 43 35,2 35,2 37,7
5,00 76 62,3 62,3 100,0
kin17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 49 40,2 40,2 42,6
Valid
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 48 39,3 39,3 41,8
Valid
5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 56 45,9 45,9 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
Valid 4,00 47 38,5 38,5 40,2
5,00 73 59,8 59,8 100,0
kin21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 50 41,0 41,0 42,6
Valid
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 61 50,0 50,0 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 63 51,6 51,6 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid 4,00 50 41,0 41,0 43,4
5,00 69 56,6 56,6 100,0
kin25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 54 44,3 44,3 45,9
Valid
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 33 27,0 27,0 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 38 31,1 31,1 33,6
Valid
5,00 81 66,4 66,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
Valid 4,00 49 40,2 40,2 41,0
5,00 72 59,0 59,0 100,0
kin29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 32 26,2 26,2 28,7
Valid
5,00 87 71,3 71,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 46 37,7 37,7 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 51 41,8 41,8 41,8


Valid 5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0
Coefficients(a) X1-X2

Unstandardized Standardized 95% Confidence


Model Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part
1 (Cons) 111.026 20.566 5.398 .000 70.306 151.746
x1 .140 .164 .078 .853 .396 -.185 .465 .078 .078 .078
a Dependent Variable: x2

Coefficients x1,x2 - y

Model Unstandardized Stand t Sig. 95,0% Confidence Correlations Collinearit


Coefficients ardize Interval for B y
d Statistics
Coeffi
c
ients

B Std. Beta Lower Upper Zero Part Part Tolerance VIF


Error Boun Boun - i al
d d order

(Constant) 162,606 21,574 7,537 ,000 119,888 205,325


1 X1 ,196 ,086 ,201 2,279 ,024 ,026 ,366 ,185 ,205 ,201 ,994 1,00
X2 -,365 ,155 -,208 -2,357 ,020 -,672 -,058 -,193 -,211 -,208 ,994 1,00
a. Dependent Variable: Y

Coefficients X1-X3

Model Unstandardized Standardized 95% Confidence Collinearity


Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations Statistics
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part Tol. VIF
1 (Con) 206.986 20.141 10.277 .000 167.109 246.863
x1 - 1.00 1.00
-.199 .161 -.112 -1.237 .219 -.517 .119 -.112 -.112 .112 0 0
a Dependent Variable: x3

Coefficients x2,x3 - y

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. 95,0% C


Coefficients
B Std. Error Beta Lower
Bou

257
(Constant) 210,789 26,875 7,843 ,000 15
1 X2 -,363 ,157 -,207 -2,307 ,023
X3 -,128 ,089 -,129 -1,438 ,153

a. Dependent Variable: Y

258
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, sumber-

sumber teori dan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Gambaran Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin berdasarkan hasil temuan dilapangan

menunjukan Nilai rata-rata tertinggi 4,63 yaitu responden kepala sekolah meminta

mentaati peraturan yang telah dibakukan, kepala sekolah meminta maaf bila

melakukan kekecewaan. Nilai rata-rata terendah 4,32 yaitu responden kepala

sekolah mendengarkan saran, kritik, serta pendapat dan keluhan. Rata-rata

kepemimpinan seluruhnya 4,48 di bulatkan menjadi 4 dengan kategori sangat

baik. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan suatu proses bagaimana

kepala Sekolah mengelola dan mengkoordinasikan sekolah. Kepemimpinan

Kepala Sekolah yang menggambarkan kemampuan mempengaruhi dan

menggerakan orang lain sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana

diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan sangat baik.

Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang sangat baik, maka tujuan yang

dicapai terialisasi dengan baik. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan

memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartono (2010:153) yang

menyebutkan bahwa istilah kepemimpinan dinyatakan sebagai seorang

205
anggota kelompok yang paling berpangaruh terhadap aktivitas

kelompoknya dan yang memainkan peranan penting dalam merumuskan

atau mencapai tujuan tujuan kelompok. Kepemimpinan Kepala Sekolah

merupakan konsep yang menggambarkan kemampuan mempengaruhi dan

menggerakan orang lain sehingga mereka bertindak dan berperilaku

sebagaimana diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang

diinginkan.

Mukhtar (2009:75) mengatakan kepemimpinan merupakan suatu

proses mempengaruhi yang dilakukan seseorang dalam mengelola anggota

kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah sebagai

pemimpin di sekolah mempunyai tugas memonitor kegiatan yang

dilakukan guru. sehingga kegiatannya terkontrol agar tujuan yang ingin

dicapai tidak menyimpang dan sesuai harapan yang diinginkan. Purwanto

(2008: 26) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari

serangkaian kemampuan untuk dijadikan sarana dalam rangka meyakinkan

yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas dengan

penuh semangat dan kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Terry (2013:86) mendefinisikan “kepemimpinan adalah aktivitas

mempengaruhi orang-orang untuk berusaha tujuan kelompok secara

sukarela.” Fahmi (2013:68) memberikan definisi kepemimpinan sebagai

suartu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana

mengarahkan, memengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan

tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.

206
Sutarto (2009) merangkum berbagai definisi kepemimpinan

menurut pendapat para ahli, sebagai berikut (I) Aktivitas mempengaruhi

(Tcad); (2) Kemampuan Mengajar (Conter dan Devis); (3) Kemampuan

mengarahkan (Reuter); (4) Kemampuan menciptakan (Freeman dan

Taylor); (5) Proses mempengaruhi (Stodil, Tosi, Scoot, Chung,

Megginson, Sharma, Hersey, Blanchard, Hallander); (6) Usaha

mengarahkan (Haiman); (7) Menggunakan wewenang dan membuat

keputusan (Dubin); (8) Awal dari tindakan (Hemphill); (9) Mengarahkan

(Hempill dan Coons); (10) Kemampuan membuat orang bertindak

(Moree); (11) Hubungan kekuasan (Janda); (12) Kemampuan menyakinkan

(Black); (13) Saling mempengaruhi antar pribadi (Tennenbaum, Irving,

Fred); (14) Hubungan dan pemeliharaan struktur (Sherif).

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan memberikan kontribusi

terhadap kinerja mengajar guru. Penelitian ini mendukung Penelitian yang

dilakukan Triyogo (2016) mengenai “Kontribusi perilaku kepemimpinan Kepala

Sekolah dan motivasi kerja guru, terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri se

Kecamatan Pulau laut Utara Kabupaten Kotabaru”.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa: (1) ada kontribusi prilaku

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri se

Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru, (2) ada kontribusi motivasi

kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri se Kecamatan Pulau Laut

Utara Kabupaten Kotabaru, (3) ada kontribusi perilaku kepemimpinan kepala

207
sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar

guru SMP negeri se Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru.

Penelitian yang lain dilakukan Irwan Saputra (2016) “Pengaruh

kepemimpinan situasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru pada Madrasyah Aliyah Di Kabupaten Kapuas”

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Terdapat pengaruh

kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap kinerja guru Madrasyah

Aliyah di Kabupaten Kapuas, (2) Ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja

guru Madrasyah Aliyah di Kabupaten Kapuas, (3) Terdapat pengaruh

kepemimpinan situasional kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-

sama terhadap kinerja guru pada Madrasyah Aliyah di Kabupaten Kapuas, (d)

Besar kontribusi relative kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap

kinerja guru adalah 58,4%, sedangkan besarnya efektif 8%, (e) Motivasi kerja

mempunyai sumbangan relative terhadap kinerja guru sebanyak 74,8%.

Penelitian yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan

etos kerja dengan prestasi kerja dilakukan Taberani (2016) “Hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dan etos kerja dengan prestasi kerja guru Sekolah

Dasar Negeri di Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten Banjar “ Hasil penelitian

(1) Ada hubungan yang positif dan signifiksn antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan prestasi kerja. (2) Ada hubungan antara eto kerja dengan prestasi

kerja guru., (3) Ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan etos kerja

208
dengan prestasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tatah Makmur

Kabupaten Banjar

B. Motivasi Kerja Guru SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin

Gambaran motivasi guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin berdasarkan hasil temuan dilapangan menunjukan nilai rata-

rata tertinggi 4,78 yaitu responden merasa bangga dengan tugas dan tanggung

jawab yang di emban, dalam menjalankan tugas saling menghargai dengan rekan

sekerja. Nilai rata-rata terendah 4,39 yaitu responden memiliki peluang dan

kesempatan untuk mengembangkan keterampilan serta kemampuan. Rata-rata

motivasi seluruhnya 4,59 di bulatkan menjadi 5 dengan kategori sangat baik.

Hasibuan (2008) berpendapat bahwa motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan Afin Murtie (2012:63) menyatakan

motivasi adalah dorongan atau gejolak yang timbul dari dalam diri

manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Kadarisman (2012:222) menyatakan bahwa, “Motivasi menjadi

penggerak atau dorongan dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan

bekerja dengan giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

Menurut Saydam (2012:327) motivasi diartikan sebagai sebagai

keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada seseorang

sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

209
Motivasi kerja sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja seseorang.

Seorang guru akan bekerja secara maksimal, mamamfaatkan kemampuan

dan ketrampilannya dengan bersemangat, manakala guru memiliki

motivasi kerja yang tinggi. Pendapat ini didukung dari penelitian

Hj.Karnasuriatna Hasanah (2013) dengan judul “Hubungan antara stress

kerja dan motivasi kerja dengan kinerja guru SDN di Kecamatan

Banjarmasin Barat”. Hasil Penelitian menunjukan bahwa:(1) Terdapat

hubungan negatif yang sigifikan antara stress kerja dan kinerja guru, (2)

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan

kinerja,(3) terdapat hubungan positif dan signifikan antara stress kerja dan

motivasi kerja dengan kinerja guru. Penelitian yang lain dilakukan Basaria

Lumbanraja (2013) tentang “Pengaruh kepemimpinan dan Motivasi Kerja

Guru di SMP Negeri 1 Pandan Kabupaten Tapanuli tengah” hasil

penelitian menunjukan motivasi kerja guru berpengatuh positif terhadap

kinerja guru, hasil uji t menunjukan variabel motivasi kerja memiliki nilai

hitung 4,810 > t tabel 1,980 dan tingkat signifikan 0, 000 < 0,05 .

Penelitian tentang motivasi kerja guru di lakukan Selingkat(2014)

“Kontribusi perilaku Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap Kinerja

Mengajar Guru SMAN se Kota Palangkaraya” Hasil Penelitian

menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat kontribusi yang signifikan dari

perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru

SMAN se Kota Palangkaraya.(2) Terdapat kontribusi yang signifikan antara

motivasi kerja guru terhadap terhadap kinerja mengajar guru SMAN

210
se Kota Palangkaraya. (3) Terdapat kontribusi yang signifikan secara bersama-sama

antara prilaku kepemimpinan kepala Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap

kinerja mengajar guru SMAN se Kota Palangkaraya.

C. Semangat Kerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin

Gambaran semangat kerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin berdasarkan hasil temuan dilapangan menunjukan nilai

rata-rata tertinggi 4,71 yaitu responden bekerja dengan penuh kesungguhan hati.

Nilai rata-rata terendah 2,18 yaitu responden rekan sejawat di tempat kerja tidak

memberi semangat kerja untuk melaksanakan semua tugas. Rata-rata semangat

kerja seluruhnya 4,34 di bulatkan menjadi 4 dengan kategori baik.

Hasibuan (2009:94) mangatakan bahwa semangat kerja adalah keinganan

dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta

berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja, sedangkan menurut Sri Widodo

(2015:104) semangat kerja adalah mencerminkan kondisi karyawan dalam

lingkungan kerjanya. Morale (reaksi mental) tidak dapat diraba dan dirasakan,

tetapi kualitasnya dapat ditentukan dengan cara mengobservasi bagaimana cara

sesorang bertingkah laku. Dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam yaitu

moral kerja rendah yang menghasilkan kerja kurang efektif dan kurang efisien,

yang dapat menimbulkan kekecewaan, kerugian, kemunduran atau hal lain yang

kurang baik bagi lembaga. Sedangkan moral kerja tinggi menghasilkan usha-

usaha untuk memajukan pekerjaan atau tugas yang lebih efektif dan membawa

kepuasan kerja

211
Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin

dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya. Semangat kerja juga diartikan

sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaaan secara cepat dan lebih

baik (Alex Nitisemito, 2002:160). Semangat kerja diartikan sampai sejauh mana

karyawan bergairah dalam melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya (Siagian,

2010:57). Kemudian Widyarini (2009) mengatakan semangat kerja adalah kondisi

rohaniah atau perilaku individu yang dapat menimbulkan ketenangan yang

mendalam pada diri individu tersebut untuk bekerja dengan giat dan konsekuen,

sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik hasilnya agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Purwanto (2008:83) mendefinisikan semangat kerja adalah suatu yang

membuat orang-orang mengabdi kepada tugas dan pekerjaanya, dimana kepuasan

bekerja dan hubungan kekeluargaan yang mengairahkan menjadi bagian pada

pribadnya. Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama secara

disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya.

Pariata Westra (Suroso, 2012:16) mendefinisikan semangat kerja adalah

sikap individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mencurahkan

kemampuannya terhadap tugas secara menyeluruh. Semangat kerja sebagai reaksi

mental dan emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Lebih lengkap Davis

(2008) mendefinisian semangat kerja sebagai sikap individu atau kelompok

terhadap lingkungan kerjanya dan terhadap kerjasama sukarela dan sepenuhnya

kemampuan mereka demi kepentingan organisasi

212
Alfred RL (Sari, 2008:27) Mendefinisikan semangat kerja adalah

sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggung jawab

terhadap kegiatannya. Moekijat (Sari, 2008:3) mengartikan semangat kerja

adalam kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan

terpadu. Menurut Winda (2008) semangat kerja adalah kesedian perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan

lebih baik. Dengan demikian semangat kerja menggambarkan perasaan senang

yang mendalam dan merasa puas terhadap pekerjaan. Penelitian berhubungan

dengan semangat kerja dilakukan Hartati (2011), “ Hubungan semangat kerja dan

disiplin kerja dengan kinerja guru SD Negeri se Kecamatan Daha Selatan” hasil

penelitian menunjukan bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara variabel

semangat kerja dengan kinerja guru SD Negeri se Kecamatan Daha Selatan. (2)

Ada hubungan positif secara simultan antara semangat kerja dan disiplin kerj

dengan kinerja gur SD Negeri se Kecamatan Daha Selatan. Penelitian tentang

semangat kerja juga diteliti Misrasni (2013) “ Hubungan Semangat Kerja dan

Disiplin kerja dengan Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah se Tabalong Selatan”

Hasil Penelitian menunjukan bahwa: (1) Ada hubungan yang positif antara

semangat kerja dengan disiplin kerja guru Madrasah Tsanawiyah se Tabalong

Selatan, (2) Ada hubungan yang positif secara stimultan antara semangat kerja

dan disiplin kerja dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah se Tabalong

Selatan. Penelitian hubungan motivasi kerja terhadap semangat kerja dilakukan

Siti Bulkis (2014) “Kontribusi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru

terhadap semangat kerja guru SD Negeri Di Kecamatan Amuntai Tengah

213
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) ada

kontribusi supervisi kepala sekolah terhadap semangat kerja guru, (2) Ada

kontribusi motivasi kerja guru terhadap semangat kerja guru SD Negeri Di

Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai UtaraPenelitian semangat

kerja juga diteliti Rahma Widayanti (2017), “Kontribusi komunikasi dan

kepemimpinan kepala Sekolah terhadap semangat kerja guru Madrasyah

Tsanawiyah Negeri Se Kabupaten Balangan”. Dari hasil analisis data didapatkan

kontibusi variable komunikasi dengan nilai pengaruh sebesar 0,283 ( 28.3%)

terhadap semangat kerja guru pada tiap penambahan 1 nilai komunikasi,

kontribusi variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan nilai pengaruh sebesar

0,188 (18,8 %) terhadap semangat kerja guru pada setiap penambahan 1 nilai

kepemimpinan kepala sekolah, dan secara bersama-sama kontribusi variable

komunikasi kepala sekolah dan variable kepala sekolah. Memberikan pengaruh

dengan nilai sebesar 36,3 % terhadap semangat kerja guru. Sedangkan sisanya

sebesar 63,70% dijelaskan variabel lain.

D. Kinerja Guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

Gambaran kinerja guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin berdasarkan hasil temuan dilapangan menunjukan nilai rata-rata

tertinggi 4,74 yaitu responden menguasai media pelajaran yang bervariatif. Nilai

rata-rata terendah 4,39 yaitu responden membuat penilaian terhadap tugas yang

dilaksanakan para siswa. Rata-rata kinerja seluruhnya 4,58 di bulatkan menjadi 5

dengan kategori sangat baik. Hasil kerja guru SMP negeri se kecamatan

214
Banjarmasin Timur secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh melaksanakan

tugas yang diberikan kepadanya sangat baik.”

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance .

job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.

Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari

oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.

Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat

berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana

pendapat Davis (2007) bahwa faktor yang dapat memengaruhi pencapaian kinerja

adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) atau dengan

kata lain, “performance ability + motivation”.

Menurut Mangkunegara (2009) istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Rusman (2012) menyatakan bahwa kinerja

adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat diartikan prestasi kerja

atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.

Rivai (2009) menyatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai

oleh seseorang dalam melaksankan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan standar

dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kemudian Senada

dengan pendapat di atas, Suwatno (dalam Barnawi & Arifin, 2012) mengatakan

215
bahwa kinerja merupakan prestasi kerja nyata yang ditampilkan seseorang setelah

menjalankan tugas dan perannya dalam organisasi.

Selanjutnya, menurut pendapat Suntoro (dalam Pabundu Tika, 2010)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang 10

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu. Penelitian ini mendukung Herliani

(2014) “Kontribusi Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi

kerja Terhadap Kinerja Guru SD Negeri se Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara” Menyimpulkan bahwa (1) Terdapat kontribusi

yang positif antara efektivitas kepemimpianan kepala sekolah terhadap kinerja

guru SD Negeri se Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara,

(2) Terdapat kontribusi yang positif motivasi kerja terhadap kinerja guru SD

Negeri se Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara, (3)

Terdapat kontribusi yang positif antara efektivitas kepemimpianan kepala sekolah

terhadap motivasi kerja guru SD Negeri se Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian tentang kinerja juga dilakukan Yuli

Hastuti (2015) “Hubungan Peran Kepemimpinn Kepala Sekolah dan Motivasi

Kerja dengan Kinerja Guru pada SD Negeri di Kecamatan Astambul” Hasil

penelitian ditemukan bahwa:(1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara peran kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru dimana hubungan

positif dinyatakan dengan diperoleh nilai r = 0,438 dan angka Sig = 0,000 < 0,05

maka Ho ditolak, (2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

motivasi kerja dan kinerja guru, dimana hubungan positif dinyatakan dengan

216
diperoleh nilai r = 0,640 dan angka Sig = 0,000 <0,005 maka Ho ditolak, (3)

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peran kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru, R square = 0,456. Probabilitas

( sig.Fchange)= 0,000 < 0,005 maka Ho ditolak yang artinya peran kepemimpinan

kepala sekolah dan motivasi kerja berhubungan secara simultan dan signifikan

gerhadap kinerja guru.

E. Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Motivasi Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur .

Kepala sekolah sebagai pimpinan yang tertinggi di sekolah memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap guru dan staf sekolah dan menjadi

barometer dalam kemajuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan

bagaimana kepala sekolah memberikan pembinaan yang baik kepada guru dan

staf sekolah, sehinggaa mampu menumbuhkan motivasi guru dan staf sekolah

melalui bimbingan , dorongan dan tanggungjawab yang diberikan. Selanjutnya

motivasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja guru. Motivasi merupakan

dorongan untuk menggerakan , mendorong sikap dan tingkah laku untuk

bekerja. Semakin tinggi motivasi guru, akan semakin kuat dorongan yang timbul

untuk bekerja giat. Setiap orang ingin mempunyai motivasi yang lebih besar,

tetapi mereka tidak sungguh-sungguh memahami arti kata ini. Orang akan

217
berkata bahwa mereka ingin menjadi lebih termotivasi. Hasil pernyataan diatas

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hamsan (2013) dalam tesisnya dangan

judul “Kontribusi motivasi kerja dan kecerdasan emosional terhadap Kinerja

Guru SDN di kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

motivasi kerja dan kinerja. Pemimpin pada dasarnya berkeinginan untuk

mempunyai suatu regu atau kelompok yang lebih termotivasi. Motivasi

mempersilahkan seseorang untuk melakukan sesuatu sebab orang tersebut

memang ingin melakukannya. Motivasi menyangkut kerja berat ke arah masa

depan pekerjaan, dalam arti sesuatu akan menunjukan sikap yang termotivasi oleh

suatu tujuan, masa depan dan karir dalam bekerja.

F. Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

Semangat Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan semangat kerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur .

Kepala sekolah yang baik harus mampu membimbing dan mengarahkan

guru dan staf sekolah dalam melaksanakan tugas mereka tanpa rasa keterpaksa

Kepala sekolah harus menjadi teladan yang baik bagi guru dan staf sekolah, jika

kepala sekolah bersemangat dalam melakukan tugasnya. Guru dan staf sekolah

akan terpenguh dan bersemangat juga dalam melakukan tugas mereka.

Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan seorang pemimpin untuk

218
mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan suka rela

menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan sedangkan semangat kerja adalah sikap individu atau

sekelompok orang terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar dapat

mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Jadi kepala sekolah yang baik

harus bisa membimbing dan mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan

tugas tanpa rasa keterpaksaan. Kepala sekolah juga harus bisa menggunakan

berbagai macam cara untuk mendorong dan mempertahankan semangat guru.

Semangat kerja sebagai suasana batin berupakan perasaan senang dan tidak

senang, bergairah atau tidak bergairah dalam melakukan suatu pekerja

. Guru yang mempunyai semangat kerja tinggi dapat memberikan motivasi

belajar siswa serta perbaikan berkelanjutan melalui evaluasi belajar siswa untuk

mencapai hasil yang optimal.

Hornby, (1986) berpendapat bahwa semangat kerja sangat menunjang seseorang

untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik. Munandar (2010)

berpendapat bahwa semangat kerja sebagai suatu kebutuhan seseorang untuk

memperoleh keuntungan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pernyataan Ini

didukung penelitian Fauzi Harun (2007) “Hubungan Supervisi Kepala Sekolah

dan motivasi kerja dengan semangat kerja Guru SMP Negeri Percontohan di Kota

Banjarmasin” Hasil Penelitian ada hubungan antara supervisi kepala sekolah

dengan semangat kerja Guru SMP Negeri Percontohan Di Kota Banjarmasin.

Dalam hal ini semangat kerja menyentuh aspek kemauan kehendak, perasaan,

pikiran dan sikap dalam melaksanakan tugas

219
G.Hubungan Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja

guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin

Penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

berhubungan langsung secara signifikan dengan kinerja guru di SMP

Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur. Sutisna (2010:299) menyatakan

bahwa kepemimpinan sebagai istilah umum merupakan proses

mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha ke

arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Kepala sekolah merupakan

orang yang memiliki kemampuan profesional yang bekerja berdasarkan pola

kinerja profesional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan

mendukung keberhasilan pembelajaran (Mulyasa, 2009 : 37). Keberhasilan

pembelajaran berkaitan erat dengan kinerja guru yang menjalankan

tugasnya. Untuk mewujudkan kinerja guru yang optimal diperlukan

kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan profesional .

Pada dasarnya terdapat berbagi faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana,

lingkungan pendidikan dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut,

guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati

kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang

yang lain.

220
Guru sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan

pendidikan itu sendiri, Oleh karena itu, kinerja guru selalu menjadi

perhatian, karena merupakan faktor penentu dalam meningkatkan prestasi

belajar. Kepala sekolah merupaka salah satu komponem pendidikan yang

berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepemimpinan kepala

sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru .

Penjelasan di atas didukung penelitian Ahmad Mursid (2005) “

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Lingkungan Kerja dengan

Kinerja Guru SLTP Negeri di Balikpapan”. Peneliltian tersebut membuktikan

bahwa faktor kepemimpinan dan lingkungan kerja merupaka dua faktor yang

berhubungan cukup erat dengan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya.

Dengan demikian terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat

berpengaruh terhadap kinerja guru. Jadi, atas dasar itu diduga terdapat

hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya

makin baik kepemimpinan kepala sekolah makin baik pula kinerja seorang

guru. Demikian pula sebaliknya makin buruk kepemipinan kepala sekolah

makin rendah kinerja seorang guru.

H. Hubungan Langsung Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di SMP

Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Temuan penelitian ini adalah terdapat hubungan langsung motivasi

kerja dengan kinerja guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin.

Dalam mencapai mencapai tujuan organisasi sekolah yaitu meningkatkan

221
kualitas pendidikan maka kepala sekolah dan guru harus menunjukan hasil kerja

sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing. Guru memiliki

tugas sebagai pengajar dan melakukan transfer pengetahuan sekaligus sebagai

pembimbing mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Untuk itu guru

harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional

yang bekerja dengan kinerja yang tinggi. Usman (2009) menyatakan bahwa,

“Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar

belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja”. Handoko (2008)

menyatakan bahwa motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,

menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia Motivasi ini merupakan

subjek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus

bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-

orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai

dengan yang diinginkan organisasi”.

Menurut Hasibuan (2008), “Ada beberapa tujuan motivasi yaitu: a)

Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; b) Meningkatkan moral

dan kepuasan kerja karyawan; c) Meningkatkan produktivitas kerja

karyawan; d) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; e)

Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; f)

Mengefektifkan pengadaan karyawan; g) Menciptakan suasana dan

hubungan kerja yang baik; h) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi

karyawan; i) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; j)

Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan; k) dan lain-lain“.

222
Menurut Sofyandi (2008) bahwa motivasi meningkatkan moral dan kepuasan

kerja karyawan, b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

c) Mempertahankan kestabilan karyawan dalam perusahaan, d)

Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam bekerja, e) Mengefektifkan

dalam pengadaan karyawan, f) menciptakan suasana dan hubungan kerja

yang kondusif, g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi

karyawan, h) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, i) Mempertinggi rasa

tanggung jawab akan tugas, dan lain-lain“. Selanjutnya motivasi yang

tinggi akan meningkatkan kinerja guru. Peran kepemimpinan kepala sekolah

terpadu dalam meningkatkan motivasi kerja dan kinerja guru, semakin tinggi

motivasi guru, akan semaki kuat dorongan yang timbul untuk bekerja lebih

giat sehingga dapat meningkatkan kinerja.

Gomes (2003:140) menyebutkan kinerja seorang guru akan dirasakan

optimal apabila guru memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya

sebagai seorang guru. Abdul Manan (2013) dengan tesisnya berjudul “

Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Guru SMA

Negeri di Kabupaten Tabalong” diketahui koefisien korelasi motivasi keja

terhadap kinerja guru sebesar 0,387 dan nilai sig sebesae 0,000 berarti p<

0,01 maka ha diterima dengan kata lain variabel motivasi kerja terdapat

hubungan dengan kinerja guru. kinerja guru merupakan prestasi kerja atau

tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seorang guru atau sekelompok guru

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab dan wewenangnya

berdasarkan standar kinerja yang telah ditentukan dalam rangka mencapai

tujuan dan cita-cita pendidikan.

223
I.Hubungan Langsung Semangat Kerja dengan Kinerja Guru di SMP Negeri

se Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

Temuan penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan yang

signifikan antara semangat kerja dengan kinerja guru SMP Negeri se Kecamatan

Banjarmasin Timur.

Tinggi rendahnya semangat kerja dalam organisasi akan sangat

dipengaruhi oleh kepemimpinan sekolah dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya, Jika kepala sekolah memiliki kemampuan yang baik,

maka guru dan tenaga kependidikan akan dengan sukarela

menyumbangkan kemampuannya. Keadaan sukarela inilah yang

menunjukan semangat kerja. Nawawi ( Lisnawati, 2013:110) semangat kerja

yang dimilki guru akan diperlihatkan pada saat guru melaksanakan tugas dalam

bentuk keuletan, kerajinan dan selalu mentaati peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian Sari Dewi (2001) yang berjudul “

Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, kinerja dan Kondisi Fisik Tempat kerja

Terhadap Semangat Kerja Karyawan ( Studi Kasus pada karyawan produksi

devisi blow PT. Arisa Mandiri Pratama Demak) variabel kepemimpinan,

motivasi, kinerja dan kondisi fisik tempat tempat kerja berpengaruh terhadap

variabel semnagat kerja sebesar 70,083 % yang setelah di F-test ternyata

berpengaruh signifikan..

Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan

kinerja yang berkualitas.

Terwujudnya kinerja yang berkualitas sangat ditentukan oleh manajemen yang

224
baik dan benar. Pengelola manajemen sekolah dikelola kepala sekolah. Kepala

sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus mempunyai strategi yang tepat

untuk memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan. Tabrani Rusyan

(2000) mengungkapkan bahwa: kepemimpinan kepala sekolah dapat

memberikan motivasi kerja bagi peningkatan semangat kerja guru dan hasil

belajar siswa. Semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai

sejauh mana kepala sekolah mampu memciptakan kegairaha kerja dan

mendorong guruan staf bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang

telah digariskan sehingga semangat kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa

meningkat. Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer

pengethuan, membimbing, mengarahkan serta menuntun siswa dalam belajar.

Untuk itu guru harus berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai

tenaga professional yang bekerja dengan kinerja tinggi. Kinerja guru akan

optimal bila diaintegrasikan dengan komponen lainnya seperti adanya motivasi

dari kepala sekolah. Selanjutnya motivasi yang tinggi akan meningkatkan

semangat kerja guru.

Semakin tinggi motivasi guru, akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk

bekerja lebuh giat dalam melaksanakan tugas sebagai insan pendidik.

J. Hubungan tidak Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja

melalui Motivasi Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja melalui motivasi guru

225
SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur. Kepemimpinan kepala

sekolah berhubungan langsung secara siknifikan dengan kinerja guru

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timut.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh

keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola guru dan tenaga

kependidikan yang ada di sekolah. Kepala sekolah adalah Salah satu

komponen yang berpengaruh dalam meningkatkan kenerja guru. Kepala

sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan dan pendayagunaan tenaga

kependidikan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Menurut Hasan

Basri ( 2009) ada dua aspek yang harus dimiliki kepala sekolah agar bisa

memimpin dengan baik yaitu berdasarkan tugas kepemimpinan

danfungsi kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan tugas kepemimpinan

kepala sekolah harus mampu memimpin dan fungsi kepeimpinan mengatur

situasi sekolah, sedangkan berdasarkan fungsi kepemimpinan kepala

sekolah harus mampu menjalankan fungsi kepemimpinan secara efektif dan

efisien, seperti kepala sekolah harus mampu melakukan perencanaan,

mengorganisasi, menggarahkan dan mengontrol segala kegiatan yang

sudah direncanakan. Untuk mewujudkan kinerja guru yang optimal

diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan profesional.

Untuk itu kepala sekolah harus memiliki strategis yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan serta memberikan kesempatan

meningkatkan profesinya

226
dan mendorong keterlibatan seuruh tenaga kependidikan dalam berbagai

kegiatan sekolah, karena pemimpin yang bait adalah pemimpin yang mampu

memberikan dukungan dan senantiasa meningkatkan kinerja Hal ini

releven dengan penelitian tesis Dwi Sampurno dengan judul “

Kepemimpinan Kepala Sekolah Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja dan

Kinerja Guru SMK Negeri 4 Pandeglang, Banten. Diperoleh nilai Beta

sebesar 0,429 yang berarti bahwa variabel independen kepemimpinan

kepala sekolah mempunyai pengaruh lansung terhadap kinerja guru

sebesar 42,9 %, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel independen

kepemimpinan kepala sekolah terhadap variabel dependen kinerja guru

melalui motivasi kerja adalah sebesar 0,334 x 0,092 = 0,031 1atau 31 %

hal ini berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh

secara langsung dalam upaya peningkatan kinerja guru melebihi pengaruh

tidak langsungnya.Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat

E. Mulyasa (2006) bahwa kepala sekolah merupakan orang yang

memiliki kemampuan professional yang bekerja berdasarkan pola

kinerja Jadi hubungan kepemimpinan secara langsung dengan kinerja

lebih baik daripada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan

kerja melalui motivasi kerja.

K.Hubungan tidak Langsung Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja

melalui Semangat Kerja Guru di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin

Timur Kota Banjarmasin

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

227
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja melalui semangat kerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur. Kepemimpinan

kepala sekolah behubungan langsung secara siknifikan dengan kinerja

guru SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timut.

Dalam upaya mencapai tujuan organisasi sekolah yaitu

meningkatkan kualitas pendidikan maka kepala sekolah bekerja sama

dengan guru harus menunjukan hasil kerja sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawabnya masing-masing. Guru memiliki tugas sebagai

pengajar yang melakukan tranfer pengetahuan da juga sebagai pendidik

yang membimbing, mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

Untuk itu guru harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya

sebagai tenaga profesional yang bekerja dengan kinerja yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan ileh Noor Fazariah

Handayani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “ Kontribusi

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pelibatan Guru terhadap

Semangat Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Alalak

Kabupaten Barito Utara”.

Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kontribusi

yang signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap

semangat kerja dengan besar koefisein determinasi R2 ( R square)

sebesar 0,031 (31%) dalam termasuk dalam katagiri sedang.

Kinerja guru akan menjadi optimal bila diintergrasikan dengan komponem

sekolah, baik kepala sekolah maupun saran prasarana kerja

228
yang memadai Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan

disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap kegiatannya. Semangat kerja juga

diartikan sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaaan secara cepat dan

lebih baik (Alex Nitisemito, 2002:160). Semangat kerja diartikan sampai sejauh

mana karyawan bergairah dalam melakukan tugasnya dan tanggung jawabnya

(Siagian, 2010:57). faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turunnya semangat

kerja ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, maka hendaknya kepala

sekolah harus dapat mengurangi faktor faktor tersebut dengan baik agar tidak

menjadi masalah yang mengakibatkan semangat kerja guru menurun.

Jadi hubungan kepemimpinan secara langsung dengan kinerja

lebih baik daripada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan

kerja melalui semangat kerja.

229
Lampiran:

Kepemimpinan
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Square Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total d Alpha if Item
Correlation Multiple Deleted
Correlation
kep1 109,3000 395,114 ,691 . ,954
kep2 110,4667 350,257 ,908 . ,951
kep3 110,7333 368,616 ,622 . ,955
kep4 109,5000 385,707 ,728 . ,953

230
kep5 109,5333 389,982 ,626 . ,954

231
kep6 109,8000 375,269 ,699 . ,953
kep7 109,4333 385,289 ,666 . ,954
kep8 110,0333 378,516 ,567 . ,954
kep9 109,5667 382,806 ,629 . ,954
kep10 109,5000 385,431 ,738 . ,953
kep11 109,5333 384,395 ,695 . ,953
kep12 109,6333 381,413 ,896 . ,952
kep13 109,4667 389,568 ,931 . ,953
kep14 109,9333 376,961 ,653 . ,953
kep15 110,1667 372,213 ,677 . ,953
kep16 109,6333 394,102 ,745 . ,954
kep17 110,8000 360,510 ,889 . ,951
kep18 109,8000 385,890 ,806 . ,953
kep19 110,8000 369,062 ,630 . ,954
kep20 109,4667 387,499 ,630 . ,954
kep21 109,3333 389,402 ,656 . ,954
kep22 110,5667 371,151 ,569 . ,955
kep23 111,0000 368,966 ,557 . ,956
kep24 109,4000 388,593 ,598 . ,954
kep25 109,8000 379,407 ,795 . ,952
kep26 110,1333 379,085 ,612 . ,954
kep27 109,9667 390,654 ,523 . ,955
kep28 109,8000 387,821 ,734 . ,953

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
,955 ,966 28

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Item- Total Multiple Alpha if

231
Correlation Correlatio Item
n Deleted

232
mot1 112,4333 251,909 ,686 . ,946
mot2 113,3333 229,264 ,738 . ,945
mot3 113,9000 241,610 ,513 . ,948
mot4 112,9333 240,478 ,616 . ,946
mot5 112,7333 246,547 ,620 . ,946
mot6 112,3000 253,321 ,680 . ,946
mot7 112,3667 251,826 ,631 . ,946
mot8 112,7667 238,185 ,657 . ,946
mot9 112,8333 240,351 ,621 . ,946
mot10 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot11 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot12 112,7333 245,168 ,719 . ,945
mot13 112,5667 248,116 ,902 . ,945
mot14 113,0667 245,651 ,601 . ,946
mot15 113,2333 245,151 ,785 . ,945
mot16 112,7333 251,168 ,752 . ,946
mot17 113,4000 239,834 ,743 . ,945
mot18 112,9333 246,616 ,640 . ,946
mot19 113,1667 242,006 ,641 . ,946
mot20 112,4000 251,352 ,739 . ,946
mot21 112,4333 247,771 ,566 . ,946
mot22 113,8000 233,407 ,589 . ,948
mot23 113,7000 236,079 ,543 . ,949
mot24 112,3000 252,907 ,603 . ,947
mot25 112,9000 236,990 ,889 . ,943
mot26 113,0000 245,655 ,603 . ,946
mot27 113,1000 244,300 ,584 . ,946
mot28 112,9333 247,651 ,596 . ,946

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
,948 ,962 28

232
Semangat Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items

.967 .975 42

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Deleted
Correlation Correlation

sem1 172.3667 516.930 .597 . .966


sem2 173.2667 479.789 .817 . .965

sem3 173.6333 504.447 .599 . .966

sem4 173.1000 497.541 .573 . .967

sem5 172.6000 514.248 .577 . .966

sem6 172.3000 514.562 .588 . .966

sem7 172.2333 519.633 .639 . .966

sem8 172.5000 507.500 .593 . .966

sem9 172.4000 511.076 .594 . .966

sem10 172.3333 515.195 .777 . .966

sem11 172.3333 515.195 .777 . .966

sem12 172.6667 506.575 .738 . .965

sem13 172.5000 510.741 .929 . .965

sem14 173.1333 504.533 .571 . .966

sem15 173.1667 505.937 .824 . .965

sem16 172.6667 515.057 .784 . .966

233
sem17 173.3333 497.954 .782 . .965

234
sem18 172.8333 510.833 .665 . .966
sem19 173.1000 503.334 .585 . .966

sem20 172.3333 515.195 .777 . .966

sem21 172.2333 520.461 .596 . .966

sem22 173.6667 487.747 .593 . .967

sem23 173.2000 491.821 .598 . .967

sem24 172.2667 519.099 .636 . .966

sem25 172.8333 493.937 .926 . .965

sem26 172.7333 512.961 .604 . .966

sem27 172.9000 508.024 .620 . .966

sem28 172.9000 509.748 .643 . .966

sem29 173.1667 505.937 .824 . .965

sem30 172.6667 515.057 .784 . .966

sem31 173.3333 497.954 .782 . .965

sem32 172.8333 510.833 .665 . .966

sem33 173.0667 504.961 .600 . .966

sem34 172.3333 515.195 .777 . .966

sem35 172.2000 521.890 .554 . .966

sem36 173.3000 495.666 .624 . .966

sem37 173.1667 500.695 .608 . .966

sem38 172.2667 516.961 .638 . .966

sem39 172.8333 493.937 .926 . .965

sem40 172.7333 512.271 .626 . .966

sem41 172.8333 510.695 .588 . .966

sem42 172.7333 511.651 .646 . .966

Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

234
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items

.955 .969 31

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Deleted
Correlation Correlation

kin1 126.4667 255.913 .646 . .954


kin2 127.1333 238.189 .751 . .953

kin3 128.1000 243.817 .656 . .954

kin4 127.1000 240.507 .578 . .956

kin5 126.6333 255.964 .604 . .954

kin6 126.3000 257.528 .689 . .955

kin7 126.3000 257.528 .689 . .955

kin8 126.4667 249.292 .676 . .954

kin9 126.4667 249.292 .676 . .954

kin10 126.4667 253.844 .784 . .954

kin11 126.4667 253.844 .784 . .954

kin12 126.8000 250.786 .612 . .954

kin13 126.6333 252.171 .843 . .953

kin14 127.1333 249.775 .629 . .954

kin15 127.3000 247.114 .840 . .953

kin16 126.8000 254.234 .758 . .954

kin17 127.3333 245.954 .730 . .953

kin18 126.9667 252.792 .575 . .954

kin19 127.6667 243.126 .593 . .955

kin20 126.4667 253.844 .784 . .954

kin21 126.3000 257.528 .689 . .955

235
kin22 127.4333 238.668 .568 . .957

236
kin23 127.3333 240.575 .606 . .955
kon24 126.3000 257.528 .689 . .955

kin25 126.9667 240.309 .880 . .952

kin26 126.9667 251.482 .592 . .954

kin27 127.1333 248.464 .584 . .954

kin28 127.0667 248.616 .581 . .954

kin29 127.3000 247.114 .840 . .953

kin30 126.8000 254.234 .758 . .954

kin31 127.4000 245.490 .694 . .953

Correlations
y x1 x2 x3
y 1,000 ,185 -,193 -,106
x1 ,185 1,000 ,078 -,054
Pearson Correlation
-,193 ,078 1,000 -,112
x2
-,106 -,054 -,112 1,000
x3
. ,021 ,017 ,123
y
,021 . ,198 ,279
x1 ,017 ,198 . ,109
Sig. (1-tailed)
x2 ,123 ,279 ,109 .
x3 122 122 122 122
y 122 122 122 122
x1 122 122 122 122
N 122 122 122 122
x2
x3

Hasil analisis deskripsi kepemimpinan

kep1

236
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 43 35,2 35,2 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 65 53,3 53,3 57,4
Valid
5,00 52 42,6 42,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 69 56,6 56,6 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 58 47,5 47,5 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep5

237
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 56 45,9 45,9 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 59 48,4 48,4 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 68 55,7 55,7 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep9

238
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 48 39,3 39,3 41,8
Valid
5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 43 35,2 35,2 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 67 54,9 54,9 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep13

239
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 54 44,3 44,3 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 69 56,6 56,6 59,8
Valid
5,00 49 40,2 40,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 60 49,2 49,2 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 61 50,0 50,0 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep17

240
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 64 52,5 52,5 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 68 55,7 55,7 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 75 61,5 61,5 64,8
Valid
5,00 43 35,2 35,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 56 45,9 45,9 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep21

241
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 39 32,0 32,0 34,4
Valid
5,00 80 65,6 65,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 69 56,6 56,6 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 66 54,1 54,1 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

Kep24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 51 41,8 41,8 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep25

242
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 55 45,1 45,1 49,2
Valid
5,00 62 50,8 50,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 46 37,7 37,7 38,5
Valid
5,00 75 61,5 61,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 54 44,3 44,3 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kep28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 64 52,5 52,5 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

243
Hasil analisis deksripsi motivasi kerja

mot1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 26 21,3 21,3 23,0
Valid
5,00 94 77,0 77,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 8 6,6 6,6 6,6
4,00 45 36,9 36,9 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 67 54,9 54,9 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 52 42,6 42,6 42,6


Valid 5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

244
mot5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 41 33,6 33,6 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 31 25,4 25,4 25,4
Valid 5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 32 26,2 26,2 27,0
Valid
5,00 89 73,0 73,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 25 20,5 20,5 22,1
Valid
5,00 95 77,9 77,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot9

245
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 23 18,9 18,9 20,5
Valid
5,00 97 79,5 79,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 23 18,9 18,9 20,5
Valid
5,00 97 79,5 79,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 28 23,0 23,0 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 62 50,8 50,8 52,5
Valid
5,00 58 47,5 47,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot13

246
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 42 34,4 34,4 36,1
Valid
5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 61 50,0 50,0 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 50 41,0 41,0 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot17

247
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 52 42,6 42,6 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 53 43,4 43,4 46,7
Valid
5,00 65 53,3 53,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 64 52,5 52,5 55,7
Valid
5,00 54 44,3 44,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot21

248
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 6 4,9 4,9 4,9
4,00 30 24,6 24,6 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 69 56,6 56,6 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 68 55,7 55,7 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 33 27,0 27,0 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot25

249
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 40 32,8 32,8 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 28 23,0 23,0 27,0
Valid
5,00 89 73,0 73,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 36 29,5 29,5 32,8
Valid
5,00 82 67,2 67,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

mot28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 48 39,3 39,3 42,6
Valid
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

250
Hasil analisis deskripsi semangat kerja

sem1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 27 22,1 22,1 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 60 49,2 49,2 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 62 50,8 50,8 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid 2,00 104 85,2 85,2 85,2

251
3,00 14 11,5 11,5 96,7
4,00 4 3,3 3,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 103 84,4 84,4 84,4


3,00 11 9,0 9,0 93,4

Valid 4,00 5 4,1 4,1 97,5


5,00 3 2,5 2,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 53 43,4 43,4 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 63 51,6 51,6 52,5
Valid
5,00 58 47,5 47,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

252
4,00 44 36,1 36,1 36,1
Valid 5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 35 28,7 28,7 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 43 35,2 35,2 35,2
Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 46 37,7 37,7 39,3
Valid
5,00 74 60,7 60,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 61 50,0 50,0 50,0


Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0

253
Total 122 100,0 100,0

sem13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 66 54,1 54,1 56,6
Valid
5,00 53 43,4 43,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 54 44,3 44,3 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid 4,00 58 47,5 47,5 50,0
5,00 61 50,0 50,0 100,0

254
sem17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 65 53,3 53,3 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 75 61,5 61,5 63,1
Valid
5,00 45 36,9 36,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 70 57,4 57,4 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 75 61,5 61,5 61,5
Valid 5,00 47 38,5 38,5 100,0
Total 122 100,0 100,0
sem21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 91 74,6 74,6 74,6


3,00 24 19,7 19,7 94,3

Valid 4,00 5 4,1 4,1 98,4


5,00 2 1,6 1,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 69 56,6 56,6 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 64 52,5 52,5 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid 4,00 55 45,1 45,1 47,5
5,00 64 52,5 52,5 100,0

256
Total 122 100,0 100,0

sem25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 52 42,6 42,6 45,9
Valid
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 58 47,5 47,5 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
Valid 4,00 92 75,4 75,4 78,7
5,00 26 21,3 21,3 100,0

257
sem29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 41 33,6 33,6 34,4
Valid
5,00 80 65,6 65,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 45 36,9 36,9 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 47 38,5 38,5 38,5


Valid 5,00 75 61,5 61,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 55 45,1 45,1 50,0
Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0
Total 122 100,0 100,0
sem33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 52 42,6 42,6 42,6
Valid 5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 64 52,5 52,5 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 71 58,2 58,2 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

259
sem37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem38

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 62 50,8 50,8 50,8
Valid 5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem39

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 58 47,5 47,5 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem40

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 57 46,7 46,7 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem41

260
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4,00 43 35,2 35,2 35,2
Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem42

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 59 48,4 48,4 49,2
Valid
5,00 62 50,8 50,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

Hasil analisis deskripsi kinerja

kin1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
Valid
4,00 29 23,8 23,8 25,4

261
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 42 34,4 34,4 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 67 54,9 54,9 59,8
Valid
5,00 49 40,2 40,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 43 35,2 35,2 36,9
Valid
5,00 77 63,1 63,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 38 31,1 31,1 32,8

262
5,00 82 67,2 67,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 35 28,7 28,7 31,1
Valid
5,00 84 68,9 68,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 29 23,8 23,8 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 31 25,4 25,4 27,9

263
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 22 18,0 18,0 22,1
Valid
5,00 95 77,9 77,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 62 50,8 50,8 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


Valid
4,00 38 31,1 31,1 35,2

264
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 64 52,5 52,5 55,7
Valid
5,00 54 44,3 44,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 60 49,2 49,2 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 43 35,2 35,2 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 49 40,2 40,2 42,6

265
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 48 39,3 39,3 41,8
Valid
5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 56 45,9 45,9 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 47 38,5 38,5 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 50 41,0 41,0 42,6

266
kin22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 61 50,0 50,0 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 63 51,6 51,6 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 50 41,0 41,0 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 54 44,3 44,3 45,9
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 33 27,0 27,0 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 38 31,1 31,1 33,6
Valid
5,00 81 66,4 66,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 49 40,2 40,2 41,0
Valid
5,00 72 59,0 59,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 32 26,2 26,2 28,7

268
5,00 87 71,3 71,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 46 37,7 37,7 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 51 41,8 41,8 41,8


Valid 5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

Coefficients(a) X1-X2

Unstandardized Standardized 95% Confidence


Model Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part
1 (Cons) 111.026 20.566 5.398 .000 70.306 151.746
x1 .140 .164 .078 .853 .396 -.185 .465 .078 .078 .078
a Dependent Variable: x2

269
Coefficients x1,x2 - y

Model Unstandardized Stand t Sig. 95,0% Confidence Correlations Collinearit


Coefficients ardize Interval for B y
d Statistics
Coeffi
c
ients

B Std. Beta Lower Upper Zero Part Part Tolerance VIF


Error Boun Boun - i al
d d order
(Constant) 162,606 21,574 7,537 ,000 119,888 205,325
1 X1 ,196 ,086 ,201 2,279 ,024 ,026 ,366 ,185 ,205 ,201 ,994 1,00
X2 -,365 ,155 -,208 -2,357 ,020 -,672 -,058 -,193 -,211 -,208 ,994 1,00
a. Dependent Variable: Y

Coefficients X1-X3

Model Unstandardized Standardized 95% Confidence Collinearity


Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations Statistics
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part Tol. VIF
1 (Con) 206.986 20.141 10.277 .000 167.109 246.863
x1 - 1.00 1.00
-.199 .161 -.112 -1.237 .219 -.517 .119 -.112 -.112 .112 0 0
a Dependent Variable: x3

Coefficients x2,x3 - y

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. 95,0%


C
Coefficients
B Std. Error Beta Lower Bou

(Constant) 210,789 26,875 7,843 ,000 15


1 X2 -,363 ,157 -,207 -2,307 ,023
X3 -,128 ,089 -,129 -1,438 ,153

a. Dependent Variable: Y

270
271
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja

guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

berada pada kretaria tinggi.

2. Ada hubungan langsung secara signifikan Kepemimpinan kepala sekolah

dan kinerja guru, artinya semakin kuat kepemimpinan kepala sekolah

diikuti makin tingginya kinerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.

3. Tidak ada hubungan langsung yang signifikan Kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja artinya semakin kuat kepemimpinan kepala

sekolah diikuti makin tingginya motivasi guru di SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin

4. Tidak ada hubungan yang signifikan Kepemimpinan kepala sekolah dan

semangat kerja, artinya semakin kuat kepemimpinan kepala sekolah

diikuti makin tingginya semangat kerja guru di SMP Negeri se

kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin .

5. Ada hubungan langsung motivasi kerja dan kinerja guru, artinya

semakin kuat motivasi kerja diikuti makin tingginya kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin .

230
6. Ada hubungan langsung semangat kerja dan kinerja guru . artinya

semakin kuat semanga kerja diikuti makin tingginya kinerja guru di

SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin .

7. Tidak ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja melalui motivasi, artinya semakin kuat

kepemimpinan kepala sekolah diikuti makin tingginya kinerja

guru dan selanjutnya secara tidak langsung semakin tingginya

motivasi guru di SMP Negeri se kecamatan Banjarmasin Timur Kota

Banjarmasin berada pada kretaria tinggi.

8. Tidak ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja melalui Semangat kerja guru, artinya artinya

semakin kuat kepemimpinan kepala sekolah diikuti makin

tingginya kinerja guru dan selanjutnya secara tidak langsung

semakin tingginya semangat kerja guru di SMP Negeri se kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin berada pada kretaria tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran

1. Dengan adanya hubungan sigifikan Kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja, semangat kerja dan kinerja guru diharapkan kepala

sekolah dan guru mempertahankannya

2. Dengan ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja diharapkan kepala sekolah dapat mempraktekan ilmu

231
kepemimpinan yang diperoleh untuk meningkatkan kinerja guru uk menjadi

guru professional.

3. Dengan tidak adanya hubungan langsung kepemimpinan kepala

sekolah dengan motivasi kerja guru diharapkan kepala sekolah dapat

mengintropeksi untuk meningkatkan motivasi kepada guru.

4. Dengantidak ada hubungan langsung kepemimpinan kepala sekolah

dengan semangat kerja guru diharapkan kepala sekolah dapat

mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang ada di sekolah.

5. Dengan adanya hubungan langsung motivasi kerja dengan kinerja

guru diharapkan dapat memperbaiki kebijakan sekolah dan menetapkan

cara meningkatkan kinerja

6. Dengan ada hubungan langsung semangat kerja dengan kinerja guru

diharapkan diharapkan guru dapat meningkatkan semangat kerja dan

kinerja dalam tugasnya sebagai pendidik.

7. Meskipun tidak ada hubungan tidak langsung kepemimpinan

kepala sekolah dengan kinerja melalui motivasi diharapkan peran

kepemimpinan kepala sekolah meningkatkan kinerja melalui motivasi

8. Meskipun tidak ada hubungan tidak langsung kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja melalui Semangat kerja guru diharapkan peran

kepala sekolah meningkatkan kinerja dan semangat kerja guru.

232
233
sem1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 27 22,1 22,1 25,4
Valid
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 60 49,2 49,2 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 62 50,8 50,8 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid 2,00 104 85,2 85,2 85,2

234
3,00 14 11,5 11,5 96,7
4,00 4 3,3 3,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 103 84,4 84,4 84,4


3,00 11 9,0 9,0 93,4

Valid 4,00 5 4,1 4,1 97,5


5,00 3 2,5 2,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 53 43,4 43,4 45,1
Valid
5,00 67 54,9 54,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 63 51,6 51,6 52,5
Valid
5,00 58 47,5 47,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

235
4,00 44 36,1 36,1 36,1
Valid 5,00 78 63,9 63,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 35 28,7 28,7 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 43 35,2 35,2 35,2
Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 46 37,7 37,7 39,3
Valid
5,00 74 60,7 60,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 61 50,0 50,0 50,0


Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0

236
Total 122 100,0 100,0

sem13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 66 54,1 54,1 56,6
Valid
5,00 53 43,4 43,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 54 44,3 44,3 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
Valid 4,00 58 47,5 47,5 50,0
5,00 61 50,0 50,0 100,0

237
sem17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 65 53,3 53,3 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 75 61,5 61,5 63,1
Valid
5,00 45 36,9 36,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 70 57,4 57,4 60,7
Valid
5,00 48 39,3 39,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 75 61,5 61,5 61,5
Valid 5,00 47 38,5 38,5 100,0
Total 122 100,0 100,0
sem21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2,00 91 74,6 74,6 74,6


3,00 24 19,7 19,7 94,3

Valid 4,00 5 4,1 4,1 98,4


5,00 2 1,6 1,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 69 56,6 56,6 58,2
Valid
5,00 51 41,8 41,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 64 52,5 52,5 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid 4,00 55 45,1 45,1 47,5
5,00 64 52,5 52,5 100,0

239
Total 122 100,0 100,0

sem25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 52 42,6 42,6 45,9
Valid
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 58 47,5 47,5 48,4
Valid
5,00 63 51,6 51,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 55 45,1 45,1 47,5
Valid
5,00 64 52,5 52,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
Valid 4,00 92 75,4 75,4 78,7
5,00 26 21,3 21,3 100,0

240
sem29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 41 33,6 33,6 34,4
Valid
5,00 80 65,6 65,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 45 36,9 36,9 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 47 38,5 38,5 38,5


Valid 5,00 75 61,5 61,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 55 45,1 45,1 50,0
Valid
5,00 61 50,0 50,0 100,0
Total 122 100,0 100,0
sem33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 4 3,3 3,3 3,3


4,00 42 34,4 34,4 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 52 42,6 42,6 42,6
Valid 5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 64 52,5 52,5 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 71 58,2 58,2 59,0
Valid
5,00 50 41,0 41,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

242
sem37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


4,00 65 53,3 53,3 54,9
Valid
5,00 55 45,1 45,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem38

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
4,00 62 50,8 50,8 50,8
Valid 5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem39

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 58 47,5 47,5 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem40

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


4,00 57 46,7 46,7 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem41

243
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4,00 43 35,2 35,2 35,2
Valid 5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

sem42

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 59 48,4 48,4 49,2
Valid
5,00 62 50,8 50,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

Hasil analisis deskripsi kinerja

kin1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
Valid
4,00 29 23,8 23,8 25,4

244
5,00 91 74,6 74,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 42 34,4 34,4 35,2
Valid
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 67 54,9 54,9 59,8
Valid
5,00 49 40,2 40,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 43 35,2 35,2 36,9
Valid
5,00 77 63,1 63,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 38 31,1 31,1 32,8

245
5,00 82 67,2 67,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 35 28,7 28,7 31,1
Valid
5,00 84 68,9 68,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 29 23,8 23,8 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 31 25,4 25,4 27,9

246
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 5 4,1 4,1 4,1
4,00 22 18,0 18,0 22,1
Valid
5,00 95 77,9 77,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 31 25,4 25,4 27,9
Valid
5,00 88 72,1 72,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 62 50,8 50,8 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 5 4,1 4,1 4,1


Valid
4,00 38 31,1 31,1 35,2

247
5,00 79 64,8 64,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 64 52,5 52,5 55,7
Valid
5,00 54 44,3 44,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 60 49,2 49,2 51,6
Valid
5,00 59 48,4 48,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 43 35,2 35,2 37,7
Valid
5,00 76 62,3 62,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 49 40,2 40,2 42,6

248
5,00 70 57,4 57,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 48 39,3 39,3 41,8
Valid
5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 6 4,9 4,9 4,9


4,00 56 45,9 45,9 50,8
Valid
5,00 60 49,2 49,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 2 1,6 1,6 1,6
4,00 47 38,5 38,5 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 50 41,0 41,0 42,6

249
kin22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 4 3,3 3,3 3,3
4,00 61 50,0 50,0 53,3
Valid
5,00 57 46,7 46,7 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 63 51,6 51,6 54,1
Valid
5,00 56 45,9 45,9 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 50 41,0 41,0 43,4
Valid
5,00 69 56,6 56,6 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 2 1,6 1,6 1,6


Valid
4,00 54 44,3 44,3 45,9
5,00 66 54,1 54,1 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 33 27,0 27,0 29,5
Valid
5,00 86 70,5 70,5 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


4,00 38 31,1 31,1 33,6
Valid
5,00 81 66,4 66,4 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 1 ,8 ,8 ,8
4,00 49 40,2 40,2 41,0
Valid
5,00 72 59,0 59,0 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3,00 3 2,5 2,5 2,5


Valid
4,00 32 26,2 26,2 28,7

251
5,00 87 71,3 71,3 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
3,00 3 2,5 2,5 2,5
4,00 46 37,7 37,7 40,2
Valid
5,00 73 59,8 59,8 100,0
Total 122 100,0 100,0

kin31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

4,00 51 41,8 41,8 41,8


Valid 5,00 71 58,2 58,2 100,0
Total 122 100,0 100,0

Coefficients(a) X1-X2

Unstandardized Standardized 95% Confidence


Model Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part
1 (Cons) 111.026 20.566 5.398 .000 70.306 151.746
x1 .140 .164 .078 .853 .396 -.185 .465 .078 .078 .078
a Dependent Variable: x2

252
Coefficients x1,x2 - y

Model Unstandardized Stand t Sig. 95,0% Confidence Correlations Collinearit


Coefficients ardize Interval for B y
d Statistics
Coeffi
c
ients

B Std. Beta Lower Upper Zero Part Part Tolerance VIF


Error Boun Boun - i al
d d order
(Constant) 162,606 21,574 7,537 ,000 119,888 205,325
1 X1 ,196 ,086 ,201 2,279 ,024 ,026 ,366 ,185 ,205 ,201 ,994 1,00
X2 -,365 ,155 -,208 -2,357 ,020 -,672 -,058 -,193 -,211 -,208 ,994 1,00
a. Dependent Variable: Y

Coefficients X1-X3

Model Unstandardized Standardized 95% Confidence Collinearity


Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B Correlations Statistics
Std. Lower Upper Zero-
B Error Beta Bound Bound order Partial Part Tol. VIF
1 (Con) 206.986 20.141 10.277 .000 167.109 246.863
x1 - 1.00 1.00
-.199 .161 -.112 -1.237 .219 -.517 .119 -.112 -.112 .112 0 0
a Dependent Variable: x3

Coefficients x2,x3 - y

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. 95,0%


C
Coefficients
B Std. Error Beta Lower Bou

(Constant) 210,789 26,875 7,843 ,000 15


1 X2 -,363 ,157 -,207 -2,307 ,023
X3 -,128 ,089 -,129 -1,438 ,153

a. Dependent Variable: Y

253
254
DAFTAR PUSTAKA

Adair, John, 2007, Effective Strategic Leader. Chicago:Amazon Com

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:

Bafadal, Ibrahim 1999, Peningkatan Professional Guru Sekolah Dasar Dalam


Rangka Manajemen Peningkatan MBS. Jakarta: Bumi Aksara

Bernardin dan Russell 1998, Human Resources Mangement. Boston: MC Craw Hill

Billick, B dan Peterson, J.A 1999, Competitive Leadership Twelve Principles For
Success. Chicago: Goal Guy Learning System INC

Bulkis, Siti, 2014, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru
Terhadap Semangat Kerja Guru SD Negeri Di Kecamatan Amuntai
Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tesis, Banjarmasin : Program
Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lamabung Mangkurat.

Burhanudin, 2007, Analisa Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara

Chris Harijanto,A 2007.Pemimpin Yang Andal. Yogyakarta: CV Kompetensi


Terapan Sinergi Pustaka.

Danim, Sudarwan, 2010, Kepemimpina Pendidikan: Kepemimpinan Jenius ( IQ,


EQ) Etika Perilaku Motivasional dan Mitios. Cetakan ke-3, Bandung:
Alfabeta.

Danim, Sudarwan, 2010, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan


Professional Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Darma, Surya, 2003, Manajemesn Karya; Falsafah Teori dan Penerapannya.


Yokyakarta: Pustaka Jaya

Davis, GA & John W Newstrom, 1989, Perilaku. Dalam Organisasi, Bandung:


Erlangga

Euis Karwati dan Priansa, 2013, Kepemimpinan Autentik. Yogyakarta: Adi Cipta
Karya Nusa

Gibson, Ivanevich, Donnely, 20077, Organisasi Prilaku Struktur dan Proses. Alih
bahasa Nunuk Ardiani, Jakarta: Binarupa Aksara

Handoko T Hani, 2008, Manjemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE Yokyakarta.

Hasibuan M, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi, Jakarta: Bumi

233
Aksara

Heidjachman dan Husnan Suad, 2010, Helping Teacher Improve Instruction.


Alexandria, Virginia: ASCD.

Hersey P, 2007, Management of Organization Behavior Utilizing Human Resources.


Newyork:Prentice hall inc

Herzberg Frederizk, 2011, Work and The Nature Of Man, New York: Cleverland

Imam Muchali, (2016), Kepemimpinan Pendidikan dan Pembangunan Karakter.


Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani

Jasmani Asf, H. dan Syaiful Mustofa, 2016. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru
Dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogjakarta: Ar
Ruzz Media.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996,kinerja kep sek

Khusnulridho, 2009, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan


Semangat Kerja Guru di Sekolah Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara

Kurniawati, 2005, Semangat Kerja Bagi Karyawa. Bandung: Alpabeta.

Mahdi, Jamal, 2007, Menjadi Pemimpin Yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan
Manajemen Kepemimpinan Islam. Bandung: PT saamil cipta.

Mangkunegara, AA Anwar Prabu, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.


Bandung; PT remaja Rosdakarya

Maslow, A.H, 2010, Motivation and Personality, Jakarta : Pustaka Rajawali

McClelland David C 1987, Pengantar Kewirausahaan. Sidoarjo:


Nizamia Learning centre

Milton Charles R, 1981, Human Behavior in Organization. New jersey: Prentice hall
inc

Moekijat, 2007, Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: CV remaja


karya.

Mulyasa E 2009, Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Kontek


Menyukseskan MBS dan KB. Bandung: PT karya remaja.

Mulyasa E, 2013, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Edit ke- 3


Jakarta: Bumi Aksara.

Musfiqon , 2015, Kepemimpinan Sekolah Unggul. Sidoarja: Nizamia learning centre

234
Nawawi H 2009, Administrasi Personil Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja.
Jakarta: yayasan mas agung

Nitisemitro, 2009, Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan


Kemampuan Pprofessional Guru. Jakarta: Cardimas metropole.

Nurzaini, 2016, Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ar ruzz media.

Owens, R.G 2007, Organization Behavior in Education. Twelfth edition Boston:


Allyn & bacon

Permendiknas No. 13 tahun 2007, Kompetensi Professional Kepala Sekolah.

Purwanto M. Ngalim, 2009 , Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung PT.


Remaja Rosdakarya

Richard Denny, 2017, Motivate To Win, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Riduan. (2007). Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta

Rineka cipta

Rivai, Veithzel, 2009, Manajemen Sumbef Daya Manusia Untuk Perusahaan,


Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Rivai,Veithzal, 2012, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi ke-4 Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Robbins, Stephen, 2007, Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo perkasa.

Saputra, Irwan (2016) “Pengaruh Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah dan


Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada Madrasyah Aliyah Di
Kabupaten Kapuas” Tesis, Banjarmasin : Program Magister Manajemen
Pendidikan Universitas Lamabung Mangkurat.

Siagian, Sondang P, 2007, Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi


Administrasi. Jakarta: PT gunung agung.

Siagian, Sondang P, 2012, . Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta: Bina Aksara.

Soekidjo,2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Sugiyono, 2007, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi ke-5 Bandung: Alfabeta.

Suhardiman, Budi, 2012 , Studi Pengembangan Kepala Sekolah, Konsep dan


Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

235
Sutarto, 2009, Dasar Dasar Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: Gajah mada
university press.

Sutisna Oteng, 2010, Administrasi Pendidkan, Dasar Teoritis Untuk Praktek


Profesional. Bandung: Penerbit Angkasa

Sutrisno, 2012. Kepemimpinan Pendidikan, Yogyakarta: PT Pustka Insan Madani.

Terry George, 1977, Principles Of Management. Illonis: D Irwin Inc

Triyogo (2016), “Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi


Kerja Guru, Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri Se Kecamatan
Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru”. Tesis, Banjarmasin : Program
Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lamabung Mangkurat

Uno H.B 2011, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisa Di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi aksara

Usman, Moh Uzer , 2006, Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja rosda
karya.

Vroom, Victor H, 2007, Work and Motivation, NewYork: John Wiley & Sons.

Wahjosumidjo. 1999, Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia

Indonesia

Wahjosumidjo: 1995, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan


Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahyudi , 2009, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar.


Bandung Alfabeta

Widayanti Rahma (2017), “Kontribusi komunikasi dan Kepemimpinan Kepala


Sekolah Terhadap Semangat Kerja Guru Madrasyah Tsanawiyah Negeri
Se Kabupaten Balangan” Tesis, Banjarmasin : Program Magister
Manajemen Pendidikan Universitas Lamabung Mangkurat

Yulk, Gary A, 2005, Leadership in Organizations, alih bahasa Yusuf udaya, Jakarta:
Prenhall Undo.

236
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta

As'ad,Muh,1998. Psikologi Industri,Edisi Keempat. Jogyakarta: Libertyan

Bafadal, I. 2007. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Buku Panduan Mahasiswa.


Malang: Jaya Ofset

Hasibuan, Malayu,SP, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi


revisi, Jakarta: Bumi Aksara

Lembaga Administrasi Negara RI, 1999. Pedoman Penyusunan Pelaporan


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: LAN dan
BPKP RI

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, 2000. Manajemen Sumber Daya Mausia


Perusahan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Riduan. (2007). Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rivai,Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahan Dari


Teori ke Praktek, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Robbin P, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja,


Cetakan Kedua, Jakarta: Erlangga

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Jakarta:


Raja Grafindo Persada

Sastrahidayat, Ika Rochjatun, 2009. Membangun Etos Kerja & Logika

237
Berfikir Islami. Malang: UIN Malang Press

Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya dan Prodktivitas Kerja, Bandung: Mandor


Maju

Siagian,Sondang,P, 1989. Teori Motivasi dan Aplikasi, Jakarta: Bina Aksara

Simamora, Henry, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga,


Jogjakarta: STIE YKPN

Sinamo, J. H. (2002), Ethos 21: Etos Kerja Profesional di Era Digital


Global. Jakarta: Institut Mahardika.

S. Rucky, Ahmad, 2002 . Sistem Manajemen Kinerja , Jakarta: Gramed ia


Pustaka Utama

Soekidjo, N. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Raja


Grafindo Persada

Sugiyono, 2006. Statistik Untuk Penelitian, Bandung:Alfabeta

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif , Bandung:


Alfabeta

Sukardi.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Widodo, Joko. 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang:


Bayu Media Publishing

238

Anda mungkin juga menyukai