Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGAUDITAN II

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN

DAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Dosen Pengampu : Dr. Rina Yuliastuty Asmara MM, Ak, CA, CSRS, CIBA, CERA

Disusun oleh :

Nuraenie Oktavianthie

(43219010116)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik.

Penyusunan makalah ini merupakan suatu bentuk penugasan kepada para mahasiswa
secara langsung di Ruang B-202 dengan mata kuliah Pengauditan II. Tujuan penyusunan makalah
ini adalah sebagai Tugas Individu dari Ibu Dr. Rina Yuliastuty Asmara MM, Ak, CA, CSRS,
CIBA, CERA.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moral, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Rina Yuliastuty Asmara MM, Ak, CA, CSRS, CIBA, CERA selaku dosen mata
kuliah Pengauditan II Universitas Mercu Buana.
2. Teman-teman, selaku penyemangat dalam pengerjaan makalah Pengauditan II.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengauditan II. Makalah membahas tentang “Sampling
Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Substantif atas Transaksi”.

Tak ada gading yang tak retak penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, 6 September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Sampling Audit .............................................................................................. 3

2.2 Sampel Representatif........................................................................................................ 3

2.3 Teknik Sampling Audit .................................................................................................... 4

2.4 Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non Probabilistik ................................................... 5

2.5 Pengambilan Sampel untuk Tingkat Pengecualian .......................................................... 6

2.6 Penerapan Pengambilan Sampling Audit Non Statistik ................................................... 7

2.7 Distribusi Sampling .......................................................................................................... 8

2.8 Sampling Unit Moneter .................................................................................................... 8

2.9 Sampling Variabel ............................................................................................................ 8

2.10 Penerapan Pengambilan Sampel Atribut .......................................................................... 9

ii
BAB III......................................................................................................................................... 11

PENUTUP.................................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sampel yang
merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total
populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimilki sampel yang
representatif bisa diperhitungkan ke populasi. Sampling pada hakikatnya adalah proses
mempelajari keseluruhan dengan menelaah hanya sedikit. Pada yang sama, dengan sampling
auditor harus menerima risiko bahwa sampel yang dipilih tidak benar-benar mencerminkan
populasi, yakni bahwa karakteristik yang diproyeksikan dari sampel tidak sama dengan yang
akan ditemukan. Jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah yang lebih besar diaudit.
Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah data yang harus diberi bobot
dan dipelajari. Data tersebut harus dianalisis materialitasnya, alasan, penyebab, dan dampak
actual atau potensial. Jadi sampel yang diambil merupakan langkah pertama untuk
memberikan opini audit.
Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor harus memutuskan
apakah sampling merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk mendapatkan bukti.
Dengan adanya piranti lunak (software) yang bisa digunakan di keseluruhan perusahaan dan
piranti lunak terintegritas lainnya, seorang auditor bisa memutuskan untuk tidak mengambil
sampel dari populasi melainkan mengaudit 100% populasi. Piranti lunak audit umum dan
teknik-teknik lainnya bisa memungkinkan auditor untuk lebih efisien mengaudit 100%
populasi dibandingkan memilih sampel dan mengaudit sampel tersebut. Hal ini khususnya bisa
terjadi bila suatu entitas tidak lagi menggunakan dokumen-dokumen manual.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sampling audit ?
2. Bagaimana penerapan sampel representatif ?

1
3. Apa saja teknik sampling audit ?
4. Bagaimana cara pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik ?
5. Bagaimana pengambilan sampel untuk tingkat pengecualian ?
6. Bagaimana penerapan pengambilan sampling audit non statistik ?
7. Apa yang dimaksud distibusi sampling ?
8. Apa yang dimaksud sampling unit moneter ?
9. Apa yang dimaksud sampling variabel ?
10. Bagaimana penerapan pengambilan sampel atribut ?

1.3 Tujuan Masalah


Penulisan makalah ini juga dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan yang akan dicapai dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Tujuan tersebut antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sampling audit.
2. Untuk mengetahui dan memahami penerapan sampel representatif.
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik sampling audit.
4. Untuk mengetahui dan memahami pemilihan sampel probabilistik dan non probabilistik.
5. Untuk mengetahui dan memahami pengambilan sampel untuk tingkat pengecualian.
6. Untuk mengetahui dan memahami penerapan pengambilan sampling audit non statistik.
7. Untuk mengetahui dan memahami distribusi sampling.
8. Untuk mengetahui dan memahami sampling unit moneter.
9. Untuk mengetahui dan memahami sampling variabel.
10. Untuk mengetahui dan memahami penerapan pengambilan sampel atribut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampling Audit


Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.

2.2 Sampel Representatif


Sampel Representatif adalah sampel dimana karekteristik sampel tersebut mendekati
karakteristik populasinya. Hal ini berarti bahwa pos-pos yang dipilih sebagai sampel tersebut
harus mirip dengan pos yang tidak dipilih.
Dalam prakteknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel yang mereka pilih itu
representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah selesai dilakukan. Namun,
auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel agar menjadi representatif dengan
menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses, pemilihan dan evaluasi hasil sampel.
Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi disebut sebagai risiko non sampling dari
risiko sampling.
1. Risiko non sampling (non sampling risk) adalah risiko dimana pengujian audit tidak
mampu mengungkap pengecualian-pengecualian yang ada dalam sampel tersebut. Dua
penyebab risiko non sampel ini adalah kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian
dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai.
2. Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah
kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya tidak benar karena sampelnya tidak
representatif terhadap populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko
sampling, diantaranya :
a. Menyesuaikan ukuran sampel.
b. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

3
2.3 Teknik Sampling Audit
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama : sampling statistik
dan sampling non statistik. Dalam melakukan pengujian audit yang sesuai dengan GAAS,
auditor dapat menggunakan sampling non statistik (non statistical sampling) atau samping
statistik (statistical sampling) atau keduanya. Kategori tersebut serupa karena keduanya
melibatkan tiga tahap :

1. Merencanakan sampel.
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian.
3. Mengevaluasi hasilnya.

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengajuan audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan non sampling.

1. Sampling Statistik
Sampling statistik (statistical sampling) dengan menerapkan aturan matematika,
auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling dalam merencanakan sampel,
dicontohkan anda mungkin ingat perhitungan hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95%
memberikan risiko sampling sebesar 5%. Di dalam sampel statistik, diperlukan biaya yang
tidak sedikit untuk melatih auditor dalam menggunakan statistik dan merancang serta
mengimplementasikan sampel yang telah direncanakan. Namun demikian, sampling
statistik harus menguntungkan auditor dalam :

a. Perencanaan sampel yang efisien.


b. Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh.
c. Mengevaluasi hasil sampel.
2. Sampling Non Statistik
Sampling non statistik (non statistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasikan
sampling. Sebaiknya, auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan
informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan
mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan sampling
non statistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan. Dalam sampling non

4
statistik, auditor menetukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel yang diinginkan
berdasarkan kriteria subjektif dan pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian, auditor
mungkin tidak mengetahui kalau menggunakan sampel yang terlalu besar untuk satu
bidang, dan sampel yang terlalu kecil untuk bidang yang lain

2.4 Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non Probabilistik


Pemilihan sampel probabilistik maupun non probabilistik berada di tahap dua. Ketika
menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih pos sampel secara acak
sehingga setiap pos populasi memiliki probabilistik yang pasti di masukkan pada sampel.
Proses ini memerlukan kehati-hatian yang tinggi dan menggunakan beberapa metode. Dalam
pemilihan sampel non probabilistik, auditor memilih pos-pos sampel dengan menggunakan
pertimbangan profesional daripada probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari
beberapa metode pemilihan sampel non probabilistik.

1. Metode Pemilihan Sampel Probabilistik


Terdapat empat metode dalam penarikan sampel probabilistik. Metode dalam pemilihan
sampel probabilistik antara lain :
a. Sampel Acak Sederhana
Metode sampel acak sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap
elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
b. Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan suatu prosedur penarikan sampel
berstrata yang dalam hal ini suatu sub sampel–sub sampel acak sederhana ditarik dari
setiap strata yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik. Ada dua macam
penarikan sampel berstrata yaitu, proporsional dan non-proporsional.
c. Sampel Berkelompok
Metode penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur penarikan
sampel probabilistik yang memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap
elemen didalam kelompok dipilih sebagai anggota sampel.
d. Sampel Sistematik
Metode penarikan sampel sistematik, populasi dibagi dengan ukuran sampel yang
diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke-n.

5
2. Metode Pemilihan Sampel Probabilistik
Terdapat tiga metode dalam penarikan sampel probabilistik. Metode dalam pemilihan
sampel probabilistik antara lain :
a. Sampel Terarah
Dalam pemilihan sampel terarah, auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam
sampel berdasarkan pada pertimbangan professional mereka sendiri dari pada
menggunakan pemilihan sampel secara acak.
b. Sampel Blok
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih pos di dalam suatu blok terlebih dahulu,
kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan.
c. Sampel Sembarang
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja
oleh auditor. Pada beberapa kasus, auditor memilih pos populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber, atau karekteristik khusus lainnya.

2.5 Pengambilan Sampel untuk Tingkat Pengecualian


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang memiliki
karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian
(accurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).

Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :

1. Menyimpan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien.


2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi.
3. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun.

Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat
pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat
pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada
deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah
hal itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah

6
deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah
digariskan.

Karena tingkat pengecualian didasarkan pada sampel, kemungkinan besar tingkat


pengecualian akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi aktual. Perbedaan ini disebut
sebagai kesalahan sampling (sampling error).

Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian, auditor


ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval
keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat
pengecualian atas yang dihitung (Computed Upper Exception Rate = CUER) atau yang
diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

2.6 Penerapan Pengambilan Sampling Audit Non Statistik


Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Auditor
harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya
persyaratan audit maupun sampling dengan benar :
• Merencanakan sampel, meliputi :
1. Menyatakan tujuan pengujian audit.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4. Mendefinisikan populasi.
5. Mendefinisikan unit sampling.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang terlalu
rendah.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
• Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit, meliputi :
10. Memilih sampel.
11. Melaksanakan proseur audit.

7
• Mengevaluasi hasil, meliputi :
12. Mengenaralisasi dari sampel ke populasi.
13. Menganalisis pengecualian.
14. Memutuskan aksestabilitas populasi.

2.7 Distribusi Sampling


Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi
sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat
diperoleh dari populasiyang memiliki beberapa karakteristik tertentu.

Distribusi sampling memungkinkan auditor untukmembuat laporan probabilitas


mengenai kemungkinan terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut
didasarkan pada distribusi binomial, di mana setiap sampel dalam populasi memilikisatu dari
dua nilai yang mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi pengendalian/tidak ada
deviasi pengendalian.

2.8 Sampling Unit Moneter


Sampling ini merupakan metode sampling statistik yang paling umum digunakan untuk
pengujian atas rincian saldo karena memiliki kesederhanaan statistik bagi sampling atribut
serta memberikan hasil statistik yang diekspresikan dalam dollar.

Sampling ini disebut juga sebagai sampling unit dollar, sampling jumlah moneter
kumulatif, dan sampling dengan probabilitas yang proporsional dengan ukuran. Sampling ini
serupa dengan penggunaan sampling non statistik.

2.9 Sampling Variabel


Sampling variabel adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah saldo untuk mengestimasi jumlah rupiah satu saldo akun atau entitas
yang lain. Jika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melampaui jumlah yang dapat
ditoleransi, mereka akan menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan. Dalam
pengujian substantif auditor dapat menghadapi dua keputusan :

1. Melakukan estimasi suatu jumlah.


2. Menguji kewajaran suatu jumlah.

8
Sampling variabel untuk memperkirakan salo akun digunakan oleh auditor dalam kondisi :
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dianggap benar.
2. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan sampling statistik.

2.10 Penerapan Pengambilan Sampel Atribut


1. Merencanakan sampel :
a. Menetapkan tujuan pengujian audit.
b. Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan.
c. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualiannya.
d. Mendefinisikan populasi.
e. Menetapkan tingkat pengencualian yang dapat diterima.
f. Menetapakan ARACR yang terlalu rendah.
g. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
h. Menentukan ukuran sampel awal.

2. Menggunakan tabel, jika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel
awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
a. Memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR.
b. Menempatkan TER pada bagian atas tabel.
c. Menempatkan EPER pada kolom bagian kiri.
d. Membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongan dengan baris
EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal
dampak ukuran populasi.

3. Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit :


a. Memilih sampel satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistic dan non statistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
b. Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling non
statistik.

9
4. Mengevaluasi hasil :
a. Mengenaralisasi dari sampel kepopulasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung
batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan
program computer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan audit memilih sampel suatu populasi, adalah untuk mendapatkan sampel yang
representatif. Sampel Representatif adalah sampel dimana karekteristik sampel tersebut
mendekati karakteristik populasinya. Hal ini berarti bahwa pos-pos yang dipilih sebagai
sampel tersebut harus mirip dengan pos yang tidak dipilih. Dalam praktik, auditor tidak dapat
mengetahui apakah suatu sampel representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian
telah selesai. Namun auditor dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi
representatif dengan melakukan langkah-langkah sampling audit dengan benar.

Adapun langkah- langkah dari sampling audit yaitu merencanakan sampel, memilih
sampel, melaksanakan pengujian, dan mengevaluasi hasil. Tujuan dari perencanaan sampel
adalah memastikan bahwa pengajuan audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko
sampling yang diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan non sampling.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, hendaknya penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
penerapan sampling audit.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan khususnya
tentang sampling audit untuk pengujian pengendalian dan substantif atas transaksi.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan, wawasan yang
luas, dan tentunya bermanfaat bagi mempelajari mengenai Pengauditan di suatu
perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Binui, P. (n.d.). Pengertian Sampling Audit. Tugas Pemeriksaan Akuntansi 1 Error Sampling, 13.

Huda, N. (2016). Resume Bab 15 sampling audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi. Audit SIklus Penjualan dan Penagihan, 8. Retrieved from
Academia Edu:
https://www.academia.edu/32045335/Resume_Bab_15_sampling_audit_untuk_pengujian
_pengendalian_dan_pengujian_substantif_atas_transaksi_docx

Rohmad. (2019, May 15). Sampling Unit Moneter. Retrieved from Scribd:
https://id.scribd.com/document/410203313/SAMPLING-UNIT-MONETER-docx

University, B. (2018, November 26). Sampling Dalam Audit. Retrieved from Accounting Binus:
https://accounting.binus.ac.id/2018/11/26/sampling-dalam-audit/

University, W. (n.d.). bab 10 - BAB 10 VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN... BAB


10 : VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF, 5. Retrieved from
https://www.coursehero.com/file/22598802/bab-10/

12

Anda mungkin juga menyukai