Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa”


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Membaca Yang Diampu Oleh:

Dosen: Imam J Priyanto, Drs., M.Hum.

Disusun oleh:
-Ilham Rimansah (41154030180055)
-Muhammad Naufal Ma’arif C.S (41154030180004)
-Ilma Damayanti (41154030180025)
-Dinar Hendriani (41154030180061)
-Putri Azzahra (41154030180043)
-Shifa Choirunnisa (41154030180060)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah S.W.T yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang. Kami atas nama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang
mana telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori membaca"
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak dan sumber sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, isi dari makalah ataupun tata bahasanya.
Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran, kritik dan arahan
dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini, dan apabila membuat makalah
atau karya yang lain dapat lebih menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Teori membaca” ini bisa
memberikan manfaat, pengetahuan, maupun inspirasi untuk kami para penulis
khususnya dan umumnya pembaca.
Bandung, Oktober 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Keterampilan Berbahasa : Kompnen – Komponennya......................................5
1. Hubungan antara menyimak dan membaca....................................................6
2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca.....................................................7
3. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis......................................8
B. Membaca..........................................................................................................11
1. Pengertian batasan membaca........................................................................11
2. Tujuan Membaca..........................................................................................13
3. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan..........................................................14
4. Aspek - Aspek Membaca...............................................................................15
5. Mengembangkan Keterampilan Membaca.....................................................17
6. Tahap - Tahap Perkembangan Membaca.......................................................17
BAB III........................................................................................................................20
PENUTUP...................................................................................................................20
Kesimpulan..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Menurut Sudarso (2001) keterampilan membaca sebagai salah satu aktivitas
yang sangat komplek. Tidak hanya melibatkan kemampuan membaca, tetapi juga
melibatkan kemampuan kognitif, kemampuan untuk mengamati dan atau kemampuan
berkomunikasi. Tidak hanya itu, kemampuan motorik juga menentukan keterampilan
membaca. 
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Sudarso keterampilan membaca
bukanlah keterampilan seseorang dalam mengenal huruf yang dirangkai menjadi
sebuah kata bahkan kalimat, Lebih dari itu keterampilan membaca juga melibatkan
kemampuan kognitif yang dilibatkan dengan pengetahuan yang telah ia dapat dan
juga berkomunikasi melaui karya tulis yang disampaikan oleh para penulis.

Kita telah mengetahui bahwasanya membaca bukanlah urusan yang ringan


tapi ternyata di dalamnya membutuhkan sebuah keterampilan yang baik dari berbagai
aspek agar dapat menyerap informasi yang disampaikan lebih maksimal dari buku
bacaan yang berada di hadapan kita.

Oleh karena itu kami merasa perlu adanya pembahasan lebih lanjut terkait
keterampilan membaca agar dapat memaksimalkan tiap buku bacaan ataupun
informasi yang kita temukan yang disampaikan melalui tulisan.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbahasa : Kompnen – Komponennya
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu :
1. Keterampilan menyimak (listening skills)
2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
3. Keterampilan membaca (reading skliss)
4. Keterampilan menulis (writing skills)
(Nida, 1957:19; Harris; 1977: 9)

Setiap keterampilan berbahasa, memiliki hubungan yang erat satu sama lain
dalam praktik dan penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari dengan cara yang
disadari atau tanpa disadari dan beraneka ragam. Dalam memeroleh keterampilan
berbahasa, biasanyakidta melalaui hubungan suatu hubungan yang teratur yang
berurutan : mula – mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal.
Selanjutnya, setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses –
proses berpikir yang mendasari berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula
jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih
keterampilan berpikir. (Tarigan, 1980a,n : 1 ; Dawson {et al}, 1963 : 27).

5
1. Hubungan antara menyimak dan membaca
Keterampilan menyimak juga merupakan dasar atau factor penting bagi
suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif.
Penelitian yang telah ditemukan oleh para ahli telah memperlihatkan
hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain :

a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru


melalui bahsa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan
pemahaman penting sekali.
b) Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan
(verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu
dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah
meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak
melalui menyimak daripada melalui membaca.
c) Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) anak-anak
sering gagal memahaminya dan tetap menyimpan/memakai/menguasai
sejumlah fakta yang mereka dengar.
d) Oleh karena itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar
menyimak lebih efektif dan teratur lagi agar hasil pengajaran itu lebih
baik.
e) Kosa kata atau pembendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas
mempunyai keterkaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam membaca
secara baik.
f) Bagi para pelajar yang lebih besar atau lebih tinggi kelasnya, korelasi kosa
kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary and listening
vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.

6
g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan
suatu factor pendukung atau factor tambahan dalam ketidakmampuan
dalam membaca (poor reading)
h) Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang
diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya,
membaca lebih unggul dibanding menyimak sesuatu yang mendadak dan
pemahaman informasi yang terperinci

Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dan membaca erat


berhubungan, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan
peningkatan pada yang lain. Keduanya merupakan proses saling mengisi.
Membaca hendaklah disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan
sesudah membaca) kalua kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa
kata, pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang kita
asuh (Dawson (et al) 1963 :29-30).

2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca


Sejumlah proyek penelitian telah memperlihatkan sebuah hubungan yang erat
di antara perkembangan kecakapan bahwa kemampuan umum Bahasa lisan
turut melengkapi suatu pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan-
keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan ini
mencakup ujaran yang jelas dan lancar kosa kata yang luas dan beraneka-
ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap atau sempurna kalau diperlukan,
pembeda-bedaan pendengaran yang tepat dan kemampuan mengikuti
perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan suatu urutan kejadian
dalam urutan yang wajar.

7
Hubungan-hubungan antara bidang lisan dan membaca telah dapat
diketahui dalam beberapa telaah penelitian antara lain :
a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan
bahasa lisan.
b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf
mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.
c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membentuk suatu
pelajaran bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang
lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka,
misalnya : kesadaran linguistic mereka terhadap istilah-istilah baru,
struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang
tepat.
d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara
langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/ buku
pegangan murid, guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid
sehingga maknanya sebelum mereka mulai membacanya (Dawson (et al)
1963 : 30)

3. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis


Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali
berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan antara lain :
a) Seorang anak berbicara jauh sebelum ia dapat menulis dan kosa kata, pola-
pola kalimat. Serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya
merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b) Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi
lisan pendahuluan, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit
yang ia peroleh dari tangan kedua.Bila seorang anak harus menulis suatu
uraian menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah

8
(yang secara pribadi belum pernah dialaminya), dia mengambil pelajaran dari
suatu diskusi kelompok pendahuluan.
Dengan demikian, dia dapat menpercerah pikirannya, mengisi kekosongan-
kekosongan, memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang salah, serta
mengatur ide-idenya sebelum dia mulai menulis sesuatu.
c) Perbedaan-perbedaan pun terdapat pula antara komunikasi lisan dan
komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang terstruktur, lebih
sering berubah-ubah, tidak tetap , tetapi biasanya lebih kacau serta
membingungkan daripada komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau
pembicaraan bersifat informal dan acapkali kalimat-kalimat orang yang
berpidato atau berbicara itu tidak ada hubungannya satu sama lain.Si
pembicara memikirkan ide-idenya sambil berbicara dan acapkali dia lupa
bagaimana terjadinya suatu kalimat lama sebelum dia menyelesaikannya.
Karena adanya masalah-masalah seperti ini pada ekspresi lisan, pengajaran
mengenai keterampilan berbicara dan menyimak perlu mendapatkan
perhatian. Pengalaman telah menunjukkan bahwa meningkatkan ekspresi lisan
para individu berarti turut pula meningkatkan daya pikir mereka, membasmi
kebiasaan-kebiasaan yang ceroboh, tidak teratur dalam ujaran, kalimat-
kalimat yang tidak menentu ujung pangkalnya serta berulang-ulang, pikiran-
pikiran yang tidak sempurna dan tidak konsekuen dalam ekspresi lisan
memang sangat perlu dan selalu harus dilakukan, agar kita dapat membimbing
para individu ke arah kebiasaan berpikir yang tepat dan logis. Sebaliknya,
komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran maupun
struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam
pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap
kalimat sebelum dia menulis naskahnya; dia sering memeriksa serta
memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan
tulisannya.

9
d) Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan
disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong murid untuk
mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar.
Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka
membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan penyajiannya jangan
terputus-putus dab tertegun-tegun.
Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam
berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan
terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.
Begitulah, guru bahasa haruslah melihat intruksi atau pengajarannya dalam
konteks yang tepat lagi wajar. Guru harus melihat bahwa pengajaran
menyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah saling berhubungan serta
berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca.
Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi bahasa
tersebut jelas akan berpengaruh kepada ketiga segi lainnya; dan melalaikan
salah satu diantaranya, jelas pula memberi pengaruh jelek pada lainnya. Yah,
kita harus selalu mengingat bahwa “learning is an integrated thing” (Dawson
(et al) 1963 : 30-32).
Demikianlah dalam tinjauan umum ini, kita telah membicarakan sepintas kilas
mengenai keterampilan berbahasa, yang dalam bahasa inggris disebut
language (arts and skills) “keterampilan” dipakai untuk menyatakan sesuatu
yang bersifat mekanis, eksak, impersonal.

Menyimak dan membaca erat berhubungan karena keduanya


merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat
berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk
mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat
keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa
menulis catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara

10
menafsirkan responsi pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam
percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir
merupakan proses yang saman (Anderson 1972 : 3)

B. Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa seperti yang
telah diutarakan pada subbab A. Berikut ini akan dijelaskan apa sebenarnya
pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan
membaca, serta jenis-jenisnya.

1. Pengertian batasan membaca


Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat atau tersirat
tidak akan dapat dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana
dengan baik (Hodgson 1960 : 43-44).
Dari segi Linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process),
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/ cetak
menjadi bunyi yang bermakna (Anderson 1972 : 209-210).

11
Istilah-istilah linguistik decoding atau encoding tersebut akan lebih
mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahwa bahasa (language)
adalah sandi (code) yang direncanakan untuk membawa/ mengandung
makna (meaning). Kalau kita menyimak ujaran pembicara, pada dasarnya
kita men-decode (membaca sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita
berbicara, pada dasarnya kita meng-ecode (menyandikan) bunyi-bunyi
bahasa untuk membuat atau mengutarakan makna (meaning).Seperti
halnya berbicara dalam bentuk grafik, menulis pun merupakan suatu
proses penyandian (encoding process), dan membaca sebagai suatu
penafsiran atau interpretasi terhadapn ujaran yang terdapat pada suatu
tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process). Beberapa
ahli cenderung menggunakan istilah recording (membaca) sebab pertama
kali lambang-lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi
kemudian barulah sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan
membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk
menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat karena
keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan
pendapat, mengekspresikan pesan (Anderson 1972 : 3).
Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas,
membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita
pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-
kadang dengan orang lain- yaitu mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Bahkan, ada pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa
“membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang
tertulis serta mengubah lambang tertulis tersebut melalui fonik (phonics =
mengubah metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan
interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/ menuju membaca lisan
(oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebaga suatu proses untuk

12
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang
terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara
makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau
interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca.

2. Tujuan Membaca
1. Tujuan membaca menurut Henry Guntur Tarigan:
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
Misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan
oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah
yang dibuat oleh sang tokoh.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama
Misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang
tokoh untuk mencapai tujuannya.
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita
Seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya.
Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan
kejadian buat dramatisasi.
d. Membaca untuk menyimpulkan (membaca inferensi)
Seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka
berhasil atau gagal.
e. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan

13
Misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar.
f. Membaca menilai
Membaca mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah sang tokoh
berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin
berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
Dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana
dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai
pembaca.
3. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa
membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit. Mencakup
aktivitas serta serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Dengan
perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen,
yaitu:
a.) Pengenalan terhadap aksara serta tanda – tanda baca.;
b.) Korelasi aksara beserta tanda – tanda baca dengan unsur – unsur
linguistic yang formal;
c.) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.

Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal


bentuk – bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar,
gambar di atas suatu lembaran, lengkungan – lengkungan, garis –
garis, dan titik – titik dlam hubungan berpola yang teratur rapi.
Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk
menghubungkan tanda tanda hitam di atas kertas yaitu gambar berpola

14
tersebut dengan bahasa. Tidak mungkin belajar membaca tanpa
kemampuan belajar memperoleh dan memahami bahasa. Hubungan itu
jelas sekali terlihat terjadi antara unsur – unsur dari pola tersebut di
atas kertas dan unsur bahasa yang formal.
Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan
keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan
intelektual; ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk
menghubungkan tanda – tanda hitam di atas kertas melalui unsur –
unsur bahasa yang formal, yaitu kata – kata sebagai bunyi, dengan
makna yang dilambangkan oleh kata – kata tersebut. (Broughtoun) (et
al) 1978 : 90).
4. Aspek – Aspek Membaca
Telah diutarakan di muka bahwa membaca merupakan suatu
keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian
keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca
yaitu :
a.) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang
dapat dianggap beada pada urutan yang lebih rendah (lower
order). Aspek ini mencakup :
1. Pengenalan bentuk huruf;
2. Pengenalan unsur – unsur linguistic (fonem/grafem, kata, frasa,
pola klausa, kalimat, dan lain – lain);
3. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”
4. Kecepatan membaca ketaraf lambat.
b.) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills)
yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi
(higher order). Aspek ini mencakup :

15
1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan
retorikal)
2. Memahami signifikansi atau makna (a.1. maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
3. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, uamg mudah disesuaikan
dengan keadaan.
(Broughton (et al) 1978 : 211)
Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan
mekanis tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca
nyaring, membaca bersuara (atau reading aloud’ oral reading).
Untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills), yang
paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading)
yang dapat pula dibagi atas :
a. Membaca ekstensif (extensive reading);
b. Membaca intensif (intensive reading);
Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula :
1. Membaca survey (survey reading)
2. Membaca sekilas (skimming)
3. Membaca dangkal (superficial reading)
Sudangkan, membaca intensif dapat pula dibagi atas :
1. Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup
pula:
a. Membaca teliti
b. Membaca pemahaman
c. Membaca kritis
d. Membaca ide
2. Membaca telaah bahasa (language study reading), yang
mencakup pula :

16
a. Membaca bahasa asing
b. Membaca sastra
5. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Setiap guru bahasa harus dapat membantu serta membimbing pelajar untuk
mengembangkan serta meningkatkan ketrampilan membaca mereka. Usaha untuk
meningkatkan ketrampilan membaca antara lain:
1.)Guru dapat menolong dengan memperkaya kosa kata.
2.) Guru membantu memahami makna struktur kata, kalimat, dan sebagainya.
3.) Guru memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran,
ungkapan, dan lain-lain.
4.) Guru membantu meningkatkan kecepatan membaca dan memastikan
pemahamannya

6. Tahap – Tahap Perkembangan Membaca


Dalam uraian terdahulu, kita telah berbicara mengenai proses membaca.
Sekarang ada baiknya, kita membicarakan sepintas kilas mengenai tahap – tahap
dalam pengajaran dan pelajaran membaca. Berikut, kita kemukakan beberapa tahap
yang dapat diikuti bila perlu dalam situasi serta kondisi yang memungkinkan.

Tahap 1
Para pelajar dituntut membaca bahan yang telah mereka pelajari,
mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkn telah mereka ingat. Bahan –
bahan tersebut mungkin berupa suatu percakapan, nyanyian, atau rangkaian kalimat
tindakan, cerita sederhana mengenai hal – hal yang telah dialami oleh anggota kelas
dan telah mereka diskusikan.
Tahap II
Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan
menyusun kata – kata serta struktur – struktur yang telah diketahui tersebut menjadi
bahan dialog atau paragraph yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta

17
dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsur yang
sudah biasa bagi mereka.
Tahap III
Para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur
yang masih asing atu belum biasa bagi mereka. Suatu komite guru dapat
menyediakan bahan yang dimaksud, atau menyusun teks – teks dengan kosa kata dan
struktur yang bertaraf rendah tetapi berdaya tarik yang bertaraf tinggi selaras dengan
usia para pelajar. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa para
pelajar mengalami sedikit bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi
sebuah kata baru yang diselipkan di antara diantara banyaknya kata biasa. Acapkali
teks – teks tata bahasa berisi paragraph-paragraf atau pilihan yang sesuai bacaan pada
tahap ini.
Tahap IV
Beberapa spesialis dalam bidang nmembaca menganjurkan penggunaan teks –
teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah – majalah sebagai bahan bacaan
pada tahap ini. Tetapi terdapat pula sejumlah ahli yang menolak anjuran tersebut
dengan alasan bahwa bahan serupa itu tidak lagi mencerminkan gaya bahasa atau
semangat serta jiwa pengarang. Walaupun demikian, masih terdapat buku – buku
yang telah disederhanakan yang sangat baik di took – took buku, yang dapat
dimanfaatkan oleh para pelajar yang belum begitu mampu mambaca buku – buku
aslinya dan yang tidak akan pernah mampu mencapai taraf itu.
Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar.
Yang sering dipertanyakan adalah: bilakah gerangan para pelajar mencapai
keterampilan – keterampilan yang dituntut oleh tahap V ini? Sudah barang tentu ada
beberapa orang yang tidak akan pernah mencapainya kalau bukan di dalam bahasa
ibunya sendiri. Beberapa di antaranya mungkin mencapai keterampilan –
keterampilan tersebut sesudah melewati program 6 tahun di sekolah lanjutan pertama

18
dan sekolah lanjutan atas, bahkan ada pula yang mencapainya sesudah mendapat
latihan dan bimbingan selama satu atau dua tahun di perguruan tinggi.

19
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh
kegiatan melihat bahan bacaan serta membutuhkan suatu proses yang menuntut
pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan
dalam pandangan sekilas. Kegiatan membaca pada masa sekarang ini seharusnya
dijadikan satu budaya yang harus dibina dan dikembangkan di kalangan masyarakat
khusunya para pelajar, karena dengan membaca semua orang dapat menambah ilmu
pengetahuan dan membuka wawasan terhadap dunia luar.
Kegiatan membaca dapat dibina dan ditingkatkan bila siswa memiliki minat
yang besar terhadap kegiatan membaca itu sendiri. Tanpa minat semua kegiatan
apapun itu tidak akan berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan minat membaca
tersebut, maka orang-orang terdekat siswa seperti orang tua dan guru memiliki peran
yang sangat penting. Kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan juga
merupakan implikasi dari pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran bahasa
Indonesia, karena dari pembelajaran bahasa Indonesia siswa bisa diajarkan teknik
yang tepat dalam membaca sebuah bahan bacaan agar semua konsep-konsep yang
disajikan dalam bacaan dapat dipahami siswa dengan cara yang efektif, efesien, dan
menari.

20
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, H.G.(2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa.
Bandung

Tarigan, H.G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa.


Bandung

Sugiarti, U. PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI


IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Diakses pada :
https://media.neliti.com/media/publications/54467-ID-pentingnya-pembinaan-
kegiatan-membaca-se.pdf

Halimun, L. (2011). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Diakses


pada:
https://winawimala.wordpress.com/2011/03/24/membaca-sebagai-suatu-
keterampilan-berbahasa/

Anda mungkin juga menyukai