Anda di halaman 1dari 3

Kepemilikan: Tanah milik negara dimanfaatkan untuk kepentingan pemerintahan

misal untuk keperluan perkantoran dinas – dinas setempat, bengkok, dll.


Kemanfaatan: Fasilitas umum seperti halnya masjid, lapangan, puskesmas atau
pasar, dll.
Jarak lokasi pembuangan (disposal area) dengan lokasi rencana kegiatan juga menjadi
pertimbangan sehingga akan dapat mempengaruhi efisiensi dari pekerjaan tersebut.
a. Pemanfaatan Area Sempadan Sungai Untuk Disposal Area
Adapun pemanfaatan sempadan sungai diatur pada pasal selanjutnya yaitu pasal
22 sebagai berikut:
- ayat (1) Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk:
1) bangunan prasarana sumber daya air;
2) fasilitas jembatan dan dermaga;
3) jalur pipa gas dan air minum;
4) rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
5) kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain
kegiatan menanam tanaman sayur-mayur; dan
6) bangunan ketenagalistrikan.
- ayat (2) Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk
kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan dengan
larangan:
1) menanam tanaman selain rumput;
2) mendirikan bangunan; dan
3) mengurangi dimensi tanggul.
Sungai Tuntang merupakan merupakan sungai yang bertanggul dan mengalir di
kawasan luar perkotaan. Sungai Tuntang yang bertanggul dan dikawasan luar
perkotaan adalah paling sedikit 5 meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur
sungai.
b. Disposal Area Diluar Area Sempadan Sungai Tuntang
Detail Desain Pengelolaan dan Pengendalian Banjir DAS Tuntang 2016, dalam
rangka penentuan daerah disposal area yang merupakan galian tanah sebanyak
1.629.989,27 m3 , terdapat beberapa alternatif lokasi dengan mempertimbangkan:
- Jarak area disposal dengan lokasi pekerjaan.
- Akses transportasi menuju disposal area
- Kecukupan lahan disposal area terhadap hasil galian tanah.
2.1.4. Tahapan Rencana Usaha/Kegiatan
Pelaksanaan rencana kegiatan Pengendalian Banjir Sungai Tuntang diperkirakan
dapat menimbulkan dampak yang memberikan pengaruh secara mendasar terhadap
komponen lingkungan. rencana kegiatan meliputi tiga tahapan yang teridiri dari tahap
prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi.
2.1.4.1. Tahap Prakonstruksi
a. Sosialisasi Rencana Kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan merupakan kegiatan pemberian informasi
tentang rencana kegiatan Pengendalian Banjir Sungai Tuntang kepada masyarakat
sekitar lokasi rencana kegiatan. Kegiatan sosialisasi ini melibatkan stakeholders
(pemangku kepentingan), perangkat (desa, kecamatan), masyarakat terkena dampak,
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, serta tokoh masyarakat pada wilayah
terkena dampak.
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dengan tata cara sebagai
berikut:
1. Sosialisasi melalui media surat kabar, nasional maupun lokal, dan tokoh
masyarakat
2. Waktu pertemuan dipilih pada hari dan jam dimana masyarakat kurang melakukan
aktivitas sehari – hari, sehingga masyarakat dapat hadir untuk mendengarkan
penjelasan.
3. Sosialisasi mengenai pengadaan material pekerjaan, peralatan pekerjaan dan lokasi
pekerjaan.
4. Dukungan masyarakat akan diminta secara tertulis, yang ditanda tangani oleh
Kepala Desa atas nama masyarakat.
5. Masyarakat akan diberi kesempatan seluas – luasnya untuk menyampaikan
pendapat dan / atau pandangan pada saat sosialisasi.
6. Apabila terjadi pertentangan / perbedaan pendapat akan diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat dengan melibatkan berbagai unsur terkait.
2.1.4.2. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Tenaga kerja yangdibutuhkan pada tahap konstruksi diperkirakan sekitar ± 247 orang,
terdiri dari pekerja non konstruksi lapangan sebanyak 15 orang dan pekerja konstruksi
lapangan sebanyak 232 orang. Untuk keperluan ini tenaga kerja diprioritaskan berasal
dari penduduk lokal di sekitar lokasi proyek khususnya untuk tenaga buruh tukang
konstruksi lapangan.
b. Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi peralatan dari daerah lain akan menimbulkan dampak lingkungan bagi
wilayah di sekitar lokasi rencana kegiata. Dampak yang terjadi seperti debu yang
semakin banyak, asap kendaraan meningkat, dan juga kebisingan yang ikut
meningkat. Jadwal mobilisasi peralatan serta jumlah peralatan yang dibutuhkan
disesuaikan dengan time schedule dan juga dilakukan pada malam hari untuk
menghindari kemacetan, terutama pada saat pekerjaan pengecoran.
c. Mobilisasi Material Galian, Urugan, dan Konstruksi
Material Galian
Material hasil galian berupa tanah dari dalam sungai akan diangkut menuju
disposal area yang telah ditentukan dan diratakan. Mobilisasi material galian di
lakukan secara kontinyu sampai dengan kegiatan galian selesai.
Material Konstruksi
Material konstruksi untuk perkuatan tebing berasal dari dari daerah lain apabila di
daerah sekitar tidak tersedia. Mobilisasi material konstruksi dilakukan secara kontinyu
sampai dengan kegiatan konstruksi selesai.
Material urugan
Material urugan untuk pembuatan tanggul berupa tanah yang berasal dari borrow
area yang telah ditentukan. Mobilisasi dilakukan secara kontinyu sampai dengan
kegiatan urugan
d. Pembangunan Jalan Akses
Lebar jalan eksisting yang akan digunakan sebagai jalan akses juga tetap
diperhatikan dan dipertimbangkan. Pemanfaatan jalan ini seizin pihak terkait
setempat, antara lain Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan pihak terkait lainnya seperti
Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan.
e. Pengerukan Sungai
Kegiatan pengerukan sungai merupakan metode konvensional untuk
meningkatkan kapasitas aliran dan menurunkan muka air banjir pada sungai. Metode
ini efektif karena tanah dari material hasil galian dapat digunakan sebagai bahan
timbunan.

Anda mungkin juga menyukai