Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN VI

PENIRUAN PINDAH SILANG

NAMA : RIVALDI PRATAMA

NIM : H041201034

HARI/TANGGAL : JUM’AT/16 APRIL 2021

KELOMPOK            : II (DUA)

ASISTEN : PAULA NATASHA ARINCY

S.V

LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Genetika populasi merupakan genetika kuantitatif sebagai pelengkap

pemecahan masalah-masalah konstitusi genetika pada Genetika Mendel.

Pengertian mengenai komposisi genetika pada populasi dan pemindahan gen dari

suatu generasi ke generasi berikutnya sangat penting sehubungan dengan

perubahan komposisi genetika pada populasi akibat seleksi alam maupun seleksi

buatan. Saat ini genetika kuantitatif membantu dalam menentukan apakah suatu

populasi mempunyai potensi untuk diseleksi atau tidak dan berapa kenaikan hasil

yang dapat diharapkan serta metode seleksi mana yang paling efisien (Suryo,

2011).

Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

merakit varietas unggul baru. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan

dengan melakukan persilangan. Melalui fenomena pindah silang, anakan tipe

rekombinan dapat muncul pada persilangan yang melibatkan dua sifat beda, meski

pada satu kromosom yang sama. Melalui fenomena pautan kelamin, rasio F2 pada

persilangan satu sifat beda atau lebih tidak akan menunjukkan rasio Mendel yang

umum dikarenakan ketidakhadiran gen tertentu pada salah satu kromosom

kelamin salah satu parentalnya (Dumont, 2017).

Praktikum peniruan pindah silang dilakukan agar mahasiswa dapat

memahami dasar genetika pindah silang (crossing over) sebagai mekanisme

penting dalam kombinasi baru gen. Selain itu, tujuan lain yang ingin di capai
adalah mampu melakukan simulasi berbagai bentuk pindah silang. Oleh karena

itu, dilakukan percobaan peniruan pindah silang untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan peniruan pindah silang antara lain:

1. Memahami dasar genetika pindah silang (crossing over) sebagai mekanisme

penting dalam kombinasi baru gen.

2. Melakukan simulasi berbagai bentuk pindah silang.

1.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan peniruan pindah silang dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal

16 April 2021 pukul 14.00-16.30 WITA secara daring melalui aplikasi zoom

meeting.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pindah Silang

Peristiwa rekombinasi yang terjadi pada pembelahan sel secara meiosis

yang paling akrab kita ketahui adalah pindah silang (crossing over). Rekombinan

ini akan membuat terjadinya pertukaran materi genetic (DNA) dari sel kelamin

jantan (ayah) dan sel kelamin betina (ibu) secara timbal balik yang akan

bersegregasi sehingga menghasilkan alel baru yaitu rekombinasi dari kedua orang

tuanya. pada saat terjadinya pindah silang, sel memiliki mekanisme molekuler

yang akan memfasilitasi peoses tersebutdan dapat mengaktifkan pertukaran materi

genetic yang tidak timbal balik, sehingga kromosom tidak melakukan pindah

silang. Proses ini disebut juga dapatdisebut konversi gen. Memahami konversi gen

penting karenapengaruh frekuensi alel saat ini sangat berpengaruh dan telah

terlibat dalampenyakit manusia (Sun, 2012). 

Pindah silang kromosom atau chromosomal crossover dalam bahasa

Inggris (disebut juga crossing over) adalah peristiwa bertukarnya bagian berkas

kromatid dengan bagian berkas kromatid lain dari kromosom yang homolog.

Istilah crossover juga dipakai untuk menyebut bagian kromatid yang dihasilkan

oleh peristiwa ini. Gejala ini ditemukan dan dipaparkan pertama kali oleh Thomas

Hunt Morgan pada tahun 1916 ketika mempelajari lalat buah Drosophila. Pindah
silang merupakan satu proses mendasar dalam genetika dan akibat yang

ditimbulkannya memiliki sejumlah kegunaan praktis. Pindah silang bisa

digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu gen. Peristiwa ini umum terjadi

pada setiap gametogenesis pada kebanyakan makhluk, baik tumbuhan, hewan,

maupun manusia yang terjadi ketika meiosis I (akhir profase dan waktu metafase),

yakni saat kromosom itu mengganda jadi dua kromatid dan yang homolog

bergandeng pada bidang ekuator (Lawodi, 2013).

Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada

semua mahluk hidup. Pindah silang ialah proses penukaran segmen dari kromatid,

terjadi antara kromatid yang bukan pasangannya dari kromosom homolog dan

berlangsung pada saat kromosom mengganda menjadi 2 kromatid berpasangan

(bersinapsis) dan yang homolog bergandeng pada bidang ekuator. Kejadiannya

berlangsung pada tahap akhir profase dan metafase pada pembelahan meiosis I.

Tempat persilangan 2 kromatid disebut chiasma. Kromatid-kromatid yang

bersilangan itu akan melekat dan putus di bagian chiasma, kemudian tiap

potongan akan melekat pada kromatid sebelahnya yang dapat terjadi secara timbal

balik dengan kromatid yang bertukaran (Tambunan, 2017).

Peristiwa pindah silang berperan dalam menghasilkan variasi individu

sehingga keturunan yang dihasilkan tidak hanya terdiri atas kombinasi parental,

tetapi juga terdapat kombinasi baru yang mengahslkan karakter dari kombinasi

parental. Presentasi terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut

Nilai Pindah Silang (NPS) (Lawodi, 2013).

II.1.1 Pindah Silang Tunggal


Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat.

Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk empat macam gamet. Dua

macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang dimiliki induk

(parental), maka dikatakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet lainnya

merupakan gamet-gemet baru, yang terjadi sebagai akibat adanya pindah silang.

Gamet-gamet ini dinamakan gamet-gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe

parental dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan gamet-gamet tipe

rekombinasi (Tupan, 2018).

Gambar II.1 Pindah Silang Tunggal


(Sumber: Tupan, 2018)

II.1.2 Pindah Silang Ganda

Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jika

pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung di antara dua buah gen

yang terangkai (misalnya gen A dan B), maka terjadinya pindah silang ganda itu

tidak akan tampak dalam fenotipe, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari

tipe parental saja, atau dari tipe rekombinasi saja, atau dari tipe parental dan tipe

rekombinasi akibat pindah silang tunggal. Akan tetapi jika diantara gen A dan B
masih ada gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang ganda antara

gen A dan B akan tampak (Tambunan, 2017).

Gambar II.1 Pindah Silang Ganda


(Sumber: Tambunan, 2017)

Mudah dimengerti bahwa mempelajari peristiwa berangkai dan pindah

silang pada manusia jauh lebih sukar dibandingkan dengan menggunakan lalat

Drosophila (hanya mempunyai siklus hidup 14 hari dan kromosomnya sedikit,

yaitu 8 buah saja) atau tumbuhan seperti jagung (hidup hanya 100 hari dan

kromosomnya 20 buah saja). Beberapa alasan yang menyulitkan ialah seperti

(Suryo, 2011):

1. Pada manusia tidak dapat dilakukan percobaan dengan cara mengawinkan

manusia seperti kehendak kita.

2. Gen-gen yang menimbulkan penyakit/kelainan pada manusia jarang dijumpai

karena kebanyakan dari gen-gen itu resesip sehingga ekspresinya baru akan

tampak setelah beberapa generasi.

3. Jumlah kromosom manusia terlalu banyak (yaitu 46 kromosom), sehingga


kemungkinan adanya gen-gen berangkai lebih kecil.

4. Biasanya orang tidak suka kalau ada sifat keturunan yang kurang

menyenangkan dalam keluarganya sampai diketahui orang lain.

II.2 Manfaat Pindah Silang

Pindah silang membantu untuk membawa menyeret acak materi genetik

selama proses pembentukan gamet. Hal ini menyebabkan pembentukan gamet

yang akan menimbulkan individu yang secara genetik berbeda dari orang tua

Variasi genetik ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan populasi untuk

bertahan hidup. Keragaman genetik yang besar akan mengurangi kemungkinan

pewarisan sifat merusak dalam populasi, dan oleh karena itu, membantu

meningkatkan kebugaran dari individu-individu dari populasi (Suryo, 2011).

Variasi genetik yang meningkat juga berarti variasi yang lebih besar dalam

kerentanan terhadap penyakit. Jadi, jika ada menjadi epidemi penyakit,

variabilitas ini akan mencegah seluruh populasi tidak mengalami pemusnahan.

Manfaat lain dari variasi genetik adalah bahwa beberapa ciri yang akan

meningkatkan kemampuan individu untuk bertahan hidup dapat diperkenalkan

pada populasi (Tambunan, 2017).

II.3 Faktor yang Mempengaruhi Pindah Silang

Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti (Suryo, 2001):

1. Temperatur, temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang.

2. Umur, makin tua suatu individu, makin kurang mengalami pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang.

4. Penyinaran debgan sinar-X dapat memperbesar kemungkinan pindah silang.

6. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh letak satu gen dengan dengan

gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadinya pindah silang.

7. Jenis kelamin, pada umumnya pindah silang dijumpai pada makhluk betina

maupun jantan. Ada pengecualian yaitu pada ulat sutera (Bombix mori) yang

betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada lalat Drosophila

yang jantan. Terakhir ini dibuktikan oleh T. H. Morgan dan C. B. Bridges

sebagai berikut (Suryo, 2011):

+ = gen dominan untuk mata merah (normal)

P = gen resesip untuk mata ungu (jenis mutan)

+ = gen dominan untuk sayap panjang (normal)

v = gen resesip untuk sayap kisut (jenis mutan)

Gen-gen tersebut terangkai pada autosom. Simbol + pengganti dengan huruf

besar.
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu alat tulis menulis.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kertas HVS dan plastisin

4 warna.

III.2 Cara Kerja

Cara kerja dari percobaan ini yaitu:

1. Alat dan bahan berupa plastisin 4 warna (biru, pink, merah, dan hijau) , kertas

HVS dan alat tulis disiapkan.

2. Plastisin dipotong lalu diletakkan di atas kertas HVS.

3. Tandai dengan jarak tertentu.

4. Tentukan pindah silang :

a. Khiasma tunggal 2 strand (2 dan 3)

b. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (2 dan 3)

c. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 4)

d. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 2)


e. Triple khiasmata 4 strand (1 dan 3), (2 dan 4), (2 dan 3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

a. Khiasma tunggal 2 strand (2 dan 3)

Gambar IV.1 Sebelum pindah silang

Gambar IV.1 Proses pindah silang


Gambar IV.3 Hasil pindah silang
b. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (2 dan 3)

Gambar IV.4 Sebelum pindah silang

Gambar IV.4 Proses pindah silang


Gambar IV.6 Hasil pindah silang
c. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 4)

Gambar IV.7 Sebelum pindah silang

Gambar IV.8 Proses pindah silang


Gambar IV.9 Hasil pindah silang
d. Double khiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 2)

Gambar IV.10 Sebelum pindah silang

Gambar IV.11 Proses pindah silang


Gambar IV.12 Hasil pindah silang
e. Tripel khiasmata 4 strand (1 dan 3), (2 dan 4), (2 dan 3)

Gambar IV.13 Sebelum pindah silang

Gambar IV.14 Proses pindah silang


Gambar IV.15 Hasil pindah silang
IV.2 Pembahasan

Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa pertukaran segmen

kromatid yang bukan saudaranya (non-sister chromatids) dari sepasang

kromosom homolog. Peristiwa pindah silang terjadi saat pembelahan meiosis I,

yaitu pada akhir profase I atau awal metafase I. Peristiwa pindah silang umumnya

terjadi pada organisme seperti manusia, tumbuhan, dan juga hewan. Peristiwa

pindah silang akan menghasilkan keturunan dengan sifat yang baru. Hal ini

disebabkan karena adanya rekombinasi gen, yaitu penggabungan dari sebagian

gen induk jantan dengan sebagian gen induk betina pada saat proses fertilisasi

(pembuahan), sehingga menghasilkan susunan pasangan gen yang berbeda dari

gen-gen induknya.

Pada percobaan ini dilakukan peniruan pindah silang dengan

menggunakan plastisin berbagai warna. Pada pindah silang pertama yaitu khiasma

tunggal 2 strand (2 dan 3) diberi warna pink, hijau, merah dan biru. Kromatid

pertama dan kedua diberi gen A, B, C dan kromatid ketiga dan keempat diberi gen

a, b, c. Pindah silang ini terjadi pada strand (2 dan 3) sehingga menghasilkan

kromatid berwarna hijau dengan gen pada kromatid kedua yaitu A, b, C, kromatid

ketiga menghasilkan gen a, B, c.

Pindah silang kedua yaitu double kiasmata 4 strand diberi pink, hijau,

merah dan biru. Kromatid pertama dan kedua diberi gen A, B, C dan kromatid
ketiga dan keempat diberi gen a, b, c. Pindah silang ini terjadi pada strand strand

(2 dan 3), (2 dan 3) Pada kromatid pertama dan keempat tidak melakukan pindah

silang sehingga gennya tetap A, B, C dan a, b, c. Sedangkan pada kromatid kedua

gennya yaitu a, B, c, dan kromatid ketiga menghasilkan gen A, b, C. Hal ini

menunjukkan bahwa pada double kiasmata 4 strand (2 dan 3), (2 dan 3) yang

terjadi adalah pindah silang

ganda (double crossing over) karena terjadi di dua tempat, yaitu untuk kromatid 2

kromatid 2 pada gen a, c dan untuk kromatid 3 pada gen A, C.

Pindah silang ketiga terjadi pada strand (2 dan 3), (1 dan 4) sehingga

menghasilkan kromatid berwarna pink dengan gen pada kromatid pertama yaitu

A, B, c, kromatid kedua menghasilkan gen a, B, C, kromatid ketiga menghasilkan

gen A, b, c dan kromatid keempat menghasilkan gen a, b, C. Hal ini menunjukkan

bahwa pada double kiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 4) terjadi pindah silang

tunggal (single crossing over) karena hanya terjadi di satu tempat, yaitu untuk

kromatid 1 dan 4 pada gen c, C dan untuk kromatid 2 dan 3 pada gen a, A.

Pindah silang keempat terjadi pada strand (2 dan 3), (1 dan 2) sehingga

menghasilkan pada kromatid keempat tidak melakukan pindah silang sehingga

gennya tetap a, b, c. Sedangkan pada straind pertama menghasilkan kromatid

berwarna pink dengan gen pada kromatid pertama yaitu A, B, C, kromatid kedua

menghasilkan gen A, B, c, kromatid ketiga menghasilkan gen A, b, c dan

kromatid keempat menghasilkan gen a, b, C. Hal ini menunjukkan bahwa pada

double kiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 2) terjadi pindah silang ganda (double

crossing over) karena terjadi di dua tempat, yaitu untuk kromatid 2 dan 3 pada

gen C, c dan untuk kromatid 1 dan 2 pada gen A, A.


Pindah silang kelima terjadi pada strand (1 dan 3), (2 dan 4), (2 dan 3)

sehingga pada straind pertama menghasilkan kromatid berwarna pink dengan gen

pada kromatid pertama yaitu A, B, c, kromatid kedua menghasilkan gen a, B, c,

kromatid ketiga menghasilkan gen A, b, C dan kromatid keempat menghasilkan

gen A, B, c. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tripel khiasmata 4 strand (1 dan 3),

(2 dan 4), (2 dan 3) terjadi pindah silang ganda (double crossing over) karena

terjadi di dua tempat, yaitu untuk kromatid 1 dan 3 pada gen C, c, untuk kromatid

2 dan 4 pada gen B, b, dan untuk kromatid 2 dan 3 pada gen A,a.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

IV. 1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan peniruan pindah silang yang dilakukan dapat

diambil kesimpulan, yaitu:

1. Peristiwa pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari

kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog.

2. Pada pindah silang khiasma tunggal 2 strand (2 dan 3) dan pada double

kiasmata 4 strand (2 dan 3), (1 dan 4) terjadi pindah silang tunggal (single

crossing over) karena hanya terjadi di satu tempat. Sedangkan pada pindah

silang double kiasmata 4 strand (2 dan 3), (2 dan 3), Double khiasmata 4 strand

(2 dan 3), (1 dan 2), dan Tripel khiasmata 4 strand (1 dan 3), (2 dan 4), (2 dan

3) yang terjadi adalah pindah silang ganda (double crossing over) karena

terjadi di dua tempat.

V.2 Saran
V.2 Saran untuk Laboratorium

Praktikum dilaksanakan secara daring sehingga saya tidak mengetahui

bagaimana kondisi laboratorium.

V.2 Saran Asisten

Penejelasan yang diberikan oleh asisten sudah sangat baik dan diharapkan

kedepannya agar komunikasi antara asisten dan praktikan lebih baik lagi.

V.2 Saran untuk Praktikum

Praktikum sudah berjalan sangat lancar dan sesuai dengan yang

diharapkan semoga kedepannya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Dumont, B. L. 2017. Variation and evolution of the meiotic requirement for


crossing over in mammals. Jurnal Genetics. 205(1), 155-168.
https://www.jstor.org/stable/24537979.Sciences

Lawodi, E. N., T. E. Tallei, F. R. Mantiri dan B. J. Kolondam. 2013. Variasi


Genetik Tanaman Tomat dari Beberapa Tempat di Sulawesi Berdasarkan
Gen Matk. Jurnal Ilmiah Farmasi.  2(4), 114-121.
https://doi.org/10.1007/BF02296

Suryo. 2013. Genetika Manusia. 80-116.

Sun, Y. J. H. Ambrose, B. S. Haughey, T. D. Webster, A. N. Pierrie, D. F. Munoz,


E. C. Wellman, S. Cherian, S. M. Lewis, L. E. Berchowitz dan G. P.
Copenhover. 2012. Deep Genome-Wide Measurement of Mitotic Gene
Conversion Using Tetrad Analysis in Arabidopsis thaliana. Plos
Genetics. 8(10), 1 – 8. https://doi.org/10.1371/journal.pgen.1004387

Tambunan, L., dan Kom, M. 2017. Implementasi Algoritma Genetika dalam


Pembuatan Jadwal Kuliah. Jaringan Sistem Informasi Robotik-JSR. 1(1),
1-7. http://jeb.biologists.org/cgi/content/abstract/210/

Tupan, H. K., Hasanah, R. N., dan Wijono, W. 2018. Optimasi Penempatan Load
Break Switch (LBS) pada Penyulang Karpan 2 Ambon menggunakan
Metode Algoritma Genetika. Jurnal EECCIS. 11(1), 1-8.
http://www.ciw.edu/publications_online/DrosophilaGuide.pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai