Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

CHOLECYSTITIS

Penyaji :

Adinda Putri, S.Ked 203600137

Airin Shabrina Elta Kusmana, S.Ked 20360057

Dewi Indri Yani Malau, S.Ked 20360025

Indah Aullia Wulandari, S.Ked 20360080

Ine Ahyar Hasriza, S.Ked 20360037

Perseptor:

dr. Heny Damajanti, Sp. Rad., M.Sc

KEPANIITERAAN KLINIK ILMU BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN

KOTA BANDAR LAMPUNG

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:

Cholecystitis

Penyaji, Perseptor,

Adinda Putri, S.Ked dr. Heny Damajanti, Sp. Rad., M.Sc

Airin Shabrina Elta Kusmana, S.Ked

Dewi Indri Yani Malau, S.Ked

Indah Aullia Wulandari, S.Ked

Ine Ahyar Hasriza, S.Ked

BAGIAN ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN

KOTA BANDAR LAMPUNG

2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cholecystitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu

dan terbagi menjadi akut dan kronis. Cholecystitis akut merupakan reaksi

inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut

kanan atas, nyeri tekan, dan demam (Pridady, 2014). Kolesistitis akut

biasanya terjadi akibat adanya sumbatan duktus sistikus oleh batu. Namun

terdapat beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan insidensi

terjadinya kolesistitis (Lambou, 2008). Cholecystitis kronik lebih sering

dijumpai di klinis, dan sangat erat hubungannya dengan litiasis dan lebih

sering ditemukan secara perlahan-lahan (Pridady, 2014).

Di Amerika 10-20% penduduknya menderita kolelitiasis (batu

empedu) dan sepertiganya juga menderita kolesistitis akut. Penyakit ini

lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering terjadi pada

orang kulit putih. Pada wanita, terutama pada wanita-wanita hamil dan

yang mengkonsumsi obat-obatan hormonal, insidensi kolesistitis akut

lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan

kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan stasis aliran kandung

empedu (Lambou, 2008). Di Indonesia, walaupun belum ada data

epidemiologis penduduk, insidensi kolesistitis dan kolelithiasis relatif

lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara barat.(Nurhadi, 2012).

3
Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan,

gemuk dan berusia di atas 40 tahun, tetapi hal ini sering tidak sesuai untuk

pasien-pasien di Indonesia (Pridady, 2014).

Keluhan yang agak khas untuk serangan Cholecystitis akut adalah

kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta

kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau

skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.

Keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang

ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu (Pridady,

2014).

Diagnosis Cholecystitis kronik sering sulit ditegakkan oleh karena

gejalanya sangat minimal dan tidak menonjol. Seperti dispepsia, rasa

penuh di epigastrium dan nausea khususnya setelah makan makanan

berlemak tinggi yang kadang-kadang hilang setelah bersendawa. Riwayat

penyakit batu empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri lokal

di daerah kandung empedu disertai tanda Murphy positif, dapat

menyokong menegakkan diagnosis (Pridady, 2014).

Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi

parenteral, diet ringan, obat penghilang rasa nyeri dan antispasmodik

diberikan. Pemberian antibiotik di awal sangat penting mencegah

komplikasi. Saat kapan dilakukan kolesistomi masih diperdebatkan apakah

sebaiknya dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6-8 minggu setelah

terapi konservatif dan keadaan umum pasien baik (Pridady, 2014).

4
1.2 Tujuan

Tujuan umum pembuatan laporan kasus ini adalah untuk dapat

mengetahui tentang “Cholecystitis” meliputi definisi, anatomi kandung

empedu, etiologi dan patogenesis, gejala klinis, penegakan diagnosis,

diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis. Serta

diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai tata cara

melakukan penulisan laporan kasus secara baik dan benar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Patofisiologi Cholecystitis

Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya batu empedu yaitu;

faktor metabolis, stasis dan peradangan.

1. Faktor metabolis.

Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam

empedu, bilirubin dan kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu.

Metabolisme kolesterol yang tidak sempurna sering dijumpai pada orang

dengan obesitas, grafida, diabetes dan hypotiroidisme.

2. Statis

Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan

penyerapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu

mempercepat proses terbentuknya batu.

3. Peradangan.

Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel akan menjadi

permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol

diserap sehingga kolesterol gagal dilarutkan.Setelah batu terbentuk, maka

akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan infeksi pada dinding saluran

empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri akibat peradangan.

Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis akut. Namun

6
cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan injuri

bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran

empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada

saluran empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi

keruh.

Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon

tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu. Selain

menimbulkan nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes

( lunak ) pada saluran kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi

abstraksi dalam jangka waktu yang lama dan mengakibatkan gangguan

fungsi gastrointestinal dan joundice.

Patofisiologi Cholesistitis

7
Gambar 2.1
Patofisiologi Cholecystitis

BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis.

A. Keluhan Utama

Nyeri perut kanan atas dan nyeri ulu hati 1 hari SMRS.

B. Keluhan Tambahan

Lemas, sakit kepala, nafsu makan menurun, mual dan muntah sudah 2 kali

saat 1 hari SMRS.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Os perempuan berusia 42 tahun dibawa ke IGD RSPBA pada tanggal

18 April 2021 pukul 10.40 WIB, awalnya mengeluh nyeri perut kanan atas 1

hari sebelum masuk rumah sakit, Os juga mengeluh nyeri ulu hati dengan

skala nyeri yaitu 6. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba dan tidak menjalar ke

bagian tubuh lainnya.

Os juga merasa sakit kepala, lemas, mual dan sudah muntah 2 kali

dalam sehari sebelum masuk rumah sakit. Warna muntah sesuai dengan

warna makanan yang dikonsumsi Os. Nafsu makan Os menurun dan muntah

setiap mencoba untuk makan. Os tidak demam ataupun diare bahkan tidak

8
ada masalah saat Os flaktus, BAB dan BAK. Oleh dokter jaga IGD pasien

disarankan untuk dirawat inap agar mendapat penanganan lebih lanjut.

Dan os mengaku tidak berpergian ke luar kota beberapa bulan

belakangan ini. Riwayat penyakit arthritis gout, diabetes mellitus, hipertensi

disangkal. Os tidak merokok dan tidak mengomsumsi minuman beralkohol.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

- Cacar - Malaria - Batu ginjal/saluran kemih

- Gastritis - Disentri - Burut (hernia)


- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus - Wasir
- Campak - Hipotensi - Diabetes
- Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gonore - Tumor
- Kholera - Hipertensi - Penyakit Jantung
- Demam rematik akut- Ulkus - Asma Bronkhial
- Pneumonia - Pleuritis - Gagal Ginjal Kronik
- Tuberkulosis - Batu empedu - Riwayat Operasi

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyebab
Hubungan Diagnosa Keadaan Kesehatan
Meninggal

Kakek – – –

Nenek – – –

Ayah – – –

Ibu – – –

Saudara – – –

Anak-anak – – –

9
F. Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), lemah (-), demam (-), sakit kepala (+)
Sistem Cardiovascular Akral hangat (+), sianosis (-), anemis (-), berdebar-
debar (-)
Sistem Respiratorius Batuk berdahak (-), sesak napas (-)
Sistem Genitourinarius Disuria (-), hematuria (-), kencing menetes(-),
Kencing berwarna seperti teh (-)
Sistem Gastrointestinal Nyeri region epigastrium (+), nyeri region
hipocondriac dextra (+), mual (+), muntah (+),
BAB Hitam (-)
Sistem Badan terasa lemas (+), atrofi otot (-), kelemahan
Musculosceletal otot (-)
Sistem Integumentum Sikatriks (-), keringat dingin (-)

G. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

H. Riwayat Makanan& Minuman

Frekuensi/hari : 2-3 x/ hari

Jumlah/hari : 1 porsi

Variasi/hari : Bervariasi

Nafsu makan : Menurun

3.2 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg

10
Nadi : 99x/menit, regular
Suhu : 36,3⁰C
Pernapasan : 20 x/menit
SpO2 : 98%

B. Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Tenang/Hipoaktif/Hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah

Proses pikir : Wajar/Cepat/Gangguan Waham/Fobia/Obsesi

C. Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Normal Lembab/kering : Lembab

Keringat, umum : Normal Turgor : Normal

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

11
 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada

Kelopak : Normal Lensa : Normal

Konjungtiva : Normal Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal

Lap.penglihatan : Normal Tek.bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada

Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Normal Tonsil : Normal

Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Kotor

Faring : Normal

12
 Leher

Tekanan vena jugularis : Normal

Kelenjar tiroid : Normal, tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembesaran

 Kelenjar getah bening

Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba

Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

 Thorak

Bentuk : Simetris kiri = kanan

Sela iga : Normal

 Paru Depan Belakang

Inspeksi : Bentuk normal, dan simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris , massa (-),


krepitasi (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Kanan : vesikuler


Kiri : vesikuler

13
 Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung atas : ICS III linea parasternalis sinistra


Batas jantung kiri : ICS VII linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis dextra

Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur(-); Gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : Simetris, caput medusa (-), ikterik (-), ascites(-)

Palpasi : Nyeri tekan perut (+), hepar dan limpa tidak teraba,

nyeri ketok CVA (-) kanan/kiri.

Perkusi : timpani (+).

Auskultasi : Bising usus (22x/menit)

14
DAFTAR PUSTAKA

Lambou SG,Heller SJ.Lithogenesis and Bile Metabolism in :Surgical Clinics of

North American .Elsevier Saunders 2008 Volume 88 :1175-1194

Nurhadi.Analisa Batu Kandung Empedu.2012.Bandung

Pridady, F. (2014). Kolesistitis. Dalam S. Setiati, I. Alwi, A. W. Sudoyo, K. S.

Marcellus, B. Setiyohadi, & A. F. Syam, Ilmu Penyakit Dalam (hal. 2017-2019).

Jakarta: Interna Publishing.

15

Anda mungkin juga menyukai