IPD Infeksi Master
IPD Infeksi Master
IPD - INFEKSI
DR. MARCELA YOLINA
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a m e d i s . c o m
INFEKSI DENGUE
Infeksi Dengue
• Definisi : Penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk DBD
• dicurigai apabila ditemukan demam tinggi (40°C)
diikuti 2 dari gejala berikut:
– nyeri kepala,
– nyeri dibelakang mata,
– nyeri otot dan sendi,
– mual, muntah, atau timbul bintik merah.
• Gejala ini muncul selama 2-7 hari setelah 4-10 hari dari
pertama gigitan nyamuk yang terinfeksi.
INFEKSI DENGUE
Serologi Infeksi Dengue
• NS1:
– antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak
hari pertama demam.
– Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak
terdeteksi hari ke 5-6.
https://www.cdc.gov/dpdx/resources/pdf/benchAids/malaria/Pmalariae_benchaidV2.pdf
Malaria: Plasmodium knowlesi
• Endemis di Asia Tenggara, transmisi dari kera ekor
Panjang (Macaca fasicularis)
• Morfologi trofozoit band-shaped dan schizont
berpigmen dalam sel darah merah mirip P. malariae
(sering mis-identifikasi). Beberapa gambaran ring
mirip P. falciparum
• “Commercially available rapid diagnostic tests do
not distinguish P. knowlesi from other forms of
human malaria parasites. Lactate dehydrogenase
produced by the 4 other Plasmodium spp. (pLDH)
that cause human malaria is also present in P.
knowlesi. Antibodies specific for pLDH of P.
falciparum and P. vivax cross-react with pLDH of P.
knowlesi and therefore cannot be used to reliably
distinguish P. knowlesi from mixed infections”
• P. knowlesi bermultiplikasi setiap hari dan
menyebabkan high parasitemia dapat bersifat
fatal, komplikasi distress napas (paling sering)
• Konfirmasi: PCR
• Terapi: Rekomendasi sama dengan malaria akibat P.
falciparum
https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/15/9/pdfs/09-0358.pdf
https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/16/4/pdfs/09-1624.pdf
Malaria the disease
1 atau
14
hari*
* Jika infeksi malaria falciparum maka primakuin hanya diberikan sekali dosis
tunggal, sedangkan jika infeksi malaria vivaks atau campuran falsiparum dan vivaks,
maka primakuin diberikan selama 14 hari
Catatan
• Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat
dapat berdasarkan kelompok umur.
• Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
• Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
• Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
• Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah
minum obat primakuin, maka pengobatan diberikan secara mingguan
selama 8-12 minggu dengan dosis mingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan
malaria pada penderita dengan Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah
sakit.
Malaria Berat pada P. falciparum
• Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau
didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
– Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
– Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
– Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
– Distres pernafasan
– Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg) 6. Jaundice
(bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
– Hemoglobinuria
– Perdarahan spontan abnormal
– Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Cerebral Malaria
• Possible cause:
• Binding of
parasitized red cells
in cerebral capillaries
→ sekuestrasi →
severe malaria
• permeability of the
blood brain barrier
• Excessive induction
ofcytokines
http://www.microbiol.unimelb.edu.au
Malaria Berat
Kriteria laboratorium malaria berat:
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa, Hb<7gr% atau hematokrit
<15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit
/μl di daerah endemis tinggi) 5
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Tatalaksana malaria berat di faskes
primer nonperawatan
• Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat
inap langsung dirujuk
• Sebelum dirujuk berikan terapi awal artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb).
Tatalaksana malaria berat di Faskes Rawat
• Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika
tidak tersedia dapat diberikan kina drip.
• Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60
mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
• Keduanya dicampur kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga
didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
• Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb
intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.
Profilaksis Malaria
NON FARMAKOLOGIS
• Tidur menggunakan kelambu yang sudah
dicelup pestisida
• Menggunakan obat pembunuh nyamuk
(mosquito repellant)
• Proteksi diri saat keluar dari rumah (baju
berlengan panjang, kus/stocking)
• Proteksi kamar atau ruangan menggunakan
kawat anti nyamuk
Profilaksis Malaria
FARMAKOLOGISKemoprofilaksis saat ke daerah
endemis
• Daerah sensitif klorokuin
2 tablet klorokuin (250 mg) tiap minggu sejak 1 minggu
• Ibu hamil
sebelum berangkat hingga 4 minggu setelah kembali
• Imunitas rendah
• Resisten klorokuin : doksisiklin 100 mg/hari (sejak 1-2 hari sebelum berangkat s.d. 4
minggu setelah pulang) atau meflokuin 250 mg/minggu (sejak 2 minggu sblm berangkat
hingga 4 minggu setelah kembali) atau klorokuin 2 tablet/minggu + proguanil 200 mg/hari
• Alternatif : primakuin 0.5 mg/kgBB/hari (1-2 hari sebelum berangkat hingga 1 minggu
setelah pulang)
DEMAM TIFOID
Demam Typhoid
• Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau Salmonella partatyphii
• Gejala dan tanda klinis
– demam naik secara bertangga terutama pada sore dan malam
hari
– sakit kepala
– nyeri otot
– anoreksia, mual, muntah
– obstipasi atau diare, kesadaran berkabut,
– bradikardia relatif
– lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah,
serta tremor),
– hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen,
– roseolae (jarang pada orang Indonesia).
Patofisiologi Demam Tifoid
• S. Typhi masuk
sampai usus halus
menembus sel epitel
ke lamina propria
difagosit makrofag
berkembang biak dalam
makrofag ke Plak
Peyeri KGB
mesenterika duktus
torasikus bakterimia
ke hepar& lien
bakterimia dan
diekskresikan bersama
cairan empedu ke lumen
usus
Sensitivity of Typhoid Cultures
Tubex TF
• Deteksi IgM anti lipopolisakarida O9 dari Salmonella serogroup D (salah satunya
S. typhi).
• Positif setelah hari ke 3-4.
A Comparative Study of Typhidot and Widal Test in Patients of Typhoid Fever. JIACM 2004; 5(3): 244-6.
Pilihan Antibiotik Untuk Demam Tifoid
(WHO 2011)
• Kloramfenikol 4x500 mg PO
Demam Tifoid atau IV diberikan sampai 7
hari bebas demam
• Kotrimoksazol 2x2 tablet (1
Golongan Fluorokionolon:
tablet : Sulfametoksazol
• Norfloksasin 2x400mg/hari 400mg dan Trimetoprim 80
selama 14 hari mg) diberikan selama 2
• Siprofloksasin 2x500mg minggu.
selama 6 hari (5-7 hari) • Ampisilin dan Amoksisilin 50-
150mg/KgBB selama 2
• Ofloksasin 2x400 mg/hari
minggu
selama 7 hari
• Sefalosporin generasi ketiga
• Pefloksasin 400 mg/hari IV 4 gr dalam dekstrosa 100cc
selama 7 hari diberikan selama ½ jam sekali
• Fleroksasin 400 mg/hari sehari selama 3-5 hari.
selama 7 hari • Cefixime dapat diberikan 7-
14 hari.
PPK Dokter di Fasyankes (IDI 2014)
• Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
– Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
– Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral.
– Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat.
– Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
– Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat
dengan baik di rekam medik pasien
• Terapi simptomatik:
– untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
• Terapi definitif :
– Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin
(aman untuk penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol).
– Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan
antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak
dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
PPK Dokter di
Fasyankes (IDI 2014)
INFEKSI CACING
Filariasis
• Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3
berdasarkan habitat cacing dewasa di hospes:
– Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella
streptocerca
– Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
– Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
Subdit Fiariasis dan Kecacingan, Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
• Panjang: lebar kepala
sama
WUCHERERIA
• Inti teratur
BANCROFTII
• Tidak terdapat inti di
ekor
• Perbandingan
BRUGIA panjang:lebar kepala
M A L AY I 2:1
• Inti tidak teratur
• Inti di ekor 2-5 buah
• Perbandingan
panjang:lebar kepala
BRUGIA 3:1
TIMORI • Inti tidak teratur
• Inti di ekor 5-8 buah
Filariasis: Pemeriksaan dan Terapi
• Pemeriksaan penunjang:
– Deteksi mikrofilaria di darah
– Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
– Antibodi filaria, eosinofilia
– Biopsi KGB
• Pengobatan:
– Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
– Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
– DEC: 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari
– Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria: 150 ug/kgBB SD/6 bln, atau /tahun
bila dikombinasi dengan DEC SD
– Suportif
– Pengobatan massal dengan albendazole + ivermectin (untuk endemik
Onchocerca volvulus) atau albendazole + DEC (untuk nonendemik
Onchocerca volvulus) guna mencegah transmisi (DEC + Albendazol 400
mg/tahun selama 5 tahun)
– Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
– Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
Parasitologi Kedokteran, FKUI
Askariasis (Cacing Gelang)
Gejala
• Rasa tidak enak pada perut (gangguan
lambung); kejang perut, diselingi diare;
kehilangan berat badan; dan demam; ileus
obstruktif
• Telur
– Fertilized: bulat, bile stained (coklat),
dilapisi vitelin dan unstructured
albuminoid (tidak teratur), ukuran
diameter 50 dan 75 mcm
– Unfertilized: lonjong, permukaan bisa
tidak teratur atau teratur (dekortikated),
dinding lebih tipis, ukuran diameter 43
dan 95 mcm
Telur
• Dinding tipis & transparan,
berisi 4-8 sel embrio atau
embrio cacing
• Diameter 40 dan 55 mcm
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
Proglotid Keluar sendiri scr aktif Keluar bersama tinja 2-3 progl.
satu-satu
Matang Ovarium 2 lobus Ovarium trilobus
Gravid 15-30 cabang lateral 7-12 cabang lateral
∑ telur/proglotid 100.000 30.000-50.000
Larva Cystisercus bovis Cystisercus cellulose
Hospes perantara Sapi Babi dan manusia
Cara infeksi Makan daging sapi yg Makan daging babi yg mengandung
mengandung cystisercus cystisercus cellulose (mjd taeniasis)
bovis dan tertelan telur (mjd sistiserkosis)
Neurocysticercosis
• Cysticercosispenyakit akibat infeksi T. Solium
• Neurocysticercosis penyakit akibat infeksi T. solium
ke CNS
• Terbagi menjadi parenkimal dan ekstraparenkimal
- Pada parenkimal, penyakit terjadi karena T. solium menginfeksi
parenkim otak
- Pada ekstraparenkimal, penyakit terjadi karena T. solium bermigrasi ke
dalam CSF dan masuk ke ventrikel, sisterna, subarachnoid, dan juga
mata dan medulla spinalis
• Akan tetapi, 80% asimptomatik
• Gejala umum: kejang, peningkatan TIK,
meningoensefalitis, gangguan psikiatri, stroke, dan
radikulopati dan/atau myelopati
Neurocysticercosis
• Neurocysticercosis parenkimal
- Kejang fokal, fokal dengan parsial umum, atau umum
- Nyeri kepala seperti migrain atau tension
- Defisit neurokognitifsulit mempelajari sesuatu, depresi, bahkan
psikotik
• Neurocysticercosis ekstraparenkimal
- Nyeri kepala
- Hidrosefalus
- Peningkatan TIK (mual, muntah, nyeri kepala, penurunan
kesadaran, dsb)
- Jika terdapat di basilar cisterns bisa menyebabkan hidrosefalus
komunikans atau bahkan lacunar infarct
- Jika ada di spinalradiculopaty
- Jika di matagangguan penglihatan
Neurocysticercosis
• Tatalaksana
– Mengatasi peningkatan TIK (bedah dan atau kortikosteroid) dan kejang, jika
ada.
• Operasi eksisi pada lesi
• Antikonvulsan jika kejang
• Kortikosteroidjika ada edema serebri atau vaskulitis (prednisone 1mg/kgBB/hari)
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Gejala Klinis & Pemeriksaan Penunjang
– Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan
dan jumlah cacing
– Keluhan
• S. mansoni & japonicum: demam Katamaya, fibrosis periportal,
hipertensi portal, granuloma pada otak & spinal
• S. haematobium: hematuria, skar, kalsifikasi, karsinoma sel
skuamosa, granuloma pada otak dan spinal
– Pada infeksi berat → Sindroma disentri
– Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali;
terjadi 6-8 bulan setelah infeksi
– Pemeriksaan Penunjang
• Mikroskopik feses: semua spesies
• Mikroskopik urin: spesies haematobium
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
Fascioliasis
(Liver Flukes/ Fasciola Hepatica)
Fase Infeksi
• Acute Phase
– Rarely seen in humans
– Occurs only when a large number of metacercariae are ingested at once.
– After 4-7 days after ingestion: Fever, tender hepatomegaly, and abdominal pain the most frequent
symptoms
– vomiting, diarrhea, urticaria (hives), anemia, and may all be present.
– Caused by the migration of the F. hepatica larvae throughout the liver parenchyma., the larvae
penetrate the liver capsule
– Migration continues for 6-8 weeks until the larvae mature and settle in the bile ducts.
• Chronic Phase
– Much more common in human populations
– Biliary cholic, abdominal pain, tender hepatomegaly, and jaundice, severe anemia (In children)
– These symptoms reflect the biliary obstruction and inflammation caused by the presence of the large
adult worms and their metabolic waste in the bile ducts.
– Inflammation of the bile ducts eventually leads to fibrosis and a condition called "pipestem liver", a
term describing the white appearance of the biliary ducts after fibrosis portal cirrhosis and death.
• Halzoun
– a type of Fasciola hepatica infection in which the worm settles in the pharynx
– This occurs when an individual consumes infected raw liver.
– The young adult worms then attach themselves to the pharyngeal mucosa which causes considerable
pain, edema, and bleeding that can interfere with respiration
– The adults can live in the biliary ducts, causing symptoms for up to 10 years.
• Ectopic Infection
– Ectopic infections through normal transmission are infrequent but can occur in the peritoneal cavity,
intestinal wall, lungs, subcutaneous tissue, and very rarely in other locations.
Fasciola Hepatica: Siklus Hidup
Fasciola Hepatica: Tatalaksana
• DOC: Triclabendazole
– Dosis: 10 mg/kg/dosis, 1-
2 hari
• Alternatif: Nitazoxanide
– Untuk fase kronik
– 2x500 mg/hari selama 7
hari
• Mebendazol, albendazol
– Tidak efektif untuk
mengobati fasciola
http://emedicine.medscape.com/article/997890-treatment
http://reference.medscape.com/drug/biltricide-praziquantel-342666
Fasciolopsis Buski
(Intestinal Fluke)
• Also called asia giant intestinal • Symptoms
fluke – Many people do not have
• Prevalent in southeast asia symptoms
and lives in humans and pigs’ – Symptoms are due to
inflammation, ulceration, and
intestines microabscesses
• Related to growing water – abdominal pain and diarrhea
plants and feeding pigs on can occur 1 or 2 months after
water plants infection.
• Treatment: – heavy infections:
• intestinal obstruction,
– Praziquantel as a single dose 25
mg/kg (10-20 mg/kg may be • abdominal pain,
sufficient) • nausea, vomiting,
• Fever
– Albendazole (400 mg orally on • Allergic reactions and swelling of
empty stomach twice daily for the face and legs can also occur -
three days) may also be used - and anemia may be present
https://www.uptodate.com/contents/intestinal-
https://emedicine.medscape.com/article/219662-treatment flukes?source=search_result&search=fasciolopsis%20buski&selecte
dTitle=1~5#H3
https://www.cdc.gov/parasites/
fasciolopsis/biology.html
Life Cycle
https://emedicine.medscape.com/article/219662-treatment
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
• Strongyloidiasis
merupakan infeksi
saluran cerna akibat
2 cacing nematoda
Strongyloides.
• Kedua cacing ini
adalah S. stercoralis
dan S. fuelleborni
(hanya di africa dan
papua new guinea)
Strongyloides stercoralis
• Acute infection: • Chronic Infection
– Can be completely
– Lower extremity itching asymptomatic
(mild erythematous – Abdominal pain that can be very
vague, crampy, burning
maculopapular rash at the • Often worse after eating
site of skin penetration) – Intermittent diarrhea
– Cough, dyspnea, wheezing • Can alternate with constipation
– Occasional n/v
– Low-grade fevers – Weight loss (if heavy infestation)
– Epigastric discomfort – Larva currens (“racing larva” – a
recurrent maculopapular or
serpiginous rash)
• Usually begins perianally and
extends up the buttocks, upper
thighs, abdomen
– Chronic urticaria
Gambaran telur strongyloides
• Shape:
– Oval clear, thin shelled
similar to hookworm but
smaller
– Eggs are lain in the
mucosa and hatch into
rhabditiform larvae and
pass to the lumen of the
intestines and out the
feces
– Eggs are seldom seen in
the stools
Transmission
• Penetration of intact skin by filariform larvae in the
soil, or ingestion through contaminated food or
water
• Larvae enter the circulation
– Lungs alveoli ascension up tracheobronchial tree
swallowed molt in the small bowel and mature into
adult female
• Females enter the intestinal mucosa and produce
several eggs daily through parthenogenesis (hatch
during transit through the gut)
Treatment
• First line therapy
Ivermectin, in a single dose, 200 µg/kg orally for 2 days
– Relative contraindications:
• confirmed or suspected concomitant Loa loa infection
• persons weighing less than 15kg
• pregnant or lactating women
• Alternative
• Albendazole, 400 mg orally two times a day for 7 days.
– Relative contraindications:
• hypersensitivity to benzimidazole compounds or any component
of product
• use should be avoided in the 1st trimester of pregnancy
https://www.cdc.gov/parasites/strongyloides/health_professionals/index.html#tx
Nama cacing Cacing dewasa Telur
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing produksi ATP
sebagai sumber energi << kematian cacing
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Mebendazole
• Terapi cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur & larva cacing dengan
jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing produksi ATP
sebagai sumber energi << kematian cacing
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Pirantel Pamoat
• AIDS:
– HIV infection & a CD4+ T cell count
<200/L or
– HIV infection who develops one of
the HIV-associated diseases
considered to be indicative of a
severe defect in cell-mediated
immunity (category C)
Indeterminate • Bila dua hasil tes reaktif • Tes perlu diulang dengan spesimen baru
• Bila hanya 1 tes reaktif tapi minimal setelah dua minggu dari
mempunyai risiko pemeriksaan yang pertama.
• atau pasangan berisiko • Bila hasil tetap indeterminate, dilanjutkan
dengan pemeriksaan PCR.
• Bila sarana pemeriksaan PCR tidak
memungkinkan, rapid tes diulang 3 bulan,
6 bulan, dan 12 bulan dari pemeriksaan
yang pertama. Bila sampai satu tahun
hasil tetap “indeterminate” dan faktor
risiko rendah, hasil dapat dinyatakan
sebagai negatif
Rekomendasi inisiasi ARV pada Anak dan
Dewasa
Populasi
Rekomendasi
Dewasa dan anak > 5 tahun Inisiasi ARV pada orang terinfeksi HIV stadium klinis 3
a Pengobatan TB harus dimulai lebih dahulu,
kemudian obat ARV diberikan dalam 2-8
dan 4a, atau jika jumlah CD4 ≤ 350 sel/mm3
minggu sejak mulai obat TB, tanpa
menghentikan terapi TB. Pada ODHA dengan Inisiasi ARV tanpa melihat stadium klinis WHO dan
CD4 kurang dari 50 sel/mm3, ARV harus
dimulai dalam 2 minggu setelah mulai berapapun jumlah CD4
pengobatan TB. Untuk ODHA dengan
meningitis kriptokokus, ARV dimulai setelah 5
Koinfeksi TBa
minggu pengobatan kriptokokus. Koinfeksi Hepatitis B
b Dengan memperhatikan kepatuhan
c Bayi umur < 18 bulan yang didiagnosis Ibu hamil dan menyusui terinfeksi HIV
terinfeksi HIV dengan cara
presumtif, maka harus segera mendapat
Orang terinfeksi HIV yang pasangannya HIV negatif
terapi ARV. Bila dapat segera dilakukan (pasangan serodiskordan), untuk mengurangi risiko
diagnosis konfirmasi (mendapat kesempatan
pemeriksaan PCR DNA sebelum umur 18 bulan penularan
atau menunggu sampai umur 18 bulan
untuk dilakukan pemeriksaan antibodi HIV
LSL, PS, atau Penasun (pengguna narkoba suntik)b
ulang), maka perlu dilakukan penilaian ulang Pada wilayah dengan epidemi HIV meluas (> 1% pada
apakah anak pasti terdiagnosis HIV atau tidak.
Bila hasilnya negatif, maka pemberian ARV populasi umum atau ibu hamil)
dihentikan.
Anak < 5 tahun Inisiasi ARV tanpa melihat stadium klinis WHO dan
berapapun jumlah CD4c
ARV lini pertama untuk anak > 5 tahun dan dewasa, termasuk wanita
hamil dan menyusui, pasien koinfeksi hepatitis B, dan pasien dengan
koinfeksi TB
aJangan memulai dengan TDF jika CCT hitung < 50 ml/menit, atau pada kasus
diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal
bJangan memulai dengan AZT jika Hb < 7 g/dl sebelum terapi
cKombinasi dosis terpadu (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs