Anda di halaman 1dari 5

Jurnal

Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 52


Volume 7 Nomor 2 2017 ISSN : 2089-6158

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW untuk


Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Kelas X
SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
Meyke Hetiningsih1, Widha Sunarno2, Surantoro3
Prodi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939
E-mail : meykehetiningsih@gmail.com1 , widhasunarno@gmail.com2, surantoro57@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TTW (Think-Talk-Write) pada materi Alat-Alat Optik di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun ajaran
2016/2017.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-12 SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2016/2017 sejumlah 46 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan model analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan data yang diperoleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan
kemampuan kerjasama siswa pada pembelajaran Fisika materi Alat-alat Optik siswa kelas X-12 SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar. Peningkatan kemampuan kerjasama dapat dilihat dari kenaikan presentase kemampuan kerjasama siswa
sebesar 62,19 % pada Siklus I dan meningkat menjadi 84 % pada Siklus II. Sedangkan untuk kemampuan kognitif siswa
sejumlah 50 % siswa yang telah memenuhi KKM meningkat menjadi 91,30 % siswayang telah memenuhi KKM pada Siklus
II.

Kata kunci: Think Talk Write (TTW), kemampuan kerjasama, alat-alat optik, penelitian tindakan kelas

1. Pendahuluan siswa, tak jarang banyak siswa yang mempunyai


nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong Minimum) yang telah ditetapkan sekolah. Banyak
rendah dan perlu perbaikan. Rendahnya kualitas faktor yang menyebabkan siswa memperoleh nilai di
pendidikan Indonesia dapat dilihat dari laporan bawah nilai KKM, baik faktor luar maupun faktor
World Education Ranking yang diterbitkan dalam diri siswa sendiri. Terkadang siswa cenderung
Organization for Economic Cooperation and malas mempelajari Fisika dikarenakan terlalu
Development (OECD) menentukan, di posisi mana banyak persamaan-persamaan yang harus
suatu negara maju dalam segi pendidikan. Peringkat dihafalkan. Padahal, Fisika bukanlah mata pelajaran
tersebut menentukan negara mana yang terbaik dari yang menuntut siswa untuk menghafal, akan tetapi
segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Fisika merupakan mata pelajaran yang
Dari ketentuan tersebut Indonesia berada pada membutuhkan pemahaman, bukan hafalan.
peringkat 57dari 65 negara. Berbagai usaha telah Fakor penyebab lain yang mengakibatkan siswa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru, sulit menerima materi pelajaran adalah malas dalam
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat belajar bersama teman. Siswa pandai terkadang tidak
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana mau membagi ilmunya dengan temannya dan
pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen menganggap temannya adalah saingan bagi siswa
sekolah. pandai tersebut. Selain itu keaktifan siswa yang
Berdasarkan hasil peringkat tersebut dapat dilihat kurang untuk bertanya kepada guru maupun teman
juga bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh dapat menghambat pembelajaran untuk mencapai
bangsa Indonesia masih rendah, ilmu pengetahuan tujuannya. Hal lain seperti tidak mau berkelompok
tersebut tentunya mencakup mata pelajaran Fisika dengan teman sekelas juga dapat menghambat siswa
yang diajarkan di sekolah. Mata pelajaran Fisika untuk memahami materi yang diajarkan. Hal
merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh tersebut juga terjadi pada siswa kelas X-12 SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar, dalam berdiskusi

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif .... Meyke Hetiningsih


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 53
Volume 7 Nomor 2 2017 ISSN : 2089-6158

siswa cenderung pasif dan enggan untuk berdiskusi. siswa diminta untuk berdiskusi membicarakan
Pada saat mempresentasikan hasil diskusi hanya ada permasalah yang diberikan dengan teman
beberapa siswa yang aktif dikarenakan hanya ada sekelompoknya. Tahap yang terakhir yaitu Write
beberapa siswa saja yang paham tentang materi (menulis) siswa diminta untuk menuliskan jawaban
Fisika yang dipelajari. Dibuktikan dari nilai mata dari persoalan tersebut pada kertas.
pelajaran Fisika yang diperoleh siswa masih banyak Model pembelajaran kooperatif tipe TTW
yang berada di bawah KKM. (Think-Talk-Write) dapat meningkatkan aktivitas
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap belajar siswa. Siswa dapat memikirkan tentang
kelas X-12, terdapat 46 siswa yang belajar dalam konsep yang dipelajarinya, setelah siswa
kelas X-12 sehingga kemampuan untuk bekerjasama memikirkan apa yang dipelajarinya siswa dapat
dengan siswa lain tergolong sulit. Siswa belum dapat menyampaikan hasil pemikirannya tersebut kepada
menempatkan dirinya dalam pembelajaran siswa lain, untuk kemudian siswa dapat menulis apa
kelompok dengan baik. Siswa kelas X-12 hanya yang telah diungkapkan oleh siswa lain sebagai
akan aktif berdiskusi atau mengerjakan tugas refleksi dari materi yang sedang diajarkan. Siswa
kelompok apabila kelompok yang terbentuk dapat lebih aktif bekerjasama saling membantu
berdasarkan pilihan mereka sendiri, dan akibatnya dalam memahami materi yang dipelajari.
ada beberapa siswa yang tidak mendapatkan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
kelompok, ada siswa yang jumlah anggota akan dilakukan penelitian dengan model
kelompoknya berlebih, dan ada siswa yang jumlah pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think-Talk-
anggota kelompoknya kurang. Sedangkan jika Write) untuk meningkatkan kerjasama siswa SMA
dipaksa berkelompok dengan kelompok sebelumnya Muhammadiyah 1 Karanganyar ketika di kelas
siswa akan bersikap acuh dalam kelompok dan tidak dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
mau mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Kooperatif Tipe TTW untuk Meningkatkan
Berkaitan dengan masalah kurangnya Kemampuan Kerjasama Siswa Kelas X SMA
kemampuan kerjasama siswa kelas X-12, perlu Muhammadiyah 1 Karanganyar pada Materi Alat-
diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu alat Optik”. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan kerjasama siswa, salah meningkatkan kemampuan kerjasama kelas X SMA
satunya menggunakan model pembelajaran Muhammadiyah 1 Karanganyar dengan menerapkan
kooperatif. Slavin (2005: 10) menyampaikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think-
model pembelajaran kooperatif dapat mendorong Talk-Write) dalam pembelajaran Fisika pada materi
siswa untuk bekerja sama dalam berlajar dan pokok Alat-alat Optik.
bertanggung jawab atas kelompoknya sehingga
seluruh anggota kelompok dapat belajar sama 2. Metode Penelitian
baiknya. Dalam pembelajaran koperatif siswa
terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian
memberikan dampak positif terhadap kualitas Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model
interaksi dan komunikasi. Sasaran utama dari Kemmis dan McTaggart. Model ini menggunakan
penerapan pembelajaran kooperatif adalah untuk system spiral refleksi diri, yang dimulai dengan
membantu siswa belajar bekerjasama, rencana, tindakan, pengamatan, dan terakhir refleksi.
mengindentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik Siklus tersebut akan diulang terus-menerus sampai
yang sifatnya akademik maupun sosial. target keberhasilan penelitian tercapai. (Basrowi dan
Untuk mengoptimalkan agar siswa mampu Suwandi, 2008 : 68). Pendekatan penelitian yang
meningkatkan kemampuan kerjasama maka dilakukan dengan menggunakan pendekatan
dilakukan penelitian tindakan kelas. Pada penelitian kualitatif.
ini dilakukan tindakan yaitu dengan melakukan Subjek penelitian merupakan siswa kelas X-12
model pembelajaran kooperatif tipe TTW (Think- SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran
Talk-Write) yang merupakan model alternatif untuk 2016/2017. Siswa kelas X-12 terdiri dari 46 orang
memecahkan permasalah siswa agar dapat berperan siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
aktif dalam pembelajaran. Muhammadiyah 1 Karanganyar selama bulan April
Model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini sampai dengan bulan Mei. Sedangkan objek dari
dianggap mampu meningkatkan kerjasama siswa penelitian ini adalah kemampuan kerjasama siswa
dikarenakan siswa dapat lebih sering berinteraksi kelas X-12 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.
satu dengan lainnya untuk memecahkan Data yang dikumpulkan berdasarkan atas empat
permasalahan. Langkah pertama adalah Think komponen seperti berikut:
(berpikir) siswa diberi kesempatan untuk
memikirkan persoalan yang terjadi. Talk (Talk)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif .... Meyke Hetiningsih


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 54
Volume 7 Nomor 2 2017 ISSN : 2089-6158

1.1. Teknik Observasi kegiatan pratindakan atau kemampuan awal


Dilakukan pengamatan terhadap aktiifitas kerjasama siswa.
siswa selama pembelajaran berlangsung dengan Untuk menghitung nilai siswa yang diperoleh
menggunakan lembar observasi yang sudah melalui observasi kemampuan kerjasama digunakan
dibuat sebelumnya dengan indicator yang telah Persamaan 2.1.
ditentukan. Melalui pengamatan tersebut dapat
skor total siswa
diperoleh data analisis kualitatif dalam Nilai = ´ 100 ....................... (2.1)
mengidentifikasi ketercapaian indicator sekaligus skor maksimum
sebagai pertimbangan dalam penyusunan siklus Sedangkan untuk menghitung persentase
berikutnya apabila belum tercapai. keberhasilan atau ketuntasan kemampuan kognitif
1.2. Dokumentasi siswa digunakan Persamaan 2.2.
Kajian dokumentasi yang digunakan dalam jumlah siswa tuntas
penelitian yaitu RPP, buku atau materi yang % tuntas = ´ 100 % (2.2)
jumlah siswa keseluruhan
digunakan, catatan observer dan dokumentasi
selama kegian pembelajaran berlangsung. Adapun aspek dan indikator kemampuan
1.3. Wawancara kerjasama yang diamati adalah sebagai berikut.
Wawancara digunakan untuk mengetahui a. Memberi kontribusi ide dalam kelompok.
keadaan kelas sebelum dan sesudah dilaksanakan b. Mengambil giliran dan berbagi tugas.
tindakan. Selain itu, wawancar digunakan
c. Berada dalam kelompok.
sebagai pembanding di setiap siklusnya setelah
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan d. Mendorong partisipasi.
model pembeljaran kooperatif tipe TTW pada e. Menyelesaikan tugas tepat waktu.
materi Alat-alat Optik. Wawancara dilakukan f. Bertanya.
setiap akhir siklus.
1.4. Tes g. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
yang dapat diterima.
Tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah h. Mendengarkan dengan arif..
dilaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif 3. Pembahasan
tipe TTW. Selain itu juga untuk mengetahui Hasil tindakan Prasiklus menunjukkan bahwa
kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah tingkat keberhasilan melalui lembar observasi
meningkatnya kemampuan kerjasama siswa. Tes kemampuan kerjasama siswa pada seluruh aspek
dilakukan setiap akhir siklus, yaitu Siklus I dan masih berkategori rendah, seperti disajikan pada
Siklus II, serta pada akhir ketika semua materi Gambar 1.
telah diajarkan.
Keempat komponen tersebut digunakan
untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin
karena dianggap keempat data tersebut dapat saling
melengkapi antara satu dengan lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen pengambilan data.
Instrumen pembelajaran meliputi komponen untuk
melaksanakan pembeljaran, diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Sedangkan instrumen pengambilan Gambar 1. Histogram Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama
data meliputi instrumen penilaian kemampuan Siswa Sebelum Tindakan
kerjasama dan instrumen penilaian kognitif. Berdasarkan data Pra Siklus tersebut seluruh
Indikator keberhasilan yang digunakan dalam indikator menunjukkan indikator yang rendah, akan
penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan tetapi indikator ketiga memperlihatkan hampir
kerjasama siswa pada setiap indikator hingga mendekati target kerberhasilan penelitian.
mencapai 75 % dan ketuntasan kemampuan Hasil nilai kemampuan kognitif siswa
kognitifnya hingga 75 %. Penetapan indikator menunjukkan bahwa sebanyak 50 % siswa yang
keberhasilan diputuskan oleh peneliti dan guru mencapai nilai KKM.
pengampu dengan mempertimbangkan hasil

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif .... Meyke Hetiningsih


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 55
Volume 7 Nomor 2 2017 ISSN : 2089-6158

Selain hasil observasi dan tes, hasil wawancara melalui pengumpulan data dengan teknik observasi
terhadap guru juga menunjukkan bahwa secara disajikan pada Tabel 1.
umum siswa belum menguasai indikator Tabel 1. Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama pada Tahap
kemampuan kerjasama. Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Setelah dilakukan Siklus I, kemampuan Aspek Prasiklus Siklus I Siklus II
kerjasama siswa sudah mengalami peningkatan, K1 57,05 % 59,78 % 73,61%
namun indikator keberhasilan sebesar 75 % belum K2 51,63 % 57, 63 % 63,89%
K3 70,11 % 70,38 % 69,44%
tercapai pada seluruh aspek. Sehingga dilakukan K4 50,00 % 63,32 % 70,83%
refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan. K5 62, 50 % 69, 02 % 65,28%
Dari hasil refleksi pada Siklus I, diketahui beberapa K6 53, 26 % 62, 50 % 70,83%
kendala yang masih terjadi, antara lain (1) siswa K7 41, 85 % 53,80 % 73,61%
K8 48, 37 % 61, 14 % 68,06%
masih banyak yang diam saat diskusi berlangsung
(2) masih ada siswa yang tidak menyelesaikan tugas Dari perbandingan hasil observasi kemampuan
tepat padawaktunya (3) masih banyak siswa yang kerjasama yang dilakukan pada tahap Prasiklus,
berjalan-jalan di dalam kelas saat kegiatan diskusi Siklus I, dan Siklus II, dapat diketahui jika secara
berlangsung (4) ada siswa yang tidak mau umum telah terjadi peningkatan kemampuan
berkelompok dengan kelompoknya. Hasil penelitian kerjasama siswa, dan pada Siklus II telah mencapai
pada Siklus I dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah target keberhasilan penelitian sehingga penelitian
ini. berhenti pada Siklus II.
Setiap akhir siklus dilaksanakan tes sebagai
bahan evaluasi dan untuk mengetahui kemampuan
kognitif siswa. Tes dilaksanakan pada akhir Siklus I
berupa pilihan ganda, sama halnya dengan Siklus I
pada Siklus II juga dilaksanakan tes pada akhir
siklus. Akan tetapi untuk lebih mengatahui
kemampuan kognitif siswa dibuatlah tes pada akhir
materi yang dibelajarkan berupa soal uraian.
Hasil tes kemampuan kognitif siswa pada tahap
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Kognitif pada Tahap Pra Siklus,
Gambar 2. Histogram Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama Siklus I, dan Siklus II
Siswa Siklus I
Prasiklus Siklus I Siklus II
Setelah diketahui kendala-kendala pada Siklus I,
54, 45 % 50, 00 % 91, 30 %
maka dilakukan perbaikan-perbaikan agar
pelaksanaan Siklus II berjalan lebih baik. Hasilnya, Dari perbandingan hasil tes kemampuan kognitif
pada Siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik yang dilakukan pada tahap Prasiklus, Siklus I, dan
dan seluruh indikator sudah mencapai target Siklus II, dapat diketahui jika pada Siklus I terjadi
keberhasilan penelitian. Hasil penelitian pada Siklus penurunan. Kemudian naik pada Siklus II hingga
II dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. mencapai lebih dari target ketercapaian penelitian.
Hasil wawancara mengenai kemampuan
kerjasama yang dilakukan pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II telah terjadi peningkatan kerjasama
siswa kelas X-12 SMA Muhammadiyah
Karanyanyar. Terutama siswa mereka menjadi lebih
mengenal teman mereka dan senang ketika
memecahkan masalah bersama. Awalnya mereka
mereka merasa bingung terhadap model
pembelajaran yang digunakan yaitu pada tahap
Think akan tetapi karena terbiasa mereka mampu.
Selain itu pada kemampuan kognitifnya mereka
merasa materi yang dipelajari lebih sulit dibanding
Gamba 3. Histogram Hasil Observasi Kemampuan Kerjasama materi sebelumnya yaitu materi Gelombang
Siswa Siklus II Elektromagnetik, sehingga terjadi penurunan
Peningkatan persentase keberhasilan siswa dari kemampuan kognitif pada tes Siklus I. Akan tetapi,
tindakan Prasiklus, Siklus I, sampai Siklus II ketika dilakukan tes kemampuan kognitif pada akhir

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif .... Meyke Hetiningsih


Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 56
Volume 7 Nomor 2 2017 ISSN : 2089-6158

materi pembelajaran sebanyak 95, 65 % siswa telah membimbing dan turut berpartisipasi dalam
memenuhi nilai KKM. penelitian ini.
Sehubungan dengan telah tercapainya target
keberhasilan penelitian pada setiap indikator
DaftarPustaka
kemampuan kerjasama siswa, yang telah dilakukan
pada Siklus II maka Siklus penelitian dihentikan. Ansori,Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran.
Bandung: CV Wacana Prima
4. Kesimpulan dan Saran Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang Yrama Widya.
dilaksanakan selama dua siklus dengan menerapkan Basrowi, dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian
model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia
Write (TTW) dalam pembelajaran Fisika di kelas X- Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan
12 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif
tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar
kerjasama siswa pada materi Alat-alat Optik. Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah Lina Listiana. 2012. Pemberdayaan Keterampilan
dikemukakan, maka dapat disampaikan saran-saran Berpikir dalam Pembelajaran Biologi Melalui
yang dapat gunakan sebagai bahan pertimbangan. Model Kooperatif Tipe GI (Group
Siswa hendaknya lebih bersungguh-sungguh Invertigation) dan TTW (Think, Talk, Write).
dalam pembelajaran, serta tidak bersikap acuh Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP
dengan teman satu kelasnya. UNS. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sebagai guru hendaknya dapat meningkatkan Miftah, M. 2009. Komunikasi Efektif dalam
kualitas pembelajaran tidak hanya kemampuan Pembelajaran. Semarang: Pustekkom
akademik saja akan tetapi kemampuan sosial siswa Depdiknas
juga perlu diasah agar tidak menjadi manusia yang Slavin, R. E. 2005. Cooperatif Learning
egois di kemudian hari. (diterjemahkan oleh Nurulita). Bandung: Nusa
Sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran Media
guru juga harus memperhatikan karakter siswanya. Slavin, R. E. 2008. Cooperatif Learning
(diterjemahkan oleh Nurulita). Bandung: Nusa
Ucapan Terimakasih Media
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuntitatif,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih. Triyanto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Kepada Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pd, selaku Dosen Pembimbing I atas kesabaran Pustaka Publisher.
dalam memberikan bimbingan pengarahan dan Yamin, M. dan Ansari, B.I. 2008. Taktik
dorongan yang luar biasa sehingga penyusunan Mengembangkan Kemampuan Individual
Skripsi ini dapat diselesaikan. Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
Kepada Bapak Drs. Surantoro, M.Si, selaku Yazid, a. 2012. Pengembangan Perangkat
Dosen Pembimbing II atas kesabaran dalam Pembelajaran Matematika Model Kooperatif
memberikan bimbingan pengarahandan dorongan dengan Strategi TTW (Think-Talk-Write) pada
yang luar biasa sehingga penyusunan Skripsi ini Materi Volume Bangun Ruang Sis Datar.
dapat diselesaikan Nasional Scientific Journal Vol 1, No 1.
Kepada Ibu Amarylis Ratih, S. Pd., M. Pd, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
selaku guru mata pelajaran Fisika kelas X-12 SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar, yang telah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif .... Meyke Hetiningsih

Anda mungkin juga menyukai