Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku keberagamaan yang tidak bersandar secara murni pada Alquran dan
hadĩs, penetrasi keyakinan agama lain, kemiskinan, serta keterbelakangan pendidikan
merupakan kenyataan yang diderita umat Islam secara umum pada masa itu. Oleh
karena itu, menurut Munir Mulkhan, konsistensi dan komitmen Muhammadiyah
untuk memperbaiki dan memajukan kondisi umat Islam sebagai pengabdian mutlak
pada Tuhan dapat disebut sebagai doktrin gerakan organisasi tersebut.1
B. Rumusan Masalah
BAB II
1
Munir Mulkhan, Islam Murni dalam Masyarakat Petani (Yogyakarta: Bentang, 2000), h. 47-48.
2
PEMBAHASAN
Secara etimologi, istilah pemikiran berasal dari kata benda “fikir”, kata
kerjanya “berfikir” (thinking). Awalnya berasal dari bahasa Arab “fakara-yafkuru-
fikran”. Dalam bahasa Indonesia, huruf “f” diubah dengan huruf “p” dan jadilah
kata “pikir”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pikir” berarti apa
yang ada dalam hati, akal budi, ingatan, angan-angan; kata dalam hati, pendapat
dan pertimbangan (Tim Prima Pena, tth.: 611).
Kemudian, yang dimaksud pemikiran Islam ialah kegiatan umat Islam dalam
mencari hubungan sebab akibat atau asal mula dari suatu materi ataupun esensi serta
3
renungan terhadap sesuatu wujud, baik materinya maupun esensinya, sehingga
dapat diungkapkan hubungan sebab dan akibat dari sesuatu materi atau esensi, asal
mula kejadiannya serta substansi dari wujud atau eksistensi sesuatu yang menjadi
objek pemikiran tersebut.2
B. Sejarah Muhammadiyyah
2
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, terjemahan Ahmad Toha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986) hlm.
523-525
4
dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang,
juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah,
Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di
Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah
menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya
dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan
malah menjadi konservatif.
5
Pembaharuan dan Pemikiran Muhammadiyyah berarti Pembaharuan dan
pemikiran yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Perjalanan hajinya serta proses
menuntut ilmu di Makkah membuatnya termotivasi untuk membawa perubahan di
tanah kelahirannya.
Adapun langkah pembaruan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan yaitu bersifat
”reformasi”, yakni merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama
dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan,
merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan
”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup
di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya. 3 Lembaga pendidikan Islam
”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah,
yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam
“modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan
umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan
yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur
dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya
berbeda.
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada
pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat
Al-Ma’un, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang
berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga
Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana
Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar
menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” (hubungan dengan
Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah
konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal (khas) dari Kyai
Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal
pembaruan lainnya di negeri ini.
Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi
korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai
mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di
3
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Shalahudin Press, 1985) hal. 36
6
sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara
Al-Quran sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai
Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama
secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”,
sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-
diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid.4
4
Achmad Jainuri, IDEOLOGI KAUM REFORMIS Melacak Pand…., (Penerbit: LPAM, 2002) hal. 78
5
A. Mukti Ali, Alam pikiran Islam modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995), hal. 349-353
6
Djarnawi Hadikusuma, Suara Muhammadiyah, (Yogyakarta: Toko Buku, 2005) hal. 69
7
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis,
dan cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang
sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam
kebenaran sendiri, menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang
hakikat kehiduupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik. 7 Kyai
Dahlan tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam
kemajuan hidup. Karena itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal
yang sejati atau hakiki dengan mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan
umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian
pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi.
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya
ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat.
7
K.R. H. Hadjid, Falsafah Peladjaran KH Ahmad Dahlan dan…., (Terbitan: LPI PPM, 2005), hal. 34
8
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman.
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta
serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;
5. dan Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh
agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di
Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat.
1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam
9
cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat,
instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemikiran Islam ialah kegiatan umat Islam dalam mencari hubungan sebab
akibat atau asal mula dari suatu materi ataupun esensi serta renungan terhadap sesuatu
wujud, baik materinya maupun esensinya, sehingga dapat diungkapkan hubungan
sebab dan akibat dari sesuatu materi atau esensi, asal mula kejadiannya serta substansi
dari wujud atau eksistensi sesuatu yang menjadi objek pemikiran tersebut.
Adapun langkah pembaruan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan yaitu bersifat
”reformasi”, yakni merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama
dan umum.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adaby Darban, Ahmad. dan Kamal Pasha, Musthafa. 2000. Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Islam (dalam Perspektif historis dan Ideologis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadikusuma, Djarnawi. 2005. Suara Muhammadiyah. Yogyakarta: Toko Buku.
Hadjid, K.R. H. 2005. Falsafah Peladjaran KH Ahmad Dahlan dan…., Terbitan: LPI PPM.
Ibnu Khaldun. 1986. Muqaddimah Ibnu Khaldun, terjemahan Ahmad Toha. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Jainuri, Achmad. 2002. IDEOLOGI KAUM REFORMIS Melacak Pand…., Penerbit: LPAM.
Kuntowijoyo 1985. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia. Yogyakarta: Shalahudin Press.
Mulkhan, Munir. 2000. Islam Murni dalam Masyarakat Petani. Yogyakarta: Bentang.
Mukti Ali, A. 1995. Alam pikiran Islam modern di Timur Tengah, Jakarta: Djambatan.
12