Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


OKSIGENISASI

DISUSUN OLEH :
FARA DEWI UTAMI P.L (18200100072)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.

Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel

tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen

akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang

merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi

oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi.

Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat

dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada

miokardium ( Potter & Perry, 2006).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara

ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen

yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres

pada miokardium ( Mutaqqin, 2005)

Tujuan terapi oksigenasi :

a. Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.

b. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.

c. Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.


B. Anatomi Fisiologi

1.Anatomi

a. Sistem pernapasan Atas

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan

bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem

pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

1) Hidung

Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam

sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di

hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline

kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal

hidung memiliki tiga fungsi : menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara

yang masuk; mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan modifikasi getaran

suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai

bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak

(inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi

dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)

2) Faring (Tenggorokan)

Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.

Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot

rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot

rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai

saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat

berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)

(Tortorra and Derrickson, 2014)


3) Laring ( Pangkal tenggorokan)

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian

berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan

corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini

mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk

menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,

epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.

Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar

melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).

b. Sietem Penafasan Bawah

1) Trakea (batang tenggorokan)

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara

dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia

sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas

melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus

juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang

masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).

2) Bronkus (cabang batang tenggorokan)

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri,

yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-

masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin

banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal
dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus

berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.

3) Alveoli

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya

pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.

Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong

oleh serat kolagen, dan elastis halus.

Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng (sel alveolar tipe I), sel alveolar besar (sel

alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng (tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 %

alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar.

Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal

bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan berlamel. Sel

alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk

mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel

disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit.

Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut

makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran.

Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.

4) Paru-paru (pulmo)

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di

paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat

ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-

masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan

visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura

membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan
pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan

dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8

visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat

saat basah (Peate and Nair, 2011).

Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.

Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir

bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana

terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel

epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa yang membentuk

sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II jumlahnya lebih

sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah

tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel dengan

permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar.

Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar

sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan

campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara difusi melewati dinding

alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran respiratori (Tortora dan

Derrickson, 2014).

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu

respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses

metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah

serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara

lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:


a. Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru

b. Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah

dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru

c. Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke

jaringan tubuh atau sebaliknya

Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida

diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011).

2. Fisiologi pernapasan

a. Pernapasan Eksternal

Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan

pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,

proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas

alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.

1) Ventilasi pulmoner

Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses

ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan

alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan

napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga

toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta

komplian paru yang adekuat.

2) Pertukaran gas alveolar

Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya

adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah

pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area

berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan


membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan

tekanan gas.

3) Transport oksigen dan karbondioksida

Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas

pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan

karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

- Transport O₂

Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya,

sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut

keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya

terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen

yang masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan).

Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam

plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan hemoglobin.

- Transport CO₂

Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi

dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:

a) Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah

dalam bentuk bikarbonat

b) Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk

karbaminohemoglobin

c) Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam

bentuki asam karbonat.

b. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang

berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan

karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini,

darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai

kapiler sistemik.

C. Proses Kebutuhan Manusia Sesuai Kasus

1. Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:

a. Menghirup udara (inpirasi)

      Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui

saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada

naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.

b. Menghembuskan udara (ekspirasi)

      Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan

pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume

rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu

ventilasi, difusi dan transportasi.

1) Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam

alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa

factor:

Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,

maka tekanan udaranya semakin rendah.

  Adanya kondisi jalan nafas yang baik.


  Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk

mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah

kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2)       Difusi

Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru

dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a)       Luasnya permukaan paru-paru.

b)     Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses

penebalan.

c.       Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana

O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam

rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.

d.      Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

3)      Transportasi

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan

tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a.       curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.

b.      kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah

secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

D. Patafisiologis

Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal

dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler

pulmonalis), sedangkan pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara

pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).

Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari

proses fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas,

transfortasi gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh

baik atau tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot

pernapasan, fungsi sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah

& Kusnadi, 2013). Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui

reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses

Pertukaran gas dari pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).

E. Pathway

Faktor lingkungan ( udara, bakteri,


virus, jamur) masuk saluran nafas

Terjadi infeksi dan proses peradangan

Hipersekresi kelenjar Kontraksi otot polos


mukosa saluran nafas

Akumulasi secret berlebih Penyempitan saluran


nafas

Secret mengental di jalan nafas


Keletihan otot pernafasan

Gangguan Obstruksi jalan nafas Dispnea, Gas darah arteri


penerimaan O2 dan abnormal, Hiperkapnia,
Co2 Hipoksemia, Hipoksia,
Konfusi, Nafas Cuping
Batuk yang tidak efektif ,
hidung, pola pernafasan
penurunan bunyi nafas, sputum
abnormal (kecepatan, irama,
Ketidakseimbangan dalam jumlah yang berlebih,
kedalaman ),kelelahan daalm
ventilasi dan perfusi perubahan pola nafas, suara nafas
beraktivitas
tambahan (Ronchi, Whezing,
Crackles)
Dipsnea
Fase ekspirasi memanjang Ketidakefektifan bersihan Intoleransi aktivitas
jalan nafas
Othopnea
Penurunan kapasitas paru
Pola nafas abnormal
Gangguan pertukaran gas
Takipnea
Hiperventilasi
pernafasan sukar
Pernafasan sukar

F. Faktor-faktor Yang Mempengeruhi

Menurut Haswita & Reni (2017), factor yang mempenaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu :

1. Faktor fisiologis

a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas

bagian atas.

c. Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport

O2 terganggu.

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.

e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,

obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

2. Faktor perkembangan

a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan toodler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut

c. Anak usia sekolah dan pertengahan : resiko infeksi saluran pernapasan dan

merokok, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, dan stress yang

mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.


d. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspasi paru menurun.

3. Faktor perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi

yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang

tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b. Latihan fisik

c. Merokok : nikotin yang ada dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

darah perifer dan koroner.

d. Penyalahgunaan substansi kecemasan (alkohol dan obat- obatan) menyebabkan

intake nutrisi Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol

menyebabkan depresi pusat pernapasan.

4. Faktor lingkungan

a. Tempat kerja (polusi)

b. Suhu lingkungan

Ketinggian tempat dari permukaan laut

G. Manifestasi klinis / Batasan Karakteristik

Menurut SDKI (2017), beberapa batasan karakteristik masalah oksigenasi, yaitu:

1. Pola pernapasan abnormal (mis; kecepatan, irama, kedalaman)

2. Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (PaO2) abnormal

3. Tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri (PaCO2) abnormal

4. pH arteri abnormal

5. Saturasi oksigen abnormal

6. Dispnea pada saat istirahat

7. Sianosis
8. Penurunan tekanan ekspirasi

9. Penurunan tekanan inspirasi

10. Pernapasan cuping hidung

11. Pola napas abnormal

12. Takipnea

H. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus dan kepiler d.d sianosis
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal,takipnea,
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d seksresi yang tertahan d.d sputum berlebih

I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan pertukaran SLKI SIKI
gas b.d perubahan Tujuan : 1. Pemantauan Respirasi (I. 01014)
membran alveolus Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam, Observasi:
diharapkan gangguan pertukaran gas dapat ₋ Monitor frekuensi, irama,
teratasi dengan kriteria hasil : kedalaman dan upaya bernapas
1. Pertukaran Gas ₋ Monitor pola napas (seperti
No. Indikator Target kussmaul,hiperventilasi,
1. Dispenea 5 bradipneu, takipneu)
2. Napas cuping hidung 5 ₋ Monitor adanya sputum
3. Takikardi 5 ₋ Monitor adanya sumbatan jalan
4. Pola napas 5 napas
₋ Monitor kemampuan batuk
2. Respons Ventilasi Mekanik efektif
No. Indikator Target ₋ Asukultasi bunyi napas
1. Sekresi jalan napas 5 ₋ Palpasi kesimterisan ekspansi
2. kegelisahan 5 paru
3. Kurang istirahat 5 Terapeutik :
₋ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
₋ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
₋ Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

2. Terapi Oksigenn (I. 010126)


Observasi :
₋ monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
₋ Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
₋ Monitor tingkat kecemasan akibat
pemasangan oksigen
₋ Monitor tanda-tanda hipoventilasi
₋ Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Terapeutik :
₋ Bersihkan sekret pada mulut,
hidung
₋ Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Edukasi
₋ Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Bersihan jalan napas
tidak efektif b.d
SLKI SIKI
seksresi yang tertahan
Tujuan : 1. Latihan Batuk Efektif (I. 01006)
d.d sputum berlebih
Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam, Observasi:
diharapkan bersihan jalan napas tidak efektif ₋ Identifikasi kemampuan batuk
dapat teratasi dengan kriteria hasil : ₋ Monitor adanya retensi sputum
₋ Monitor adanya tanda gejala
1.Bersihan Jalan Napas infeksi saluran napas
No. Indikator Target Terapeutik
1. Produksi sputum 5 ₋ Atur posisi semi fowler atau
2. Frekuensi napas 5 fowler
3. Pola napas 5 ₋ Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
2. Kontrol gejala ₋ Buang sekret pada tempat sputum
No. Indikator Target Edukasi :
1. Kemampuan memonitor 5 ₋ Jelakan tujuan dan prosedur batuk
munculnya gejala secara efektif
mandiri ₋ Anjurkan tarik napas dalam
2. Kemampuan memonitor 5 melalui hidung selama 4 detik,
lama bertahanya gejala ditahan selama 2 detik, kemudian
3. Kemampuan memonitor 5 keluarkan dari mulut dengan bibir
frekuensi gejala mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
₋ Anurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
₋ Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke 3 kalinya

2. Manajemen Jalan Napas (I. 01011)


Observasi :
₋ Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman)
₋ Monitor bunyi napas tambahan
(mis mengi, wheezing, ronkhi
kering, gurgling)
₋ Monitor sputum (jumlah, warna
aroma)
Terapeutik :
₋ Posisikan semi fowler atau fowler
₋ Berikan minuman hangat
₋ Lakukan fisioterapi dada
Edukasi :
₋ ajarkan teknik batuk efektif
₋ anjurkan asupan cairan 2000ml/hari

Pola napas tidak


efektif b.d sindrom
hipoventilasi d.d pola SLKI SIKI
napas abnormal Tujuan :
1. Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
(kussmaul,takipnea, Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam,
Observasi :
hiperventilasi). diharapkan pola napas dapat teratasi dengan
₋ Monitor pola napas (frekuensi,
kriteria hasil :
kedalaman)
1.Pola Napas
₋ Monitor bunyi napas tambahan
No. Indikator Target
(mis mengi, wheezing, ronkhi
1. Dispnea 5 kering, gurgling)
2. Penggunaan otot bantu 5 ₋ Monitor sputum (jumlah, warna
3. Frekuensi napas 5 aroma)
4. Kedalaman napas Terapeutik :
₋ Posisikan semi fowler atau fowler
2.Tingkat Keletihan ₋ Berikan minuman hangat
No. Indikator Target ₋ Lakukan fisioterapi dada
1. Frekuensi napas 5 Edukasi :
2. Pola napas 5 ₋ ajarkan teknik batuk efektif
3. Pola istirahat 5 ₋ anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
4. Lesu 5 2. Pemantauan Respirasi (I. 01014)
Observasi:
₋ Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya bernapas
₋ Monitor pola napas (seperti
kussmaul,hiperventilasi,
bradipneu, takipneu)
₋ Monitor adanya sputum
₋ Monitor adanya sumbatan jalan
napas
₋ Monitor kemampuan batuk
efektif
₋ Asukultasi bunyi napas
₋ Palpasi kesimterisan ekspansi
paru
Terapeutik :
₋ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
₋ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
₋ Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai