PENDAHULUAN
1
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
automobile dalam berbagai proses, misalnya proses pengelasan seperti yang dilakukan
pada proses framing di BMW Oxford Plant [4].
Gambar 1. 1 Proses framing dengan menggunakan robot spot welding 160 KUKA [5]
2
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
tool, dan workpiece. Kemudian disimulasikan juga kinematika dari pergerakkan robot.
Contohnya adalah offline programming pada untuk operasi manufaktur dengan
menggunakan robot 5 artikulasi atau penggunaan robot 6 artikulasi pada proses welding
[12]. Proses dapat dilakukan secara online jika robot dilengkapi dengan sistem pendeteksi
gaya yang secara langsung mampu mengukur serta menentukan posisi, besar serta arah
gaya.
Dengan berlandaskan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini kami
mencoba untuk mengimplementasikan tren robot yang kini sedang berkembang di dunia
dengan mengembangkan suatu sistem pendeteksi gaya multi axis yang dikerjakan oleh
robot sehingga dengan adanya sistem ini maka lintasan gerak robot dengan artikulasi 5
derajat kebebasan dapat dibuat.
3
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
a. Proses Milling
Pada proses milling 5 axis, sering terjadi ketidak-akuratan dan kepresisian yang
rendah pada produk yang dihasilkan. Penyebabnya karena :
- Bed tool yang juga ikut bergerak selama mesin beroperasi, dampaknya
langsung terhadap momen inersia yang muncul semakin besar. Hal ini
tentu saja mengganggu proses pengerjaan pada workpiece, karena terdapat
gangguan pergerakkan ke arah lain. Yang secara lagsung dapat
mempengaruhi keakuratan pemesinan.
- Beberapa sifat robot yaitu memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dan
rigiditas yang rendah. Sehingga pada beberapa kasus milling terjadi
pergerakkan robot yang terlalu bebas. Contohnya pada saat ujung aktuator
robot milling menyentuh suatu part dengan bentuk kontur yang berbeda,
maka biasanya robot akan melalui keluar dari path, hal ini dikarenakan
pada robot tidak adanya sistem pendeteksi terhadap gaya reaksi terhadap
workpiece, sehingga berkecenderungan untuk hanya mengikuti instruksi
awal yang diberikan oleh operator tanpa memperdulikan kasus yang
berbeda. Perhatikan gambar 3.1.
Keputusan
Arah Gerak
Gaya
Reaksi
Gambar 1. 3 Sistem pendeteksi gaya mendapatkan parameter besar dan arah gaya
reaksi.
4
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
Parameter tersebut dijadikan inputan pada robot dengan pendeteksi gaya dalam
algoritma pengambilan keputusan arah gerak robot seterusnya.
b. Proses Assembly
Pada proses asembli sering terjadi lambatnya proses penggabungan 2 part.
Misalnya proses penggabungan suatu part silinder ke dalam part yang berbentuk
hole. Untuk sistem robot yang belum menggunakan sistem pendeteksi gaya
tentunya proses ini sering menimbulkan tingkat kesalahan yang tinggi karena
sistemnya berlangsung secara trial and error. Beberapa masalah yang terjadi
pada proses asembli adalah kurang detailnya posisi dari hole sehingga posisi dari
hole sulit untuk dideteksi, adanya konflik antara hole dengan part silinder dan
adanya kemungkinan part silinder masuk ke dalam hole dengan posisi yang
miring (asal masuk).
Pada penelitian ini, kami mencoba memberikan solusi berupa penyediaan data
berupa besarnya gaya reaksi dan torsi. Sehingga dengan tersedianya data ini maka
setiap kali proses ini mengalami konflik maka robot dengan sendirinya mencari
jalan keluarnya sendiri. Prinsip yang diterapkan di sini yaitu robot akan mencari
ruang dengan dasar gaya reaksi terhadap hole yang paling kecil. Kemudian PC
menganalisa kemungkinan adanya error yang terjadi pada saat pemasangan
kemudian menghitung besarnya resultan terkecil.
c. Proses Welding
Pada arc welding, proses penggantian elektrode sering lambat dilakukan. Kasus
yang sering terjadi yaitu tidak terdeteksinya elektrode yang habis. Sehingga hal
ini sering menimbulkan kecacatan pada produk. Belum lagi proses penggantian
elektrode ini dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Untuk itu dengan sistem pendeteksi gaya yang kami kembangkan maka sistem
akan selalu stand by terhadap gaya reaksi yang ditimbulkan oleh proses welding,
sehingga setiap kali terdeteksi gaya reaksi yang kecil maka akan terbaca sebagai
makin menipisnya elektrode. Selanjutnya secara otomatis, sistem pendeteksi ini
akan memberikan masukan data berupa perlunya penggantian elektrode dan hal
ini dapat dilakukan secara cepat tanpa bantuan operator.
d. Proses Grinding
5
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
Pada proses grinding, robot belum mampu untuk mendeteksi adanya load yang
berbeda-beda pada workpiece. Sehingga sering terjadi proses pemakanan yang
tidak akurat.
Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan adanya sistem yang mengatur
besarnya kecilnya gaya yang dikenakan pada workpiece sesuai dengan load yang
ada. Sehingga pada saat grinder mengerjakan permukaan yang kasar (load besar)
maka secara otomatis gaya yang diberikan juga besar, sedangkan jika grinder
mengerjakan permukaan yang sudah halus, maka gaya yang diberikan juga kecil.
Perhatikan gambar 3.2.
Controller Controller
Cutting Force
Cutting Force
6
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
Gambar 1. 5 Sistem Pendeteksi Gaya Multi Aksis Penelitian Sebelumnya[25]
Gambar 1. 6 Explode View Sistem Pendeteksi Gaya Multi Aksis pada Penelitian
Sebeluimnya[25]
Dengan melihat banyaknya masalah yang dihadapi menyangkut dengan sangat
dibutuhkannya sistem pendeteksi gaya, maka pada penelitian ini kami akan
mengembangkan suatu sistem pendeteksi gaya multi axis yang difokuskan pada robot
artikulasi 5 derajat kebebasan.
Pendeteksi gaya ini akan di pasang pada robot artikulasi untuk aplikasi invers
kinematics, self calibration, serta aplikasi-aplikasi lain. Pendeteksi gaya yang kami buat
menggunakan strain gage yang di letakkan pada ketiga axis X, Y, dan Z terhadap end-
effector.
7
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
I.3 Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Optimasi Sistem Pendeteksi Gaya Multi Aksis pada Penelitian Sebelumnya
dengan aplikasi prinsip DFMAD (Design for Manufacturing and Assembly
Disassembly).
2. Mengembangkan suatu sistem human interface software yang dapat memberikan
keluaran data berupa gaya resultan (Fresultan), , dan (sudut rotasi) terhadap
inputan data berupa Fx, Fy dan Fz. Software antarmuka ini mampu memproses
inputan data berupa besar gaya dari tiga buah axis menjadi output berupa besar
gaya resultan dan arah gayanya dengan tampilan interaktif dan realtime.
3. Sebagai alat pendeteksi gaya pada robot artikulasi 5 derajat kebebasan yaitu robot
Move Master EX untuk membantu penelitian selanjutnya mengenai invers
kinematics, self calibration, serta penelitian lainnya yang membutuhkan
pendeteksi gaya.
8
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
End
Effector
Keputusan
Arah Gerak
Gaya
Reaksi
Gambar 1. 7 Sistem pendeteksi gaya pada aplikasi pengikut kontur. Detektor gaya
mendapatkan parameter besar dan arah gaya reaksi. Parameter tersebut dijadikan
inputan pada algoritma robot untuk pengambilan keputusan arah gerak robot seterusnya
agar end effector dapat tetap menyentuh objek.
Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
bagian. Bagian yang pertama adalah studi literatur sebagai penunjang desain yang
meliputi studi mengenai statika struktur dari alat, material teknik, pemilihan bahan dan
proses. Bagian kedua adalah bagian manufacturing yang memerlukan studi literatur lebih
lanjut mengenai proses produksi. Bagian ketiga adalah studi literatur yang menunjang
dalam data aquisition meliputi studi literatur dalam program visual C++ serta untuk
pembangunan peranti lunak antarmuka, sumber literatur yang digunakan adalah tutorial
mengenai User Manual dan Software Development Kit yang disediakan produsen
penyedia peranti keras untuk akuisisi data, yakni Data Translation.
9
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
y,xy+,xy- dan z relatif terhadap end effector. Gaya yang diterima alat akan memberikan
rangsangan kepada lima sumbu, dimana besarnya gaya pada masing-masing sumbu
dipengaruhi oleh besar dan arah gaya tersebut relatif terhadap masing-masing sumbu.
Fokus lain dalam perancangan mekanika alat adalah dalam penerapan prinsip Design for
Manufacturability, Assembly and Dissasembly (DFMAD); serta kesesuaian spesifikasi
alat dengan robot artikulasi 5 derajat kebebasan yang ada di Departemen Teknik Mesin
FTUI. Proses perancangan dibantu dengan menggunakan peranti lunak CAD (Computer
Aided Design).
Perancangan sistem strain gage bertujuan untuk memperoleh pembacaan gaya
yang optimal, dengan resolusi yang baik, sementara itu perancangan peranti lunak
antarmuka bertujuan untuk memberikan informasi besar dan arah gaya secara efisien dan
realtime.
Pada tahap ini rancangan dari alat pendeteksi gaya dievaluasi dan disimulasikan
dengan bantuan peranti lunak CAD dan CAE (Computer Aided Engineering) untuk lebih
memastikan proses perancangan awal sebelum siap untuk dimanufaktur.
Pada tahap ini komponen alat diproduksi sesuai dengan spesifikasi desain yang
telah ditentukan sebelumnya. Kemudian dilakukan proses perakitan, penyusunan strain
gage, pengkondisian sinyal dan pembangunan peranti lunak antarmuka.
10
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
Strain Gage x Circuit ex Signal ex
Conditioning DAQ
ey SCM5B38-01
Strain Gage y Circuit Amplifying
ey
DT3010
Filtering board
Force Strain Gage z Circuit ez Isolating ez
Fx
(N) 0011
Human Interface Software 0110
1011
t (s) 1111
Fy
(N)
Fresultan f(|Fresultan|, , )
t (s)
Fz
(N)
t (s)
Gambar 1. 8 Skema proses pengkondisian sinyal dan akuisisi data pada alat pendeteksi
gaya multiaxis
11
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008
peletakkan sensor. Secara umum proses perancangan alat terdiri dari beberapa bagian
yaitu perancangan mekanika, dan sensor strain gage. Pada proses perancangan mekanika,
penjelasan real desain dipengaruhi oleh perhitungan gaya normal, gaya geser maupun
bending moment yang terjadi pada komponen sensor, serta kemudahan manufaktur dan
assembly yang juga menjadi bahan pertimbangan mekanika sistem. Sifat distribusi
tegangan dan regangan pada benda pejal dijadikan dasar perancangan untuk memperoleh
lokasi peletakan strain gage yang tepat ; bentuk; dimensi; dan material alat yang paling
optimal. Penulisan selanjutnya akan menjelaskan mengenai sistem kerja strain gage
sebagai sensor dalam alat ini; rangkaian jembatan Wheatstone; metode pemasangan
strain gage; dan lain-lain. Pemilihan jenis konfigurasi jembatan Wheatstone akan
dijelaskan secara detail pada bagian perancangan sistem sensor, hal ini sangat penting
karena konfigurasi dapat mempengaruhi resolusi pengukuran dan kemampuan untuk
mengkompensasi gangguan seperti kehadiran jenis pembebanan lain, suhu lingkungan,
dan pemuaian material peletakan strain gage. Pada proses akhir perancangan alat akan
diberikan prediksi keluaran tegangan terhadap besar beban secara teoritis. Hasil prediksi
secara teoritis ini akan dijadikan bandingan terhadap hasil keluaran tegangan terhadap
besar beban secara eksperimen.
Sistematika penulisan selanjutnya adalah pembahasan mengenai proses kalibrasi
yang bertujuan memperoleh persamaan konversi besaran tegangan menjadi besaran gaya
berdasarkan data-data eksperimen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data-data
eksperimen ini akan dibandingkan dengan data prediksi teoritis sebagai dasar analisa.
Penutup dalam penulisan ini adalah Bab Kesimpulan dan Saran Penelitian Lebih
Lanjut, pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan spesifikasi sistem pendeteksi
gaya multi aksis dan saran-saran yang dapat dijadikan referensi kembali untuk perbaikan
sistem.
12
Proses manufaktur dan optimasinya..., Brianti Satrianti Utami, FT UI, 2008