Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

“SOCIOPRENEUR”
ANGKIE YUDISTIA – CEO AND FOUNDER OF THISABLE ENTERPRISE

Disusun Oleh :

Lita Amalia

191000001

Kelas A

Dosen

Galih Ari Wirawan Siregar, , S.Pt.,M.Si

NIP 198901032017061001

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
1. Pengertian Sociopreneur

Sociopreneur adalah kegiatan berwirausaha berbasis bisnis namun dengan misi utama
menciptakan social-impact yakni meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat kelas
menengah ke bawah.

Dari definisi di atas, dapat dimengerti bahwa entitas sociopreneur adalah irisan antara
entitas entrepreneur (usaha bisnis murni) dan lembaga sosial seperti yayasan. Jika
entrepeneur hanya berorientasi pada profit dan sebaliknya yayasan hanya berfokus pada
mengelola dan mengalokasikan dana untuk kegiatan sosial (tanpa mengusahakan sumbernya
dari mana), maka sociopreneur adalah peralihan antara keduanya. Sociopreneur mengusung
misi sosial, dengan tidak melupakan bagaimana dana yang diperlukan untuk kegiatan itu
dapat terkumpul.
Jadi, sociopreneur secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk ideal kegiatan
sosial. Mengapa ideal? Karena dengan konsep sociopreneur, masyarakat kelas bawah yang
disasar akan menjadi mandiri dan tak bergantung dengan donasi satu arah seperti yang terjadi
pada lembaga sosial selama ini. Dengan kata lain, dengan konsep sociopreneur, analoginya
adalah membangun ekosistem alami yang menjadi tempat hidup organisme sehingga
organisme tersebut dapat hidup dengan berdikari.

2. ThisAble Enterprise, Karya Difablepreneur Angkie Yudistia

Seorang wanita hebat yang mampu mengalahkan keterbatasannya dan bahkan


disebut-sebut oleh publik sebagai wirausaha sosial yang membantu banyak masyarakat
khususnya penyandang disabilitas. Dia adalah Angkie Yudistia, sosok yang juga tak
sempurna seperti manusia pada umumnya, lantaran Angkie juga kehilangan fungsi
pendengarannya atau tunarungu.
Angkie bukan seorang wanita yang terlahir cacat, ia berkesempatan menjalani hidup
normal hingga usianya menginjak 10 tahun. Saat itu, Angkie terserang demam tinggi yang
mengharuskan ia mengonsumsi banyak antibiotik dan obat lainnya. Namun, seberapa banyak
pun ia mengonsumsi obat dan seberapa lama pun ia dirawat, kesembuhan tak kunjung datang
padanya. Pada akhirnya, Angkie pun mengalami penurunan fungsi pendengaran. Mau tidak
mau, ia harus menggunakan alat bantu dengar di telinganya. Sejak berusia 10 tahun inilah,
Angkie dianggap sebagai seorang difabel dan sering mendapat diskriminasi.
Angkie menjalani pendidikan di sekolah reguler dengan anak-anak normal lain.
Namun, perlakuan tidak mengenakkan mulai dirasakan olehnya. Angkie mengalami
perisakan (bullying) tiada henti dari teman-teman seusianya. Bukan pelajaran yang membuat
ia kesulitan, tapi rundungan dari teman-teman sekolahnya yang membuatnya hampir putus
asa. Berkat dorongan dan didikan kedua orangtua, sedikit demi sedikit membawa pengaruh
baik bagi Angkie. Ia pun bisa menjadi wanita yang lebih percaya diri dan pemberani.
Angkie pun tidak lagi peduli dengan ocehan orang-orang di sekitarnya tentang
keterbatasan yang ia miliki. Berangkat dari kondisinya yang tunarungu, Angkie terbiasa
untuk menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan teman-teman komunitas
difabel lainnya. Namun, ketika berada di tempat umum dan ingin berkomunikasi dengan
orang banyak, Angkie memutuskan untuk berbicara lewat suara mengingat fakta bahwa tidak
semua orang paham akan bahasa isyarat. Dengan bantuan alat dengar yang selalu terpasang di
telinga kanan dan kirinya, Angkie bebas berekspresi layaknya manusia pada umumnya.
Peristiwa yang melatarbelakangi Angkie untuk akhirnya memulai perusahaan sendiri
adalah karena di tiap perusahaan yang Angkie lamar, posisinya tidak pernah lebih dari
karyawan magang. Pada masa itu, pihak perusahaan beranggapan bahwa batasan yang
Angkie miliki bisa menghambat interaksinya dengan tim ataupun klien. Hal inilah yang
mendasari pemilik perusahaan jarang memperkerjakan difabel sebagai pegawai tetap.
Menyadari permasalahan yang sedang dihadapinya, Angkie mencoba mendiskusikan
hal tersebut kepada dosen-dosen kampusnya. Hingga hati Angkie mulai tergerak ketika salah
satu dosennya berkata, “Angkie, jika memang tak ada yang mau membuka pintu kesempatan
untukmu, maka kenapa kamu tidak menciptakan sendiri kesempatan itu?”. Bermodalkan rasa
keberanian dan percaya diri yang tinggi, Angkie menyusun sebuah strategi program yang
nantinya bisa dijual. Program inilah yang melandasi terbentuknya Thisable Enterprise. Lewat
program ini pula, Angkie ingin menyuarakan awareness public mengenai disabilitas agar
masyarakat menjadi lebih peka, lebih terbuka dan mau melihat potensi para disabilitas yang
bisa diberdayakan.
Thisable Enterprise merupakan sebuah social enterprise yang memiliki misi untuk
memberdayakan penyandang disabilitas Indonesia secara ekonomi di dunia kerja. Perusahaan
yang didirikan oleh wanita dua anak ini menyediakan banyak program peningkatan keahlian
dan juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan Swasta, Negeri, serta BUMN untuk
penyerapan tenaga kerja. Kini, sudah ada lebih dari 7.000 penyandang disabilitas yang
mendaftarkan dirinya dan siap bekerja di perusahaan.
Thisable Enterprise berperan banyak dalam penyaringan difabel yang layak untuk
diperdayakan dengan melakukan mechanic method dan non-mechanic method. Pada
mechanic method, para difabel akan diarahkan ke berbagai pelatihan kerja. Seperti mencuci
mobil, massage, menjadi call center, dan masih banyak lagi jenis pekerjaan lain. Sementara
di non-mechanic method, para difabel diajarkan untuk berperilaku yang sopan kepada
customer. Mereka juga dilatih secara mental agar tidak merasa minder dengan keadaan yang
sedang mereka alami dan diajak untuk selalu berpikiran bahwa kita semua adalah manusia
yang sama.
Setelah melalui proses penyaringan, Thisable Enterprise juga yang akan mengatur
mereka nantinya akan ditempatkan kemana. Tentunya setelah melihat bakat dan potensi
selama pelatihan, difabel ini tidak akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan
mereka nantinya. Sehingga, pihak perusahaan tempat mereka ditempatkan pun tidak
kerepotan lagi untuk mengetes atau menguji kelayakan mereka lagi karena hal tersebut sudah
dilakukan oleh Thisable Enterprise.
Mulai tahun 2017, Thisable Enterprise telah menjadi business partner dengan Go-Life
dari Go-Jek. Saat ini, melalui Thisable Enterprise, hampir seluruh penyandang disabilitas
mampu menjalani hidup mereka secara mandiri terutama di bidang ekonomi. Disebutkan
pula, semenjak bergabung dengan Thisable Enterprise dan bekerja sesuai dengan bakatnya,
difabel yang dulunya susah mendapatkan pekerjaan dan cenderung menganggur justru bisa
menghasilkan 4-6 juta rupiah per bulannya sekarang.
Angkie berkata, bahwa orang yang disabilitas sekalipun mereka tetaplah SDM.
Sumber daya manusia yang tetap punya potensi untuk dihargai dan dikembangkan.
Diperlukan konsistensi dalam menggali potensi-potensi tersebut. Tanggungjawab yang
diemban tiap harinya juga semakin besar, mengingat Angkie berniat untuk mulai berekspansi
diluar Jabodetabek. Perusahaannnya mulai merambah ke provinsi-provinsi lain, berusaha
merekrut sebanyak-banyaknya difabel untuk dipekerjakan. Hingga nantinya, disabilitas tidak
dipandang sebelah mata lagi. Hingga akhirnya, difabel dan manusia lainnya bisa berada di
pijakan yang setara tanpa memikirkan kekurangan yang ia miliki.
DAFTAR PUSTAKA

 https://tirto.id/profil-angkie-yudistia-penyandang-disabilitas-staf-khusus-jokowi-el84
diakses pada 08 Oktober 2020, pukul 18:37
 https://katadata.co.id/pingitaria/berita/5e9a4c54e9791/profil-angkie-yudistia-
tunarungu-yang-jadi-staf-khusus-jokowi diakses pada 08 Oktober 2020, pukul 19:01
 https://cantik.tempo.co/read/1275775/cerita-angkie-yudistia-tunarungu-yang-jadi-staf-
khusus-presiden diakses pada 08 Oktober 2020, pukul 19:06
 https://koinworks.com/blog/kisah-pengusaha-sukses-angkie-yudistia/ diakses pada 08
Oktober 2020, pukul 19:33
 https://pararawendy.wordpress.com/2016/02/07/sociopreneur-dan-dua-contoh-
hebatnya/ diakses pada 08 Oktober 2020, pukul 18:02
 Angkie Yudistina – Limited but Definetly Limitless | Bukatalks
https://www.youtube.com/watch?v=aWI84egCqXM diakses pada 08 Oktober 2020,
pukul 19:14
 Kisah Sukses Wanita Tuna Rungu
https://www.youtube.com/watch?v=aWI84egCqXM diakses pada 08 Oktober 2020,
pukul 20:21
 The Enterpreneur Diaries – Angkie Yudistia [CEO Thisable Enterprise]
https://www.youtube.com/watch?v=kKoPPo3XHTA&t=353s diakses pada 08
Oktober 2020, pukul 20:39

Anda mungkin juga menyukai