Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

PEREMPUAN USIA 21 TAHUN


DENGAN TB PARU AKTIF

Disusun Oleh:

Billy Dohotan Dohar Situmorang 030.15.043

Ratih Wahyu Pertiwi 030.15.160

Zulfikar Andimapali 030.15.201

Pembimbing :
Evi Sinaga

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 8 AGUSTUS - 18 SEPTEMBER 2021

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan hasil laporan
kunjungan rumah/family folder dengan salah satu warga di Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Laporan kunjungan rumah ini dibuat guna memenuhi salah satu
syarat tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Kesehatan
Masyarakat dalam periode 8 Agustus – 18 September 2021. Dalam usaha
penyelesaian family folder ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Ibu Evi Sianaga selaku pembimbing kami.

2. Semua teman-teman Kepaniteraan Ilmu Kedokteran


Komunitas/Kesehatan Masyarakat Trisakti.

Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan


oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Agustus 2021,

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

3
BAB II

LAPORAN EVALUASI KELUARGA

2.1 Identitas Pasien dan Keluarga


A. Identitas Pasien

Nama : Nn. S

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat :

Agama : Islam

Suku Bangsa : Betawi

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Kasir

B. Sumber Pembiayaan Kesehatan


Jaminan : BPJS

C. Perilaku Kesehatan Keluarga

1. Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan adalah jika
sakit yang dirasakan tidak mengganggu aktivitas maka hanya istirahat
dirumah saja. Namun bila tidak membaik maka dibawa ke Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa.

2. Keikutsertaan pada program kesehatan di lingkungan rumah:

- Posyandu lainnya : tidak ada


- Perkumpulan Kesehatan Lainnya : tidak ada
3. Pemanfaatan waktu luang:

4
- Olahraga : Tidak rutin, kadang 2
kali dalam sebulan, berjalan di sekitar rumah

- Rekreasi : Jarang, 1x dalam

3 bulan. Belum pernah sejak pandemi

- Melakukan hobi : Tidak

- Aktivitas sosial di lingkungan rumah : Pengajian 3x/minggu,


namun berhenti selama pandemi

- Arisan : Tidak

- Pertemuan RT : Tidak

- Organisasi : Tidak

- Lain :-

5
2.2 PROFIL KELUARGA

A. Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Tinggal Serumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidik Pekerjaan Keterangan Tempat


dalam Keluarga an tinggal
Terakhir

1. Tn. Y Ayah Kandung L 46thn SMP Buruh Wafat Serumah

2. Ny. A Ibu Kandung P 40thn SMP Ibu Rumah Sehat Serumah


Tangga

3. Nn. Y Kakak Kandung P 33thn SMA Ibu Rumah Sehat Tidak


Tangga
Serumah

4. Tn. Z Kakak Kandung L 30thn SMA Peadagang Sehat Tidak

Serumah
5. Ny. F Kakak Kandung P 25thn SMA Ibu Rumah Sehat Tidak
Tangga
Serumah

6. Nn. E Kakak Kandung P 23thn SMA Wiraswasta Sehat Serumah

7. Nn. S Pasien P 21thn SMP Kasir TB Aktif Serumah


8. An. F Adik Kandung L 17thn SMA Pelajar Sehat Serumah

9. An. R Adik Kandung L 14thn SMP Pelajar Sehat Serumah

B. Diagram 1. Genogram Keluarga kandung Pasien


Gambar 1. Genogram Keluarga

Keterangan :

1. Ayah pasien : Meninggal (riwayat kecelakaan lalu lintas,


riwayat TB pengobatan tuntas)
2. Ibu pasien : Sehat

3. Kakak kandung pasien ke-1 : Sehat

4. Kakak kandung pasien ke-2 : Sehat

5. Kakak kandung pasien ke-3 : Sehat (Riwayat sakit TB pengobatan


tuntas)
6. Kakak kandung pasien ke-4 : Sehat

7. Adik kandung pasien ke-1 : Sehat

8. Adik kandung pasien ke-2 : Sehat (Riwayat TB pengobatan tuntas)

10. Pasien : Sakit (TB Aktif)


C. Bentuk keluarga: Keluarga inti.

2.3 RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH


DILAKUKAN

Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 16 Agustus 2021

A. Keluhan Utama
Batuk sejak 3 tahun yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. S usia 21 tahun mengeluh batuk sejak 2 tahun yang lalu. Batuk
disertai dahak berawarna hijau, batuk tidak disertai dahak. Keluhan tersebut
dirasakan terus menerus. Pasien sempat minum beberapa obat batuk warung
namun keluhan tidak berkurang, namun keluhan semakin parah. Pasien juga
mengeluh timbul keringat malam sejak 3 bulan terakhir. Keluhan dirasakan
ketika pasien sedang tertidur, Kasur pasien dan baju terasa basah. Pasien juga
mengeluh terjadi penurunan nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat
badan sebanyak 5kg dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah
kiri ketika batuk. Nyeri dada muncul ketika pasien berusaha mengeluarkan
dahaknya. Nyeri dada saat aktivitas berat disangkal. Pasien mengaku bahwa
ayah, kakak, dan adiknya mempunyai riwayat TB dengan pengobatan tuntas di
tahun 2008 dan 2010.
Tidak didapatkan keluhan lain seperti demam, mual, muntah, batuk, nyeri
dada, demam, pengelihatan ganda, pengelihatan kabur ataupun rasa mengganjal
pada mata. BAB dan BAK normal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah memiliki riwayat keluhan serupa. Riwayat penyakit
penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit hati, dan riwayat keganasan disangkal.
D. Riwayat Kebiasaan Pasien

a. Merokok
Pertanyaan :
● Apakah dahulu pernah merokok ? Tidak
● Apakah orang terdekat atau disekitar anda merokok? Tidak
● Apakah Anda berminat untuk berhenti merokok? Tidak
b. Minum Alkohol
● Apakah Anda minum minuman beralkohol ? Tidak
c. Olahraga
Pertanyaan :
● Apakah anda melakukan olahraga? Jarang
● Berapa kali dalam sebulan? 2x dalam sebulan
● Berapa lama intensitas waktu anda melakukan olahraga tsb? 30
menit-1 jam
d. Minuman teh dan kopi
● Apakah anda minum kopi setiap hari? Jarang
● Apakah anda minum teh setiap hari ? Tidak
● Berapa jumlah (gelas/cangkir) teh yang Anda minum dalam sehari? -

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah, kakak dan adik pasien memiliki riwayat TB paru. Penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit paru serta keganasan di keluarga disangkal.

F. Hasil Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2021.

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Compos Mentis


Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 40 kg

BMI : kg/m2

Keadaan Gizi : Obesitas grade 1

Tanda Vital

Tensi : 110/70 mmHg

Pernafasan : 19x/menit

Nadi : 80 x / menit

Suhu : 36,5o C

Status Generalis

Tabel 2. Status Generalis

Kepala Normosefali, rambut hitam, tidak rontok, terdistribusi merata, tidak


terdapat jejas

Mata: Pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, Xanthelasma -/-

Telinga: Deformitas (-), hiperemis (-), oedem (-), serumen (-), nyeri
tekan tragus (-), nyeri tarik (-)

Hidung: Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), pernapasan


cuping hidung (-)

Tenggorokan: Uvula ditengah, arkus faring simetris, T2/T2, hiperemis


(-), kripta (-), detritus (-)

Mulut: Sianosis (-), mulut kering (-), gusi berdarah (-), gusi hiperemis
(-), lidah tidak kotor, plak gigi (-)

Leher Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.

Thorax Paru-paru: Jantung:

Inspeksi: bentuk dada fusiformis, Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak


bentuk thorax simetris pada saat tampak
statis dan dinamis, retraksi Palpasi: vocal fremitus sama
intercostal (-), sela iga melebar (-), antara dinding dada kanan dan kiri,
kelainan kulit (-), tipe pernapasan thrill (-), ictus cordis teraba di ICS
thorakoabdominal. V 2cm di linea midclavicularis
sinistra.
Palpasi: gerak dinding dada
simetris, nyeri tekan (-), benjolan Perkusi: batas paru dan jantung
(-) kiri setinggi ICS VI linea
midclavicularis sinistra dengan
Perkusi: sonor di kedua lapang perkusi redup, batas paru dan
paru, batas paru dan hepar setinggi jantung kanan setinggi ICS V linea
ICS VI linea midclavicularis sternalis dextra dengan perkusi
dextra dengan perkusi redup dan redup.
peranjakan hepar pada 2 jari
dibawah ICS IV, batas bawah paru Auskultasi: bunyi jantung I dan II
dan lambung setinggi ICS VIII reguler, gallop (-), murmur (-)
linea axillaris anterior sinistra
dengan perkusi timpani

Auskultasi: Suara nafas vesikuler


+/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen Inspeksi: tampak buncit, ikterik (-), hiperemis (-), benjolan (-), jejas (-)

Auskultasi: bising usus 3x/menit, arterial bruit (-), venous hum(-)

Palpasi: teraba supel, massa (-), nyeri lepas (-), hepar membesar (-), lien
membesar (-), ballottement ginjal (-), undulasi (-)

Nyeri tekan

- - -

- - -

- - -

Perkusi: tymphani diseluruh regio abdomen (-), shifting dullness (-)

Ekstremitas Ekstremitas Atas

Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik, akral hangat +/+, oedem -/-, ptekie -/- , jejas -/-, palmar eritema
(-), flapping tremor (-), clubbing finger (-)

Ekstremitas Bawah

Simetris kanan dan kiri, nyeri tekan +/+, turgor kulit 2 detik, deformitas
(+) /(+), CRT < 2 detik, akral hangat +/+, oedem -/-, ptekie -/-, jejas -/-

Status Regio Pedis Sinistra


Lokalis Look :
Kulit tampak utuh, kontur terkesan normotrofi, hiperemis (-),
Oedem (+), Sikatriks (-), Deformitas (+),tampak tophi di MTP-1,
swelling (+), hiperemis (-).

Feel :
konsistensi keras, berbatas tegas, teraba hangat, nyeri tekan (+).

Move :
Pergerakan Aktif : Lingkup Gerak Sendi (LGS) normal
Pergerakan Pasif : Lingkup Gerak Sendi (LGS) normal

Neurovaskular distal :

Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 2’ Arteri dorsalis


pedis : Pulsasi (+), kuat angkat, reguler

Regio Pedis Dextra


Look :
Kulit tampak utuh, kontur terkesan normotrofi, tidak terdapat
deformitas, swelling (-), hiperemis (-).

Feel :
konsistensi keras, berbatas tegas, teraba hangat, nyeri tekan (-).

Move :
Pergerakan Aktif : Lingkup Gerak Sendi (LGS) normal
Pergerakan Pasif : Lingkup Gerak Sendi (LGS) normal
Neurovaskular distal :
Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 2’ Arteri dorsalis pedis :
Pulsasi (+), kuat angkat, reguler

Status Neurologis

● Saraf Kranial (I-XII) : dalam batas normal

● Tanda rangsang meningeal : tidak dilakukan

● Refleks Fisiologis

- Biceps :++/ ++

- Triceps :++/ ++

- Achiles :++/ ++

- Patella :++/ ++

● Refleks Patologis

- Babinski :-/-

- Oppenheim :-/-

- Chaddock :-/-

- Gordon :-/-

- Scaeffer :-/-

- Hoffman-Trommer : - /-

● Kekuatan Otot

Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra

5555 5555

Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra


5555 5555

● Tonus Otot

Normotonus Normotonus

Normotonus Normotonus

● Trofi Otot

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi
Pemeriksaan Sensibilitas

● Eskterospektif / rasa permukaan

a. Rasa raba/nyeri : N/N

b. Rasa suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

● Propioseptif / rasa dalam

a. Rasa raba : N/N

b. Rasa gerak : N/N

c. Rasa getar : Tidak dilakukan pemeriksaan

G. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Pasien melakukan pemeriksaan laboratorium (24 Juni 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Gula darah Puasa 181 70 – 110 mg/dL

Asam urat 8,0 3,4 – 7,0 mg/dL


Kolesterol 198 < 200 mg/dL

H. Diagnosis Kerja
- TB paru aktif
- Malnutrisi

I. Rencana Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa:

● Rifampisin
● Isoniazid
● Pirazinamid
● Etambutol
● Curcuma

Terapi edukasi:

- Edukasi pasien dan keluarga mengenai keadaan penyakit yang


dialami oleh pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya berobat dan
pemeriksaan kesehatan dan meminum obat sesuai anjuran dokter.
- Menganjurkan pasien pentingnya makan makanan rendah purin, serta
mengurangi makanan berlemak, mengurangi diet rendah protein
terutama protein hewani.
- Menganjurkan kepada pasien tentang pentingnya olahraga rutin
seperti melakukan senam secara rutin tiap minggu
J. Hasil Penatalaksanaan Medis
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sudah berkurang dan pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya walaupun berjalan sedikit terasa nyeri.

⮚ Faktor pendukung:
- Pasien mengetahui makanan yang harus dihindari
- Pasien rutin minum obat
- Keluarga pasien mendukung pengobatan pasien
- Melakukan pengobatan fisioterapi untuk mengembalikan fungsi
aktivitas sehari – hari pasien
⮚ Faktor penghambat:
- Aktivitas fisik sehari-hari pasien terkait pekerjaanya
- Pasien tidak melakukan olahraga rutin

2.4 Identifikasi Fungsi – Fungsi Keluarga

A. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara dengan pasien didapatkan informasi bahwa pasien
merasa nyeri pada ibu jari kaki kanan dan kaki kiri memberat sejak 2 tahun
yang lalu. Mobilisasi pasien saat ini kurang karena nyeri ibu jari kanan dan
kiri, Sejak muda pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi, Pasien
tidak berolahraga secara teratur, Ibu pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi, Ayah pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, DM, dan asam
urat tinggi.

B. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal dirumah milik pribadi. Terdapat 5 orang yang tinggal
dirumah tersebut yaitu pasien, istri pasien dan 3 anak pasien. Pasien sudah
bekerja dan tidak mengikuti kegiatan dilingkungan rumah. , Hubungan antara
pasien, dengan keluarga dirumah, jarang ada masalah besar yang menyebabkan
pasien menjadi marah ataupun stress dan dalam tekanan.

C. Fungsi Ekonomi
Pasien bekerja dengan membiayai hidupnya sendiri, Pembiayaan untuk
pengobatan cukup dengan menggunakan BPJS. Pasien dan keluarga pasien
merasa pendapatan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

D. Fungsi Pendidikan
Pasien sekeluarga merupakan golongan dengan pendidikan yang tinggi.
pada saat dilakukan pemberian edukasi dan informasi mengenai penyakit
pasien dan upaya-upaya dalam pengendalian penyakitnya pasien bisa
memahami dan ingin melakukannya.

E. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam. Mereka keluarga yang cukup
taat menunaikan ibadah. Pasien cukup sering melakukan solat berjamaah di
masjid

F. Fungsi Sosial Budaya


Pasien tinggal di tempat pemukiman yang cukup padat penduduk dan saling
membantu, lingkungan sekitar rumah cukup bersih. Jarak dari rumah ke
puskesmas cukup dekat, tetapi harus ditempuh menggunakan sepeda motor.
Lingkungan rumah pasien ramah dan selalu saling membantu.
Tabel 4. APGAR Score

NO Items Penilaian Selalu (2) Kadang- Tidak


Kadang (1) Pernah (0)

1 A: Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ✓
keluarga ( teman-teman ) saya untuk membantu
pada waktu ketika ada sesuatu yang membuat
saya sulit
2 P: Partnership

Saya puas dengan cara keluarga (teman- teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya
3 G:Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya ✓
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas
4 A:Afek
Saya puas dengan cara keluara (teman- teman) ✓
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih,
kasih sayang, dll
5 R:Resolve
Saya puas dengan cara keluarga (teman- teman) ✓
saya menyediakan waktu bersama- sama untuk
dihabiskan bersama anggota keluarga

Penilaian:

- Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

-  Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

-  Nilai : 7-10 : Tidak ada disfungsi keluarga

Penjelasan : Pada penilaian APGAR, didapatkan hasil tidak ada disfungsi


keluarga terutama dalam beradaptasi dan beraktivitas
Tabel 5. SCREEM Score

Sumber Patologi Keterangan

Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga. Pasien -


jarang berinteraksi dengan tetangga. Pasien dan keluarga
kurang aktif dalam kegiatan masyarakat.

Cultural Pasien dan keluarga menggunakan bahasa Indonesia, tata -


karma sopan.

Religious Pemahaman agama seluruh anggota keluarga cukup baik yang -


ditandai keluarga selalu rutin beribadah ke masjid.

Economy Ekonomi keluarga kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari- -


hari

Education Tingkat Pendidikan dan pengetahuan anggota keluarga cukup. -

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga menggunakan -


pelayanan Rumah Sakit secara rutin. Pasien sudah
mempunyai jaminan Kesehatan (asuransi).

Berdasarkan nilai SCREEM, pada keluarga pasien tidak ditemukan adanya


fungsi patologis. Pasien dan keluarga mampu bersosialisasi dengan baik,
hubungan antar keluarga harmonis berasal dari suku yang sama dan tidak ada
masalah dalam penggunaan bahasa. Melakukan ibadah rutin sesuai dengan
kepercayaan, tingkat pendidikan yang baik dan memiliki ekonomi yang baik
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika pasien dan keluarga jatuh sakit,
masing – masing langsung berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
2.5 Identifikasi Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

A. Faktor Perilaku

Pola makan pasien tidak teratur, dengan menu yang tidak bervariasi dan
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pasien terkadang lupa untuk minum obat
karena jam makan pasien yang tidak teratur. Selain itu, pasien sangat jarang
berolahraga, terkadang hanya berjalan kaki sekali dalam seminggu di sekitar
rumah, sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab artritis gout pada pasien
semakin parah. Setelah berobat dan mendapat edukasi, pasien memiliki kesadaran
untuk minum obat, tapi jika tidak diingatkan oleh keluarga pasien lalai untuk
mengkonsumsi obatnya. Selama pandemi penerapan protokol kesehatan pada
keluarga meliputi menggunakan masker saat keluar rumah dan rajin mencuci
tangan dengan sabun.

B. Faktor Non Perilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, Keturunan)


● Lingkungan rumah padat penduduk.
● Kondisi rumah pasien yang dimiliki dasarnya lantai keramik dan terdapat anak
tangga yang lebar dan cukup panjang untuk menuju pintu depan rumah pasien
yang dapat meningkatkan resiko jatuh pada pasien saat berjalan.
● Rumah pasien memiliki ventilasi yang baik.
● Jarak dari rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan cukup dekat. Jarak tempuh
ke fasilitas kesehatan tempat pasien biasa memeriksakan kesehatannya sekitar
5 km dan membutuhkan waktu 15 menit.
2.6 POLA KONSUMSI PENDERITA
Tabel 6. Pola konsumsi makan pasien(24 hour-recall)

Penjelasan :

Dari 24 hours food recall pasien didapatkan asupan kalori pasien selama
sehari sebesar 1.385 kkal. Dalam sehari, frekuensi makan pasien sebanyak 3x
sehari. Berdasarkan perhitungan Basal Metabolic Rate, kebutuhan kalori pasien
yaitu 1.113 kkal perhari yaitu dihitung menggunakan rumus Harris Benedict
untuk mengetahui angka kecukupan gizi. Status gizi pasien obesitas grade I.
Konsumsi makanan pasien berlebih yang dapat menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya hipertensi.
Frekuensi makan rata – rata setiap harinya 3x/hari yaitu makan pagi,
makan siang dan makan malam. Namun pasien mengakui jika jam makannya
terkadang tidak teratur. Pasien mengaku selalu mengonsumsi makanan selingan
yang rata-rata emping dan terkadang konsumsi gorengan seperti tempe goreng.
Makanan pasien dimasak sendiri oleh istri pasien. Asupan makanan pasien sudah
beragam yang ditambah berupa makanan cemilan snack, protein dalam jumlah
yang rendah, dan sayur.

2.7 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

A. Gambaran Lingkungan Rumah


Pasien menempati rumah milik pribadi pasien yang terletak di daerah tidak
padat penduduk dengan luas rumah ± 250 m 2, bentuk bangunan satu lantai. Secara
umum gambaran rumah terdiri beberapa ruangan yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1
ruang dapur, 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Lantai terbuat dari keramik,
dinding terbuat dari tembok bata merah, atap rumah dari genteng. Terdapat
jendela diruang tamu berukuran 3 x 2 m dan setiap kamar memiliki 2 jendela
kamar yang memiliki jendela keluar rumah. Untuk kebersihan rumah di dalam dan
luar baik,tata letak barang-barang tertata dengan baik, listrik ± 1300 watt, sumber
air dari air Tanah.
Jamban yang digunakan oleh pasien merupakan toilet jongkok dan toilet
duduk keadaan bersih dengan lantai keramik dengan lantai jika kondisi basah
lantai tidak licin. Air limbah dialirkan ke selokan/got. Kebersihan rumah pasien
kesan baik.
2.8 DIAGNOSIS HOLISTIK
No Aspek Rincian Keterangan

1 Alasan kedatangan a. Keluhan Utama Pasien mengeluh nyeri pada ibu jari
pasien kanan dan kiri sejak 2 tahun
b. Harapan pasien/kel
b. Pasien dan keluarga berharap
c. Kekuatiran pasien/kel keluhan berkurang dan dapat sembuh
dengan pengobatan tuntas, dapat
melakukan pemeriksaan rutin sesuai
anjuran dokter

c. Pasien dan keluarga


menkhawatirkan pengobatan
dilakukan tidak tuntas, lupa minum
obat dikarenakan pasien sibuk bekerja
sebagai kasir dari pukul 8 pagi sampai
10 malam

2 Diagnosis penyakit Bila diagnosis klinis belum Gout Athritis, Hiperurisemia,


dapat ditegakkan, cukup Hipertensi Grade 2, Diabetes mellitus
diagnosis kerja

3 Aspek risiko internal a. Faktor non perilaku a. Genetik/Riw penyakit keluarga


(faktor yang
menunjang b. Faktor perilaku Riwayat teman kerja memiliki
terjadinya/bertambah penyakit TB
parahnya penyakit b. Kebiasaan makan makanan tinggi
dari dal/am diri purin, merokok dan minum kopi,
pasien) olahraga tidak teratur, pola makan
yang tidak teratur.

4 Pemicu psikososial & a. Perilaku keluarga yang a. Perilaku makanan di keluarga yang
lingkungan (faktor tidak sehat tidak teratur
eksternal) yang
mempermudah
seseorang menderita b. Lingkungan fisik : b. Baik
penyakit terebut Bangunan (kriteria rumah
sehat dll)
c. Pemukiman padat penduduk dan
lingkungan sekitar rumah pasein
c. Masalah lingkungan cukup baik
pemukiman

5 Fungsi sosial Aktivitas menjalankan ● Pasien cukup akrab tetangga


seseorang fungsi sosial dalam sekitar
kehidupan : termasuk
skala 3
2.9 DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Ayah pasien : riwayat penyakit


Jantung, hipertensi, DM
Ibu : Riwayat penyakit
hipertensi, Asam Urat

Genetik

Status
Yan Kes kesehatan Lingkungan

Pasien mempunyai jaminan Kebutuhan sehari-hari terpenuhi


kesehatan JKN Hubungan sosial (keluarga &
Akses ke pelayanan tetangga) baik
kesehatan baik
Kontrol tidak teratur sejak
pandemi
Perilaku

Tidak meminum obat secara rutin


Tidak rutin berolahraga
Diet tinggi Purin
Kesadaran untuk melakukan
pemeriksaan Kesehatan baik

Diagram 2. Realita Yang Ada Pada Keluarga Keadaan Yang Tidak/Kurang


2.10 Permasalahan Pada Keluarga

Tabel 7. Permasalahan Pada Keluarga

Resiko dan Masalah Indikator


No Rencana Pembinaan
kesehatan keberhasilan penilaian

1. Diet tinggi purin Menyarankan agar pasien Menurunnya kadar


untuk mengurangi asam urat pada
konsumsi makanan tinggi pemeriksaan kadar
asam urat
purin seperti daging
merah, dan sayuran hijau
seperti daun bayam atau
singkong

2. Pasien memiliki pola Memberikan penjelasan ● Terdapat


makan yang tidak tentang kondisi pasien perubahan pola
teratur. saat ini dan pentingnya makan yang
teratur pada pasien
untuk menjaga pola
makan teratur dan gizi
yang sesuai

3. Pasien sering lupa ● Memberikan edukasi ● Pasien melakukan


untuk konsumsi obat untuk mengonsumsi kontrol rutin
obat secara rutin dan ● Menilai catatan
menganjurkan istri konsumsi obat
pasien untuk pasien selama 1
mengingatkan pasien bulan kemarin
● Menganjurkan pasien
untuk mencatat
konsumsi obat
hariannya setiap hari

4. Pasien tidak rutin Memberikan penjelasan Pasien mulai


melakukan olahraga pentingnya olahraga berolahraga secara rutin
secara rutin, seperti minimal 3x/mingg u
berjalan kaki 3x/minggu dengan durasi 30 menit
dengan durasi 30 menit
dan dapat dilakukan
bersama istri pasien
5. Ayah pasien Edukasi pasien bahwa Tekanan darah pasien
mempunyai riwayat pasien memiliki faktor selalu terkontrol baik
penyakit hipertensi, risiko secara genetik dan dan tidak jatuh pada
diabetes mellitus, dan perlu merubah gaya hidup keadaan komplikasi
asam urat tinggi lebih lanjut
6. Kebutuhan kalori Menyarankan agar pasien Kebutuhan kalori
harian melebihi batas menjalani diet energi pasien tercukupi dan
AKG, Indeks Masa rendah dengan membatasi terukur, Indeks Masa
Tubuh Obese tipe 1 asupan kalori sesuai angka tubuh kembali normal
kecukupan gizi dengan
cara membuat susunan
menu makanan harian
tetapi tetap mengandung
gizi yang seimbang
2.12 Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tabel 8. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Hasil Kegiatan


Kunjungan

30/6/2021 ● Melakukan anamnesis, pemeriksaan ● Hasil anamnesis: Nyeri pada ibu jari kaki kanan dan kaki kiri sejak 2 tahun
fisik dan edukasi kepada pasien
● Hasil pemeriksaan fisik: TD: 160/90 mmHg; HR: 96 x/menit; RR: 20 x/menit;
mengenai masalah kesehatan yang
dialami. Suhu : 36,4oC

● Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai keluhan yang
dialami yang dialami pasien.

● Edukasi pasien untuk rutin meningkatkan aktivitas fisik seperti olahraga,


memperbaiki pola hidup, yaitu membatasi konsumsi garam, makanan tinggi
purin,makanan tinggi gula.

● Edukasi pasien dan keluarga untuk rutin memeriksakan pasien ke dokter.

Edukasi keluarga pasien untuk rutin mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.

5/07/2021 ● Melakukan anamnesis, dan edukasi ● Mengetahui perkembangan keadaan pasien


kepada pasien mengenai masalah
kesehatan yang dialami. ● Mengevaluasi kepatuhan minum obat dan melakukan edukasi kepada pasien

● Evaluasi kepatuhan pasien dalam ● Menanyakan kondisi rumah pasien


minum obat dan kebiasaan pasien
2.13 . Kesimpulan Pembinaan Keluarga

2.13.1 Tingkat pemahaman:


2.13.1. Pasien dan keluarga dapat memahami penjelasan yang diberikan.
2.13.2 Faktor pendukung:
2.13.1. Pasien bersikap kooperatif dan mau menerima masukkan serta edukasi
2.13.2. Anggota keluarga bersedia memberikan dukungan kepada pasien untuk pola hidup
yang sehat dan mengingatkan untuk rutin mengonsumsi obat serta kontrol ke
fasilitas pelayanan kesehatan yaitu ke puskesmas kecamatan jagakarsa setiap 1
bulan
2.13.3 Faktor penyulit:
2.13.1. Kebiasaan pola makan pasien yang tidak terkontrol
2.13.2. Pasien selalu harus diingatkan untuk mengonsumsi obat.
2.13.3. Aktivitas fisik terganggu terkait dengan keluhan nyeri yang dirasakan pasien
2.13.4 Indikator keberhasilan:
2.13.1. Pasien menerapkan pola hidup sehat
2.13.2. Pasien mengkonsumsi obat secara teratur dan kontrol rutin ke fasilitas pelayanan
kesehatan setiap 1 bulan sekali ke puskesmas kecamatan jagakarsa
2.13.3. Pasien mulai berolahraga secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

1. Widyanto FW. Artritis gout dan perkembangannya. Saintika Medika: Jurnal Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran Keluarga. 2014;10(2):h145-52.
2. Sholihah FM. Diagnosis and treatment gout artritis. J Majority. 2014;3(7):h39-45.
3. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Page available at :
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/H
asil%20Riskesdas%202018.pdf–[Accessed on Sept 2020].
4. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout.
2018.
5. Jain, Ritu. 2011. Pengobatan alternative untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
6. Lukito AA, dkk. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta:2019
7. IHME. Findings from the Global Burden of Disease Study 2017. Available at:
http://www.healthdata.org/sites/default/files/files/policy_report/2019/GBD_2017_
Booklet.pdf
8. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta. 2015
9. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
Lampiran Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai