Secara umum cacing sutra atau cacing rambut terdiri atas dua lapisan otot yang
membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya.
cacing rambut karena sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai- lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan hemaprodit yang memiliki dua alat kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjaar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon. Waktu siklus hidup cacing sutera dari telur hingga menetas (menjadi dewasa) dan bertelur kembali membutuhkan waktu 50-57 hari (Gusrina, 2008 Cacing sutra bernapas dengan cara difusi yaitu ekornya berada dipermukaan dan bernafas langsung dari udara. pertukaran oksigen dan karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya yang banyak mengandung pembuluh darah. makanan utamannya adalah bahan- bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing Sutra hidupnya berkoloni termasuk organisme dasar (benthos) yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar- putar, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. saluran pencernaannya berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing sutera dewasa dapat menghasilkan kista yang dapat tahan pada kondisi kering selama dua minggu (Arkhipova, 1996). Parameter optimum kualitas air untuk hidup cacing sutera adalah suhu 25-30°C, pH 6.5-9 (Oplinger et al. 2011) oksigen 0.3-0.6mg/L