BAB I
PENDAHULUAN
yang tidak dapat diinterprestasikan kedalam arti lain selain arti teks yang
terkadung didalamnya.
Teologi rasional dikenal dengan penggunaan akal secara bebas,
yaitu dengan menggunakan rasional dalam memahami islam. sehingga
pemaham teologi rasioan ini mengandalkan kekuatan akal, karena akallah
yang mempunyai daya yang kuat serta dapat memberikan interpretasi
secara rasional terhadap teks-teks, ayat-ayat Al-qur’an dan hadis.1
Teologi modern adalah diskusi mengenai keyakinan yang
berhubungan dengan Ilahiyat untuk menyerasikan dengan pemahaman
selera baru yang bersifat rasional atau ilmiah. Menurut Joesoef Soyb
bahwa teologi modern adalah pandangan maupun metode baru,
kecendrungannya khusus dalam masalah kepercayaan keagamaan untuk
menundukkan tradisi dalam upaya penyelarasan dengan pemikiran baru.
Menurut Ahmad Hasan, modernisme adalah aliran pemikiran keagamaan
yang menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Maka dari itu islam
harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlangsung pada dunia
modern. Hampir serupa dengan rumusan Hasan, Mukti Ali tampaknya
setuju dengan pengertian ini, tetapi dia lebih menekankan defenisi
modernisme pada usaha purifikasi agama dan kebebasan berfikir. 2
Sedangkan menurut Abuddin Nata, Islam rasional adalah Islam yang
menghargai pendapat akal pikiran dan menggunakannya untuk
memperkuat dalil-dalil agama.3 Dengan demikian teologi rasional atau
Islam rasional merupakan paham yang menggunakan akal dalam
menyelesaikan setiap persoalan dengan menggunakan akal. Islam
rasional adalah aliran teologi yang mengandalkan kekuatan akal atau
1
Henni Marlinah, Pemikiran Islam Rasionnal dan Tradisional di Indonesia (studi pemikiran Islam
Rasional (CV Pustakapedia Indonesia: Tangerang Selatan, 2018), hal 21-22.
2
Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme Dalam Politik Islam (Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, 1999), hal 12.
3
Abudin Nata, Peta Keagamaan Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001) hal 62
4
rasio karena akal mempunyai daya yang kuat serta dapat memberikan
interpretasi secara rasional terhadap teks-teks wahyu.
Pada sejarah pemikiran Islam, kaum Mu’tazilah adalah kelompok
yang membawa pembelajaran mengenai teologi yang lebih mendalam
dan bersifat filosofis daripada aliran-aliran teologi lainnya. Seperti yang
telah dikatakan, mereka banyak dipengaruhi filsafat dan logika. Dalam
memikirkan dan mencari solusi masalah teologi Mu’tazilah lebih banyak
menggunkan kemampuan akal. Oleh karena itu teologi yang mereka
bahas lebih kepada rasional dan liberal. Akhirnya mereka biasa disebut
dengan “kaum rasionalis Islam”4
Pemikiran filsafat Yunani dan logika telah banyak mempengaruhi
Mu'tazilah dalam menemukan dasar-dasar pemahaman mereka. Ada dua
yang menjadi penyebab, yakni:
1. Pada filsafat Yunani akhirnya Mu’tazilah menemukan kecocokan
dengan apa yang ada dalam pikiran mereka. Demikian yang membuat
argumen mereka lebih mulus dan kuat, karena mereka menjadikan
kecocokan itu sebagai metode berpikir.
2. Ketika pihak lain dan para filosof berusaha menjatuhkan dasar-dasar
ajaran Islam dengan argumentasi-argumentasi logis.
4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandinga, (Jakarta: UI Press,
1986), hal 38
5
5
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, juz III, (Cairo Al-Nahdhah alMishriyah, 1966), hal 22.
6
7
Abd Rahman, Tradisionalisme dan Rasionalisme Dalam Pemikiran Teologi Islam, (JPIK Vol. 2 No.
2, September 2019:496-525), Hal 509-513.