Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemikiran Teologis Klasik dan Kecenderungannya: Rasionalis


a. Teologis Rasionalis
Kata rasional memiliki arti kata akal atau pikiran yang berasal dari
bahasa inggris yaitu ratio. Kata ratio juga memiliki beberapa kata dalam
bahasa indonesia semisal rasional, rasionalisasi, dan rasionalisme. Selain
itu kata rasional, rasionalisasi, dan rasionalisme juga mengandung
makna, yaitu rasional yang mengandung makna sifat, rasionalisasi yang
mengandung makna proses, dan rasionalisme mengandung makna
paham.
Pada abad ke-17 dalam sejarahnya, rasionalisme pernah menjadi
tema aktual di dunia Barat bahakan menjadi suatu aliran yang ajarannya
menitikberatkan kemampuan rasio atau akal budi dalam segala macam
pengetahuan. Mereka berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu
berasal dari akal budi. Yang konsepnya dari pusat pemikiran filsafat
seperti ketuhanan, jiwa, substansi, dan sebagainya tidak dapat disaring
dari pengalaman indrawi. Konsep ini merupakan pembawaan yang
berakar dalam batin manusia sejak lahir.
Adi Negoro mempunyai pendapat mengenai rasionalisme yang
menurutnya rasionalisme merupakan suatu aliran yang mengutamakan
akal, yang tidak lagi percaya bahwa segala sesuatu telah ditentukan
Tuhan melainkan segala sesuatunya itu diukur dengan pandangan akal.
Oleh karena itu, aliran rasiolanisme berpendapat bahwa rasio atau akallah
yang merupakan sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya. Akal tidak lagi memerlukan pengalaman karena pengetahuan
yang diperlukan yang memenuhi syarat yang dituntut ole sifat umum dan
yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahauan
ilmiah. Akal bisa menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas
dasar asas-asas pertama yang pasti.
2

Dengan demikian, di dunia Barat kata rasio tidak mempunyai


hubungan dengan agama, bahkan kata rasioalisme dalam kehidupan
manusia tidak ada penomenanya dengan agama. Hal itu sangatlah
berbeda di dunia islam, yang memiliki arti yang tidak terlepas dengan
agama, sehingga bila di dunia Islam menggunakan kata “rasionalisme”
harus mempunyai terminologi yang terminologinya harus berbeda
dengan yang ada di Barat. Berarti, rasionalisme yang ada di Barat
berbeda atau tidak sama dengan rasionalisme yang ada didunia Islam.
Kata rasionalisme dalam islam bisa dipahami asal dari kata ‘aql
yang berarti akal. Di zaman jahiliyah kata ‘aql digunakan dalam arti
kecerdasna praktis yang dalam istilah psikologi modern disebut dengan
kecakapan dalam memecahkan masalah. Sehingga, orang yang berakal
adalah orang yang mampu menyelasaikan masalah; setiap kali
dihadapkan oleh masalah, mampu untuk menyelesaikannya disetiap
kejadian yang dihadapinya. Setelah Islam datang, kata akal tidak pernah
lepas dari agama. Hal ini karena agama memandang bahwa akal itu
sebagai alat untuk mendalami agama. Karena itu, akal tidak pernah
bertentangan dengan agama, akal yang senantiasa sejalan dengan agama,
bahkan akal dan agama saling mendukung.
Ketika seseorang dalam menelaah sesuatu dengan menggunakan
akalnya orang tersebut disebut dengan orang yang rasional. Rasional
mengandung beberapa unsur seperti dinamis, filosofis, dan sistematis.
Dalam kajian ilmu kalam dikenal dengan istilah teologi rasional atau
islam rasional.
Dalam ilmu kalam, kelompok yang menganut paham atau
pemikiran teologi yang banyak mengandalkan kekuatan rasio disebut
kelompok yang termasuk kedalam rasional. Kata mereka akal memiliki
daya yang kuat serta memberikan interprerasi secara lebih luas terhadap
teks ayat-ayat al-Qur’an dan hadis. Mereka ialah aliran Mu’tazilah dan
Maturidiah Samarkand. Penganut teologi ini, hanya terikat dengan
dogma-dogma yang jelas yaitu al-Qur’an atau hadis yaitu, teks-teksnya
3

yang tidak dapat diinterprestasikan kedalam arti lain selain arti teks yang
terkadung didalamnya.
Teologi rasional dikenal dengan penggunaan akal secara bebas,
yaitu dengan menggunakan rasional dalam memahami islam. sehingga
pemaham teologi rasioan ini mengandalkan kekuatan akal, karena akallah
yang mempunyai daya yang kuat serta dapat memberikan interpretasi
secara rasional terhadap teks-teks, ayat-ayat Al-qur’an dan hadis.1
Teologi modern adalah diskusi mengenai keyakinan yang
berhubungan dengan Ilahiyat untuk menyerasikan dengan pemahaman
selera baru yang bersifat rasional atau ilmiah. Menurut Joesoef Soyb
bahwa teologi modern adalah pandangan maupun metode baru,
kecendrungannya khusus dalam masalah kepercayaan keagamaan untuk
menundukkan tradisi dalam upaya penyelarasan dengan pemikiran baru.
Menurut Ahmad Hasan, modernisme adalah aliran pemikiran keagamaan
yang menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Maka dari itu islam
harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlangsung pada dunia
modern. Hampir serupa dengan rumusan Hasan, Mukti Ali tampaknya
setuju dengan pengertian ini, tetapi dia lebih menekankan defenisi
modernisme pada usaha purifikasi agama dan kebebasan berfikir. 2
Sedangkan menurut Abuddin Nata, Islam rasional adalah Islam yang
menghargai pendapat akal pikiran dan menggunakannya untuk
memperkuat dalil-dalil agama.3 Dengan demikian teologi rasional atau
Islam rasional merupakan paham yang menggunakan akal dalam
menyelesaikan setiap persoalan dengan menggunakan akal. Islam
rasional adalah aliran teologi yang mengandalkan kekuatan akal atau

1
Henni Marlinah, Pemikiran Islam Rasionnal dan Tradisional di Indonesia (studi pemikiran Islam
Rasional (CV Pustakapedia Indonesia: Tangerang Selatan, 2018), hal 21-22.
2
Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme Dalam Politik Islam (Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, 1999), hal 12.
3
Abudin Nata, Peta Keagamaan Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001) hal 62
4

rasio karena akal mempunyai daya yang kuat serta dapat memberikan
interpretasi secara rasional terhadap teks-teks wahyu.
Pada sejarah pemikiran Islam, kaum Mu’tazilah adalah kelompok
yang membawa pembelajaran mengenai teologi yang lebih mendalam
dan bersifat filosofis daripada aliran-aliran teologi lainnya. Seperti yang
telah dikatakan, mereka banyak dipengaruhi filsafat dan logika. Dalam
memikirkan dan mencari solusi masalah teologi Mu’tazilah lebih banyak
menggunkan kemampuan akal. Oleh karena itu teologi yang mereka
bahas lebih kepada rasional dan liberal. Akhirnya mereka biasa disebut
dengan “kaum rasionalis Islam”4
Pemikiran filsafat Yunani dan logika telah banyak mempengaruhi
Mu'tazilah dalam menemukan dasar-dasar pemahaman mereka. Ada dua
yang menjadi penyebab, yakni:
1. Pada filsafat Yunani akhirnya Mu’tazilah menemukan kecocokan
dengan apa yang ada dalam pikiran mereka. Demikian yang membuat
argumen mereka lebih mulus dan kuat, karena mereka menjadikan
kecocokan itu sebagai metode berpikir.
2. Ketika pihak lain dan para filosof berusaha menjatuhkan dasar-dasar
ajaran Islam dengan argumentasi-argumentasi logis.

Kaum Mu’tazilah memiliki lima doktrin utama yang populer dengan


sebutan al-Ushul al-Khamsah. Diantara doktrin-doktrin tersebut yakni:

1. Al-Tauhid, yakni mengesakan Tuhan, menurut kaum Mu’tazilah


menolak sifat-sifat jasmaniyah (antropomorfisme) bagi Tuhan karena
akan memunculkan tajsim dan tasybih.dan juga Tuhan tidak memiliki
sifat-sifat yang berdiri sendiri di luar zat, karena akan akan
memunculkan dampak yakni banyaknya yang qadim. Demikian
pendapat kaum Mu’tazilah

4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandinga, (Jakarta: UI Press,
1986), hal 38
5

2. Al’Adlu, yakni keadilan Tuhan, menurut Mu’tazilah keadilan Tuhan


memiliki arti bahwa Tuhan harus berbuat baik juga terbaik pada
hamba-Nya (al-shalah wal ashlah), Tuhan harus menepati janji Tuhan
harus melakukan hal sejalan dengan aturan dan norma yang
diberlakukankan-Nya, kemudian juga Tuhan tidak akan menguji
hambadiluar kemampannya.
3. Al-Wa’d wa al-Wa’id, yakni janji dan ancaman, menurut Mu’tazilah
mereka memiliki keyakinan bahwa akan terlaksananya pembalasan
perbuatan hamba-Nya yang pasti akan terlaksana sebagai janji dan
ancaman Tuhan. Sebagai bagian dari keadilan Tuhan.
4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain, yakni tempat di antara dua tempat,
menurut Mu’tazilah maksud dari tempat diantara dua tempat adalah
ketika orang mukmin yang berdosa besar, maka ia tidak lagi menjadi
mukmin tetapi juga tidak kafir, ia berada di antara keduanya.
Pemikiran ini yang telah memunculkan aliran Mu’tazilah yang
digagas oleh Washil ibn Atha.
5. Al-Amr bi al-ma’ruf wa al-Nahyu ‘an al-munkar., yakni perintah
melaksanakan perbuatan baik dan larangan perbuatan munkar. Yang
demikian ini adalah kewajiban dakwah bagi setiap orang Mu’tazilah.
Salah seorang dari Mu’tazilah, Abu al-Husain al-Khayyat
mengemukakan bahwa seseorang belum bisa dianggap sebagai
anggota Mu’tazilah kecuali jika sudah menganut kelima doktrin
tersebut.5
6. Sementara itu tokoh yang dikenal dari Mu’tazilah yang gigih
membela mazhabnya dan mengecam ulama-ulama ahlussunnah yakni
Al-Zamahkysari, penafsir yang istimewa karena berbeda dari mufasir
sebelum, sezaman dan sesudahnya yakni paparannya mengenai
rahasia-rahasia balaghah yang terkandung dalam al-Qur’an.
7. Al-Zamakhsyari adalah seorang teolog (mutakallimin) sekaligus
seorang tokoh Mu’tazilah yang tergolong mutakallimin yang

5
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, juz III, (Cairo Al-Nahdhah alMishriyah, 1966), hal 22.
6

rasionalis, karena kecenderungannya menggunakan akal. Kedua


predikat (mutakallimin yang rasionalis) tersebut juga mempengaruhi
dan mewarnai penafsirannya. Corak teologis --penafsiran yang
menitikberatkan pada persoalan akidah / kalammerupakan corak yang
paling dominan dalam tafsir ini. Penafsirannya mengenai persoalan
kalam lebih cenderung membela paham yang dianutnya, sehingga
ayatayat yang bertentangan dengan keyakinan mazhabnya akan
dimaknai dengan makna yang lain yang mendukung dan sesuai
dengan mazhabnya. Salah satu metode yang digunakannya untuk
melegitimasi mazhabnya dalam tafsir al-Kasysyaf adalah
menakwilkan lafaz-lafaz al-Qur’an agar sesuai dengan mazhabnya.
Berikut salah satu contoh penafsirannya terhadap QS: al-Qiyamah
22-23:

ٌ‫َاظ َرة‬ ِ ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ نَّا‬


ِ ‫ إِلَ ٰى َربِّهَا ن‬. ٌ‫ض َرة‬

Artinya: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-


seri. Kepada Tuhannya mereka melihat”.

Al-Zamakhsyari melainartikan makna zahir dari kata nazhirah yang


berarti melihatkarena menurut kaum Mu’tazilah Allah tidak dapat dilihat.
Oleh karena itu, kata nazhirah dilainartikan dengan kata al-raja yang
berarti menunggu atau mengharapkan.6

b. Karakteristik Teologi Rasionalisme


Merujuk pada sejarah pemikiran Klasik, corak teologi rasional
dikenal dengan aliran Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand. Adapun
ciri-ciri teologi rasioanal adalah: a). Dalam memahami wahyu, aliran ini
lebih condong untuk mengambil arti majazi krena bagi mereka akal
punya kedudukan yang lebih tinggi. b). Manusia bebas dalam berbuat
dan berkendak. Karena akal kuat, manusia mampu berdiri sendiri,
mempunyai kebebasan dalam kemauan dan kehendak serta mampu
6
Al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf... jilid IV, hlm. 192
7

berpikir secara mendalam. c). Keadilan Tuahan, menurut paham ini,


terletak pada adanya hukum alam (sunatullah) yang mengatur perjalanan
ini.
Dari ciri-ciri tersebut, terutama yang menyangkut pada akal dan
wahyu, penyusun akan mengutip ilustrasi gambar dari Harun Nasution
sebagai berikut:
Peta konsep Teologi Rasional sebagai berikut:
MT : Mengetahui Tuhan
KMT : kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ : Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ : Kewajiban Mengerjakan Baik dan Menjauhi Jahat
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa teologi rasional memberikan
porsi yang dominan pada akal, sehingga teologi yang posisinya itu
mensuperioritaskan akal sebagai aliran Mu’tazilah yang popular dengan
terminologi rasional.7

7
Abd Rahman, Tradisionalisme dan Rasionalisme Dalam Pemikiran Teologi Islam, (JPIK Vol. 2 No.
2, September 2019:496-525), Hal 509-513.

Anda mungkin juga menyukai