Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT MANUSIA

Dosen pengampu: Mam.Srinah yanti.S.Pd.,M.Pd

Oleh :
KELOMPOK 9

Nama :1. Klarita Dwijayanti Waruwu (3213331036)


2. Helen Sinuraya (2013131021)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Karunia Dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu .
Adapun judul makalah kami yaitu “HAKIKAT MANUSIA”
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Mam srinah yanti S.pd.,M.Pd.selaku dosen
pengampu matakuliah FILSAFAT PENDIDIKAN Yang telah membimbing kami dalam
pembelajaran.Makalah kami yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
Kekurangannya baik isi Maupun penyusunannya. Atas semua itu dengan rendah hati saya
harapkan kritik dan saran Yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 Oktober 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA.........................................................................2
B. Hakekat manusia dalam berbagai pandangan....................................................................4
C.Hakikat manusia dan pengembangannya............................................................................4
BAB III PENUTUP....................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan
benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan
dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil
berbeda dengan hewan
Ciri khas manusia yang membedakanya dan hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang disebut dengan hakikat menusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman
pendidikan terhadap sifat hakikat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik
manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan
dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakikat manusia
Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksanan
usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap
dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih
profesional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari hakikat manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia dalan berbagai pandangan?
3. Bagaimana pengembangan dan hakikat manusia?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia.
b. Untuk mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia.
c. Untuk mengetahui wujud sikap hakikat manusia.
d. Untuk memahami pengembangan wujud sifat hakikat manusia. 5. Untuk
mengetahui tetang sosok manusia seutuhnya.
e. Untuk mengetahui konsep manusia Indonesia

1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
Hakikat manusia merupakan inti dari kemanusiaan manusia. Dari awal
penciptaannya, dalam kondisi keberadaannya diatas bumi, sama dengan
perjalanannya kembali ke sang maha pencipta. Manusia memperoleh kehormatan dan
kesempatan untuk mengaktualisasikan hakikat dirinya itu dalam keseluruhan proses
kehidupannya di dunia dan di akhirat. Dengan berbekal hakikat yang selalu melekat
pada dirinya, manusia mengembangkan hidupnya di atas bumi. Dengan
teraktualisasikan hakikat dirinya, manusia akan dapat menemukan kehidupan di dunia
dan di akhirat sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu kehidupan yang mulia,
bermartabat dan membahagiakan. Kehidupan demikian itu diatur dengan memenuhi
hak-hak asasi masing-masing individu dalam keseluruhan kemanusiaan.
1. Dimensi kemanusiaan
Dalam kerangka harkat dan martabat manusia secara menyeluruh, aktualisasi
kehidupan manusia berdasarkan hakikatnya itu, tidaklah berlangsung dengan
sendirinya dan pula tidak sekedar tampak seperti apa adanya.
Seorang individu yang sejak kelahirannya (dan dari penciptaannya) dibekali dengan
hakikat manusia itu, untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, ia
dilengkapi dengan dimensi-dimensi kemanusiaan yang tidak lain adalah juga cakupan
wilayah hak asasi manusia yang melekat pada diri individu itu. Dimensi-dimensi itu
adalah:
i. Dimensi kefitrahan
Kata kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan
keluhuran. Kandungan dimensi kefitrahan ini dapat dibandingkan dengan makna teori
tabularasa (jhon locker). Menyatakan bahwa individu ketika dilahrkan ibarat kertas
putih, bersih dan belum tertulis apapun. Dengan kefitrahannya itu, individu memang
pada dasarnya, sejak dilahirkan dalam keadaan bersih. Namun, kondisi belum
tertuliskan apapun sebagaimana dinyatakan dalam teori tabularasa tidaklah menjadi
ciri dimensi kefitrahan yang dimaksudkan itu. Didalam kefitrahan telah tertuliskan
kaidah-kaidah kebenaran dan keluruhan yang justru menjadi cirri kandungan utama
dimensi ini. Jadi dengan demikian dimensi kefitrahan tidak sama dengan tabularasa
menurut jhon locke.
ii. Dimensi keindividualan
Kata kunci yang terkandung dalam dimensi keindividualan adalah potensi dan
perbedaan. Disini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potens,
baik potensi fisik maupun mental psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat
dan kemampuan pribadi lainnya. Kenyataan keilmuan yang menampilkan isi dimensi
keindividualan ini adalah apa yang sering digolongkan kedalam kaidah-kaidah
perbedaan individu (individual difference) dan penampilan statistic berupa kurva
(baik kurva normal ataupun kurva tidak normal).
iii. Dimensi kesosialan
Kata kunci dari dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan.
Dengan bahasa (baik bahsa verbal maupun non-verbal, lisan maupun tulisan) individu

2
menjalani komunikasi atau hubungan dengan individu lain. Disamping itu individu
juga menggalang kebersamaan dengan individual lain dalam berbagai bentuk.

iv. Dimensi kesusilaan


Kata kunci kandungan dimensi kessilaan adalah nilai dan moral. Sesuatu dapat
dinilai sangat tinggi (misalnya dengan diberi label baik), seang (dengan label cukup),
atau rendah (dengan label rendah). Rentang penilaian itu dapat dipersempit dapat pula
diperlebar. Sedangkan ketentuan moral biasanya diikuti oleh sanksi atau bahkan
hukuman bagi pelanggarnya. Sumber moral adalah agama, adat, hokum ilmu dan
kebiasaan.
v. Dimensi keberagaman
Kata kunci kandungan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Dalam
dimensi ini terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki
kecendrungan dan kemampuan untuk mempercai adanya sang maha pencipta dan
maha kuasa serta mematuhi segenap aturan dan perintahnya.

1. Pancadaya.
Untuk memungkinkan perkembangan individu kearah yang dimaksud itu manusia
dikaruniai oleh sang maha pencipta lima jenis bibit pengembangan yang dalam ini
disebut pancadaya yaitu:
a. Daya takwa.
Merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang secara hakiki ada pada diri
manusia (masing-masing individu) untuk mengimani dan mengikuti perintah dan
larangan tuhan yang maha esa.

b. Daya cipta.
Bersangkut paut dengan kemampuan akal, pikiran, fungsi kecerdasan dan fungsi otak

c. Daya rasa.
Mengacu kepada kekuatan yang mendorong individu atau emosi yang sering disebut
sebagai unsur afektif. Hal-jal yang terkait dengan suasana hati dan penyikapan
termasuk kedalam daya rasa.

d. Daya karsa.
Merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu, secara
dinamis bergerak dari satu posisi ke posisi lain, baik dalam arti psikis maupun
keseluruhan dirinya. Daya karsa ini mengarahkan individu untuk mengaktifkan
dirinya, untuk berkembang, untuk berubah dan keluar dari kondisi status-quo.

e. Daya karya
Mengarah pada yang dihasilkannya nyata yang secara langsung dapat digunakan atau
dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Pancaday yang merupakan potensi dasar kemanusiaan itulah yang menjadi isi hakiki
kekuatan pengembangan keseluruhan dimensi kemanusikemanusiaan.

3
B. Hakekat manusia dalam berbagai pandangan.
1. Pandangan filsafat tentang hakekat manusia

Dalam buku filsafat pendidikan (jalaludin dan Abdullah, 2013), Dalam hal ini
menjelaskan, ada empat aliran yang akan dibahas. Yaitu:
a. Aliran serba zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah
zat atau materi. Menurut Muhammad nursyam (1991). Mengatakan bahwa “Alam ini
adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia
adalah zat atau materi”.
b. Aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada
di dunia ini ialah roh. Sementara zat adalah maniifestasi dari roh. Menurut fiche,
segala sesuatu yang ada (selain roh) dan hidup itu hanyalah perumpamaan, perubahan
atau penjelmaan dari roh. Dasar pikiran aliran ini adalah bahwa roh itu lebih berharga,
lebih tinggi nilainya dari pada materi.
c. Aliran dualism. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya
terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-
masing merupakan unsure asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain
d. Aliran eksistensialisme. Aliran fisafat modern berpandangan bahwa hakikat
manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang
menguasai manusia secara menyeluruh.

2. Pandangan ilmu pengetahuan tentang hakikat manusia.


Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu: Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya
ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil
Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada
tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba, yaitu tahap
yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama,
yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu
disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir,
menggunakan otak dan nalarnya.

C.Hakikat manusia dan pengembangannya.


Sasaran pendidikan adalah manusia. Penidikan bermaksud membantu peserta didik
untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga
bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan
bukannya menjadi pohon jambu.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika
pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Manusia memiliki cirri khas yang secara perinsipil berbeda dari hewan. Cirri khas

4
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
(integrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.

1. Sifat hakikat manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
menjadi pembeda antara manusia dan hewan. Meskipun antara manusia dengan
hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon (hewan yang
bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier
(hewan yang sakit). (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 3) yang selalu gelisah
dan bermasalah.
Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan
manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang
untuk menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera, tetapi ternyata gagal.
Tidak ditemukannya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai
bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi yang besifat gradual.
2. Wujud sifat hakikat manusia
Dalam hal ini Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010 memaparkan wujud sifat
manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham
eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri.
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan orang lain ataupun hewan
disekitarnya. Bahkan bukan hanya bisa membedakan, namun juga bias membuat jarak
(distansi) dengan lingkungan baik yang berupa pribadi maupun non pribadi (benda).

b. Kemampuan bereksistensi
Karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi maka pada manusia terdapat
unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan
didalam kandang dan tumbuh-tumbuhan didalam kebun, melainkan “meng-ada” di
muka bumi. (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 6).
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan, peserta didik akan diajar
agar belajar dari pengalaman, belajar mengantisipasi waktu keadaan dan peristiwa,
belajar melihat prospek masa depan Serta mengembangkan daya imajinasi kretif sejak
dari masa kanak-kanak.

c. Kata hati (conscience of man)


Manusia memiliki pemahaman yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang,
dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau buruk) bagi
manusia sebagai manusia.
Dengan sebutan “pelita hati” atau “hati murni” menunjukkan bahwa kata hati itu
adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerapan tentang baik
buruknya perbuatannya sebagai manusia. Dengan kata lain dapat disimpulkan juga

5
bahwa kata hati itu adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar
dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka
yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu
sendiri. Seseorang dikatan bermoral tinggi karena ia menyatukn diri dengan nilai-nilai
yang tinggi, serta segenap perbuatannya merupakan pergerakan dari nilai-nilai yang
tinggi tersebut.

e. Tanggung jawab.
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab,
merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud orang
bertanggung jawab bermacam-macam, ada tanggung jawab pada diri sendiri,
tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada tuhan.
Disini tanpak betapa eratnya hubungan antara kata hati, moral dan tanggung jawab.
Kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan
kesedian menerima konsekuensi dari perbuatan.
f. Rasa kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam
pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas”
dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
Orang yang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan
yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan
kata lain, ikatan luar (yang membelenggu) telah berubah menjadi ikatan dalam (yang
menggerakkan).

g. Kewajiban dan hak


Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai menifestasi dari
manusia sebagai makhluk sosial. Dalam realitas hidup sehari-sehari, umumnya hak
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang
sebagai suatu beban. Benarkah kewajiban dianggap beban oleh manusia? Ternyata
bukan beban melainkan suatu keniscayaan. (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010:
10). Artinya selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai
manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya. Sebab jika mengelakkan
maka ia berarti mengingkari kemanusiaannya (yaitu sebagai kenyataan makhluk
social).

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan


Kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat
dikembangkan, yaitu: kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha
dalam kaitannya dengan takdir. Dengan demikian pendidikan mempunya peranan
penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan
keagamaan.
Pandangan Max Scheler tentang manusia “Manusia yang menghargai kebahagiaan
adalah pribadi manusia yang menghayati segenap keadaan dan kemampuannya.
Manusia menghayati kebahagiaannya apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur,

6
bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinaan hidup yang kukuh
dan bertekat untuk merealisasikan dengan
cara yang realistis.” (Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 16).

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal


untukmenghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan
sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri
dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari
itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk
individual, makhluk beragama.

Setiap manusia mempunyai hakikat dan dimensi yang dimilikinya. Dan Dalam diri
manusia itu terdapat potensi-potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan
menuju kepribadian yang mantap. Manusia Indonesia Seutuhnya adalah manusia yang
beriman dan. Bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap. Kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

B. Saran

Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan
bimbingan agar potensi-potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik
dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.journalpapers.org/2020/06/hakikat-manusia.html?m=1
Jalaludin dan Abdullah, 2013. Filsafat pendidikan (manusia, filsafat, dan pendidikan).
Jakarta. Rajawali Pers
Musthofa,Rembagy.2008. Pendidikan Transformatif .Yogyakarta.Teras
Prayitno, 2009.dasar teori dan praksis pendidikan. Jakarta. PT grasndo
Tirtahardja, Umar dan La Sulo,S.L, 2010. Pengantar pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai