Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN REKAYASA IDE

MEMBANTU MENGAJARKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SESUAI


KONDISI KETERBATASAN DIRINYA

NAMA : AMELIA PITRI

NIM : 2203141011

MATA KULIAH : PERKEMBANGAN


PESERRTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU : FAUZI KURNIAWAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


Kata pengantar

Segala puji dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam laporan rekayasa ide.

Pada kesempatan ini, dalam laporan rekayasa ide ini saya mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak, dan ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dan
turut serta membantu dalam pembuatan laporan rekayasa ide.

Saya sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam membuat laporan
rekayasa ide ini, apabila terdapat kekurangan, kesalahan, saya selaku penulis berharap kepada
seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran seperlunya.

Akhir kata, semoga laporan rekayasa ide ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran
kepada kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I .
Latar belakang mengenai gangguan fisik atau mental yang dialami ABK sehingga mengalami
kesulitan belajar yang telah anda amati.

BAB II.
Media pwmbelajaran yang anda rancang /kembangkan untuk membantu ABK dapat mempelajari
sesuatu ( beri nama alat/medianya)

BAB III. Cara pembuatan media pembelajaraanya

BAB IV. Prosedur penggunaan media pembelajaannya pada ABK tersebut


BAB I
Latar belakang mengenai gangguan fisik atau mental yang dialami ABK sehingga
mengalami kesulitan belajar yang telah anda amati

Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki
kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih memiliki
prestasi dalam hal akademik, olah raga, serta keterampilan. Sebagian masyarakat selalu berfikir
negatif terhadap penyandang tuna netra, sehingga membuat penyandang tunanetra memiliki rasa
minder untuk berinteraksi dengan orang lain.
Tekanan dari masyarakat menimbulkan faktor psikis penyandang tuna netra. Faktor tersebut
membuat penyandang tuna netra menjadi kurang berproduktif. Penyadang tuna netra yang
mendapat suatu hambatan dalam dirinya membuat individu tersebut menjadi mudah putus asa,
mudah menyendiri, mudah curiga, serta mudah tersinggung oleh sikap maupun perkataan orang
lain, membuat penyandang tuna netra memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Tunanetra memiliki beberapa keterbatasan antara lain:


-Keterbatasan dalam memahami konsep visual dan pengalaman baru.
-Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan khususnya lingkungan yang baru.
-Keterbatasan mengorientasi dan mobilitas di tempat yang baru.
BAB II.
Media pembelajaran yang anda rancang /kembangkan untuk membantu ABK dapat
mempelajari sesuatu ( beri nama alat/medianya)

Untuk itu pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada:


- Pemberian pengalaman yang bersifat konkret.
- Pemberian pengalaman yang bersifat mendeskripsikan konsep visual.
- Pemberian pembelajaran terpadu antara teori dengan praktik sehingga memiliki konsep
yang utuh.
- Pengalihan fungsi indera dari indera penglihatan menjadi indera peraba (taktual).

Alat atau media yang dibutuhkan oleh anak tunanetra antara lain:

1. Alat Bantu Visual Optik


a. Kacamata perbesaran
b. Kacamata
c. Hand magnifier
d. Mikroskop
dll

2. Alat Bantu Visual Non Optik


a. Kertas bergaris tebal
b. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar
c. Lampu meja
dll
BAB III
Cara pembuatan media pembelajaraanya

Pembelajaran Multimedia Hingga saat ini masih ada anggapan bahwa untuk belajar, guru-lah
yang mendatangi rumah atau kantor. Guru masuk ke ruangan menyajikan materi pembelajaran,
membagi pengalaman atau menginformasikan sesuatu. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar
karena belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara, apakah itu melalui media audio-visual;
televisi, video cassette, video compact disc (VOID), atau melalui komputer; CBT (Computer
Based Training), CDI (Compact Disc Interactive), CAI (Computer Assisted Instruction), dan IMI
(Interactive Multimedia Instruction). Walaupun tersedia beragam sumber belajar, kita sebagai
makhluk otonom dan mandiri dapat bebas memilih informasi yang tepat untuk masing-masing
individu. Setiap individu dapat memilih cara belajar dan menyesuaikan diri dengan tipe (learning
styles) masing-masing, apakah tipe audio, visual, atau keduanya. Setiap individu dapat
menentukan dari media sumber belajar 54 mana yang akan digunakan, dari radio, TV, internet
(web-based instruction), buku, majalah, atau surat kabar, atau mungkin melalui kegiatan
eksperimen. Kalaupun kita tidak termasuk di antaranya, ternyata alam sekitar dengan segala
fenomenanya cukup menjadi pelajaran buat mereka yang mau berpikir.
BAB IV
Prosedur penggunaan media pembelajaannya pada ABK tersebut

Prosedur penggunaan Media Pembelajaran ABK


Merupakan perantara komunikasi antara guru dan murid yang disesuaikan dengan kebutuhan
artinya bahwa proses belajar mengajar di SLB, penggunaan media sangat penting sekali terhadap
keberhasilan belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) .

Pengelompokan media oleh Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Arsyad, (2006:36)
(1) media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-trap).
(2) media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan (zvorkbook), alat bantu kerja, dan
lembaran lepas);
(3) media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi,
slide)
(4) media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan
(5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video,
hypertext).

Anda mungkin juga menyukai