MATERI DR Zainul Rev 2020
MATERI DR Zainul Rev 2020
No TOPIK Halaman
3 Pengertian MSDI 9
4 PERENCANAAN SDI 12
5 Job Desain 13
7 Pengembangan SDI 15
13 AKUISISI 61
16 MANAJEMEN KARIR 91
Pendahuluan
Pentingnya SDI
Sumber daya insani (SDI) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun
bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan
manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDI
berarti mengatur, mengurus SDI berdasarkan visi AUM agar tujuan organisasi dapat dicapai
secara optimum. Karenanya, MSDI juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management
Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses
perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.
Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran SDI dari waktu ke waktu akan semakin strategis
dengan ucapan berikut:
“For many years it has been said that capital is the bottleneck for a developing industry. I
don’t think this any longer holds true. I think it’s the work force and the company’s inability
to recruit and maintain a good work force that does constitute the bottleneck for production.
I think this will hold true even more in the future.”
Tidak heran jika sekarang untuk SDI yang handal digunakan terminologi human capital yang
semakin santer kita dengar.
Scope materi MSDI sesuai dengan fungsi MSDI yaitu hal ihwal staffing dan
personalia dalam organisasi, yang mencakup analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi
MSDI Strategis
Jelaslah bahwa para manajer harus mengaitkan pelaksanaan MSDI dengan strategi
organisasi untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya korporasi yang mendukung
penerapan inovasi dan fleksibilitas.
Peran strategis SDI dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi teori sumber
daya, di mana fungsi AUM adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan
internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya
sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDI strategis yang memberikan nilai tambah (added
value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDI ini merupakan competitive
advantage dari AUM. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah
mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive
advantage. Adanya SDI ekspertis: manajer strategis (strategic managers) dan SDI yang
handal yang menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value added
AUM.
Value added adalah SDI strategis yang menjadi bagian dari human capital AUM.
Manajer masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan lingkungan yang berlangsung cepat. Tingginya dinamika atau cepatnya perubahan
dapat tergambar dari total perdagangan (impor dan ekspor) Amerika Serikat pada tahun 1991
bernilai US$ 907 milyar, pada tahun 1996 meningkat menjadi US$ 1.4 trilyun. Perubahan ini
disebabkan antara lain oleh:
- Berbagai kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada 10-20 tahun
terakhir, terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer dengan
komunikasi, CAD, CAM dan robotika.
- Pengaruh globalisasi: perusahaan manufaktur Amerika Serikat memanfaatkan buruh
murah di negara-negara berkembang, persaingan yang semakin mendunia, produksi
manufaktur multinasional (Toyota di AS, IBM di Jepang dsb.).
- Pengaruh deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tariff dsb. oleh
pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin berkurang menyebabkan munculnya
berbagai perusahaan baru dalam bidang telekomunikasi, penerbangan, bank yang
beroperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah (sangat kompetitif).
- Demografi tenaga kerja global yang berubah, mengarah kepada workforce diversity,
diskriminasi tenaga kerja yang semakin longgar, bertambahnya tenaga usia tua dan
tenaga kerja wanita
- Perubahan sistem sosio-politik seperti Rusia yang menjadi kapitalis, RRT yang
menjadi negara industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional (EU, NAFTA, APEC,
AFTA dll.) yang bertujuan antara lain untuk kerjasama ekonomi, liberalisasi dan
deregulasi perdagangan; reformasi di Indonesia yang meruntuhkan orde baru
mestinya membawa paradigma baru di dunia usaha.
“Position, title and authority are no longer adequate tools for managers to rely on to get
their jobs done. Instead, success depends increasingly on tapping into sources of good idea,
on figuring out whose collaboration is needed to act on those ideas, and on working with
both to produce results.”
Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun lampau, di mana
human capital menggantikan mesin-mesin sebagai basis keberhasilan kebanyakan
perusahaan. Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa
tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur
Dalam hal ini Cascio (1995) menggarisbawahi beberapa peran SDI pada paradigma lama
seperti:
Dalam paradigm lama, peran divisi SDI sekedar pelengkap maka dalam paradigma
baru divisi SDI sudah memiliki peran strategis, divisi ini memiliki kontribusi dalam
menentukan masa depan organisasi melalui orientasi fungsional bukan lagi pada pengawasan,
pengarahan, dan pengendalian saja (Command) tetapi sudah pada pengembangan kreativitas,
fleksibilitas dan manajemen proaktif (Coordination).
Paradigm SDI baru lebih mengoptimalkan pada proses komunikasi dua arah dan perencanaan
(bottom-up). Lebih khusus perubahan yang terjadi juga menyangkut perubahan peran SDI.
Manajer harus mampu melihat perubahan peran SDI seperti apa yang harus dimainkan.
Tuntutan ini terjadi karena dalam paradigma baru tentu akan tercermin budaya kerja baru,
strategi dan peran SDI baru dalam suatu tipologi organisasi baru.
Dengan adanya perubahan lingkungan organisasi maka konsentrasi seorang manajer SDI
dituntut berubah. Hal ini mengakibatkan tipe peran yang harus diambil, jika dalam
lingkungan lama lebih menekankan paradigma pada masalah jangka pendek dan orientasi
fungsi produksi, keuangan dan pemasaran, maka dalam lingkungan baru manajer SDI
dituntut konsentrasi pada masalah jangka panjang dan berorientasi pada fungsi SDI. Akan
menuntut keterlibatan staf SDI untuk lebih berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pengendalian fungsi SDI. Selanjutnya para staf SDI akan
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 6
memiliki peran lebih besar dalam ikut mengembangkan kualitas SDI di departemennya
masing-masing.
Akhirnya dengan pemahaman tentang paradigma baru membuat perusahaan perlu melakukan
repositioning peran SDI guna lebih mengoptimalkan kinerja departementalnya.
Jika ingin survive dalam persaingan yang sangat ketat organisasi harus melakukan
repositioning peran SDI dengan cara pengembangan SDI melalui kegiatan melatih (investasi)
dan melatih kembali (reinvestasi) SDI baik dalam aspek perilaku maupun kompetensi.
Hasil penelitian Schuller & Jackson (1987) bahwa untuk mencapai strategi yang
kompetitif dibutuhkan adanya perilaku peran tertentu dan mereka mengajukan model
manajemen SDI yang dapat mencapai kondisi organisasi yang mempunyai keunggulan
kompetitif. Dalam hal ini ada tiga strategi;
a. Strategi inovasi digunakan untuk mengembangkan produk atau jasa yang berbeda
dari para pesaing
b. Strategi kualitas lebih mengutamakan pada penawaran produk atau jasa yang
lebih berkualitas, meskipun produknya sama dengan pesaing
2) Repositioning kompetensi
Terkait dengan peran strategis SDI ada beberapa keahlian yang harus dikuasai oleh
seorang manajer SDI, ada beberapa aspek bidang pengetahuan yang harus dikuasai oleh
seorang manajer (people-related business issues).
Pengertian MSDI
Gary Dessler berpendapat MSDI adalah “semua konsep dan tehnik yang
dibutuhkan untuk menangani aspek personalia atau sumber daya insani dari sebuah
posisi manajerial, seperti rekrutmen, seleksi, pelatihan, pemberian imbalan, dan
penilaian (dan semua kegiatan lain yang selama ini dikenal)”. Secara implisit Dessler
menyebutkan human resource management adalah sebutan baru bagi manajemen
personalia.
Dari definisi di atas dapat dirangkum bahwa pengertian MSDI adalah “penerapan
manajemen secara tepat dan efektif dalam proses akuisisi, pendayagunaan,
pengembangan dan pemeliharaan personel yang dimiliki oleh sebuah organisasi secara
efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya insani yang optimal oleh
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya”.
Tujuan MSDI
Agar organisasi memiliki sumber daya insani yang berkualitas dalam arti
memenuhi persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisasikan visi
dan tujuan-tujuan jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Yang digambarkan
dengan karakteristik sebagai berikut.
Bersikap produktif, inovatif/ kreatif, mau bekerjasama dengan orang lain, dapat
PERENCANAAN SDI
Pengelolaan sumber daya insani terdiri atas tiga prinsip: pertama, pengelolaan
dengan orientasi pada pelayanan, prinsip ini diperlukan untuk mencegah pengelolaan SDI
bak sebuah pabrik yang menghasilkan keluaran-keluaran seragam (standar), seperti tata
cara, pedoman pelaksanaan. Keseragaman seperti itu jelas sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan SDI. Akibatnya pengelolaan SDI menjadi tidak efektif dan efisien serta
kompetensi manajerial yang diharapkan tidak tercipta. Dampak positifnya adalah
Agar dapat melakukan peramalan dengan baik, manajemen memerlukan apa yang
dinamakan environmental scanning sistem, yaitu suatu sistem pemantauan situasi dan
kondisi lingkungan usaha serta penyediaan data-data dan informasinya kepada
manajemen SDI.
Pada dasarnya terdapat dua metode peramalan permintaan dan penawaran SDI,
metode statistik yaitu metode yang menggunakan rumusan-rumusan statistik dan
bersifat sangat kuantitatif, serta metode judgmental yang mengandalkan pengalaman
dan intuisi manajemen SDI dan bersifat sangat kualitatif.
Karena menyadari bahwa pengalaman dan intuisi mereka terbatas, maka dalam
peramalan dengan metode judgment, manajemen SDI seringkali melibatkan individu-
individu lain yang mewakili serta dapat dianggap sangat mengetahui situasi dan kondisi
unit-unit organisasi masing-masing. Dengan keterlibatan tersebut diharapkan dapat lebih
realistis.
Dari sisi kesesuaian dengan prinsip pengelolaan SDI yang efektif dan efisien,
sebenarnya metode kedua lebih memenuhi persaratan, sayangnya metode ini kurang
ilmiah karena berdasarkan pengalaman dan intuisi. Oleh karenanya ada baiknya untuk
mengkombinasikan metode kedua dengan metode pertama sehingga menghasilkan suatu
metode yang sesuai dengan tiga prinsip pengelolaan SDI yang efektif dan efisien
sekaligus secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan diklat
Seperti yang tampak pada gambar diatas tahap pertama dari perancangan program
Diklat adalah analisis kebutuhan diklat. Pada tahap ini manajemen SDI mengidentifikasi
perbedaan atau kesenjangan antara kemampuan kerja yang dimiliki SDI saat ini dengan
kemampuan kerja yang diharapkan. Dari kesenjangan tersebut kemudian dapat
dirumuskan kamampuan kerja apa saja yang perlu ditingkatkan, dan inilah yang
merupakan kebutuhan sekaligus tujuan program diklat.
Atas dasar kebutuhan dan tujuan tersebut, manajemen SDI merancang program
diklat yang meliputi materi (apa-apa yang akan diberikan), metoda, media (peralatan dan
perlengkapan yang akan digunakan) dan urut-urutan pemberian materi sebelum akhirnya
dilaksanakan.
Evaluasi training:
Pendekatan lain untuk merancang program diklat yang dikenal dengan pendekatan
training for impact (TIP)
Tampak ada dua perbedaan, pertama, dan paling mendasar adalah bahwa dalam TIP
terdapat interaksi antara manjemen SDI selaku penyedia jasa diklat dengan unit
Perbedaan kedua, bahwa pendekatan TIP secara jelas mengadopsi four level analysis
untuk mengevaluasi pelaksanaan program diklat. Oleh karena itu kegiatan evaluasinya
terus berlangsung bahkan lama setelah program diklat barakhir untuk menelusuri
perubahan perilaku para mantan peserta pasca program diklat menelusuri beberapa hal
yang tidak dapat diamati selama program diklat berlangsung dan menelusuri dampak
program diklat terhadap kinerja perubahan
Agar selaras dengan tiga prinsip pengelolaan SDI manajemen SDI perlu
memperhatikan tujuh prinsip dalam merancang sistem penilaian kinerja:
Proses perancangan sistem penilaian kinerja itu sendiri secara umum terdiri dari empat
tahap.
Pertama, menentukan yang akan dinilai (kriteria penilaian). Pada dasarnya sistem
penilaian kinerja mengukur dan mengevaluasi hasil akhir, dengan demikian maka kriteria
penilaian harus meliputi keduanya.
Schuller & Jackson (1996) menyebutkan tiga macam kriteria penilaian yang dapat
digunakan;
Tahap ketiga, menentukan siapa-siapa yang akan menilai. Terdapat enam alternatif
yang mungkin untuk dikombinasikan.
1. Atasan langsung, dengan pertimbangan bahwa dialah yang paling mengetahui kerja
para anak buahnya
2. Menilai sendiri (self-appraisal). Tujuannya selain mereka yang paling tahu tentang
pekerjaannya, juga memberikan kesempatan untuk berperan akti dalam proses
penilaian kinerja.
3. Rekan-rekan kerja, dengan pertimbangan yang sama dengan self appraisal namun
dengan kemungkinan bias dan distorsi yang jauh lebih kecil
4. Para anak buah yang cukup efektif khususnya untuk aspek kepemimpinan
Kombinasi beberapa atau seluruh alternatif di atas dikenal dengan penilaian 360 derajat.
Ada dua alternatif, pertama meranking SDI dari yang terbaik hingga terburuk
berdasarkan kinerja keseluruhan. Lebih praktis dalam penggunaannya karena penilai tidak
perlu menilai perkriteria penilaian kinerja untuk mendapatkan kinerja keseluruhan. Tetapi
kesulitan untuk mempertanggung jawabkan ranking yang ia susun.
Alternatif kedua, menggunakan skala dimana setiap individu dinilai perkriteria dengan
memilih satu angka dari skala, kemudian dijumlahkan total. Dengan skala penilai dapat
mempertanggungjawabkan nilai kinerja keseluruhan. Namun dalam merancang metoda
skala setiap kriteria harus didefinisikan secara jelas. Dan membutuhkan waktu lebih lama.
Mana yang lebih baik? Tergantung pada jenis objek penilaian. Pada jenis pekerjaan yang
tergolong sederhana maka ranking mungkin sudah cukup memadai, tetapi semakin
komplek jenis pekerjaan semakin diperlukan penilaian kinerja dengan menggunakan
skala karena lebih rinci dan mendalam.
Perancangan sistem balas jasa adalah perancangan suatu sitem formal dan
terstruktur untuk memberikan imbalan kepada SDI atas apa-apa yang mereka lakukan
demi keberhasilan perusahaan. Imbalan biasanya diberikan berdasarkan kinerja mereka di
mana besar kecilnya imbalan berkaitan positif dengan tinggi rendahnya kinerja dikenal
sebagai performance based pay atau merit pay sistem. Kinerja SDI diukur dan dievaluasi
dengan sistem penilaian kinerja yang telah diuraikan sebelumnya. Namun imbalan dapat
ditetapkan berdasarkan hal-hal lain seperti:
1. Waktu kerja (time-based pay), besar kecilnya imbalan berkaitan positif dengan waktu
yang dihabiskan oleh SDI dalam pekerjaan, sayangnya seringkali waktu yang
dihabiskan tidak mencerminka kinerja, sehingga mereka yang berkinerja buruk dapat
memperoleh imbalan lebih tinggi dari mereka yang berkinerja baik hanya karena
mereka yang berkinerja buruk waktu kerjanya lebih lama.
2. Kompetensi (competency-based atau skill-based pay). Besar kecilnya imbalan
berkaitan positif dengan terampil/ ahli tidaknya SDI dalam bekerja. Asumsi utamanya
sistem ini adalah adanya kaitan positif antara kompetensi dengan kinerja sehingga
diharapkan dengan memacu kompetensi dapat memacu kinerja. Tentunya asumsi
tersebut belum tentu benar, oleh karena itu efektif tidaknya sistem balas jasa ini
bergantung pada kejelian manajemen SDI dalam melihat ketrampilan/ keahlian mana
saja yang berpengaruh terhadap kinerja.
3. Senioritas (seniority-based pay) besar kecilnya imbalan berkaitan positif dengan
lamanya pengabdian SDI di dalam suatu perusahaan. Sama dengan time based pay
lamanya pengabdian belum tentu mencerminkan kinerja.
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 18
4. Berat ringannya pekerjaan (job-based pay) besar kecilnya imbalan berkaitan dengan
berat ringannya tugas dan tanggung jawab yang dipikul oleh SDI dalam pekerjaan.
Persoalannya adalah beratnya tugas dan tanggung jawab pekerjaan dapat dijadikan
alasan kinerja yang buruk meski yang bersangkutan tetap memperoleh imbalan yang
besar. Atau, dengan lain perkataan, SDI yang berkinerja baik hanya karena mereka
berkinerja buruk memiliki tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang lebih berat
ketimbang mereka berkinerja baik.
Tujuan sistem balas jasa secara umum adalah untuk menarik, mempertahankan
dan memotivasi SDI berkualitas dapat tercapai, maka manajemen SDI perlu
mempertimbangkan penawaran dan permintaan SDI. Jika terdapat kelebihan
penawaran, maka manajemen SDI dapat memberikan tingkat imbalan yang relatif
rendah, tetapi terdapat kelebihan permintaan, maka manajemen SDI perlu
memberikan tingkat imbalan yang relatif tinggi.
Tetapi Herzberg tidak sepenuhnya menyetujui sistem balas jasa sebagai motivator
SDI. Berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa imbalan tidak mampu mendorong
upaya SDI sampai ke titik maksimum melainkan hanya sampai ke suatu titik di mana
upaya SDI sama dengan tingkat imbalan yang diberikan.
Sistem balas jasa juga tidak mampu menciptakan upaya yang berkelanjutan dalam
jangka panjang dan hanya mampu menciptakan upaya dalam jangka pendek. Atau
dengan kata lain tanpa imbalan tidak ada upaya
Agar selaras dengan tiga prinsip pengelolaan SDI yang efisien dan efektif,
manajemen SDI perlu memperhatikan enam prinsip dalam merancang balas jasa
berikut ini:
Pengantar
Setelah dibahas tentang rencana stratejik peningkatan kualitas SDI. Acuan utama bagi
rencana stratejik dalam hal kualitas sumber daya insani adalah strategi bisnis, terutama yang
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 20
berkaitan dengan segmentasi pasar yang akan/ sedang dimasuki, produk atau jasa yang akan
dipasarkan, dan tentu saja teknologi yang akan digunakan. Tetapi jika kita sudah memasuki
fase pembuatan rencana operasional (operational planning), ada acuan tambahan yang harus
digunakan yaitu rancangan dan struktur organisasi, serta rancangan jabatan/pekerjaan.
Rancangan organisasi dan terutama rancangan jabatan akan menjadi acuan dan
patokan untuk menentukan persaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
diangkat menduduki jabatan tersebut. Mungkin Anda pernah terlibat dalam merancang
struktur organisasi baru, membuat bagannya yang terdiri dari kotak-kotak, dan memberi
nama atau sebutan untuk kotak tersebut. Anda juga mungkin terlibat dalam menentukan
nama-nama orang yang akan ditulis dalam kotak tersebut di bawah nama jabatannya.
Tetapi apakah Anda pernah terlibat dalam dua kegiatan yang berkaitan dengan hal itu,
yaitu pertama Anda diminta khusus untuk menuliskan secara lengkap segala sesuatu
tentang jabatan atau pekerjaan yang diwakili oleh kotak-kotak tersebut dan kedua Anda
diminta menentukan persyaratan-persyaratan dalam bentuk jenis pengetahuan, ketrampilan
atau keahlian, dan sikap, yang harus dimiliki oleh orang yang akan menduduki jabatan
tersebut?
Topik tentang rancangan jabatan/ pekerjaan memang sering tidak mendapat perhatian
dari para manajer, dan khususnya dari manajer sumber daya insani. Padahal, sebuah
rancangan jabatan atau pekerjaan berkaitan erat dengan aspek pendayagunaan sumber daya
insani. Mereka berpendapat bahwa topik ini termasuk cara menulis “uraian jabatan yang
baik”, sudah menjadi ketrampilan yang melekat bagi setiap manajer apalagi bagi mereka
yang bekerja dalam bidang SDI. Ada pula anggapan yang cenderung bernada negatif
tentang uraian jabatan. Banyak manajer lini/ operasional yang berpendapat bahwa sebuah
uraian jabatan justru akan menjadi hambatan. Seorang karyawan dapat menolak pekerjaan
sesuatu tugas yang tidak tercantum dalam uraian jabatannya, padahal tugas tersebut terkait
erat dengan tanggung jawabnya. Dalam hal ini, yang penulis dapat katakan adalah bahwa
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 21
sebuah uraian jabatan dapat membantu atau malah menghambat tergantung kepada
bagaimana kita sendiri sebagai manajer menafsirkannya dan memanfaatkannya.
Sama halnya dengan sebuah rancangan rumah, pakaian, dan pelatihan, sebuah
rancangan jabatan pada dasarnya menggambarkan secara rinci “isi” sebuah jabatan atau
“pekerjaan”. “isi” yang dimaksud paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan mengapa jabatan itu diadakan atau “misi jabatan” yang menjelaskan “yang
diharapkan” dari jabatan ini.
2. Kegiatan atau tugas-tugas yang harus dilakukan, termasuk di dalamnya hubungan-
hubungan yang harus dilakukan.
3. Kapan kegiatan atau tugas-tugas tersebut harus dilakukan
4. Mengapa tugas-tugas tersebut harus dilakukan
5. Di mana harus dilakukan
6. Bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan
7. Batas-batas wewenang pemegang jabatan untuk mengambil tindakan dan membuat
keputusan tertentu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
8. Lokasi kerja: permanen atau sementara
9. Kondisi lingkungan fisik tempat kerja
10. Khusus pekerjaan (misalnya jam kerja yang tidak teratur, shift, banyak perjalanan
keluar kota, dan lain-lain)
Dari rincian tersebut di atas, jelas sekali bahwa bila sebuah satuan kerja baru
dibentuk atau sebuah jabatan/ pekerjaan diciptakan, pimpinan satuan kerja tersebut atau
yang menciptakannya seharusnya membuat lebih dahulu sebuah rancangan jabatan yang
biasanya ditulis dalam bentuk uraian jabatan. Rancangan jabatan yang digunakan untuk
kegiatan rekrutmen sering kali juga disebut “profil jabatan/ pekerjaan”. Sebuah profil
jabatan akan membantu petugas rekrutmen dan manajer lini yang akan menggunakan
tenaga kerja untuk menjelaskan pekerjaan tersebut secara rinci kapada para kandidat
sebelum proses seleksi dimulai. Bersama-sama dengan profil kandidat, profil jabatan juga
sangat membantu dalam merancang iklan lowongan pekerjaan.
Sebuah rancangan jabatan dapat berkisar dari rancangan yang disebut sebagai “uraian
jabatan mini” yang hanya berisi identitas jabatan dan tugas-tugas yang harus dilakukan
sampai “uraian jabatan yang sangat lengkap”.
Uraian jabatan, yang lebih dikenal dengan sebutan dalam bahasa inggris Job
description, pada dasarnya adalah sebuah dokumen tertulis resmi/ formal yang memuat
rancangan jabatan yang dimaksud di atas. Sebuah uraian jabatan menggambarkan,
Pada dasarnya rancangan jabatan dan uraian jabatan dibuat untuk salah satu kegunaan
utama, atau kombinasi dari dua atau lebih dari lima kegunaan utama yang akan diuraikan
di bawah ini:
1. Sebagai panduan kerja. Uraian jabatan akan menjadi pegangan yang setiap saat
dapat dijadikan acuan dan rujukan bagi karyawan/ pegawai yang menduduki jabatan
atau melaksanakan pekerjaan. Panduan tersebut umumnya bermanfaat untuk pegawai
yang baru diangkat ke sebuah posisi/ jabatan tertentu. Sebuah uraian jabatan yang
disiapkan dengan baik akan dapat menjadi panduan untuk melatih dan membimbing
pegawai baru
2. Standar atau acuan untuk menilai kinerja karyawan. Sebuah sistem penilaian
kinerja karyawan yang baik harus didasarkan pada sebuah rancangan jabatan yang
tepat. Untuk keperluan ini, dalam uraian jabatan harus juga mencantumkan bidang-
bidang kerja di mana karyawan pemegang jabatan ini harus mengkontribusikan hasil
kerja dan indicator yang akan digunakan.
3. Acuan untuk menetapkan persaratan jabatan. Sebuah rancangan jabatan akan
menjadi panduan atau acuan untuk menentukan pengetahuan, keahlian/ ketrampilan,
dan sikap, serta sistem nilai yang harus dimiliki oleh pemegang jabatan untuk mampu
memangku jabatan tersebut dengan sukses. Pengetahuan dan keahlian tersebut
biasanya dimuat dalam uraian jabatan di bawah judul “Persyaratan jabatan”. Dengan
penambahan elemen-elemen tertentu, sebuah uraian tentang persyaratan jabatan akan
berguna sebagai dasar bagi proses rekrutmen dan seleksi pegawai baru. Dalam
konteks peningkatan kualitas SDI kegunaan ketiga inilah yang paling relevan dan
penting.
4. Sebagai dasar untuk program evaluasi jabatan. Bila rumah sakit akan
menentukan “nilai” atau bobot dari tiap pekerjaan melalui proses evaluasi jabatan,
uraian jabatan dapat digunakan sebagai sumber informasi lengkap tentang sebuah
pekerjaan/ jabatan yang akan dievaluasi. Uraian jabatan yang dibuat dengan akurat
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 23
dan rapi akan sangat membantu kelancaran dan akurasi dari kegiatan evaluasi
jabatan.
5. Sebagai dasar untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Dengan berdasarkan
persyaratan jabatan yang disebut dalam kegunaan ketiga, rumah sakit dapat
melakukan asesmen (penilaian) terhadap seorang pemegang jabatan tentang apakah
Ia sudah mencapai semua persyaratan jabatan yang telah ditetapkan/ sumber untuk
semua pelatihan yang ditetapkan dapat diperoleh dari kesenjangan antara persaratan
jabatan yang ditetapkan dan pengetahuan atau ketrampilan / kemampuan/ keahlian
yang harus dimiliki pemegang jabatan.
6. Untuk dasar bagi audit organisasi dan tata kerja. Manfaat utama yang terakhir
dari sebuah uraian jabatan adalah sebagai dasar yang dapat digunakan bagi
peninjauan ulang struktur organisasi dan perencanaan organisasi jangka panjang.
Dengan mempelajari uaraian jabatan yang ada, seorang spesialis dalam bidang ini
akan dapat meneliti lebih mendalam tentang kemungkinan melakukan efisiensi dalam
organisasi. Kemungkinan tersebut misalnya melalui program “pengayaan jabatan”
job enrichment yaitu penambahan jumlah tugas dan tanggung jawab pada sebuah
jabatan, atau penyempurnaan atau perubahan pada tata cara/ prosedur pelaksanaan
sebuah pekerjaan atau tugas.
Suatu tehnik yang dapat menghentikan kondisi monoton suatu pekerjaan rutin atau
sederhana adalah rotasi pekerjaan, yang merupakan proses pemindahan seseorang dari
satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Akan tetapi beberapa orang membantah bahwa
rotasi pekerjaan tidak begitu bermanfaat untuk jangka panjang karena memindahkan
seseorang dari satu pekerjaan yang membosankan ke pekerjaan yang membosankan yang
lain, mungkin agak membantu pada awalnya, tetapi pekerjaan tersebut masih dirasa
membosankan. Keunggulannya adalah rotasi pekerjaan mengembangkan kapabilitas
seseorang untuk melakukan pekerjaan yang berbeda.
PERSARATAN JABATAN
Menurut Wood dan Payne perbedaan konsep kompetensi antara Inggris dan Amerika
1. Motif (motives) sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau dikehendaki oleh
seseorang, yang selanjutnya akan mengarahkan, membimbing, dan memilih suatu
perilaku tertentu terhadap sejumlah aksi atau tujuan.
2. Karakter pribadi (Traits). Karakteristik fisik dan reaksi atau respon yang
dilakukan secara konsisten tenterhadap suatu situasi atau informasi.
3. Konsep diri (self concept) perangkat sikap, sistem nilai atau citra diri yang
dimiliki seseorang
Motif, karakter pribadi dan konsep diri (hidden) tersembunyi, sedangkan yang tampak
(visible) pengetahuan dan ketrampilan.
1. motif
2. Karakter pribadi Perilaku Unjuk kerja
3. konsep diri (performance)
(behavior)/ Skill
4. pengetahuan
Kriteria pembanding:
1. Unjuk kerja atau prestasi superior; satu standar deviasi diatas kinerja rata-rata.
2. Unjuk kerja atau prestasi kerja efektif; tingkat kinerja minimal yang dapat
diterima dan di bawah level tersebut dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak
dapat diterima.
Jenis-jenis kompetensi
2. Alat seleksi karyawan; penggunaan kompetensi standar sebagai alat seleksi dapat
membantu organisasi untuk memilih calon terbaik.
Profil kandidat
Profil kandidat harus dibuat oleh pejabat atasan dari jabatan yang akan dibuatkan
persyaratan jabatannya.
Suatu proses yang sistematik untuk menentukan deskripsi jabatan (al. wewenang,
kewajiban, tanggung jawab, tugas aktivitas/ TUPOKSI, hubungan kerja, resiko kerja, hasil
kerja) serta kualifikasi atau syarat jabatan (Skill, Attitude dan Knowledge) yang dibutuhkan
untuk suatu jabatan dalam organisasi (Wayne Mondy et al., 2002).
Proses untuk menentukan/ menetapkan tugas & kewajiban dari suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu serta jenis atau syarat orang untuk melaksanakannya (Sherman,
Bohlander and Snell, 1998).
Meliputi: pendidikan, pengalaman, personality traits, kemampuan teknis dan non teknis.
1. Tugas fisik dan mental apa yang harus diselesaikan oleh karyawan? (What?)
2. Kapan pekerjaan harus diselesaikan? (When?)
3. Dimana pekerjaan harus diselesaikan? (Where?)
4. Bagaimana cara mengerjakan pekerjaan? (How?)
5. Mengapa/ alasan pekerjaan dilakukan? (Why?)
6. Kualifikasi apa yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu job? (Who?)
Kegunaan hasil job analysis:
Saat organisasi pertama kali dibentuk. Untuk menyusun struktur organisasi dan
rekrutmen
o job spesifikasi,
1. Wawancara
a. Individual
b. Kelompok
PENGUMPULAN INFORMASI
DESKRIPSI PEKERJAAN
Tugas (job, duties/ task); aktivitas; fungsi (wewenang); tanggung jawab; kewajiban; lingkungan
kerja, bahan kerja; beban kerja; perangkat kerja (sarana); tempat kerja; hubungan jabatan;
vertical/horizontal; (keterkaitan dengan pekerjaan lain)); kondisi pelaksanaan; resiko jabatan.
SPESIFIKASI JABATAN
MEMPERBARUI/ MEMPERTAHANKAN
1. Persiapan
2. Wawancara untuk yang non regular (tdk kontinyu) & butuh waktu lama ;
unobservable
3. Questioner
8. Metode verifikasi
9. Metode peristiwa kritis (critical incident method: identifikasi sumber/ bahan yang
digunakan untuk mendukung tugas-tugas penting)
3. Tahap analisis dan penarikan kesimpulan untuk menyusun Job Description & Job
Specification
INFORMASI JABATAN
1. IDENTITAS JABATAN
a. Nama jabatan
b. Kode jabatan
c. Ikhtisar jabatan
2. HASIL KERJA (OUTPUT) PEMEGANG JABATAN
a. Benda
b. Jasa
c. Informasi
3. BAHAN KERJA (INPUT YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJADI OUTPUT)
a. Benda
b. Jasa
c. Informasi
4. PERANGKAT KERJA
a. Computer
b. Mesin ketik dsb.
1. IDENTIFIKASI JABATAN
Nama Jabatan/ Posisi : Direktur Sumber daya insani
Nama Unit Kerja (Divisi/ Direktorat) : Sumber daya insani
Nama Jabatan Atasan Langsung : Presiden Direktur
Lokasi Kerja : Surabaya
Corporate secretary
Manajer Personel Services & GA
Direktur adalah anggota Dewan Direksi Perusahaan yang dipilih oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) tetapi dalam beberapa perusahaan Direktur hanya pangkat atau
vice presiden yang bukan diangkat dan disahkan dalam RUPS. Walaupun demikian mereka
ini biasanya adalah anggota “Dewan Manajemen” Management Board yang biasanya justru
membuat keputusan-keputusan penting tentang strategi, kebijakan, dan target-target tahunan
perusahaan.
“Menjamin bahwa semua perusahaan dalam group X akan mampu merekrut, melatih,
mengembangkan, memotivasi dan mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi dalam
jumlah yang tepat, setiap saat, pada semua tingkatan dari organisasi agar group X selalu
mamiliki sumber daya insani yang berkualitas tinggi yang dapat didayagunakan untuk
merealisasi visi dan misi perusahaan”
1. Akuisisi SDI: mencakup pencarian, seleksi dan penempatan tenaga kerja yang
berkualitas tepat untuk semua tingkatan
2. Pengembangan SDI: peningkatan kualitas secara berkesinambungan termasuk
program pengembangan manajemen atau kaderisasi
3. Pendayagunaan SDI: mencakup tindakan penempatan secara tepat, perancangan
jabatan yang tepat, dan pengembangan gaya kepemimpinan yang tepat.
Daftar tugas-tugas ini hanyalah untuk membantu. Sebagai seorang pejabat senior, direktur
SDI seharusnya mengetahui yang harus dilakukannya untuk sukses melaksanakan
pekerjaannya dan mengemban tanggung jawabnya.
Sebagai seorang pemimpin sebuah satuan kerja Ia juga harus melaksanakan fungsi-
fungsi manajerial berikut ini:
1. Menetapkan sasaran kerja jangka menengah (3-5 tahunan) dan sasaran kerja
(target) tahunan untuk tiap bidang kerja dan bersama-sama dengan para
Manajer menetapkan sasaran kerja untuk unit kerja masing-masing.
2. Membuat rencana kerja operasional untuk mencapai sasaran-sasaran kerja
yang telah ditetapkan sekaligus membuat rencana anggaran belanja
3. Mengarahkan dan menggerakkan semua personel dalam ruang lingkup
direktorat SDI agar bekerja sama secara produktif melaksanakan rencana kerja
yang telah ditetapkan.
4. Memonitor kemajuan yang dicapai secara periodik, yaitu setiap triwulan,
tengah tahun dan tahunan serta melakukan evaluasi akhir
5. Secara periodik meneliti ulang keefektifan dan efisiensi struktur organisasi
direktorat yang dipimpinnya.
PENGERTIAN
Memberikan dasar yang sistematik untuk menentukan harga relatif pekerjaan/ jabatan
dalam organisasi. Evaluasi jabatan mengalir dari proses analisis jabatan serta bergantung
pada deskrispi jabatan dan spesifikasi jabatan. Dalam evaluasi jabatan, setiap jabatan dalam
organisasi diperiksa dan akhirnya dihargai menurut aspek-aspek berikut:
Salah satu metode evaluasi pekerjaan yang paling sederhana. Metode ini mengurutkan
pekerjaan, mulai dari pekerjaan dengan nilai paling tinggi sampai pekerjaan paling rendah
dalam organisasi. Seluruh pekerjaan dipertimbangkan daripada komponen-komponen
individual.
Metode penentuan peringkat dapat sangat subjektif, memberikan tugas yang sulit
kepada para manajer untuk menjelaskan mengapa suatu pekerjaan diperingkatkan lebih tinggi
daripada pekerjaan lain kepada karyawan yang gajinya dipengaruhi oleh penentuan peringkat
ini. Ketika penentuan peringkat melibatkan banyak pekerjaan, proses tersebut menjadi
janggal dan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, metode penentuan peringkat biasanya lebih
sesuai dalam organisasi kecil yang memiliki pekerjaan yang relatif sedikit.
2. METODE KLASIFIKASI
Dalam metode ini dari evaluasi pekerjaan, deskripsi setiap golongan pekerjaan ditulis,
dan kemudian setiap pekerjaan dalam organisasi dimasukkan ke dalam suatu tingkat
berdasarkan deskripsi golongan yang paling cocok.
Kesulitan utama pada metode klasifikasi adalah dibutuhkan penilaian subjektif untuk
mengembangkan deskripsi golongan dan menempatkan pekerjaan kedalamnya secara akurat.
Dengan banyaknya variasi pekerjaan dan deskripsi golongan yang pada umumnya tertulis,
beberapa pekerjaan dapat digolongkan menjadi dua atau tiga kelas yang berbeda dengan
mudah.
3. METODE ANGKA
Metode evaluasi pekerjaan yang digunakan secara luas, lebih rumit dari metode
penentuan peringkat dan metode klasifikasi.
Metode ini memecah pekerjaan menjadi berbagai faktor yang dapat diberi kompensasi
dan memberikan bobot, atau angka, pada mereka. Faktor yang dapat diberi kompensasi
(compensable-factor) menyebutkan nilai pekerjaan yang biasanya terdapat di seluruh
kelompok pekerjaan. Faktor-faktor tersebut berasal dari analisis pekerjaan. Sebagai contoh,
untuk pekerjaan di gudang atau pabrik, tuntutan fisik, bahaya yang dihadapi, dan lingkungan
kerja mungkin diidentifikasikan sebagai faktor-faktor yang dapat diberi kompensasi dan
diberi bobot yang berat. Akan tetapi, di sebagian besar kantor dan pekerjaan administrasi,
faktor-faktor tersebut tidak begitu penting. Akibatnya, faktor-faktor yang dapat diberi
kompensasi yang digunakan dan bobot yang diberikan harus mencerminkan sifat pekerjaan
menurut studi.
Contoh Sistem Hay menggunakan tiga faktor dan mengukur dalam angka tingkat di
mana setiap faktor tersebut dibutuhkan dalam setiap pekerjaan. Tiga faktor dan subfaktor
tersebut adalah:
1. Pengalaman
a. Keahlian fungsional
b. Ketrampilan manajerial
c. Hubungan antar manusia
2. Penyelesaian masalah
a. Lingkungan
b. Tantangan
3. Akuntabilitas
a. Kebebasan untuk bertindak
b. Pengaruh dari hasil-hasil akhir
Alasan lain dengan menggunakan metode angka adalah metode ini mengevaluasi
komponen pekerjaan dan menetukan angka total sebelum struktur imbalan kerja saat ini
dipertimbangkan. Dengan cara ini, pemberi kerja dapat menilai harga relatif daripada
hanya mengandalkan pola harga di masa lalu.
Satu kekurangan utama dari metode angka adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengembangkan sistem, karena alasan ini, pemberi kerja sering menggunakan buku
pedoman dan sistem yang dikembangkan oleh konsultan manajemen atau organisasi lain.
Sistem angka juga dikritik karena menguatkan struktur organisasi tradisional dan
kekerasan pekerjaan. Walaupun tidak sempurna, metode angka untuk evaluasi pekerjaan
pada umumnya lebih baik dari metode penentuan peringkat dan klasifikasi karena metode
angka mengukur elemen pekerjaan.
4. FAKTOR BANDINGAN
Metode faktor bandingan adalah kombinasi yang kuantitatif dan sangat kompleks
dari metode penentuan peringkat dan metode angka. Metode ini pertama-tama melibatkan
penentuan pekerjaan pembanding dalam organisasi, penyeleksian faktor yang dapat diberi
kompensasi, dan menggolongkan semua pekerjaan pembanding faktor demi faktor.
Berikutnya, pembanding pekerjaan dengan angka pasar untuk pekerjaan pembanding
menghasilkan penetapan nilai moneter untuk setiap faktor. Langkah akhir adalah
mengevaluasi semua pekerjaan lain dalam organisasi dengan membandingkan mereka
dengan pekerjaan pembanding.
Kegunaan lain dari evaluasi pekerjaan adalah untuk mendapatkan/ menciptakan iklim/
lingkungan kerja yang sesuai antara pekerjaan dan pekerja yang berujung pada
peningkatan produktivitas pemegang pekerjaan tersebut.
Erick Vetter dalam Jackson & Schuller dan Schuller & Walker mendefinisikan
Perencanaan sumber daya insani (HR Planning) sebagai: proses manajemen dalam
menentukan pergerakan SDI organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan
di masa depan. Dari konsep tersebut, perencanaan SDI dipandang sebagai proses linear,
dengan menggunakan data dan proses masa lalu (short term) sebagai pedoman perencanaan
di masa depan (long term).
Strategi SDI dalam praktik organisasi dilakukan dengan pertimbangan sampai seberapa jauh
departemen SDI memperhatikan:
Hal ini tidak terlepas dari dukungan kondisi organisasional, seperti: pembuatan rencana
stratejik oleh perusahaan, memperhatikan isu dan input yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif, ada tujuan spesifik dalam perencanaan stratejik, serta memiliki corporate
planning group.
1. HR concern
Berbagai perusahaan yang mendorong perlunya perhatian terhadap HR antara lain:
Dalam menghadapi isu yang terjadi, pertanyaan yang kerap muncul adalah “apa
yang harus dilakukan?”. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
a) Masalah persaingan biaya; bagaimana menjaga biaya tenaga kerja tetap rendah
b) Pendelegasian; bagaimana meningkatkan kapasitas keterlibatan karyawan dalam
bertindak
c) Perubahan organisasional; memunculkan masalah SDI seperti sentralisasi versus
desentralisasi
d) Peningkatan daya saing; bagaimana SDI membantu organisasi melaksanakan
orientasi customer service.
e) Keefektifan organisasional; bagaimana membangun perusahaan yang fleksibel,
efisien, ada interdependensi, dan team work yang efektif
f) Kompetensi karyawan; bagaimana meningkatkan kompetensi karyawan
g) Pengelolaan diversitas tenaga kerja; bagaimana SDI dapat meningkatkan
kapabilitas dan motivasi karyawan melalui perbedaan yang ada
h) Daya saing global; bagaimana berbisnis dengan perspektif global, mengelola
karier multinasional, serta mencari hasil dari integrasi korporasi global
4. Keterlibatan manajer lini (involving line managers)
Beberapa pendekatan yang efektif untuk diterapkan dalam strategi SDI adalah:
2. Integrated approach
Pendekatan ini meliputi integrasi antara:
a) General manajemen dan perspektif fungsional SDI
b) Perspektif manajer lini dan staf mengenai pengelolaan SDI
c) Perspektif perusahaan dan tenaga kerja serta unsur-unsur pokok lainnya
d) Perspektif unit-unit bisnis/ divisi dengan perusahaan secara keseluruhan
e) Perspektif lingkungan internal dan eksternal
1. Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun persediaan SDI
yang diekspektasikan bagi perencanaan bisnis masa depan
2. Mengembangkan tujuan perencanaan SDI
3. Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat memudahkan
organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan SDI
4. Mengawasi dan mengevaluasi program-program yang berjalan.
Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam merencanakan SDI adalah dengan
action-driven, yang memudahkan organisasi untuk memfokuskan bagian tertentu dengan
Perencanaan SDI merupakan kondisi penting dari “integrasi bisnis” dan “strategik”,
implikasinya menjadi tidak sama dengan “manpower planning” meski tehniknya mencakup
hal yang sama.
Proses perencanaan sering tidak berjalan dengan lancar, karena kebijakan perencanaan
tidak dibuat secara detail, sehingga terjadi gap antara corporate policies dan personel
policies serta aplikasinya dalam praktik. Perencanaan banyak ditujukan pada manajemen
suksesi dan pengembangan dibandingkan dengan aktivitas personalia lain. Gap yang terjadi
dalam perencanaan dalam pengembangan dan implementasinya dari strategi SDI dapat
dikelompokkan dalam empat permasalahan.
1. Perencanaan menjadi suatu problema yang dirasa tidak bermanfaat karena adanya
perubahan pada lingkungan eksternal organisasi, meskipun nampak adanya peningkatan
kebutuhan bagi perencanaan
2. Realitas dan bergesernya kaleidoskop prioritas kebijakan dan strategi yang ditentukan
oleh keterlibatan interst group yang memiliki power
3. Kelompok faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat manajemen dan ketrampilan serta
kemampuan manajer yang memiliki preferensi bagi adaptasi pragmatis di luar
konseptualisasi, dan rasa ketidakpercayaan terhadap teori atau perencanaan, yang dapat
disebabkan oleh kurangnya data, kurangnya pengertian manajemen lini, dan kurangnya
rencana korporasi
4. Pendekatan akademik yang dilakukan dalam pengujian kesuksesan perencanaan SDI
sangat idealistik dan preskriptif, di sisi lain tidak memenuhi realita organisasi dan cara
manajer mengatasi masalah-masalah spesifik.
Pendekatan ini diawali dari strategic drive korporasi saat ini, atau masalah bisnis yang
terjadi dari tingginya biaya tenaga kerja, pelayanan konsumen yang rendah, atau kurangnya
inovasi, dan berupaya untuk merencanakan solusi yang masuk akal dan substrategis. Agar
H. Perencanaan Karir
Perencanaan SDI dapat digunakan sebagai indicator kesesuaian antara Supply dan
demand bagi sejumlah orang yang ada dalam organisasi dengan ketrampilan yang sesuai;
a. Audit sederhana terhadap sasaran, apakah memenuhi tujuan, kekosongan terisi, biaya
berkurang, dan sebagainya. Sedangkan tingkat audit tergantung pada tujuan organisasi
dan seberapa jauh analisis terhadap keberhasilan meupun penyimpangan dapat dilakukan.
b. Evaluasi sebagai bagian dari tinjauan prosedur organisasi lain sesuai standar penggunaan:
1) Prosedur total kualitas; perlu bagi kebutuhan pengawasan dan dapat
menggambarkan atensi bagi ketidakcukupan SDI
2) Prosedur investasi manusia; perlu pengawasan bagi hasil pelatihan terhadap
analisis kebutuhan pelatihan bagi seluruh karyawan berbasis kontinuitas
3) Pendekatan analitis bagi utilisasi SDI dan pengawasan hasil
c. Evaluasi sebagai bagian dari audit komunikasi general atau survai sikap karyawan.
d. Dimasukkannya hal-hal berikut sebagai bagian audit yang lebih luas atau tinjauan fungsi
SDI:
1) Nilai tambah yang diperoleh organisasi, misalnya dalam mengembangkan
manusia atau pengurangan perpindahan tenaga kerja
2) Dalam memenuhi target departemen SDI atau penetapan fungsi
3) Dalam pengawasan pencapaian “equal opportunity target” dalam hal gender atau
ras
4) Sebagai bagian bentuk internal atau eksternal benchmarking komparasi dari
perencanaan SDI yang digunakan dan outcome dalam bagian lain di organisasi
yang sama
e. Melakukan review atas penilaian individu
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tujuan perencanaan SDI adalah memastikan
bahwa orang yang tepat berada pada tempat dan waktu yang tepat, sehingga hal tersebut
harus disesuaikan dengan rencana organisasi secara menyeluruh. Salah satu hasil evaluasi
penerapan program jangka panjang dapat ditujukan bagi perencanaan program suksesi.
Adanya gap antara perencanaan suksesi tradisional terhadap apa yang ingin
disampaikan, dapat diminimalkan dengan membangun team leadership yang kuat bagi tugas-
tugas strategic. Sejalan dengan perkembangan waktu, perencanaan suksesi perlu dimodifikasi
agar tetap menjadi alat yang relevan bagi regenerasi kepemimpinan organisasi. Dalam hal ini,
manajemen suksesi menawarkan pendekatan yang lebih dinamis dan fleksibel bagi
pengembangan team leadership yang kuat. Ada enam dimensi yang dikembangkan dalam
manajemen suksesi, yaitu orientasi korporasi, focus organisasional, keluaran atau
outcome, tehnik penilaian, komunikasi serta seleksi kelompok. Sedangkan pendekatan
yang digunakan untuk menguji ulang perlu mempertimbangkan area sebagai berikut;
mengembangkan pola kepemimpinan, memaksimalkan penggunaan team kerja, redefinisi
keterlibatan tim manajemen senior dan mempersiapkan kader kepemimpinan.
K. Kesimpulan
Perencanaan SDI awal difokuskan pada perencanaan kebutuhan SDI di masa depan
serta cara pencapaian tujuannya dan implementasi program-program, yang kemudian
berkembang, termasuk dalam hal pengumpulan data untuk mengevaluasi keefektifan program
yang sedang berjalan dan memberikan informasi kepada perencana bagi pemenuhan
kebutuhan untuk revisi peramalan dan program saat diperlukan. Dalam pelaksanaannya,
perencanaan SDI harus disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan utama perencanaan
yaitu memfasilitasi keefektifan organisasi dapat dicapai. Perencanaan SDI harus
diintegrasikan dengan tujuan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi.
Dalam perkembangannya, perencanaan suksesi dirasa sudah tidak lagi sesuai karena
banyak terjadi gap antara kebutuhan dengan hasil yang ingin dicapai, oleh karena itu
diperlukan alat baru yang mampu menyampaikan kebutuhan organisasi dalam melaksanakan
suksesi. Model baru yang mampu menggantikan peranan perencanaan suksesi adalah
manajemen suksesi, sehingga diperlukan revisi bagi pembaharuan pelaksanaan suksesi yang
didasarkan pada manajemen suksesi.
AKUISISI
Pengantar
Akuisisi atau Acquisition diadopsi dari bidang keuangan yang maksudnya adalah
salah satu cara perusahaan untuk menguasai perusahaan lain khususnya pesaingnya.
Perusahaan yang melakukan akuisisi biasanya berusaha menguasai mayoritas saham
perusahaan lain sehingga memiliki power untuk mengontrol perusahaan tersebut. Istilah
akuisisi diadopsi oleh para praktisi dan pakar manjemen SDI, pertama karena tujuan dan
prosesnya hampir sama dan kedua SDI sudah dianggap sebagai asset yang menentukan hidup
matinya sebuah organisasi bisnis.
Semua masalah yang dihadapi dalam bidang ini bersumber pada tiga kesalahan yang
dibuat oleh organisasi tersebut: yaitu salah pilih, salah asah dan salah asuh.
5. Faktor politik. Pemerintah yang over protektif terhadap tenaga kerja; masa percobaan
harus dibatasi 3 bulan dan sulitnya memberhentikan karyawan. Dampaknya sulitnya
perusahaan menyingkirkan karyawan yang berprestasi rendah/ atau tidak memiliki
potensi untuk dikembangkan. Pembatasan tenaga kontrak.
2. Menerapkan tehnik atau metode seleksi yang dianggap canggih seperti assessment center
Kebijakan akuisisi
Suatu program rekrutmen dan seleksi yang efektif dan sukses harus disusun dengan
dasar kebijakan-kebijakan penempatan tenaga kerja yang tepat. Kebijakan dalam bidang
akuisisi harus mengacu dan sejalan dengan visi, misi, strategi bisnis dan strategi dalam
bidang SDI. Dan merupakan “kebulatan tekad” semua direksi.
a. Apakah hanya untuk memenuhi lowongan atau pegawai yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam jangka panjang?
b. Dari dua aspek di bawah ini yang manakah yang akan didahulukan?
c. Apa yang harus dilakukan perusahaan dengan karyawan yang sudah dianggap “kartu
mati” atau yang karena tidak mungkin dikembangkan lagi?
e. Bagaimana seluruh proses akuisisi harus dilaksanakan? Siapa yang harus mengambil
inisiatif, siapa yang harus memberi tanda untuk memulai, dan siapa yang harus membuat
keputusan final? Kemudian bagaimana harus dilakukan tes, wawancara dan sebagainya?
f. Bagaimana dengan karyawan perusahaan pesaing atau perusahaan yang tergabung dalam
asosiasi yang sama, apakah boleh direkrut atau tidak?
Yang dimaksud dengan proses akuisisi adalah bagaimana seluruh program akuisisi
tersebut dilaksanakan, dan apa saja yang dilakukan. Terdapat empat tahap yang harus dilalui
secara berurutan: persiapan, pencarian calon/kandidat (rekrutmen), seleksi atau pemilihan
calon dan tahap tindak lanjut dan penyelesaian. Yang dimaksudkan prosedur akuisisi lebih
banyak terkait dengan “tata-cara” pelaksanaan dari aspek admintratifnya.
Akuisisi SDI adalah sebuah keputusan besar karena berdampak besar pada kinerja organisasi,
dan tingkat efisiensi biaya.
Persiapan akuisisi
START
5 Penawaran pekerjaan
6 Pemeriksaan kesehatan
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 58
Cek referensi terakhir
7
Yang membuat keputusan final dalam pemilihan calon pegawai adalah manajer lini “user”
Untuk melaksanakan tugas akuisisi secara efektif dan efisien diperlukan kompetensi yang
terdiri dari:
l. Bersikap diplomatis, tidak angkuh dan tidak menyakiti perasaan pelamar yang tidak
diterima atau tidak lulus tes agar citra positif perusahaan tetap terjaga.
Akuisisi dan staffing adalah salah satu dari fungsi-fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh seorang manajer/ pimpinan suatu unit kerja dan pimpinan perusahaan itu
sendiri. Sehubungan dengan itu para manajer linilah sebenarnya yang bertanggung jawab dan
berwenang membuat keputusan-keputusan yang menyangkut rekrutmen, penempatan tenaga
kerja, untuk bagian/ unit kerja masing-masing. Walaupun demikian, di perusahaan yang
cukup besar dan sudah mempunyai suatu bagian SDI, sebagian pekerjaan akuisisi ini
diserahkan kepada bagian SDI. Pada dasarnya ada empat hal yang harus tetap menjadi hak
dari para manajer lini atau manajer operasional sehingga boleh dilakukan oleh mereka, yaitu:
3. Membuat keputusan final tentang siapa calon yang dipilih. Tentu saja bisa dan minta
saran dan pendapat dari manajer SDI atau pegawai yang menangani rekrutmen dan
seleksi. Tetapi pada dasarnya yang akan bertanggung jawab atas akibat keputusannya,
bukan orang lain
4. Turut menetapkan berapa besar gaji atau imbalan dan fasilitas yang akan ditawarkan
kepada karyawan baru karena ia akan bertanggung jawab atas suasana kerja dan moril
karyawan di unit kerjanya.
Para manajer / pimpinan unit kerja selain bagian SDI harus memiliki pengetahuan dan
keahlian dalam hal:
a. Seluruh proses akuisisi serta kebijakan peraturan perusahaan yang mengatur soal ini.
Penyimpangan terhadap ketentuan dapat saja dilakukan bila dianggap sangat perlu tetapi
DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 60
sebaiknya dipertimbangkan dengan cermat, dampaknya pada organisasi secara
keseluruhan dan pada jangka panjang
b. Bersama dengan bagian SDI menentukan persaratan jabatan auatu profil kandidat.
Dalam praktek dan juga dalam beberapa buku, istilah rekrutmen seringkali diartikan
sebagai mencakup semua kegiatan rekrutmen, seleksi dan penempatan. Dalam istilah yang
berbeda adalah akuisisi; rekrutmen merupakan kegiatan pertama dalam proses akuisisi SDI.
Menyeleksi Calon
1. Skrining lamaran
2. Tes mengisi formulir lamaran
3. Tes kemampuan dan pengetahuan
a. Tes kemampuan Numeracy
Hampir tidak ada seleksi tanaga kerja tidak perduli pada tahap apapun tanpa melalui
tahap ini. Pada tingkat bawah mungkin bersifat sangat mendasar atau hanya tatap muka.
Namun tingkat eksekutif/ manajer, wawancara justru bisa menjadi satu-satunya metode yang
digunakan, sehingga harus dilaksanakan dengan tehnik yang tepat dan cara professional. Bagi
pewawancara tujuan suatu wawancara seleksi adalah untuk mencari atau mengidentifikasi
indicator-indikator yang dapat membantu menentukan bahwa secara relative seorang calon
pegawai akan sukses dalam pekerjaann yang mungkin dijabatnya nanti
Asumsinya;
1. Keberhasilan dan perilaku pada masa lalu merupakan petunjuk terbaik untuk prestasi di
masa yang akan datang.
Cara yang digunakan untuk menentukan profil standar (tolok ukur) dalam menyeleksi
karyawan dengan metode penilaian 360 derajat, kemudian diidentifikasi komponen-
komponen kompetensi mereka yang paling menonjol, terutama komponen karakteristik
pribadi, akhirnya profil dan dimensi kompetensi orang tersebut digunakan sebagai
patokan (standar) untuk memilih orang baru.
2. Asumsinya adalah bahwa kita lebih cermat dan tepat dalam menyeleksi karena kita sudah
mempunyai gambaran pasti dalam pikiran kita mengenai orang yang bagaimana yang
sebenarnya kita cari.
Dengan metode ini, pertimbangan subjektif tidak diberi tempat utama tetapi juga tidak
diabaikan begitu saja.
a. Gambaran sukses di suatu pekerjaan belum tentu cocok untuk orang atau pekerjaan
lain.
b. Penilaian dengan mudah dipengaruhi oleh kesan pertama terutama oleh penampilan
fisik pelamar. (pelamar agak kurang sehat sehingga tampak pucat langsung dicoret
dari daftar padahal ia salah satu calon terbaik)
Tujuan wawancara
Yang kita cari dalam wawancara adalah “Menggali bukti-bukti” wawancara terfokus.
Pertimbangan penilaian tidak hanya pada benar tidaknya jawaban (kadang malah tidak
dipersoalkan) tetapi juga dari faktor-faktor lain:
1. Cara pelamar menjawab pertanyaan
2. Suara, tata bahasa dan bahasa tubuh
3. Isi jawaban untuk tiap pertanyaan:
a. Kebenarannya
b. Ketepatannya (relevansi dengan pertanyaan)
c. Kejelasan
d. Mutu jawaban
4. Sikap pelamar selama wawancara
5. Disiplin/ ketepatan pelamar atas waktu
1. Ketepatan waktu
2. Kerapian dan penampilan
3. Energy dan kemampuan fisik
4. Perilaku
5. Minat dan keingintahuan
6. Perilaku berkomunikasi
7. Integritas dan sikap mental
Tehnik bertanya.
Agar tujuan utama dari suatu wawancara seleksi yaitu memperoleh informasi yang
diperlukan mengenai pelamar benar-benar tercapai, pelamar harus “dipaksa” untuk
memberikan keterangan yang diperlukan. Untuk membedakan sikap yang sebenarnya atau
“dibuat-buat” pelamar dalam penampilan. Pertanyaan seperti apa dan bagaiman bertanya
yang tepat itu?
Wawancara terfokus.
Mendesak pelamar untuk menjelaskan bagaimana sikap mereka dan apa yangmereka
lakukan sewaktu menghadapi situasi tertentu yang benar-benar pernah dihadapinya, bukan
situasi yang bersifat pengandaian
1. Pertanyaan pembuka
a. Coba Saudara ceritakan kepada saya pengalaman kerja saudara sekarang? “
bagian-bagian mana yang menurut saudara sangat menarik”
b. “hal-hal (pekerjaan-pekerjaan) mana yang paling banyak menyita waktu
Saudara?”, “mengapa saudar menghabiskan waktu untuk tugas tersebut”
c. “hal-hal (bidang-bidang) apa yang menurut Saudara, telah sangat berhasil atau
telah Saudara lakukan dengan baik, dan mengapa Saudara menganggap
demikian?”
d. “hal-hal mana yang menurut Saudara paling sukar untuk dikerjakan dan mengapa
Saudara berpendapat demikian?”
2. Bagaimana sikap dan perasaan pelamar terhadap bekerja di bidang kesehatan
Pertanyaan seperti itu sangat tepat untuk digunakan sewaktu mewawancarai orang orang
muda yang baru lulus dan atau berpengalaman dua sampai lima tahun. Contoh
Apa rasa frustasi atau kekecewaan yang paling besar yang pernah saudara alami dalam
pekerjaan? Mengapa saudara merasa seperti itu? Apa yang Saudara lakukan?
Jika pelamar pernah mempunyai pekerjaan tetap pada masa lalu, pertanyaan dibawah ini
berguna.
Alas an apa yang menyebabkan Saudara meninggalkan pekerjaan lama? (catatan: jangan
puas dengan satu alasan saja)
Bagaimana kesan Saudara tentang perusahaan tempat Saudara bekerja terakhir ?
3. Bagaimana perasaan pelamar mengenai orang lain
Perasaan pelamar mengenai orang lain, baik kawan kerjanya maupun atasan, atau teman
kuliah mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan dalam pekerjaan.
Bagaimana perasaan Saudara tentang perlakuan yang diberikan oleh atasan Saudara
kepada Saudara dan rekan rekan sekerja?
Cara apa yang digunakan atasan Saudara yang Saudara anggap paling efektif
mengmebangkan kemampuan Saudara lebih lanjut?
Orang orang yang bagaimana yang Saudara sukai untuk bekerja sama? Orang seperti apa
yang menurut Saudara sangat sulit untuk diajak bekerja sama? Kalau Saudara pernah
berhasil bekerjasama dengan orang orang seperti ini bagaimana caranya?
4. Ambisi pelamar dan tujuannya dalam hidup dan bekerja
Dalam hal pekerjaan, hal-hal apakah yang penting bagi Saudara? Mengapa?
Hal-hal apa yang ingin Saudara hindarkan (tidak ingin ditemui) dalam pekerjaan dan
mengapa?
Apakah karir yang ingin Saudara tempuh? Hal-hal apa di luar pekerjaan yang telah
Saudara kerjakan atau rencanakan untuk dilakukan untuk membantu mencapai keinginan
Saudara tersebut?
Pada sepuluh tahun mendatang Saudara menginginkan berada pada jabatan apa?
Mengapa?
5. Konsep diri pelamar
Pengembangan SDI bagi organisasi pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan
kualitas dan kompetensi SDI dalam organisasi. Dengan tujuan agar organisasi mampu
ewujudkan visinya dan tujuan-tujuan jangka menengah maupun jangka pendek.
Bagi karyawan program pengembangan SDI dapat berarti “suatu proses belajar dan
berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka dalam
pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peran dan tanggung jawab yang akan
datang”
INDIVIDU
Perencanaan dan
Asesmen potensi &
pola karir
Evaluasi kinerja komunikasi
Program diklat di
On the job training dalam/ di luar
Rencana suksesi
Pengembangan tim
Rancangan
kerja baru
organisasi baru
Rekrutmen tenaga
“share values” baru/ jadi
penegasan Analisis tentang
kebutuhan masa Perencanaan SDI
depan atas dasar
ORGANISASI
visi & strategi
bisnis baru
Rekrutmen tenaga
“mentah”
Jenis pelatihan
melaksanakan pekerjaan yang akan dilakukan dalam jabatannya atau pekerjaannya nanti.
karir.
Merancang pelatihan
Pelaksanaan pelatihan
4. Perspektif waktu; lebih tertarik dengan hal baru yang dapat diterapkan dengan segera.
Metode Pelatihan
Pepatah “kalau saya hanya dengar saya lupa, kalau saya lihat saya bisa ingat, kalau saya
lakukan maka saya mengerti”.
1. Metode informasional; tehnik komunikasi satu arah”; ceramah/ kuliah, penggunaan alat
audio visual. Peserta pasif lebih banyak mendengar sehingga cepat lupa.
2. Metode experimental; peserta melakukan interaksi aktif dengan instruktur; alat simulasi /
peraga. Yang termasuk dalam kelompok ini:
a. On the Job Training (OJT)
b. Computer Based Training (CBT)
c. Equipment simulator. Contoh training pilot.
e. Behavior Modeling (model perilaku) dan Sensitivity Training (pelatihan kepekaan; tehnik
ini
1. Pimpinan perusahaan
2. Pemerintah
Suatu proses kinerja, apabila telah selesai dilaksanakan akan memberikan hasil kerja
atau prestasi kerja. Suatu proses kinerja dapat dikatakan selesai apabila telah mencapai suatu
target tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dapat pula dinyatakan selesai
berdasarkan pada suatu batasan waktu tertentu, misalnya pada akhir tahun.
Evaluasi kinerja dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap hasil kerja atau
prestasi kerja yang diperoleh organisasi, tim atau individu. Evaluasi kinerja akan memberikan
umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja, perencanaan dan proses pelaksanaan
pekerjaan. Evaluasi pekerjaan dapat pula dilakukan terhadap proses penilaian, review dan
pengukuran kinerja. Atas dasar evaluasi kinerja dapat dilakukan langlah-langkah untuk
melakukan perbaikan kinerja di waktu yang akan datang.
A. PENGERTIAN
Evaluasi kinerja merupakan pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku
seseorang, atau prestasi sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan personil
(kreitner dan Kinicki, 2001)
Evaluasi juga memenuhi kebutuhan umpan balik bagi pekerja tentang bagaimana
pandangan organisasi terhadap kinerjanya. Selanjutnya, evaluasi kinerja dipergunakan
sebagai dasar untuk mengalokasi reward. Keputusan tentang siapa yang mendapatkan
kenaikan upah dan reward lain sering dipertimbangkan melalui evaluasi kinerja.
Kreitner dan Kinicki melihat sasaran evaluasi dari segi pendekatannya, yang
disebutkan sebagai pendekatan terhadap sifat, perilaku, hasil dan kontingensi. Sedangkan
Robbins (2003) melihat evaluasi kinerja dalam ukuran hasil pekerjaan individu, perilaku, dan
sikap. Keduanya bersifat saling melengkapi.
1. Pendekatan sikap
Pendekatan ini menyangkut penilaian terhadap sifat atau karakteristik individu. Sifat
biasanya diukur dalam bentuk inisiatf, kecepatan membuat keputusan dan
ketergantungan. Meskipun pendekatan sangat luas dipergunakan oleh manajer, pada
umumnya dipertimbangkan oleh para ahli yang paling lemah.
Penilaian sifat kurang sempurna karena relatif bermakna ganda terhadap kinerja aktual.
Misalnya, penilaian seseorang yang mempunyai inisiatif rendah tidak memberikan
sesuatu tentang bagaimana memperbaiki prestasi kerja. Demikian juga pekerja cenderung
2. Pendekatan perilaku
Dalam banyak hal sulit untuk mengidentifikasi hasil spesifik yang dapat dihubungkan
dengan tindakan pekerja. Hal tersebut benar terutama apabila penugasan individu pekerja
merupakan bagian dari usaha kelompok. Kinerja kelompok mungkin siap dievaluasi,
tetapi kontribusi masing masing anggota sulit atau tidak mungkin diidentifikasi dengan
jelas. Dalam hal ini tidak biasa bagi manajemen mengevaluasi perilaku pekerja.
Perilaku seorang manajer perencana yang dapat dipergunakan untuk evaluasi kinerja
adalah ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan bulanan atau gaya kepemimpinan
yang ditunjukkan. Perilaku seorang tenaga penjualan ditunjukkan oleh rata-rata jumlah
kontak telepon per hari atau jumlah hari sakit yang dipergunakan dalam setahun.
3. Pendekatan hasil
Dengan menggunakan kriteria hasil, seseorang manajer perencana dapat dinilai berdasar
jumlah yang diproduksi, sisa yang yang ditimbulkan, dan biaya produksi per unit.
Demikian pula halnya, seorang tenaga penjualan dapat diukur dari volume penjualan
seluruhnya, peningkatan penjualan dan jumlah rekening yang dapat diciptakan.
4. Pendekatan kontingensi
Namun demikian pendekatan sikap cocok ketika harus membuat keputusan promosi
untuk calon yang mempunyai pekerjaan yang tidak sama. Sementara itu, pendekatan hasil
dibatasi oleh kegagalannya menjelaskan mengapa tujuan penilai tidak tercapai.
Secara keseluruhan, pendekatan perilaku muncul sebagai yang terkuat, tetapi tergantung
pada situasi, seperti ketika pekerja dengan pekerjaan yang tidak sama dievaluasi untuk
promosi.
C. SASARAN EVALUASI
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001) Evaluasi kinerja dapat dipergunakan untuk:
1) Administrasi penggajian
2) Umpan balik kinerja
3) Identifikasi kekuatan dan kelemahan individu
4) Mendokumentasikan keputusan kepegawaian
5) Penghargaan terhadap kinerja individu
6) Mengidentifikasi kinerja buruk
7) Membantu dalam mengidentifikasi tujuan
8) Menetapkan keputusan promosi
9) Pemberhentian pegawai
10) Mengevaluasi pencapaian tujuan
Menurut Vecchio (1995) evaluasi memberikan manfaat terhadap upaya memelihara dan
memperbaiki kinerja;
1) Membantu supervisor dalam membuat keputusan tentang kompensasi relatif
2) Membantu manajer mengevaluasi kecocokan bawahan untuk training dan
development dan mutasi pekerjaan
3) Membuka saluran komunikasi antara supervisor dan bawahan
METODE EVALUASI
Metode yang dapat dipergunakan dalam melakukan evaluasi kinerja pada dasarnya
sama dengan metode yang dipergunakan dalam mendapatkan umpan balik, melakukan
penilaian dan review.
Compensation
Financial Non-financial
Employee services
(relocation, child care,
educational assistance,
etc) DIKSUSCAPIM AUMKES MPKU PWM JATIM 2020 76
Premium pay (Hazzard
Dari bagan di atas kompensasi keuangan langsung terdiri dari gaji, upah, dan insentif
(komisi dan bonus). Sedangkan kompensasi keuangan tidak langsung dapat berupa
berbagai macam fasilitas dan tunjangan.
a) Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan secara teratur,
seperti tahunan, catur wulan, bulanan atau mingguan. Gaji merupakan jenis
penghargaan yang paling penting.
b) Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada pekerja
berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan
yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya
upah dapat berubah-ubah.
c) Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena
kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Dengan asumsi uang dapat untuk
mendorong karyawan bekerja lebih giat, maka bagi mereka yang produktif lebih
menyukai gajinya dibayarkan bardasarkan hasil kerja. Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk menentukan standar yang tepat. Tidak terlalu mudah untuk
dicapai juga tidak terlalu sulit.
d) Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa penghargaan dapat;
1) Mempengaruhi tingkat motivasi karyawan
2) Budaya dan iklim organisasi secara menyeluruh
3) Struktur dan biaya operasional organisasi
3. Asas kompensasi
Penghargaan menjembatani kesenjangan antara tujuan organisasi dengan aspirasi serta
penghargaan karyawan. Supaya efektif, kompensasi seharusnya dapat:
1) Memenuhi kebutuhan dasar
2) Mempertimbangkan adanya keadilan eksternal
TUNJANGAN
FASILITAS
SURVEI
PASAR
LEVEL
STRATEGI STRATEGI STRUKTU PENINGKATAN
RELATIVITAS REMUN
BISNIS IMBALAN R GAJI KINERJA
GAJI ERASI
EVALUASI GAJI
JABATAN KINERJA
PENGEMBANGAN
MANAJEMEN KINERJA
KARYAWAN
Dari uraian di atas diketahui bahwa agar kompensasi terasa adil, maka evaluasi
pekerjaan, survey gaji, dan penilaian prestasi kerja merupakan serangkaian pekerjaan
yang perlu dilakukan dalam pemberian kompensasi/ imbalan
Penilaian pekerjaan dan evaluasi pekerjaan merupakan suatu proses yang digunakan
untuk menentukan nilai relatif dari berbagai pekerjaan, antara lain dengan
membandingkan nilai jabatan-jabatan yang lain yang ada dalam suatu organisasi.
Proses imbalan menyeluruh yang diilustrasikan pada gambar diatas menunjukkan
manajemen imbalan sebagai proses terintegrasi di mana elemen-elemen yang berbeda
saling mendukung dan secara bersama-sama mendorong pencapaian kinerja yang lebih
baik.
Strategi imbalan menyeluruh bersumber dari strategi SDI dan Strategi Bisnis. Strategi
SDI dan strategi bisnis diformulasikan dan diimplementasikan dalam bidang imbalan
melalui proses yang dijelaskan berikut ini:
Proses imbalan financial, adalah proses imbalan yang berkaitan dengan pemberian gaji
dasar dan gaji variabel serta ketentuan mengenai tunjangan dan pension karyawan
Gaji pokok, adalah gaji untuk suatu jabatan yang besarnya dipengaruhi oleh pasar internal
maupun eksternal. Besar gaji seseorang merupakan gaji pokok ditambah dengan gaji yang
dikaitkan dengan kompetensi atau ketrampilan atau masa kerja. Besarnya dan jenis bonus
uang biasanya ditentukan berdasarkan gaji dasar ini. Demikian juga besarnya uang
pension serta besar dan jenis tunjangan karyawan lainnya juga ditetapkan dalam
kaitannya dengan gaji pokok ini.
Kesimpulan:
MANAJEMEN KARIR
Pengantar
Perubahan lingkungan yang begitu dinamis telah dihadapi oleh setiap organisasi.
Organisasi dituntut untuk dapat beradaptasi dan bergerak cepat dengan perubahan. Perubahan
struktur dilakukan agar organisasi dapat segera merespon berbagai perubahan yang terjadi.
Kenyataan akan perlunya perubahan dalam struktur organisasi telah memberikan dampak
pada pengembangan karir individu. Manajemen karir akan dipergunakan oleh individu untuk
menghubungkan sistem tenaga kerja dan sistem pasar.
Karir dalam organisasi cellular tidak melibatkan hirarki manajerial. Fungsi organisasi
bukan sebagai pemberi kerja tetapi sebagai mekanisme pendukung untuk menerapkan dan
meningkatkan keahlian intensif anggotanya. Organisasi akan memberikan tanggung
jawab secara penuh perkembangan kompetensi dan manajemen karir pada individu. Tidak
ada norma atau model yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi, merencanakan,
meninjau ulang dan menganalisis dalam karir tanpa batas. Sifat yang dituntut untuk
seorang manajer yang efektif dalam organisasi network akan diperkuat dalam organisasi
cellular. Kompetensi yang dibutuhkan tidak hanya pada kemampuan tehnis, bisnis dan
keahlian kolaborasi yang kuat, tetapi juga kepemimpinan dan self governance.
Manajemen karir
Manajemen karir yang ada dalam organisasi akan menjadi suatu kekuatan dalam
upaya untuk mendorong individu agar tumbuh dan merealisasikan potensinya secara
Pergeseran dari karir terbatas menuju karir tanpa batas mengindikasikan adanya
kematian organizational career dan hidupnya protean career. Protean career adalah
karir yang sering mengalami perubahan, seiring dengan dua perubahan yang terjadi yaitu
perubahan kepentingan, kemampuan dan nilai seseorang juga perubahan lingkungan kerja
itu sendiri. Protean career adalah karir yang didorong oleh individu itu sendiri (bukan
oleh organisasi) dan akan disesuaikan oleh individu itu sendiri dari waktu ke waktu sesuai
dengan perubahan lingkungan.
Karir adalah proses. Ada cara dan jalur untuk mengembangkannya. Perusahaan
berkualitas selalu berupaya menciptakan jenjang karir yang sesuai dengan kapasitas,
kualitas dan dedikasi karyawan demi kontribusi dan prestasi kerja prima.
Proses karir
Suatu proses yang sengaja diciptakan perusahaan untuk membantu karyawan agar
lebih meningkatkan karir. Proses karir suatu kerangka yang dibangun dalam upaya
membantu karyawan, seperti:
Menggambarkan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir serta kebutuhan untuk
pengembangan
Perangkat karir dapat disiapkan dan direncanakan melalui suatu wadah lembaga pelatihan.
Perangkat lunak karir merupakan perangkat asesment and planning dalam membantu dan
dapat memecahkan permasalahan karir serta dapat mempedomani melalui pengembangan
action plan.
Pengembangan karir itu sendiri mempunyai arah atau jalur-jalur serta pilihan yang
akan memberikan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan karirnya sepanjang arah
itu mencerminkan tujuan dan kemampuannya.
Lateral yaitu pengembangan kea rah samping suatu pekerjaan yang lain yang mungkin
lebih cocok dengan ketrampilannya dan memberi pengalaman lebih luas, tantangan baru
serta memberikan kepercayaan dan kepuasan lebih besar.
Vertical yaitu pengembangan ke arah atas pada posisi yang mempunyai tanggungjawab
dan wewenang yang lebih besar di bidang keahlian khusus atau keahlian khusus yang
baru
Relocation, yaitu perpindahan secara fisik ke unit organisasi lain atau ke tempat yang
dapat melengkapi kesempatan pertumbuhan dan peningkatan keinginan dan kemampuan
karyawan untuk tetap pada pekerjaan yang sama.
Exploration, yaitu menjelajah ke arah yang lebih luas lagi kepada pilihan karir di dalam
unit organisasi maupun di luar unit organisasi untuk mencari dan mengumpulkan
informasi sehingga dapat menjawab pertanyaan dan membuat suatu keputusan tentang
potensi karir yang akan dipilih.
Realignment yaitu pergerakan ke arah bawah yang mungkin dapat merefleksikan suatu
peralihan atau pertukaran prioritas pekerjaan bagi karyawan untuk mengurangi resiko,
tanggung jawab, dan stres, menempatkan posisi karyawan tersebut ke arah yang lebih
tepat yang sekaligus sebagai kesempatan atau peluang yang baru.
Proses dan pengembangan karir yang ditumbuhkan perusahaan sangat membantu setiap
individu karyawan dalam memecahkan masalah karir, tidak ada masalah bagi diri
karyawan dalam meniti karirnya.
Salah satu unsur penting dalam manajemen SDI adalah perencanaan karir karyawan.
Perencanaan karir karyawan adalah suatu proses yang bertujuan agar karir tenaga kerja
dapat dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya sehingga bisa berfungsi
dengan baik dan optimal bagi perusahaan.
Program pembinaan karir yang kurang baik dapat menimbulkan keresahan dalam
organisasi. Karyawan akan merasa tidak aman, merasa diperlakukan secara tidak jujur,
merasa tidak diberi kesempatan yang sama, selanjutnya merasa kurang puas dengan
kebijakan-kebijakan perusahaan, sehingga berdampak negatif pada efektivitas dan
efisiensi perusahaan.
Salah satu tugas penting manajemen SDI adalah mendayagunakan SDI agar mampu
dan mau bekerja optimal demi tercapainya tujuan organisasi. Manusia akan mampu dan
mau bekerja secara optimal dengan baik bila ia ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
sesuai dengan minat dan kemampuannya; serta bila ia bisa memenuhi berbagai
kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu.
Akan tetapi penempatan karyawan pada jabatan yang sesuai tersebut tidak terlalu
mudah untuk dijalankan. Penempatan yang sesuai tersebut perlu didasarkan pada
pengetahuan yang lengkap tentang karakteristik karyawan, karakteristik jabatan, dan
kesesuaian antara keduanya.
b. Semua karyawan dapat dikembangkan dan ditempatkan menurut jalur yang tepat
sesuai minat dan karakteristiknya
Bagi karyawan;
Bagi perusahaan;
Mengendalikan turn-over
Mengetahui sejak awal tenaga kerja yang kurang/ tidak terampil, juga tenaga kerja
yang tidak produktif, sehingga dapat diambil tindakan segera.
Proses perancangan sistem karir diawali dengan perancangan jalur karir (career path)
kemudian dilanjutkan dengan perancangan program kaderisasi. Dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Adalah jalur yang menghubungkan posisi satu dengan posisi yang lain. Jalur karir
dikaitkan berdasarkan jabatan yang dimiliki posisi. Ini berarti jalur karir mengarahkan
karir pegawai berdasarkan urutan jabatan/ profesi/ posisi dengan pertimbangan
“kemiripan”, kesesuaian dan keterkaitan” sehingga sampai terbentuk jalur karir.
Untuk menyederhanakan, semua posisi pada level sama yang memiliki kemiripan atau
kesamaan dalam faktor-faktor di atas dikelompokkan ke dalam suatu jabatan.
Program kaderisasi dirumuskan setelah jalur karir terbentuk. Melalui program ini
jabatan yang kosong dapat segera diisi dengan karyawan yang sesuai untuk jabatan
tersebut. Dari sudut karyawan program kaderisasi dapat memberikan keterangan
mengenai kemungkinan promosi atau mutasi yang dapat dialami oleh seorang karyawan.
Dengan adanya keterangan tersebut perusahaan dapat mempersiapkan karyawan yang
bersangkutan agar siap dan memiliki kualifikasi individu yang sesuai dengan jabatan
yang baru, sehingga perpindahan karyawan dapat dilakukan tanpa mempengaruhi
efektivitas organisasi.
Individu mana yang paling sesuai untuk dicalonkan menempati suatu posisi atau
jabatan
Kemampuan atau kualifikasi apa yang perlu ditambahkan oleh kandidat tersebut
agar sesuai dengan persaratan posisi atau jabatan.
Inventarisasi kualifikasi apa yang perlu ditambahkan oleh kandidat tersebut agar
sesuai dengan persyaratan posisi/ jabatan
Penelaahan awal
terhadap organisasi
Pemanfaatan rumusan jalur karir dan program kaderisasi dengan perhatian khusus kepada:
a. Diperlakukan sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan (decision support system)
yang menunjukkan arah pengambilan keputusan.
Di mana ada pilihan tindakan, kebijakan (policy) bertindak sebagai garis pedoman
umum yang berfokus pada tindakan-tindakan organisasional. Kebijakan bersifat umum,
sementara prosedur dan peraturan tergantung pada situasi. Peran penting kebijakan dalam
menuntun pembuatan keputusan mengharuskan kebijakan ditinjau secara tetap, karena
kebijakan yang kuno dapat menghasilkan keputusan yang buruk. Perkembangan kebijakan
juga harus dimonitor dengan teliti. Gagal untuk meninjau, menambah, atau menghapus
kebijakan ketika situasi berubah dapat menimbulkan masalah.
Peraturan (Rule) adalah garis pedoman khusus yang mengatur dan membatasi perilaku para
individu. Peraturan mirip dengan prosedur, dimana mereka menuntun tindakan dan biasanya
tidak mengijinkan adanya keleluasaan dalam aplikasinya. Peraturan mencerminkan
keputusan manajemen bahwa tindakan akan diambil - atau tidak diambil - dalam situasi
tertentu, dan peraturan menyediakan lebih banyak garis pedoman perilaku yang spesifik
daripada kebijakan.
Definisi, kelompok jabatan adalah suatu kumpulan jabatan. Sifat dan tujuan dari
jabatan-jabatan tersebut sama, namun level pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda.
Kelompok jabatan biasanya bersifat fungsional, yaitu menyangkut kelompok pekerjaan
dalam fungsi tertentu seperti pemasaran, keuangan atau kepegawaian, kelompok jabatan juga
bisa bersifat generik, yang mencakup jenis pekerjaan yang sama namun lintas fungsional.
Misalnya staf profesional, administrator, manajer atau pemimpin tim.
Jabatan yang dimasukkan dalam satu kelompok jabatan memiliki hubungan satu sama lain
dalam hal:
b. Disiplin tehnis atau profesional, misalnya ilmuwan, tehnisi, desainer, akuntan atau
spesialis kepersonaliaan.
d. Hirarki wilayah organisasi, mis manajer wilayah, manajer cabang, manajer pusat dsb
Dalam setiap kelompok jabatan terdapat sejumlah faktor penyama, namun juga terdapat
faktor pembeda yang digunakan untuk memilah berbagai level pekerjaan
a. Mengidentifikasi peran yang memiliki jenis pekerjaan serupa tetapi dilaksanakan pada
level berbeda
Spesifikasi peran
Sifat dan kompleksitas pekerjaan; pernyataan singkat mengenai jenis pekerjaan yang
dijalankan oleh individu dalam peran tertentu. Pernyataan ini dibuat pada saat
mendesain kelompok jabatan. Pernyataan ini berlaku umum untuk peran yang serupa.
Akuntabilitas; output utama dari peran yang dijalankan dalam satu level kelompok
jabatan.
Ukuran kinerja; indikator utama kinerja untuk menilai seberapa efektif individu
menjalankan perannya.
a. Akuntabilitas
b. Kompetensi
3. Harus direncanakan dan dikelola oleh tim lintas fungsional baik manajemen lini maupun
staf.
4. Tim proyek fungsional harus menjalankan tugas mendefinisikan level kelompok jabatan
6. Hasil dari proses tersebut dikaji dan dikoordinasikan dengan tim proyek lintas fungsional.
7. Untuk memandu dan membantu berbagai tim proyek diperlukan fasilitator yang
berpengalaman.
Dalam diskusi ini peran fasilitator sangat penting. Sekedar melibatkan mereka yang
terkena dampak belumlah cukup, mereka harus diberitahu maksud keterlibatan mereka,
bagaimana implementasinya, dampaknya apa. Karena metode kelompok jabatan adalah
sarana untuk menetukan jalur karir dan menyediakan peluang untuk berkembang terus
menerus. Proses komunikasi ini harus menciptakan rasa memiliki dan memastikan kelancaran
implementasinya.
Keunggulan:
2. Menetapkan tangga karir dalam atau antar fungsi, menetapkan persyaratan kompetensi
untuk menaiki tangga karir tertentu
3. Menetapkan prosedur mencapai kemajuan karir dalam organisasi yang datar (hirarki
sudah dipangkas). Menegaskan bahwa level di dalam kelompok jabatan didasarkan atas
pekerjaan yang dilakukan dan kompetensi yang diperlukan, bukan langkah-langkah dalam
organisasi.
4. Meningkatkan fleksibilitas dalam karir dan manajemen imbalan, model kelompok jabatan
sesuai dengan struktur broadbanded
8. Memungkinkan organisasi bereaksi secara lebih selektif ketika mengubah tingkat gaji
dalam mengikuti gaji pasar pada masing-masing kelompok jabatan
Kelemahan
2. Keadilan menjadi semakin sulit dicapai, terutama ketika level gaji dipengaruhi oleh
pertimbangan harga pasar
3. Sulit menghindari diskriminasi gaji, kecuali jika terdapat dasar yang kuat melalui proses
evaluasi jabatan
5. Struktur gaji menjadi tidak padu atau koheren, terbagi-bagi menjadi sejumlah struktur-
struktur kecil yang tidak terkait satu sama lain.
Model ini paling cocok dalam organisasi dimana terdapat sejumlah fungsi atau
pekerjaan yang dianggap memiliki karakteristik khusus yang harus dilakukan secara khusus
pula. Hal ini terutama benar apabila pemegang jabatan adalah para staf profesional atau
pekerja berpengetahuan yang peluang karirnya hanya tersedia dalam fungsinya saja.
\Keadaan yang tidak menguntungkan penerapan model ini adalah jika organisasi
pernah menerapkan model -tangga karir professional- yang terlalu kaku dan menyebabkan
hilangnya fleksibilitas. Sebagai akibatnya setiap upaya untuk mengelompokkan peran jabatan
selalu dipandang dengan curiga. Untuk memperkenalkan model kelompok jabatan harus ada
Klasifikasi pekerjaan.
Sistem klasifikasi untuk semua pekerjaan, baik untuk sektor publik maupun sektor
swasta, didasarkan atas beberapa faktor, diantaranya adalah: