Disusun oleh :
I Putu Artha Satria Wibawa (2181611014)
Stewart dan Mickunas (1990) menekankan empat perspektif filosofis dalam fenomenologi
adalah sebagai berikut.
1) Kembali ke tugas tradisional filsafat. Pada akhir abad ke-19, filsafat menjadi terbatas
pada eksplorasi yang disebut “saintisme.”
2) Filsafat tanpa prasangka. Pendekatan fenomenologi adalah untuk bergantung pada
semua penilaian tentang apa yang nyata "sikap nasional" sampai mereka menjadi
dunia dengan cara empiris, didirikan atas dasar yang lebih pasti. Penangguhan ini
disebut "epoche" oleh Husserl.
3) Intensionalitas kesadaran. Realitas, menurut bagi Husserl, tidak dibagi menjadi
subjek dan objek, tetapi ke dalam sifat Cartesian ganda dari subjek dan objek saat
mereka muncul dalam kesadaran.
4) Penolakan dikotomi subjek-objek. Tema ini mengalir secara alami dari
intensionalitas kesadaran. Realitas dari suatu objek hanya dirasakan dalam makna
pengalaman individu.
1
2. Jenis Fenomologi
Terdapat dua pendekatan phenomenological research yaitu hermeneutic phenomenology
yang dikemukakan oleh (van Manen,1990) dan transcendental phenomenology atau
psychological phenomenology yang dikemukakan oleh (Moustakas,1994). Dua pendekatan
fenomenologi, yaitu:
1) Fenomenologi hermeneutik (van Manen, 1990)
Fenomenologi bukan hanya deskripsi, tetapi juga dilihat sebagai proses interpretif
di mana peneliti membuat interpretasi (yaitu, peneliti "menengahi" antara makna
yang berbeda; van Manen, 1990, hlm. 26) tentang makna yang dihayati
pengalaman.
2) Fenomenologi empiris, transendental, atau psikologis (Moustakas, 1994).
Fenomenologi transendental atau psikologis Moustakas (1994) lebih sedikit
difokuskan pada interpretasi peneliti dan lebih pada deskripsi pengalaman peserta.
Selain itu, Moustakas berfokus pada salah satu konsep Hussed, epoche (atau
bracketing), di mana penyelidik mengesampingkan pengalaman mereka, sebanyak
mungkin, untuk mengambil perspektif baru terhadap fenomena yang diteliti. Oleh
karena itu, 'transendental' berarti "di mana segala sesuatu dipahami dengan segar,
seolah-olah untuk pertama kalinya" (Moustakas, 1994). Moustakas mengakui bahwa
keadaan ini jarang dicapai dengan sempurna. Namun, saya melihat para peneliti yang
merangkul ide ini ketika mereka memulai proyek dengan menggambarkan
pengalaman mereka sendiri dengan fenomena tersebut dan mengelompokkan
pandangan mereka sebelum melanjutkan dengan pengalaman orang lain.
2
yang mereka konstruk di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mereka
(Gerrtz, 1973).
4) Ahli fenomenologi memercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang
dapat digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman manusia,melalui interaksi
seseorangdengan orang lain danini merupakan makna pengalaman realitas (Greene,
1978).
5) Semua cabang penelitian kualitatifmeyakini bahwa untuk memahami subjek adalah
dengan melihatnya dari sudut pandang mereka sendiri. Walaupun demikian,
fenomenologi tidak seradikal itu (Blumer, 1980) (Dalam Bogdan dan Biklen, 1982).
3
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian fenomenologi terdapat metode-metode analisis yang terstruktur dan
spesifik yang dikembangkan oleh Moustakas (1994) (Creswell, 2015: 268-270), yaitu
sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari;
2) Membuat daftar pernyataan penting;
3) Mengambil pernyataan penting tersebut kemudian dikelompokkan menjadi unit makna atau
tema;
4) Menuliskan deskripsi tekstural (apakah yang dialami) dari pengalaman partisipan;
5) Mendeskripsikan deskripsi stuktural (bagaimana pengalaman tersebut terjadi).
Dalam melakukan proses analisis data, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan
(Moustakas (1994), yaitu:
1) Horizonalisasi
Pada tahap ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan pengalaman individu.
Pengalaman individu yang dideskripsikan tidak hanya meliputi pengalaman dari
para partisipan tetapi juga pengalaman dari diri peneliti sendiri. Deskripsi dari
pengalaman peneliti akan dijelaskan dalam refleksi peneliti. Proses selanjutnya
yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan transkrip wawancara. Transkrip
wawancara dilakukan untuk dapat memperoleh data yang lebih tekstural. Transkrip
berfungsi untuk dapat menemukan tentang pemahaman/pengalaman yang dialami
oleh partisipan (Giorgi & Giorgi, 2003).
2) Deskripsi Tekstural
Pada tahap ini peneliti memfokuskan pada pengalaman apa yang didapatkan oleh
partisipan. Proses deskripsi tekstural yaitu dengan cara peneliti menceritakan
pengalaman-pengalaman apa yang telah partisipan dapatkan. Pengalaman-
pengalaman tersebut meliputi pengalaman partisipan menerima pembelajaran
sosiologi, pengalaman partisipan berinteraksi dengan teman-teman di kelas atau di
pondok dan juga pengalaman partisipan terhadap masyarakat yang multikultural di
luar sekolah atau di masyarakat.
3) Deskripsi Struktural
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan pengalaman multikultural yang di miliki
atau diperoleh siswa. Proses deskripsi pengalaman pada tahap ini dapat dilihat
perdasarkan setting, yaitu meliputi waktu (kapan) dan tempat (dimana)
4
pengalaman tersebut berlangsung. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisi
tentang bagaimana makna multikultural menurut partisipan.
4) Gambaran Makna akan Fenomena
Pada tahap terakhir ini merupakan proses penggabungan antara deskripsi struktural
dan deskripsi tekstural. Dalam proses ini, peneliti penjelaskan pengalaman apa
yang partisipan dapatkan di sekolah setelah menerima materi sosiologi yaitu
masyarakat multikultural dan bagaimana pengalaman partisipan mengalami
fenomena tersebut sehingga lahirlah makna multikultural menurut para partisipan.
CHALLENGES
Fenomenologi dapat melibatkan bentuk pengumpulan data yang efisien dengan hanya
memasukkan satu atau beberapa wawancara dengan peserta. Menggunakan pendekatan
Moustakas (1994) untuk menganalisis data membantu memberikan pendekatan terstruktur bagi
peneliti pemula. Partisipan dalam penelitian ini perlu dipilih secara cermat untuk menjadi
individu yang semuanya pernah mengalami fenomena tersebut, sehingga peneliti pada
akhirnya dapat membentuk pemahaman yang sama. Kita membutuhkan definisi baru dari
epocheor bracketing, seperti menangguhkan pemahaman kita dalam sebuah langkah reflektif
yang menumbuhkan keingintahuan
REFERENSI
Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five
Approaches. Second Edition. SAGE Publication: London