Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

APD PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PROKLAMASI PADA MASA

PANDEMI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus Corona atau yang lebih dikenal dengan (Covid-19) merupakan penyakit

menular yang diakibatkan oleh virus Sars-Cov-2 atau Corona virus (Kementerian

Kesehatan RI, 2020). Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO

(Li et al., 2020). Covid-19 merupakan penyakit jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia dan dapat ditularkan dari manusia ke

manusia melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin (Otálora, 2020). Dari

beberapa laporan kasus yang ada menunjukkan bahwa penularan dari karier

asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus terkait

transmisi dari karierasimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan

pasien Covid-19(Hui et al., 2020). Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh

olehCovid-19, karena virus ini mengakses sel inang melalui enzim ACE2,

yangpaling melimpah di sel alveolar tipe II paru-paru. Virus ini menggunakan

glikoprotein permukaan khusus, yang disebut spike, untuk terhubung ke ACE2dan

menembus sel inang (Zhang et al., 2020).


World Health Organization (WHO) melaporkan pada tanggal 13 Maret 2020,terdapat

kasus Covid-19 di 122 negara, dengan jumlah total 132.758 kasus confirmed dan

4.955 kematian. Karena banyaknya negara yang terjangkit Covid-19 dinyatakan

sebagai pandemi dunia oleh WHO (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit, 2020).

Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus Covid 19 mencapai angka275.469 jiwa

yang tersebar di 166 negara, termasuk Indonesia (DirekturJenderal Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit, 2020). Di Indonesia virus ini pertama kali dilaporkan pada

tanggal 2 Maret2020 sebanyak 2 kasus dan terus meningkat, sampai dengan tanggal 3

Mei2020 jumlah kasus sebanyak 11.192 kasus confirmed dan 845 kematian(Gugus

Tugas Penangan Covid-19, 2020). Di provinsi jawa barat per tanggal 15 maret 2020

sampai dengan 1 maret 2021 kasus COVID 19 terdapat 210.000 kasus, sembuh

171.000, meninggal dunia 2.304 (https://pikobar.jabarprov.go.id/distribution-case).

Di kabupaten karawang kasus konfirmasi COVID-19 terjadi penambahan jumlah

pasien positif pada tanggal 31 maret 2020 terdapat penambahan 18 orang yang di

nyatakan positif dari sebelumnya 13 orang sehingga menjadi total 31 orang yang

telah dinyatakan positif. Sementara, orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 1132

orang, dan pasien dalam pengawasan sebanyak 20 orang (PDP), meninggal 1 orang.

Pada tanggal 13 januari 2021 jumlah akumulasi COVID 19 bertambah menjadi 7.225

oranhg, dari 7.225 kasus positif COVID 19 sebanyak 255 orang diantaranya telah

meninggal dunia. Kemudian warga yang masih menjalani perawatan dirumah sakit

sebanyak 1.036 orang, dan sebanyak 5.934 orang yang dinyatakan telah sembuh.
( Fitra Hergyana, Juru Bicara Satgas Covid Karawang). Di kecamatan

rengasdengklok terkonfirmasi dinyatakan postif COVID 19 296 kasus, suspek 1

orang, kontak erat 153 orang, totalnya menjadi 450 kasus pada tanggal 03 maret

2021.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang kompleks harus melakukan

pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien atau klien

dan menjaga kesehatan pengunjung rumah sakit. Rumah sakit juga harusnya menjaga

kesehatan karyawannya agar selalu sehat dan selamat dalam melakukan pekerjaannya

(Depkes, 2006). Petugas pelayanan kesehatan termasuk staf penunjang (petugas

rumah sakit, peralatan dan labolatorium), yang bekerja di fasilitas kesehatan berisiko

terpapar pada infeksi yang secara potensial dapat membahayakan jiwa (Tietjen,

2004).

Lingkungan rumah sakit dapat mengandung berbagai dampak negatif yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan manusia terutama pekerjaannya.Dampak negatif

tersebut berupa paparan bahaya mulai dari fisik, kimia, biologis, organis, dan

psikososial. Hasil Laporan Nasional Safety Casrcil (NCS) tahun 1988, bahwa

terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja industry lain.

Perawat memiliki kewajiban professional untuk merawat pasien dalam berbagai

kondisi, termasuk dalam kondisi pandemi COVID-19. Kekhawatiran perawat

mengenai pekerjaan dan dampaknya terhadap dirinya sendiri dapat menurunkan

motivasi perawat dalam bekerja. Pengalaman melakukan perawatan pada kondisi

pandemi berpotensi menyebabkan konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek


bagi diri perawat, lingkungan sosial dan profesi keperawatan (Fernandes dkk, 2020).

Perawat sebagai profesional kesehatan terbesar merupakan profesi vital dalam

perawatan pada kondisi pandemi COVID19 (WHO, 2020). Perawat merawat

langsung pasien dengan jarak dekat dan sering kali terpapar langsung virus

SARSCoV-2 dan memiliki risiko tinggi menjalani penyakit COVID-19 (Hope et al,

2011). Laporan awal menunjukkan bahwa tingkat infeksi COVID-19 pada perawat

lebih tinggi daripada saat pandemi SARS (Huang et al, 2020). Meskipun memiliki

kewajiban profesional untuk merawat pasien selama pandemi, banyak perawat

memiliki kekhawatiran mengenai pekerjaannya dan dampaknya terhadap dirinya

sendiri. Khususnya kekhawatiran terhadap risiko terinfeksi, penularan ke anggota

keluarga, stigma tentang pekerjaan dan pembatasan kebebasan pribadi sebagai

masalah utama (Hope et al, 2011; Koh, Hegney, & Drury, 2012).

Berdasarkan data menurut Jamsostek (2011) bahwa angka kecelakaan kerja di

Indonesia mencapai 99.491 kasus yang diakibatkan kelalaian penggunaan APD

secara umum pada beberapa unit kerja. Hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan peneliti di Rumah Sakit Proklamasi Kabupaten Karawang dengan cara

observasi, di dapatkan perawat masih melepas pasang APD lengkap pada saat masih

berada di lingkungan rumah sakit seperti hanya memakai masker saja saat

berkomunikasi dengan tenaga kesehatan dan petugas di lingkungan rumah sakit

Padahal yang kita ketahui bahaya nya covid 19 menularkan dengan sangat mudah

yaitu penularan melalui droplet, lendir, dan benda atau alat yang terkontaminasi jadi

hanya memakai masker saja tidak cukup untuk melakukan pencegahan tersebut
karena perawat adalah risiko terbesar untuk terkena covid 19 karena sering

berkontak langsung dengan pasien saat melakukan tindakan maupun di area rumah

sakit. Akibat nya Kasus konfirmasi positif tenaga medis di kabupaten karawang

kembali bertambah. Sebanyak 26 tenaga kesehatan diantaranya ada 12 orang

perawat di rumah sakit umum proklamasi karawang, dinyatakan positif COVID 19

setelah gugus tugas melakukan sidak penerapan protokol kesehatan ke rumah sakit

tersebut. menurut ketua harian satgas penangan COVID 19 karawang, bahwa

penerapan protokol kesehatan di rumah sakit tersebut kurang baik. Banyak

pengunjung bahkan pasien yang datang tidak menggunakan masker, selain itu

minim fasilitas cuci tangan dan sejumlah pelanggaran lain nya.

Para petugas dalam hal ini perawat telah diberi tugas untuk melaksanakan tugasnya.

Mereka menjalankan tugas sebagai perawat tiga shift dalam setiap harinnya.

Dengan waktu dinas setiap harinya kurang lebih delapan jam.. Masalah yang

berhubungan dengan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi sebuah renungan dalam

melaksanakan tugas setiap harinya, karena berhubungan langsung dengan pasien

ditempat mereka kerja berpotensi terhadap berbagai penyakit yang tanpa mereka

sadari dengan dampak resiko penyakit di kemudian hari. sedangkan bahaya yang

kita tahu sendiri tentang covid 19 itu seperti apa dan cara penularan nya cukup

terbilang sangat mudah apalagi perawat yang merupakan garda terdepan

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh

pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya

pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit


akibat kerja (Intan Puspita Sari, 2003). Perawat diwajibkan untuk menggunakan

Alat Pelindung Diri untuk menghindari resiko keselamatan dan kasehatan kerja di

rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemakaian alat pelindung diri

merupakan upaya untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi perawat

di beberapa ruangan perawatan Rumah Sakit. Alat Pelindung Diri seperti

diantaranya sarung tangan, masker, kacamata menjadi alternatif tindakan

pencegahan bagi tenaga kesehatan dalam melindungi diri dari resiko penularan

penyakit selama berinteraksi dengan pasien. Alat Pelindung Diri harus digunakan

pada saat melakukan tindakan yang beresiko terjadinya kontak dengan darah, cairan

tubuh, sekret, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang terkontaminasi (Mubarak,

2010). Pemakaian alat pelindung diri merupakan upaya untuk menciptakan

keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Alat

pelindung diri menjadi alternatif tindakan pencegahan bagi tenaga kesehatan dalam

melindungi diri dari resiko penularan penyakit selama berinteraksi dengan pasien.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD pada perawar di

masa pandemi Covid 19.

Dari hal tersebut peneliti tertarik ingin melakukan penelitian karena masih banyak

dari perawat di ruang poli dalam menjalankan tugasnya kurang baik pada

penggunaan APD. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang

“Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada

Perawat Di Rumah Sakit Proklamasi Karawang Pada Masa Pandemi”


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan pokok

permasalahan, yaitu : “Faktor-Faktor apakah yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Di Rumah Sakit Proklamasi

Karawang Pada Masa Pandemi”

C. Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat

pelindung diri pada perawat di rumah sakit proklamasi karawang pada masa

pandemi

2. Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan penggunaan alat

pelindung diri pada perawat di masa pandemi

b. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan penggunaan alat

pelindung diri pada perawat di masa pandemi

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengawasan dengan penggunaan alat

pelindung diri pada perawat di masa pandemi


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai pengembagan ilmu pengetahua dan sebagai bahan masukan bagi

mahasiswa untuk menambah wawasan tentang cara menggunakan APD.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khusus nya perawat di

rs proklamasi karawang sebagai informasi dan sarana evaluasi mengenai

penggunaan APD untuk menghindari terpapar nya virus COVID 19 sehingga

perawat dapat melakukan upaya pencegahan terhadap infeksi COVID 19

dengan lebih optimal.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam pelaksaanaan

penelitian serta pengetahuan yang di dapatkan dalam melaksanakan

penelitian di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai