DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerahNya
yang telah dilimpahkan bagi kita , sehingga kami dapat merangkai kata dalam menyajikan
makalah “PRAKTEK IBADAH IDUL ADHA, QURBAN DAN HIKMAHNYA” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penyusunan karya tulis ini di latar belakangi oleh keinginan penulis untuk
memberikan informasi seputaran “PRAKTEK IBADAH IDUL ADHA, QURBAN DAN
HIKMAHNYA” kepada para pembaca. Penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan fakta yang ada
di sekitar kita yang mungkin tidak kita sadari. Kami berharap Karya tulis Ilmiah ini dapat
membimbing para pembaca agar memahami dan berpartisipasi dalam masalah praktek
ibadah.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah yang disusun ini
masih belum atau jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami butuhkan untuk lanjutan penyempurnaan penyusunan Karya Ilmiah berikutnya.
Akhir kata, tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan data
dari berbagai pihak dan buku demi kelangsungan penyelesaian dalam penulisan Karya
Ilmiah yang kami buat ini
Penyusun ,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
a. Sejarah Idul Adha (Idul Qurban) dan Ibadah di Bulan Dzulhijah..............................2
b. Pengertian Qurban dan Pengamalannya.................................................................5
c. Hikmah Qurban........................................................................................................8
b. Puasa Arafah
Puasa Arafah ialah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah, pada saat kaum
muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji wukuf di Padang Arafah. Sedangkan bagi
kaum muslimin yang sedang wukuf di Arafah dilarang berpuasa. Puasa Arafah dapat
menghapus dosa selama dua tahun, yang lalu dan yang akan datang. Hal ini berdasarkan
pada hadis berikut:
Artinya: Dari Qatadah diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda: Puasa
pada hari Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun yang lalu dan yang akan datang,
sedang puasa Asyura dapat menghapus dosa tahun yang lalu [HR. Jamaah ahli hadis kecuali
al-Bukhari dan at-Turmudzi].
Artinya: Dari Abu Haurairah diriwayatkan bahwa ia berkata: Rasulullah saw. Melarang puasa
pada hari Arafah bagi orang yang sedang wukuf di Arafah [HR. Ahmad dan Abu Dawud].[4]
Kibas, biri-biri atau domba, sudah berusia satu tahun atau lebih atau telah tanggal gigi
depannya.
Kambing, sudah berusia dua tahun atau lebih.
Sapi atau kerbau, sudah berusia dua tahun atau lebih, minimal telah memasuki tahun
ketiga.
Unta, sudah berusia lima tahun dan memasuki tahun ke enam.[13]
Disamping memenuhi persyaratan umur, hewan yang akan dijadikan qurban juga harus
dalam keadaan:
Sehat, bertanduk lengkap (al-aqran), gemuk badannya atau berdaging (samin), dan warna
putihnya lebih banyak daripada warna hitamnya (al-amlah).
Tidak cacat secara fisik seperti buta (al-‘auraa) walau hanya sebelah, pincang, terlalu
kurus, berkudis, rontok giginya, telinga, terpotong ekornya, yang semua kecacatan tersebut
tampak jelas terlihat.
Tidak dalam keadaan hamil (mengandung)[14]
4. Jumlah Hewan Qurban
Pada prinsipnya perintah berkurban ditujukan kepada satu orang, yaitu satu ekor kambing
atau domba untuk satu orang, dan satu ekor unta, sapi atau kerbau untuk tujuh orang.
Namun demikian ada kebolehan berkurban atas nama keluarga, yaitu satu ekor kambing
atau domba untuk satu orang dan keluarganya. Apabila seseorang atau satu keluarga
ingin berkurban dengan satu unta, satu orang ingin berkurban dengan dua kambing dan
seterusnya, hal ini dibolehkan bahkan dianjurkan, sesuai dengan perbuatan Nabi
Muhammad saw. yang berkurban dengan dua ekor kambing. [15]
6
5. Waktu Penyembelihan Hewan Qurban
Waktu penyembelihan kurban adalah pada hari Idul Adha dan tiga hari sesudahnya (hari
Tasyriq). Tidak ada perbedaan waktu siang ataupun malam, keduanya diperbolehkan.
Namun menurut Syekh Al-Utsaimin, melakukan penyembelihan di waktu siang itu lebih
baik. Kemudian, para ulama sepakat bahwa menyembelih kurban tidak boleh dilakukan
sebelum terbitnya fajar di hari Idul Adha. Waktu yang paling utama untuk penyembelihan
hewan kurban adalah pada pagi hari Idul Adha (tanggal 10 Dzul Hijjah). Hal ini menjadi jalan
bagi shohibul qurban untuk mendapatkan keutamaan melakukan amal shalih di sepuluh
hari pertama bulan DzulHijah.[16]
6. Penyembelih Qurban
Orang yang menyembelih hewan qurban diutamakan shahibul qurban (orang yang
berqurban) sendiri, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah saw. Apabila shahibul qurban
tidak mampu untuk menyembelih sendiri hewan qurbannya, penyembelihan bisa
dilakukan (diwakilkan) oleh orang lain. [17]
7. Tata Cara Menyembelih Hewan Qurban
Adapun tata cara penyembelihan hewan kurban harus memenuhi tata cara penyembelihan
dan syarat-syaratnya yaitu:
- Menggunakan alat yang tajam dan sesuai.
- Rebahakan tubuh hewan dengan lambung kirinya dengan muka menghadap kiblat.
- Ikat semua kakinya dengan tali, kecuali kaki sebelah kanan bagian belakang.
- Letakkan kaki (si penyembelih) ke atas atau leher atau muka hewan, agar hewan
tidak dapat menggerakkan kepalanya.
- Menyembelih hewan qurban dengan menyebut nama Allah, membaca shalawat,
takbir, dan berniat qurban untuk dirinya atu orang lain (jika mewakili).
Niat qurban untuk diri sendiri:
Artinya: Ya Allah inilah (qurbanku), ni’mat pemberian-Mu dan disampaikan kepada-Mu.
Maka terimalah dariku.
Niat qurban untuk orang lain:
Sebutkan nama orang berqurban.
- Mulai menyembelih dengan memutus dua urat nadi yang ada di leher hewan
qurban[18]
8. Pembagian Hewan Qurban
Kalau kita perhatikan sejumlah hadits yang menyangkut pembagian daging qurban, jelaslah
bahwa tidak seluruh daging qurban itu dibagikan kepada fakir miskin. Kecuali qurban yang
dilakukan karena nadzar, maka daging qurbannya seluruhnya diserahkan kepada fakir
miskin (yang berqurban tidak boleh mengambil bagiannya).
7
Seluruh daging qurban yang ada sebaiknya dibagi menjadi tiga bagian yang timbangannya
tidak sama. Sebagian untuk yang berqurban, sebagian untuk dihadiahkan dan sebagian lagi
untuk disedekahkan kepada fakir miskin, dan yang disedekahkan ini porsinya harus lebih
banyak.[19]
C. Hikmah Qurban
Hikmah disyariatkannya berqurban antara lain;
1. Sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang telah memberikan ni’mat yang banyak
kepada kita.
2. Bagi orang yang beriman kepada Allah, dapat mengambil pelajaran dari keluarga nabi
Ibrahim as. yaitu:
a. Kesabaran nabi Ibrahim dan putranya Ismail as. ketika keduanya menjalankan perintah
Allah.
b. Mengutamakan ketaatan kepada Allah dan mencintai-Nya dari mencintai diri dan
anaknya.
3. Sebagai realisasi ketaqwaan seseorang kepada Allah
4. Membangun kesadaran tentang kepedulian terhadap sesama, terutama terhadap
orang miskin.[20]
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hari raya Idul Adha merupakan hari raya umat Islam setelah Idul Fitri yang di dalamnya
terdapat tradisi qurban, Shalat Id, dan lain sebagainya yang selalu diperingati setiap tanggal
10 Dzulhijah. Di dalamnya terdapat pula amalan-amala yang hanya bisa ditemui di Idul
Adha. Seperti puasa Arafah, takbir, dzikir, qurban, dan lain sebagainya. Suatu hari yang di
dalamnya terdapat peristiwa penyembelihan nabi Ismail as. Oleh ayahnya nabi Ibrahim yang
kemudian digantikan dengan domba.
Qurban adalah penyembelihan hewan sesembelihan yang diadakan di hari raya Idul Adha
dan hari-hari tasyrik dengan ketentuan tertentu dan semata-mata karena Allah. Yang di
dalamnya juga terkandung hikmah yang sangat besar.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. Kurban dan Idul Adha. Yogyakarta: Rumah Tajdid. 2016.
Baits, Ammi Nur. Panduan Praktis Qurban. E-book, www.yufid.com.
Mahfud, Choirul. Tafsir Sosial Kontekstual Ibadah Kurban dalam Islam, Vol I, No. 6. Surabaya:
ITS dan LKAS. 2013.
Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah. Tuntunan Idain dan Kurban.
Yogyakarta: Rumah Tajdid. 2005..
Rasyidi dan Aserani Kurdi. Tuntunan Ringkas Ibadah Kurban. Tabalong: Lembaga
Pengembangan Da’wah Tertulis. 2007.
10
[1] Amirudin, Kurban dan Idul Adha (Yogyakarta: Rumah Tajdid, 2016), 7.
[2] Chorul Mahfud, Tafsir Sosial Kontekstual Ibadah Kurban dalam Islam, Vol I, No. 6
(Surabaya: ITS dan LKAS, 2013), 11.
[3] Amirudin, Kurban dan Idul Adha, 3.
[4] Ibid., 5.
[5] Ibid., 6.
[6] Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Tuntunan Idain dan Kurban
(Yogyakarta: Rumah Tajdid, 2005), 9.
[7] Ibid., 10.
[8] Rasyidi dan Aserani Kurdi, Tuntunan Ringkas Ibadah Kurban (Tabalong: Lembaga
Pengembangan Da’wah Tertulis, 2007), 1.
[9] Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Tuntunan Idain dan Qurban, 17.
[10] Amirudin, Kurban dan Idul Adha, 22.
[11] Ibid., 23.
[12] Rasyidi dan Aserani Kurdi, Tuntunan Ringkas Ibadah Kurban, 4-5.
[13] Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Tuntunan Idain dan Kurban, 20.
[14] Rasyidi dan Aserani Kurdi, Tuntunan Ringkas Ibadah Kurban, 3 dan 15.
[15] Amirudin, Kurban dan Idul Adha, 26-27.
[16] Ammi Nur Baits, Panduan Praktis Qurban (E-book, www.yufid.com), 20-21.
[17] Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Tuntunan Idain dan Qurban, 23.
[18] Ibid., 24-25.
[19] Rasyidi dan Aserani Kurdi, Tuntunan Ringkas Ibadah Kurban, 32-33.
[20] Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Tuntunan Idain dan Qurban, 20.
11