Anda di halaman 1dari 11

Nama : Siti Alfiatun

Kelas : 1B

Abs. : 44

Pengertian

Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang bertujuan membantu seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat sakit (Marriner-Tomery, 1994). Teori adaptasi Callista Roy memandang
klien sebagai suatu system adaptasi. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.

Konsep Mayor Kerangka Konseptual Model Adaptasi Roy

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:

Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan
yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.

Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual
dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.

Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan
kebutuhan.

Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia
berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.

Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.

Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan
tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.

Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal,
dan proses endokrin.

Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari
persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.

Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.

Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi
dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan
pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.

Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk :
persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan
terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal
diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan
social.

Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem.
Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan
pengaruh belajar.

Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy

Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan
lingkungan.

Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan- perubahan biopsikososial.

Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada
dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.

Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan
baik positif maupun negatif.

Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.

Komponen System dalam Model Adaptasi Roy

System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa
tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System dalam model adaptasi
Roy sebagai berikut ( Roy, 1991 ) :

Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau
energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu
stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya
infeksi .

Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan
ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.

Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar
untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu,
hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.

Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme
kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.

Subsistem regulator. Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.


Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau
endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan
sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.

Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan
emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan
insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses
internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk
mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif dapat
dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat
bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.
System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

Pertama

fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan
fungsi endokrin.

Kedua,

konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain.

Ketiga,

fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang
dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain 4)

Keempat,

interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan tujuan
untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki
tujuan meningkatkan respon adaptasi. Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu
system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994).

Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:

Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

Pengembangan konsep diri positif

Penampilan peran social

Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan Perawat menetukan kebutuhan di


atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap
hal tersebut.Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi.

Konsep Keperawatan dengan Model Adaptasi Roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2)
Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan
keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.

Manusia

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia
dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan
proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara
adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan
adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif
manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variable satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan
dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan satandar yang berlawanan yang
umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha
yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi
yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi.

Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan
kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi
dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan
transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).

Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan
pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).

Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy
1991)

Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk
mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen (
kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan
perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam
basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).

Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator
koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk
menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991).

Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial
dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain
persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen
yaitu the physical self dan the personal self.

The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang
tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang
dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah
interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.

Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima. Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan
lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem. Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social.

Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf,
kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,
dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.
Konsep sehat;

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continum dari meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia
menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya
secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu
dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan
dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang
berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan,
usia, budaya dan lain-lain.

Konsep lingkungan;

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal,yang
mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok.
Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental
dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan
tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang
lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi
resiko akibat dari lingkungan sekitar.

Keperawatan;

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan
kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan
dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan
tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual,
dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang
masuk.

Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu.
Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul relevan dengan situasi
yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan.
Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua,
diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan
secara umum.

1). Pengkajian

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian
tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system
adaptif berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang
ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat.Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini,
perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan
lingkungan fisik.

2). Perumusan diagnosa keperawatan

Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:

Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode
adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan berpengaruh
tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada
disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang
panas”

Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama,
yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada
cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”.

3). Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah ataumemanipulasi stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping
secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang
dan kemampuan adaptasi meningkat.

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping
yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan
ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan,
reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.

4) Implementasi

Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontextual
dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga
total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

5). Evaluasi

Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria
hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

KASUS DALAM KEPERAWATAN KELUARGA :


Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang mau
mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar kamar dan
merawat diri baik makan maupun kebersihan diri. Keputusan membawa tuan B ke RSJ karena
keluarga tidak tahu cara merawat tuan B yang sering berbicara sendiri jika sudah malam hari.
Tuan B mengatakan bahwa yang sering datang pada malam hari tersebut adalah pamannya,
dan hanya pamannya yang mau mendengarkan keluhannya. Tuan B pendidikannya tamat SMA,
pernah bekerja di perusahaan tetapi

keluar karena tidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang tidak
menghargai dirinya, merasa tidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan pergi kemana-
mana dan tidak akan bertemu dengan orang.

Teori Callista Roy terhadap kasus diatas.Untuk serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya
sisitem kesehatan dalam tubuhnya. Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan secara
fisioligis untuk mempertahankan kesehatan dalam tubuhnya. Yang kedua adalah konsep diri
yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain. Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam diri di
dalam kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya Tuan B tidak menutup
diri dalam lingkungan karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B akan
mengenal pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sihingga tidak muncul anggapan
bahwa dirinya diacuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Yang ketiga adalah fungsi peran
merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain. Tuan B keluar dari
pekerjaannya karena merasa tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini dikarenakan Tuan B tidak
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, seharusnya yang dilakukan Tuan B adalah
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya, sehingga dia selalu nyaman dengan apa
yang dia temui. Dan terjalinlah hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya. Dan yang
keempat adalah interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individu maupun kelompok. Tuan B selalu tertutup dengan segala aktifitasnya, selalu
menyendiri dan merasa tidak ada yang memperdulikannya, seharusnya Tuan B dapat
membuka diri

dengan keluarganya, mencurahkan keluh kesahnya selama ini dan mencari solusi masalahnya.
Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B dan kelurganya rasa kasih sayang antar anggota
keluarga akan muncul sehingga Tuan B merasa diperdulikan dan diperhatikan oleh
lingkungannya dan tidak akan menutup diri untuk berinteraksi secara sosial.

Anda mungkin juga menyukai