Anda di halaman 1dari 21

Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR,


SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR TERHADAP
TINGKAT INFLASI

Heru Perlambang
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti 2012
Email : heru_herlambang@yahoo.com

Abstract

Inflation is one of the effects of a prolonged economic crisis that hit the
country. Inflation is a situation where there are price rises sharply (Absolute)
which continues over a period of time. The purpose of this study analyzes the
monetary policy conducted by Bank Indonesia and its influence as the money
supply, interest rates and exchange rates SBI (IDR / USD) of the inflation rate.
The method used is multiple linear regression based on test results indicate
avariable effect on money supply, interest rate of SBI, and the exchange rate
(Rp / USD) in 2004 to 2009. By using eviews 4.0 software obtained from the
results of research following the money supply and exchange rate (Rp/USD)
had no significant effect on inflation while the interest rate (SBI) have a
significant effect on inflation.

Keywords: Money Supply, Interest Rates, Exchange Rate (IDR/USD),


multiplelinear regression, Inflation

49
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

PENDAHULUAN Secara umum inflasi menyebabkan


timbulnya sejumlah biaya sosial yang
harus ditanggung oleh masyarakat.
Salah satu peristiwa moneter yang Pertama, inflasi menimbulkan dampak
penting dan hampir dijumpai semua negatif pada distribusi pendapatan.
Negara di dunia adalah inflasi. Inflasi Masyarakat golongan bawah dan
berasal dari bahasa latin “inflance” yang berpendapatan tetap akan menanggung
berarti meningkatkan. Secara umum inflasi beban inflasi dengan turunnya daya beli
adalah perkembangan dalam per- mereka. Sebaliknya, masyarakat menengah
ekonomian, dimana harga dan gaji dan atas yang memiliki aset-aset finansial
meningkat, permintaan tenaga kerja seperti tabungan dan deposito dapat
melebihi penawaran dan jumlah uang yang melindungi kekayaannya dari inflasi,
beredar sangat meningkat. Inflasi selalu sehingga daya beli mereka relatif tetap.
ditandai dengan peningkatan harga-harga Kedua, inflasi yang tinggi berdampak
secara cepat (Ensiklopedia Indonesia : negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
1991, 445). Inflasi merupakan proses Salah satu kebijakan dalam pengen-
kenaikan harga barang-barang secara dalian inflasi adalah kebijakan moneter.
umum dan berlaku terus-menerus. Ini tidak Untuk kebijakan moneter, pada umumnya
berarti bahwa harga berbagai macam kebijakan yang dilakukan oleh pihak
barang itu naik dengan persentase yang otoritas moneter untuk mempengaruhi
sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan variabel moneter,jumlah uang beredar,
harga umum barang secara terus-menerus suku bunga SBI dan nilai tukar. Pada
selama periode tertentu, kenaikan yang umumnya kebijakan moneter adalah
terjadi hanya sekali saja (meskipun dalam dicapainya keseimbangan intern (internal
persentase yang cukup besar) bukan balance) dan keseimbangan ekstern
merupakan inflasi(Nopirin, 1992 : 25). (external balance). Keseimbangan internal
Pada masa krisis terutama tahun 1998, biasanya ditunjukkan dengan terciptanya
Indonesia mengalami inflasi tertinggi yaitu keseimbangan kerja yang tinggi, ter-
mencapai 77,6 %. Peningkatan laju inflasi capainya laju pertumbuhan ekonomi yang
terutama disebabkan oleh depresiasi nilai tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang
tukar rupiah, krisis ekonomi dan rendah. Disisi lain keseimbangan internal
ekspektasi terhadap inflasi yang tinggi. biasanya ditunjukkan dengan neraca
Sebelumnya Indonesia pernah mengalami pembayaran yang seimbang (Insukindro,
hiper inflasi pada masa akhir orde lama 1994:204).
yaitu pada tahun 1966. Sehingga secara Kebijakan moneter yang harus
psikologis inflasi merupakan krisis bagi dilakukan di negara berkembang pada
masyarakat Indonesia (A.M. Soesilo, umumnya lebih berat dan sulit jika
2002:1). dibandingkan dengan negara-negara maju.

50
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Faktor pertama yang menjadi penye- beredar misalnya dengan pembatasan


babnya bahwa tugas untuk menciptakan pemberian kredit atau dengan menaikkan
penawaran uang yang cukup sehingga suku bunga pinjaman (tight money policy).
pertambahannya dapat selalu selaras Tetapi dampak yang ditimbulkan adalah
dengan jalannya pembangunan yang akan terjadi kelesuan investasi, dan
memerlukan disiplin yang kuat di kalangan meningkatnya pengangguran yang pada
otoritas moneter dan pemerintah. akhirnya akan menurunkan Pendapatan
Kekurangan modal dan terbatasnya Nasional.
pendapatan pemerintah seringkali Dengan fluktuasi tingkat suku bunga
menimbulkan dorongan yang kuat kepada yang terjadi akan mempunyai implikasi
pemerintah untuk meminjam secara yang penting terhadap sektor riil maupun
berlebihan kepada Bank Sentral. Kalau ini sektor moneter dalam perekonomian.
dilakukan, maka laju pertambahan jumlah Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi
uang beredar akan menjadi lebih cepat, masalah yang menyulitkan bagi investasi
akibatnya terjadi inflasi. di sektor riil. Tapi tingkat bunga yang
Faktor yang kedua yaitu, Bank Sentral tinggi akan merangsang lebih banyak
di negara-negara berkembang harus secara tabungan masyarakat. Untuk itulah tingkat
lebih teliti dan berhati-hati mengawasi fluktuasi bunga harus senantiasa
perkembangan penerimaan valuta asing terkontrol agar tetap mendorong kegiatan
dan mengawasi kegiatan dalam ekspor dan investasi dan produksi serta tidak
impor. Kegiatan di sektor ini sangat mudah mengurangi hasrat masyarakat untuk
menimbulkan inflasi karena ber- menabung dan tidak mengakibatkan
fluktuasinya harga-harga bahan mentah pelarian modal ke luar negeri.
yang diekspor, sehingga penerimaan dari Faktor inflasi di Indonesia juga
kegiatan ekspor mengalami perubahan disebabkan oleh faktor luar negeri
yang tidak teratur, adakalanya kenaikannya mengingat bahwa Indonesia adalah suatu
besar sekali dan adakalanya menjadi sangat negara dengan perekonomian terbuka
merosot. Akibatnya dari naik turunnya yang di tengah-tengah perekonomian
pendapatan ekspor, akan berpengaruhnya dunia. Dengan keadaan seperti itu maka
atas terjadinya ketidak stabilan ekonomi implikasinya adalah adanya gejolak
dan moneter serta ketidakstabilan perekonomian di luar negeri akan
pembangunan nasional. berpengaruh terhadap perekonomian di
Jika suatu negara ingin mem- dalam negeri. Bagi Indonesia dalam upaya
pertahankan laju inflasi yang rendah, membangun kembali perekonomiannya
tentunya pemerintah tersebut harus tingkat inflasi yang tinggi harus dihindari
menekan kenaikan harga. Usaha untuk agar supaya momentum pembangunan
menekan harga ini dapat dilakukan dengan yang sehat dan semangat dalam dunia usaha
menekan laju kenaikan jumlah uang agar dapat tetap terpelihara.

51
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

Berdasarkan latar belakang per- 1. Adanya “kecenderungan” (tendency)


masalahan yang telah diuraikan di atas, harga-harga untuk meningkat, yang
makapermasalahan yang dirumuskan berarti mungkin saja tingkat harga yang
dalam penelitian ini adalah: terjadi aktual pada waktu tertentu turun
1. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang atau naik dibandingkan dengan
Beredar terhadap Tingkat Inflasi? sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan
2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI kecenderungan yang meningkat
terhadap Tingkat Inflasi? 2. Peningkatan harga tersebut berlangsung
3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar “terus menerus” (sustained) yang
Rupiah terhadap Dollar terhadap berarti bukan terjadi pada suatu waktu
Tingkat Inflasi? saja, yakni akibat adanya kenaikan
harga bahan baker minyak pada awal
tahun saja misalnya.
TINJAUAN PUSTAKA 3. Mencakup pengertian “tingkat harga
umum” (general level of prices), yang
Teori Inflasi berarti tingkat harga yang meningkat
Ada cukup banyak definisi mengenai bukan hanya pada satu atau beberapa
inflasi. Sejak awal 1970-an para ahli komoditi saja.
ekonomi mengartikannya sebagai naiknya
tingkat harga umum secara terus menerus. Menurut Nopirin (1992), Jenis inflasi
Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu
Gunawan (1991), mendefinisikan inflasi Inflasi merayap (creeping inflation), Inflasi
sebagai kecenderungan yang terus menerus menengah (galloping inflation) dan Inflasi
dari tingkat harga umum untuk meningkat tinggi (hyper inflation). Sedangkan, jenis
setiap waktu. Kenaikan harga umum yang inflasi menurut sebab terjadinya dibagi
terjadi sekali waktu saja, menurut definisi menjadi 2, yaitu Demand Pull Inflation
ini, tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. danCost Push Inflation(Dernburg, 1994).
Sedangkan menurut Ackley dalam Jenis inflasi menurut asal dari inflasi
Iswardono (1993), inflasi adalah suatu dibagi menjadi (Boediono, 1995):
kenaikan harga yang terus menerus dari a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri
barang-barang dan jasa secara umum (domestic inflation)
(bukan satu macam barang saja dan sesaat). Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Menurut definisi ini kenaikan harga yang timbul misalnya karena defisit
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi. anggaranbelanja yang dibiayai dengan
Sehingga menurut Venieris dan Sebold pencetakan uang baru, panenan gagal
dalam Anton Hermanto Gunawan(1991) di dansebagainya.
dalam definisi inflasi tersebut tercakup tiga b. Inflasi yang berasal dari luar negeri
aspek, yaitu: (imported inflation)

52
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Penularan inflasi dari luar negeri ke jaga tergantung dari pendapatannya.


dalam negeri ini dapat mudah terjadi Makin tinggi tingkat pendapatan, maka
padanegara-negara yang perekonomi besar keinginan akan uang kas untuk
annya terbuka. Penularan inflasi ini transaksi dan berjaga-jaga. Seseorangatau
dapatterjadi melalui kenaikan harga- masyarakat yang tingkat pendapatannya
harga baik itu impor maupun ekspor tinggi, biasanya melakukan transaksi yang
baik secarademand inflation maupun lebih banyak dibanding seseorang
cost inflation. masyrakat yang pendapatannya rendah.
Menurut keynes terjadinya inflasi
Jumlah Uang Beredar (JUB) disebabkan oleh permintaan agregat ini
Kuantitas uang sebagai jumlah dolar tidak hanya karena ekspensasi bank
yang dipegang publik dan kita meng- sentral, namun dapat pula disebabkan oleh
asumsikan Bank Sentral AS mengendalikan pengeluaran investasi baik oleh pemerintah,
jumlah uang beredar dengan meningkatkan maupun oleh swasta dan pengeluaran
atau menurunkan jumlah uang dollar dalam konsumsi pemerintah yang melebihi
sirkulasi melaui operasi pasar terbuka. penerimaan (defisit anggaran belanja
Meskipun merupakan pendekatan pertama negara) dalam kondisi full employment.
yang baik, penjelasan ini tidak lengkap, Secara garis besar keynes menyebutkan
karena mengabaikan peran sistem bahwa inflasi terjadi karena suatu
perbankan dalam menentukan jumlah uang masyarakat ingin hidup di luar batas
beredar . Jumlah Uang Beredar tidak hanya kemampuan ekonominya.
ditentukan oleh kebijakan bank Sentral,
tetapi juga oleh pelaku rumah tangga (yang Hubungan Jumlah Uang Beredar dan
memegang uang) dan bank (di mana uang Pengaruh Terhadap Inflasi
disimpan). Kita mulai dengan mengingat Nilai uang ditentukan oleh supply dan
bahwa jumlah uang beredar meliputi mata demand terhadap uang. Jumlah uang
uang asing di tangan publik dan deposito beredar ditentukan oleh Bank Sentral,
di bank-bank yang bisa digunakan rumah sementara jumlah uang yang diminta
tangga untuk bertransaksi, seperti rekening (money demand) ditentukan oleh beberapa
koran. Yaitu, dengan M menyatakan jumlah faktor, antara lain tingkat harga rata-rata
uang beredar, C mata uang asing, dan D dalam perekonomian. Jumlah uang yang
rekening giro (demand deposit), dan dapat diminta oleh masyarakat untuk melakukan
ditulis: transaksi bergantung pada tingkat harga
M= C+D barang dan jasa yang tersedia. Semakin
tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah
Teori Permintaan Uang Keynes uang yang diminta.
Keynes menyatakan, bahwa permintaan Peningkatan harga kemudian men-
uang kas untuk tujuan transaksi dan berjaga- dorong naiknya jumlah uang yang diminta

53
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian Suku Bunga SBI


akan mencapai equilibrium baru, saat
jumlah uang yang diminta kembali Sertifikat Bank Indonesia adalah surat
seimbang dengan jumlah uang yang berharga sebagai pengakuan utang
diedarkan. Penjelasan yang menggambar- berjangka waktu pendek dalam mata uang
kan bagaimana tingkat harga ditentukan rupiah yang diterbitkan oleh Bank
dan berubah seiring dengan perubahan Indonesia dengan system diskonto. SBI
jumlah uang beredar disebut teori diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan
kuantitas uang (quantity theory of money). seluruh kepemilikan maupun transaksinya
Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI.
beredar dalam suatu perekonomian Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI
menentukan nilai uang, sementara adalah bank umum dan masyarakat.
pertumbuhan jumlah uang beredar Bankdapat membeli SBI di pasar perdana
merupakan sebab utama terjadinya inflasi. sementara masyarakat hanya diper-
Secara umum, teori kuantitas uang bolehkan membeli di pasar sekunder.
menggambarkan pengaruh jumlah uang Penerbitan SBI di pasar perdana
beredar terhadap perekonomian, dikaitkan dilakukan dengan mekanisme lelang pada
dengan variabel harga dan output. setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya
Hubungan antara jumlah uang beredar, (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur).
output, dan harga dapat ditulis dalam SBI diterbitkan dengan jangka waktu
persamaan matematis sebagai berikut: (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan
dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1
MxV=PxY juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan
SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan.
Dimana P adalah tingkat harga (GDP Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan
deflator), Y adalah jumlah output (real GDP), secara mingguan sedangkan SBI tenor 3
M adalah jumlah uang beredar, PxY adalah bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta
nominal GDP, dan V adalah velocity of lelang SBI terdiri dari bank umum dan pasar
money (perputaran uang). Persamaan ini uang Rupiah dan Valas (www.bi.go.id).
disebut sebagai persamaan kuantitas Metode lelang penerbitan SBI dilakukan
(quantity equation). Velocity of money dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu
(perputaran uang) mengukur tingkat melalui Variable Rate Tender (peserta lelang
dimana uang bersirkulasi dalam per- mengajukan penawaran kuantitas dengan
ekonomian Atau dapat dikatakan meng- tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank
ukur kecepatan perpindahan uang dari satu Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender
orang ke orang lainnya. Velocity of money (peserta lelang mengajukan penawaran
dapat dihitung melalui pembagian antara kuantitas dengan tingkat diskonto yang
GDP nominal dengan jumlah uang beredar. ditetapkan oleh Bank Indonesia).

54
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia Saat ini Bank Indonesia menggunakan
menggunakan mekanisme BI rate tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu
(sukubunga BI), yaitu BI mengumumkan instrumen untuk mengedalikan inflasi.
target suku bunga SBI yang diinginkan Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi
olehBank Indonesia untuk pelelangan pada maka Bank Indonesia akan menaikkan
masa periode tertentu. BI rate ini tingkat suku bunga SBI untuk meredam
kemudianyang digunakan sebagai acuan kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku
para pelaku pasar dalam mengikuti bunga SBI akan memberikan pengaruhbagi
pelelangan. Definisi BI rate sendiri pasar modal dan pasar keuangan. Apabila
menurut Bank Indonesia adalah suku bunga tingkat suku bunga naik maka secara
instrumentsinyaling Bank Indonesia yang langsung akan meningkatkan beban bunga.
ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur Perusahaan yang mempunyai leverageyang
triwulanan untuk berlaku selama triwulan tinggi akan mendapatkan dampak yang
berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh sangat berat terhadap kenaikan tingkat
RapatDewan Gubernur bulanan dalam bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat
triwulan yang sama(www.bi.go.id). mengurangi profitabilitas perusahaan
BI rate digunakan sebagai acuan dalam sehingga dapat memberikan pengaruh
pelaksanaan operasi pengendalianmoneter terhadap harga saham perusahaan yang
untuk mengarahkan agar rata-rata bersangkutan.
tertimbang suku bunga SBI 1 bulan
hasillelang operasi pasar terbuka berada di Hubungan Suku Bunga SBI Dan
sekitar BI rate, Selanjutnya suku bunga SBI Pengaruh Terhadap Inflasi
1bulan diharapkan mempengaruhi suku Hubungan suku bunga SBI dan inflasi
bunga pasar uang antar bank dan suku dijelaskan dengan menggunakan hipotesa,
bungajangka yang lebih panjang. Perubahan Zulverdi (1998), menyatakan bahwa
BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan terdapat hubungan antara tingkat suku
secarakonsisten dan bertahap dalam bunga SBI dan tingkat inflasi yang
kelipatan 25 basis poin (bps).BI rate diperkirakan tingkat suku bunga SBI juga
ditetapkan oleh dewan gubernur dengan dipengaruhi inflasi atau dengan kata lain
mempertimbangkan hal-hal sebagai tingkat inflasi mempunyai pengaruh atau
berikut : efek terhadap tingkat suku bunga SBI
1) Rekomendasi BI rate yang dihasilkan sebagai sasaran. Tingkat suku bunga SBI
oleh fungsi reaksi kebijakan dalam cenderung akan meningkat pada saat inflasi
modelekonomi untuk pencapaian yang diperkirakan meningkat.
sasaran inflasi Kegiatan transaksi ekonomi lebih
2) Berbagai informasi lainnya seperti banyak di sektor keuangan ini di-
indikator makro ekonomi, survey, bandingkan dengan sektor riil.Selanjutnya
pendapatahli, hasil-hasil riset ekonomi. diketahui pula bahwa, tingkat suku bunga

55
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

SBI mempunyai hubungan dengan tingkat perekonomian Indonesia. Tekanan


inflasi. terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi
dengan semakin maraknya kegiatan.
Nilai Tukar (KURS) sehingga sejak krisis berlangsung nilai
Menurut Hamdy (2008) nilai tukar tukar mengalami depresiasi hingga
adalah harga mata uang lokal terhadapmata mencapai 75 persen.
uang asing. Jadi, nilai tukar merupakan nilai
dari satu mata rupiah yang ditranslasikan Kerangka Pemikiran
ke dalam mata uang negara lain. Misalnya Berdasarkan latar belakang per-
nilai tukar rupiah terhadapDolar AS, nilai masalahan dan kerangka teoritis yang
tukar rupiah terhadap Yen, dan lain diajukan, maka diperoleh faktor-faktor
sebagainya. yang mempengaruhi inflasi, antara lain
Kurs sebagai salah satu indikator yang jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan
mempengaruhi aktivitas di pasarsaham nilai tukar rupiah terhadap dollar.
maupun di pasar uang karena investor Hipotesa
cenderung akan berhati-hati untuk 1. Adanya pengaruh positif inflasi dengan
melakukan investasi. Menurunnya kurs jumlah uang beredar.
rupiah terhadap mata uang Asing 2. Adanya pengaruh positif inflasi dengan
khususnya Dollar AS memiliki pengaruh suku bunga SBI.
negatif terhadap ekonomi dan pasar modal 3. Adanya pengaruh positif inflasi dengan
(Sitinjak dan Kurniasari,2003). nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Hubungan Nilai Tukar Dan Pengaruh Penelitian Terdahulu


Terhadap Inflasi Penelitian yang dilakukan oleh Nova
Perubahan nilai tukar ini perlu Riana (2008), dengan meninjau dari analisa
dicermati lebih seksama bagaimana Regresi Liner Berganda ditemukan bahwa
kejutannilai tukar akan mempengaruhi perubahan suku bunga SBI, perubahan nilai
perekonomian dan inflasi. Perubahan nilai tukar, perubahan jumlah uang beredar,
tukar initentunya akan berimplikasi memberikan respon terhadap pengaruh
terhadap karakteristik fluktuasi nilai tukar perubahan inflasi.Dari analisa Regresi
danpengaruhnya terhadap perekonomian Liner Berganda. hasil nilainya menyatakan
terbuka. Rupiah mendapatkan tekanan - bahwa kejutan inflasi menjadi penjelas
tekanan depresiatif yang sangat besar terbesar fluktuasi perubahan suku bunga
diawali dengan krisis nilai tukar. Nilai tukar SBI terhadap inflasi. pengaruh kejutan
rupiah secara simultan mendapat tekanan perubahan inflasi terhadap fluktuasi
yang cukup berat karena besarnya capital perubahan semakin menurun namun tetap
outflow akibat hilangnya kepercayaan memberikan pengaruh yang besar. Pada
investor asing terhadap prospek perubahan inflasi memberikan pengaruh

56
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

yang kecil dalam menjelaskan variasi kebijakan moneter terhadap variabel


perubahan nilai tukar, perubahan jumlah ekonomi, penelitian ini tetap penting untuk
uang beredar. Namun pada kemampuan dilakukan. Pengukuran yang tepat
kejutan inflasi tersebut semakin mengenai dampak perubahan kebijakan
meningkat. Dalam kecepatan penyesuaian moneter terhadap ekonomi.
nilai tukar cukup besar dan signifikan untuk
kembali ke keseimbangannya. Dengan METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan Regresi Linier Berganda
jugamenunjukan bahwa jumlah uang Penelitian ini dilakukan dengan
beredar, suku bunga SBI, nilai tukar menggunakan metode analisis deskriptif
danmempunyai kontribusi yang cukup untuk menganalisa pengaruh jumlah uang
signifikan dalam mempengaruhi inflasi di beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar
Indonesia. rupiah terhadap dollar terhadap tingkat
Julaihah dan Insukindro (2004) inflasi. Adapun alat analisis yang
menyatakan bahwa inflasi sangat digunakan pada penelitian ini adalah
mempengaruhi pergerakan jumlah uang pendekatan non-parametrik menggunakan
berdar, suku bunga SBI dan nilai tukar. model Regresi Linier Berganda sehingga
Bahkan, pengaruh inflasi mampu memberi dapat dianalisis mengenai pengaruh
kontribusi dalam menjelaskan variabilitas jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan
pertumbuhan ekonomi meskipun dalam nilai tukar rupiah terhadap dollar terhadap
jangka panjang. Selanjutnya, Nuryati, tingkat inflasi.
Siregar dan Ratnawati (2006) menyatakan Data-data yang diperoleh terdiri dari
suku bunga SBI hanya berpengaruh pada data sekunder. Data sekunder bersumber
sangat kecil terhadap nilai tukar dan tingkat dari Bank Indonesia (BI). Data tersebut
harga. Walaupun terdapat beberapa memiliki fungsi sebagai ukuran dari
penelitian terdahulu mengenai dampak masing-masing variabel

57
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

Variabel dan Pengukurannya masyarakat. Variabel ini dinyatakan


Variabel dalam persen.
Variabel yang digunakan dalam 3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
penelitian ini berjumlah empat variabel Variabel ini merupakan nilai tukar
yang terdiri dari : Jumlah Uang Beredar rupiah terhadap dollar karena
(M1), Suku Bunga SBI (SBI Rate), Nilai mekanisme penukaran valas tersebut.
Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Exchange Variabel ini dinyatakan dengan satuan
rate), dan Tingkat Inflasi.Adapun variabel rupiah per dollar.
tersebut adalah: 4. Tingkat Inflasi
1. Tingkat Inflasi ( INF) dilambangkan Variabel ini merupakan hasil dari
sebagai variabel tidak bebas (dependent tingkat harga barang jasa. Variabel
variable). ini dinyatakan dengan satuan persen.
2. Jumlah Uang Beredar (M1) di-
lambangkan sebagai variabel bebas Uji Hipotesa
(independent variable). Uji hipotesa adalah prosedur yang
3. Suku Bunga SBI (SBI Rate) di- memungkinkan keputusan dapat dibuat,
lambangkan sebagai variabel bebas yaitu keputusan untuk menolak atau
(independent variable). menerima hipotesis yang sedang diuji.
4. Nilai Tukar Rp/US$ (KURS) dilam- Hipotesa yang akan diuji akan diberi
bangkan sebagai variabel bebas simbol Ho / hipotesis nol dan Ha /
(independent variable). Hipotesis alternatif. Ha secara otomatis
akan menerima apabila Ho ditolak.
Definisi Operasional Dimisalkan hipotesis sebagai berikut:
Definisi operasional dari masing- Ho= Bahwa variabel independent tidak
masing variabel yang digunakan dalam memiliki pengaruh yang signifikan
penelitian ini adalah: terhadap variabel dependen.
1. Jumlah Uang Beredar (M1) Ha = Bahwa variabel independent memiliki
Variabel ini merupakan jumlah uang pengaruh yang signifikan terhadap
beredar di masyarakat dalam arti variabel dependen.
sempit (M1) meliputi uang kartal dan Pengujian Asumsi Klasik
uang giral. Variabel ini dinyatakan Uji penyimpangan aumsi klasik
dengan satuan milyar. dilakukan untuk melihat apakah model
2. Suku Bunga SBI yang diestimasi telah memenuhi asumsi
Variabel ini dalam kebijakan moneter klasik dari OLS ( Ordinary Least Square )
merupakan instrument moneter dalam atau belum, sehingga nilai koefisien
pengendalian tingkat inflasi. Suku regresinya mendeteksi nilai sebenarnya. Uji
Bunga SBI tersebut akan menyerap asumsi klasik yang dilakukan dalam
kelebihan uang primer yang ada di penelitian ini adalah uji normalitas,

58
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

heteroskedastisitas, autokorelasi dan uji besarnya nilai dari matrik korelasi seperti
multikolinearitas. berikut :
· Jika korelasi (r) > 0.7, maka Ha diterima
1. Uji Normalitas (terdapat multikolinearitas)
Uji normalitas ini digunakan untuk · Jika korelasi (r) < 0.7, maka Ha ditolak
menguji apakah dalam model regresi (tidak terdapat multikolinearitas)
terdapat variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Model regresi Uji Autokorelasi
yang baik adalah data yang bersifat normal Uji autokorelasi menunjukkan bahwa
(Modul Ekonometrika I, 2005). adanya korelasi antara error dengan error
Dapat dilihat dari nilai probabilita nilai periode sebelumnya. Dimana pada asumsi
Jarque-Berra dengan kriteria sebagai klasik hal ini tidak boleh terjadi.
berikut: Permasalahan autokorelasi hanya relevan
· Jika hasil dari probabilita Jarque-Berra digunakan jika data yang dipakai adalah data
< 5% (0.05) maka Ha diterima time series. Sedangkan untuk data cross
(signifikan), artinya data bersifat tidak section tidak perlu digunakan (Modul
normal (residual berdistribusi tidak Ekonometrika I, 2005). Ada dua cara
normal). pengujian untuk mendeteksi adanya
· Jika hasil dari probabilita Jarque-Berra autokorelasi, yaitu : 1). Uji Durbin-Watson,
> 5% (0.05) maka Ha ditolak (tidak dan 2). Uji LM TEST (Langrange
signifikan), artinya data bersifat normal Multiplier). Dalam penelitian ini, pengujian
(residual berdistribusi normal). untuk mendeteksi adanya autokorelasi
yaitu dengan cara melakukan LM TEST
Uji Multikolinearitas (Langrange Multiplier).
Uji multikolinearitas menunjukkan
bahwa adanya korelasi yang signifikan Pengujian Statistik
diantaradua atau lebih variabel independent Untuk membuktikan kebenaran
dalam model regresi. Cara pendeteksian hipotesa yang diajukan dalam penelitian
adanyamultikolinearitas yaitu dapat ini, digunakan uji terhadap output yang
dilakukan dengan menggunakan matrik dihasilkan oleh model linier berganda
korelasi. Dari tabeltersebut diketahui tersebut di atas. Uji statistik ini disebut juga
koefisien korelasi masing-masing variabel dengan uji signifikansi (Test for significance).
bebas. Hubungan multikolinearitas yang
kuat terdapat pada setiap variabel tersebut Uji t (Uji Individu)
yang mendekati 1.0 ataulebih dari 0.7 Uji t digunakan untuk menguji
(Modul Ekonometrika I, 2005).Kriteria hubungan regresi secara parsial/individu.
untuk menentukan ada atau tidaknya Pengujian ini dilakukan untuk mengukur
multikolinearitas dapat dilihat dari tingkat signifikan setiap variabel bebas

59
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

terhadap variabelterikat dalam suatu model random. Koefisien determinasi dinotasikan


regresi (Gujarati, 1993: 77-78).Kriteria dengan R². R² artinyaapakah variabel bebas
yang digunakan dalam uji t adalah sebagai yang ada dalam model cukup mampu
berikut : menjelaskan perubahan darivariabel
· Jika t-statistik < t- tabel maka Ho terikat (tidak bebas). R² mendekati 1 maka
diterima dan Ha ditolak (tidak variabel bebas yang ada dalam model
signifikan), artinya tidak ada pengaruh mampu menjelaskan perubahan variabel
antara variabel independen terhadap terikat, tetapi jika R² mendekati 0 maka
variabel dependen. variabelbebas yang ada dalam model tidak
· Jika t-statistik > t-tabel maka Ho ditolak mampu menjelaskan perubahan variabel
dan Ha diterima (signifikan), artinya terikat.
ada pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian ini dilakukan pada taraf
signifikansi tertentu. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji F (Uji Serentak) Multikolinearitas artinya terdapat
Uji F adalah uji yang digunakan untuk korelasi yang signifikan diantara dua atau
membuktikan keberadaan pengaruh yang lebih variabel bebas dalam suatu model
berarti dari variabel-variabel bebas secara regresi. Dalam penelitin ini hipotesa yang
keseluruhan terhadap variabel terikatnya diajukan untuk mendeteksi multi
dalamsebuah analisa regresi (Gujarati, kolinearitas adalah sebagai berikut:
1993: 81).Kriteria yang digunakan dalam Hipotesa
uji F adalah sebagai berikut : Ho : Tidak Ada Multikolinearitas
· Jika F statistik < F tabel maka Ho Ha : Ada Multikolinearitas
diterima dan Ha ditolak (tidak Hasil pengolahan menunjukkan bahwa
signifikan), artinya secara bersama- dari keseluruh variable independen yang
sama tidak ada pengaruh antara variabel diteliti tidak terdapat penyakit multi-
independen terhadap variabel dependen. kolinearitas, hal ini tercermin dari angka
· Jika F statistik > F tabel maka Ho ditolak correlation matrix seluruh variable
dan Ha diterima (signifikan), artinya independent < 0.85. sehingga disimpulkan
secara bersama-sama ada pengaruh tidak terdapat penyakit multikolinaeritas
antara variabel independen terhadap dalam model ini.
variabel dependen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Koefisien Determinasi (R²) Untuk mengetahui adanya heteros-
Tujuan utama dari analisa kedastisitas dalam penelitian ini, maka
koefisien determinasi adalah untuk penulis melakukan pengujian dengan
mengukur derajat linier antara 2 variabel

60
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Tabel 1
Uji Multikolinearitas
Variabe l JUB2 SBI2 N ila i T ukar 2
JU B2 1 .0000 00 -0.22 6787 0 .191 071
SBI2 -0.2267 87 1.0 00000 0 .142 807
Nila i Tuka r 2 0 .1910 71 0.1 42807 1 .000 000
Sum ber : D ata diola h E view . 4.00

menggunakan White Test, dimana hipotea autokorelasi hanya relevan digunakan jika
yang akan diajukan adalah sebagai berikut: adat yang dipakai adalah time series.
Untuk mengetahui adanya autokorelasi
Hipotesa
dalam penelitian ini, digunakan uji LM,
Ho: Tidak Ada Heteroskedastisitas
sehingga akan diketahui apakah terjadi
Ha: Ada Heteroskedastisitas
autokorelasi terhadap variabel-variabel
bebas dengan variabel terikat dengan
Pengambilan Keputusan
RESID(-1). Oleh karena itu dalam pengujian
Jika : Signifikansi dari Probabilita*R2 >
autokorelasi hipotesa yang diajukan adalah
0.05, maka Ho diterima
sebagai berikut:
Signifikansi dari Probabilita*R2 <
Hipotesa
0.05, maka Ho ditolak
Ho: tidak ada autokorelasi
Ha: ada autokorelasi
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu ke-
Pengambilan keputusan
adaan dimana kesalahan dari pengganggu
Jika: Signifikansi dari Probabilita*R2 >
periode tertentu (µt) ber-korelasi dengan
0.05, maka Ho diterima
kesalahan pengganggu dari periode
Signifikansi dari Probabilita*R2 <
sebelumnya (µt-1). Permasalahan
0.05, maka Ho ditolak

Tabel 2
Hasil Pengujian Heterokedastisitas Setelah Penanggulangan

White Heteroskedasticity Test:


F-statistik 0.743714 Probability 0.616516
Obs*R-squared 4.627689 Probability 0.592371
Sumber : Data diolah Eview. 4.00

61
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

Tabel 3
Hasil Pengujian Autokorelasi Setelah Penanggulangan
W hite H etero skedas tic ity T est:
F -statistik 0.765 617 Pro b ability 0.384750
Obs*R -s quared 0.814 174 Pro b ability 0.366889

Sumber: Data diolah Eview 4.00

Hasil pengujian LM, menunjukkan Artinya, bila semua variabel bebas (JUB,
bahwa dari model yang diajukan terdapat SBI dan Nilai Tukar) adalah 0(nol), maka
penyakit autokorelasi karena nilai dari besarnya variabel terikat (Inflasi)
signifikansi Probabilita*R2 sebesar sebesar -1,28056 persensecara rata-
0.0000 < 0.05 maka Ho ditolak. ratadengan asumsi ceteris paribus.
Berdasarkan pengujian asumsi klasik · Koefisien JUB (1) = -0,00000338
dismpulkan dari model yang diajukan Artinya, bila Jumlah Uang Beredar naik
dalam penelitian ini disimpulkan terdapat sebesar Rp 1 Miliar secara rata-rata,
penyakit autokorelasi dan heteros- maka Inflasi akan turun sebesar
kedastisitas. Oleh karena itu peneliti akan 0,00000338 persen secara rata-rata,
melakukan penanggulangan terhadap dengan asumsi ceteris paribus.
penyakit autokorelasi terlebih dahulu. · Koefisien SBI (2) = 1,851117
Artinya, bila SBI 1 bulan naik sebesar
Koefisien Determinasi
satu persen secara rata-rata, makaInflasi
Hasil uji Ordinary Least Square (OLS)
akan naik sebesar 1,851117 persen
menghasilkan nilai Adjusted R2 sebesar
secara rata-rata, dengan asumsi ceteris
0.453230 (45,32%) yang menunjukkan
paribus.
bahwa perilaku dari JUB, SBI dan Nilai
· Koefisien Nilai Tukar (â3) = -0,000233
Tukar mampu menjelaskan perilaku dari
Artinya, bila Nilai Tukar naik sebesar Rp
Inflasi sebesar 45,32% sedangkan sisanya
1/USD secara rata-rata, makaInflasi akan
sebesar 54,68% adalah perilaku dari
turun sebesar 0,000233 persen secara
variabel bebas lain yang dapat
rata-rata, dengan asumsi ceteris paribus.
mempengaruhi Inflasi namun tidak
Uji F (Uji Serentak)
dimasukkan kedalam model.
Pengujian serentak yang dilakukan oleh
peneliti menghasilkan nilai F statistik
Inflasi = -1,384056 – 0,00000338JUB +
sebesar 20,34154 dengan nilai probabilita
1,851117SBI – 0,000233Nilai Tukar + !
dari Fstatistik sebesar 0.00000 <0.05,
Interpretasi Hasil Regresi
maka Ho ditolak. Hal ini mem-berikan
· Constanta (0) = -1,38056
kesimpulan bahwa secarabersama variabel

62
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Tabel 4
Hasil Regresi OLS

JUB, SBI dan Nilai Tukar mempunyai Berdasarkan hasil pengujian dengan
pengaruh yang signifikan terhadap Inflasi. metode OLS didapatkan nilai tstatistikuntuk
masing-masing variabel bebas adalah
Uji T (Uji Individu) sebagai berikut:
Pengujian ini dilakukan untuk menguji
signifikansi dari masing-masingvariabel, JUB, hipotesa yang diajukan dalam
yaitu JUB, SBI dan Nilai Tukar, dimana peneltian ini adalah
pengambilan keputusannya adalah dengan
Hipotesa
cara membandingkan nilai dari t-statistik
Ho:1< 0, tidak ada pengaruh atau ada
dengan T-Table. Nilai t-table diperoleh jika
pengaruh negatif JUB terhadapInflasi
jumlah sampel (n) sebesar 71 kemudian
Ha: 1 > 0, ada pengaruh positif JUB
jumlahvariabel sebanyak 4 dengan tingkat
terhadap Inflasi dan signifikansecara
kepercayaan sebesar 5%, maka nilai t-
statistik
tabelsebesar 1,671. Apabila nilai t-statistik
Terlihat bahwa koefisien yang
lebih besar daripada t-tabel maka pengaruh
dihasilkan bertolak belakang dengan
yang diberikan oleh variabel bebas
teoriyang ada, teori mengatakan jika JUB
terhadap variabel terikat signifikan secara
meningkat maka Inflasi juga akan
statistik.
meningkat. Nilai t-statistik JUB terhadap

63
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

Inflasi adalah sebesar -0,604690 < 1.671, simpulkan bahwa Nilai Tukar memiliki
oleh karena itu disimpulkan bahwa JUB pengaruh yang tidak signifikan terhadap
memiliki pengaruh yang tidak signifikan Inflasi dan signifikan secara statistik.
terhadap Inflasi.
Implikasi Ekonomi Pengaruh Jumlah
SBI, hipotesa yang diajukan dalam Uang Beredar (M1) terhadap Inflasi
penelitian ini adalah Tekanan inflasi di Indonesia di-
Hipotesa sebabkan meningkatnya jumlah uang
Ho: < 0, tidak ada pengaruh atau ada beredar. inflasi adalah suatu kenaikan harga
pengaruh negatif SBI terhadapInflasi yang terus menerus dari barang-barang dan
Ha:  > 0, ada pengaruh positif SBI terhadap jasa secara umum (bukan satu macam
Inflasi dan signifikansecara statistik barang saja) Jumlah uang beredar
Tanda dari koefisien yang didasarkan pada teori kuantitas bahwa
dihasilkan oleh perhitungan regresi inflasi hanya terjadi jika ada penambahan
sesuaidengan teori yang ada, dimana jumlah uang yang beredar. kebijakan dari
semakin tinggi SBI maka semakin tinggi hubungan tersebut adalah bahwa inflasi
Inflasi. Nilai t-statistik SBI terhadap Inflasi perlu dikendalikan untuk menekan laju
adalah sebesar 7,346766 <1,671, oleh inflasi.
karena itu disimpulkan bahwa SBI Dalam penelitian ini yang dilakukan
memiliki pengaruh positif terhadap Inflasi terlihat bahwa JUB berpengaruh negatif
dan signifikan secara statistik. dan tidak signifikan terhadap inflasi di
indonesia periode 2004-2009, ditunjukan
Nilai Tukar, hipotesa yang diajukan dengan nilai koefisien sebesar -0.00000338
dalam penelitian ini adalah yang prob t-test 0.5474 dengan hasil
Hipotesa tersebut dikatakan bahwa kebijakan
Ho : 3 < 0, tidak ada pengaruh atau ada pemerintah untuk mengubah JUB tidak
pengaruh negatif Nilai Tukar terhadap efektif dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Inflasi Penulis menduga hal tersebut disebabkan
Ha : 3 > 0, ada pengaruh positif Nilai karena periode penelitian yang sanagt
Tukar terhadap Inflasi dansignifikan singkat sehingga tidak dapat secara tepat
secara statistik memperlihatkan kondisi yang terjadi.
Tanda dari koefisien yang dihasilkan
oleh perhitungan regresi tidaksesuai dengan Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap
teori yang ada, dimana teori mengatakan Inflasi
semakin tinggiNilai Tukar maka semakin Kebijakan bunga rendah akan
tinggi nilai Inflasi. Nilai t-statistik Nilai mendorong masyarakat untuk memilih
Tukar terhadap Inflasi adalah sebesar - investasi dan konsumsinya daripada
0,509055 >1.761,oleh karena itu di menabung, sebaliknya kebijakan mening-

64
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

katkan suku bunga simpanan akan Indonesia periode 2004-2009, ditunjukan


menyebabkan masyarakat akan lebih dengan nilai koefisien sebesar -0.000233
senang menabung daripada melakukan dengan prob t-test 0,6124 dengan hasil
investasi atau konsumsi. sehingga tersebut dapat dikatakan bahwa kebijakan
mengartikan bahwa tingkat bunga rendah pemerintah untuk mengubah nilai tukar
masyarakat melakukan kegiatan pada pasar tidak efektif dalam mengendalikan tingkat
uang/pasar modal dan sektor-sektor inflasi.
produktif dari pada menabung. Penulis menduga hal tersebut
Pada saat penelitian yang dilakukan disebabkan karena melemahnya nilai tukar
terlihat bahwa SBI berpengaruh positif dan telah menyebabkan kenaikan yang tinggi
signifikan terhadap inflasi di Indonesia pada harga barang-barang yang mengandung
periode 2004-2009, ditunjukan dengan nilai komponen impor. Sehingga nilai tukar (Rp/
koefisien sebesar 1.851117 dengan prob t- USD) mengalami depresi apabila produsen-
test dengan prob 0.0000 dengan hasil produsen yang menggunakan USD untuk
tersebut dikatakan bahwa pemerintah membeli bahan baku kegiatan produksinya
untuk mengubah SBI efektif dalam mengalami peningkatan biaya/cost untuk
mengendalikan tingkat inflasi. Penulis mengimbangi adanya biaya / cost produsen
menduga hal tersebut disebabkan karena tersebut akan menaikan harga jual (harga
pada saat bunga tinggi masyarakat lebih jual lebih mahal) sehingga konsumen
suka menabung di bank umum, dana yang membayar lebih banyak dan meng-
masuk ke bank umum akan dialokasikan akibatkan jumlah uang beredar bertambah,
dalam pembelian SBI. Dana masyarakat identik dengan terjadinya inflasi.
yang masuk ke bank umum dapat di
alokasikan berupa investasi dan pembelian
SBI. Implikasi, kenapa tidak sesuai dengan SIMPULAN DAN IMPLIKASI
teori? Salah satu alasan mungkin orang yang KEBIJAKAN
menambah tabungan adalah produsen yang
mengalihkan anggaran produksinya untuk Berdasarkan analisis Regresi linier
ditabung di bank sehingga anggaran yang berganda yang telah dilakukan maka
tersedia untuk memproduksi barang akan diperoleh pada kesimpulan sebagai berikut:
berkurang. Sehingga jumlah produksi turun 1. Jumlah uang beredar tidak berpengaruh
sehingga stok dipasar (penawaran) turun signifikan terhadap inflasi terjadi
akan menyebabkan harga naik. peranan berupa kebijakan moneter
yang sifatnya dapat memicu jumlah
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Inflasi uang beredar dapat dilaksanakan karena
Dalam penelitian yan dilakukan terlihat tidak berdampak laju inflasi. Hasil
bahwa nilai tukar berpengaruh negatif dan pengujian statistik menunjukkan tanda
tidak signifikan terhadap inflasi di koefisien negatif.

65
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

2. SBI memiliki pengaruh signifikan DAFTAR PUSTAKA


positif terhadap inflasi. Maka SBI naik
jika inflasi mengalami kenaikan dan SBI Anton Hermanto Gunawan. 1991.
turun jika inflasi mengalami penurunan. Anggaran Pemerintah dan Inflasi.
Sehingga kebijakan moneter yang Jakarta: Gramedia
berhubungan dengan SBI perlu A.M Soesilo. 2000; 1 Psikologis Inflasi
dilakukan dengan hati-hati. ekonomi. Jakarta
3. Jika nilai tukar (Rp/USD) tidak Banjarnahor, Nova Riatna. 2008.
berpengaruh signifikan terhadap inflasi Mekanisme Suku Bunga SBI sebagai
terjadi peranan berupa kebijakan sasaran Operasional Kebijakan
moneter yang sifatnya dapat memicu Moneter. BEMP. Jakarta
nilai tukar (Rp/USD) dapat di Budiono .(1996), Pengantar Teori Ekonomi
laksanakan karena tidak berdampak laju “Tarikan Permintaan dan Dorongan
inflasi. Hasil pengujian statistik Penawaran”, bulletin ekonomi dan
menunjukkan tanda koefisien negatif. Perbankan.
Dernburg, Thomas F. 1994. Makro
Berdasarkan hasil analisis dan
Ekonomi: Teori, Analisis dan
kesimpulan yang diperoleh, maka terdapat
Kebijakan. Ed. 7. Erlangga :Jakarta
beberapa saran sebagai berikut:
Ensiklopedia Indonesia: 1991, 445
Perkembangan Dalam
1. Jumlah uang beredar tidak signifikan Perekonomian.Jakarta
terhadap inflasi maka kebijakan Gujarati, Damodar. 2007. Dasar-dasar
pemerintah berupa kebijakan moneter Ekonometrika 3 th. Erlangga. Jakarta
yang sifatnya dapat menambah jumlah Hady, Hamdy. 2008. Manajemen Keuangan
uang beredar dapat dilaksanakan karena Internasional 4th. ed. YAI. Jakarta
tidak berdampak terhadap laju inflasi. Insukindro, 1994, “ Komponen Koefisien
2. Saat pemerintah menaikkan SBI Regresi Model Ekonomi: Sebuah
pemerintah perlu melakukan kebijakan Study Kasus Impor Barang di
lain yang mendorong masyarakat untuk Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
lebih produktif, bukan malah Bisnis Indonesia, Vol 5 , No 204
menurunkan keuntungan dari bunga Iswardono SP. 1993. Ekonomi Uang dan
Bank. Yogyakarta: BPFE.
3. Nilai tukar (Rp/USD) tidak signifikan Julaihah, dan Insukindro. 2004. “Analisis
terhadap inflasi maka perlu adanya Dampak Kebijakan Moneter
upaya dari pemerintah untuk Terhadap Variabel Makroekonom di
menstabilkan nilai tukar rupiah Indonesia Tahun 1983.1 – 2003.2”,
terhadap dollar. Buletin Ekonomim Moneter dan

66
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi

Perbankan, September , Vol. 7 323-


341
Khowalty.(2000) Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Inflasi di
Indonesia., Hal: 2-3.
Nopirin, 1992;25 ,1986;56 Ekonomi
Moneter, Buku I, Edisi keempat ,Bp
Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
Nuryati, Y.,H.Siregar dan A. Ratnawati.
2006, “Dampak Kebijakan Inflation
Targeting Terhadap Beberapa
Variabel Makroekonomi di
Indonesia”, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Juni,
Vol.9(1) : 113-134
Sitinjak dan Kurniasari. (2003), “ Pengaruh
Kurs Terhadap Ekonomi”, bulletin
ekonomi dan Perbankan.
Samuelson dan Nordhaus,1995:324.
Menyeimbangkan Permintaan dan
Penawaran.
Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP
STIM YKPN, Yogyakarta.
Warjiyo, P. (2004) , Mekanisme Transmisi
Kebijakan Moneter di Indonesia,
Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) . Bank
Indonesia . Jakarta
________ dan D. Zulverdi (1998), “
Penggunaan Suku Bunga Moneter
sebagai sasaran Operasional
Kebiajakan moneter di Indonesia”,
buletin Ekonomi dan Perbankan,
Juli, Vol.1 25-58.

67
Media Ekonomi Vol. 19 No. 2, Agustus 2010

68

Anda mungkin juga menyukai