Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PROSES INDUSTRI SABUN DAN DETERGEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia


Dosen pengampu : Meta Fitri Rizkiana, S.T., M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Indira Puspitasari (201910401021)
Luluk Ulfah (201910401023)
Amellyah Isna Ainaiyah (201910401056)
Ahmad Cavan Diva Alfaiq (201910401063)
Hilda Qonitatillah (201910401085)
Iqbal Muzakkiy (201910401091)
Nyimas Adhelia Mamay F. (201910401104)
Sekar Jasmin Azzahra (201910401117)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses Industri Sabun dan
Deterjen” dengan tapat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Proses Industri Kimia. Selain itu, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah
wawasan dan memahami tentang masalah mengenai proses industri pada bidang industri
sabun dan detergen bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Meta Fitri Rizkiana selaku dosen
penganjar untuk mata kuliah ini. Saya ucapkan terimakasih juga kepada semua pihak yang
telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 2 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
2.1 BAHAN BAKU SABUN DAN DETERJEN..............................................................2
2.2 SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN BAKU PRODUK.........................................5
2.3 DIAGRAM ALIR........................................................................................................7
2.4 REAKSI KIMIA..........................................................................................................8
2.5 KLASIFIKASI PROSES..............................................................................................8
2.6 URAIAN PROSES.......................................................................................................9
2.7 FUNGSI ALAT..........................................................................................................11
2.8 KEGUNAAN PRODUK............................................................................................12
2.9 DAMPAK PENGGUNAAN SABUN DAN DETERJEN.........................................13
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................14
3.2. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sabun merupakan salah satu produk dari industri kimia yang sering kita
temui dan kita pakai untuk kebutuhan sehari- hari seperti mandi, mencuci,
mengepel,dan membersihkan. Dilihat dari bentuknya terdapat 3 macam yakni
sabun berbentuk cair, padat dan padat transparan. Biasanya sabun yang banyak
dipakai oleh masyarakat yakni sabun padat biasa karena harganya yang lebih
murah. Kebanyakan produk sabun yang di pasarkan mengandung gliserin yang
berguna untuk melembabkan kulit agar tidak kering. Sabun sendiri berfungsi
untuk membersihkan kotoran yang menempel pada kuliit seperti minyak dan
debu.
Sabun mempunyai berbagai jenis mulai dari sabun cuci (bentuk krim, cair
dan bubuk), sabun mandi (bentuk cair, padat,dan padat transparan), sabun
pembersih (cair dan krim ). Pada umumnya industri kimia membuat sabun dengan
bahan minyak kelapa dan asam lemak, karena mempunyai kandungan asam
miristat dan asam laurat yang tinggi yang mempermudah larut dan mengeluarkan
busa. Bahan tersebut juga mengandung ikatan tak jenuh yang mudah untuk
teroksidasi. Reaksinya dengan mengeluarkan bau tengik pada sabun. Oleh karena
itu untuk menjaga kualitas pada sabun dari pengoksidasian diperlukan bahan yang
mengandung antioksidan yang berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi pada
substrat sabun.
Deterjen merupakan produk kimia yang digunakan untuk bahan cuci
pakaian yang diperlukan dalam aktiftas rumah tangga. Dalam pemakaian detergen
diperlukan air karena terdapat surfaktan sebagai bahan aktif, bahan ini terbentuk
karena adanya zat adiktif seperti pemutih, antibiotik, gliserin, pewangi ( parfum )
dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bahan apa yang digunakan dalam pembuatan sabun dan detergen?


2. Apa saja sifat fisik dan kimia bahan baku pembuatan sabun?
3. Reaksi kimia apa yang terjadi pada saat pencampuran bahan?
4. Bagaimana proses pembuatan sabun dan detergen?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui proses pembuatan sabun dan detergen pada industri kimia


2. Memahami reaksi yang terjadi pada bahan baku
3. Mengetahui alat yang digunakan dalam proses pembuatan sabun dan detergen
4. Memahami diagram alir yang terjadi pada saat pemrosesan
1.4 Manfaat

1. Agar kita dapat membuat sabun dan detergen sendiri dengan bahan alami
1
2. Agar dapat membuat inovasi baru dalam industri sabun dan detergen
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BAHAN BAKU SABUN DAN DETERJEN

2.1.1. Bahan baku sabun


Bahan baku merupakan sesuatu yang digunakan dalam pembuatan barang atau produk
lainnya yang saling direaksikan dan dicampur satu sama lain sehingga menghasilkan
suatu barang jadi yang siap untuk digunakna. Dalam industri sabun, ada dua
komponen utama penyusun sabun itu yakni minyak (asam lemak) dan alkali.
1. Minyak
Minyak merupakan sebuah istilah yang banyak digunakan untuk penyebutan
cairan organik yang sukar dilarutkan dalam air, namun akan lebih mudah larut jika
dilarutkan dalam organik. Penggunaan minyak dalam industri sabun sangat dibatasi
jumlahnya dengan memperhatikan berbagai aspek, antara lain mengenai produk apa
yang kita buat dan kelayakan ekonomi. Minyak atau lemak ini memiliki beragam jenis
nya, namun hanya beberapa jenis yang sering digunakan di industri sabun,
diantaranya:
 Tallow (minyak hewani)
Tallow merupakan minyak hewani yang berasal dari sapi atau domba yang
merupakan hasil sampingan dari industri pengolahan daging. Hasil produk sampingan
ini adalah lemak sapi yang tidak dikonsumsi oleh Sebagian besar orang. Sebelum
diolah menjadi minyak lemak sapi yang baik yang berwarna putih susu terlebih dahulu
dicuci lalu ditiriskan dan dikeringkan. Setelah benar benar kering lemak sapi akan
dipanaskan dengan suhu 650C sampai meleleh (Ernawati, 2012). Tallow dengan
kualitas baik yang berwarna kuning bening pada umumnya akan diolah untuk
dijadikan sabun mandi sabun mandi, sedangkan yang memiliki kualitas kurang baik
akan diolah untuk dijadikan sabun cuci. Komposisi tallow dalam proses pembuatan
sabun umumnya paling banyak yakni ¾ dari dari total minyak dan lemak yang
digunakan (Austin, 1984).
 Palm oil (minyak kelapa sawit),
minyak kelapa sawit sendiri banyak dipakai untuk menggantikan tallow. Sesuai
namanya minyak ini diperoleh dari hasil pemanasan buah kelapa sawit. Kandungan
2
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang dimiliki oleh minyak kelapa sawit memiliki
jumlah yang sama dan cukup banyak. Asam palmiat merupakan salah satu jenis dari
banyak nya jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak ini, sebanyak 44,3%
asam palmiat yang terkandung dalam minyak kelapa sawit. Asam palmiat merupakan
salah satu jenis asam lemak jenuh yang memiliki ikatan rantai Panjang dengan titik
cair yang cukup tinggi yakni sekitar 640C, dalam industri sabun asam ini berfungsi
sebagai bahan pengeras dan penghasil busa yang stabil dalam sanun (Zulkifli, 2014).
 Coconut oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan bahan yang dianggap cukup penting didalam proses
pengolahan sabun, sabun dengan bahan dasar minyak kelapa akan lebih berbusa dan
juga keras karena kandungan gliserida yang besar (Ali et al, 2004). Selain itu minyak
ini juga mengandung bebebrapa asam lemak seperti asam lemak kaproat, asam lemak
kaprat dan asam lemak kaprilat. Warna minyak yang kuning pucat menandakan bahwa
minyak tersebut memiliki kualitas yang baik yang didapatkan dari hasil ekstraksi
daging buah kering.
 Palm kernel oil (minyak inti kelapa sawit)
Sesuai dengan Namanya minyak ini juga merupakan hasil olahan dari kelapa
sawit namun bedanya jika palm oil diambil dari buah kelapa sawit sedangkan palm
kernel oil diambil dari inti buahnya. Minyak jenis ini memiliki kadar asam laurant
yang sangat tinggi dan memiliki titik lelh yang cukup tinggi (Omar, et al, 2017)
2. Alkali
Alkali merupakan suatu garam ionic yang bersifat basa, sifat alkali yang basa ini
sangat berperan penting dalam proses pembuatan sabun karena dengan keadaan basa
alkali dapat mencegah kandungan hydrolisa dari sabun yang umumnya bersifat asam
serta juga dapat membantu menghancurkan gumpalan minyak dan menyusunnya
Kembali. Tidak semua jenis alkali dijadikan sebagai bahan baku dalam pengolahan
sabun, hanya NaOH dan KOH saja yang paling banyak digunakan. Hal ini
dikarenakan KOH karena alkali tersebut sangat mudah untuk larut dengan air, sifat itu
juga nantinya akan mempengaruhi sifat sabun dimana sabun yang berbahan NaOH
akan lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang berbahan KOH.
Selain kedua alkali tersebut terkadang dalam pembuatan sabun juga menggunakan
NH4OH.

3
Sabun yang menggunakan alkali kuat (KOH dan NaOH) cenderung memiliki pH
yang lebih tinggi, rentan pH yang didapat yaitu antara 9,0-10,8. Beda halnya dengan
sabun yang berbahan dasar alkali lemah (NH4OH) yang cenderung memiliki pH yang
lebih rendah yaitu antara 8,0-9,5. Kualitas sabun sangat dipengaruhi oleh dengan
banyaknya alkali (alkali bebas) yang terkandung dalam sabun tersebut, batas
kandungan alkali dalam sabun Na adalah kurang dari 0,1% sedangkan untuk sabun
KOH kandungan alkali bebas hanya dibatasi sebanyak 0,14%. Sifat alkali yang keras
akan membahayakan jika terkandung alkali yang berlebih dalam sabun yang dapat
menyebabkan rusaknya kulit pemakai yaitu berupa iritasi kulit dan kekeringan pada
kulit (Simanjuntak, 2018)

2.1.2. Bahan baku deterjen

Dalam pembuatan dejerjen bahan bahan yang digunakan sebenarnya berjumlah hingga
25 jenis bahan berbeda yang dapat digolongkoan dalam 4 kategori bahan

1. Surfaktan

Surfaktan merupakan kelompok komponen yang paling penting dalam pembuatan


deterjen. Secara umum surfaktan merupakan zat aktif yang terdiri dari gugus hidofibik
dan terikat pada gugus hidrofilik yang larut dalam air. Surfaktan berperan untuk
menurunkan tegangan air untuk mengangkat kotoran (emulsifier, bahan
pengemulsi). Pembuatan deterjen ini sangat bergantung pada berat molekul bahan
bagian hidrofobik dan hidrofilik, oleh karena itu surfaktan ini dibagi lagi menjadi 4
kelompok utama surfaktan (Ali et al, 2004).
 Anionic surfaktan, merupakan senyawa di mana pencegahan akan direalisasikan
dalam anion yang harus dinetralkan dengan bahan dasar sebelum pencegahan penuh
dikembangkan.
 Cationic surfaktan, adalah senyawa di mana pencegahan dipusatkan pada kation,
dan meskipun dalam proses manufaktur tidak ada netralisasi terjadi, bahan ini pada
dasarnya dinetralkan oleh asam kuat.
 Nonionic surfaktan, merupakan salah satu jenis surfaktan yang tidak memiliki
muatan listrik dalam strukturnya. Yang Artinya, molekul molekul zat tersebut tidak
akan mengalami ionisasi saat dilarutkan dalam air

4
 Amphoteric surfaktan, senyawa yang mengandung senyawa asam dan juga basa
dalam satu molekulnya.

5
2. Builders
Sesuai Namanya builders merupakan bahan yang berguna untuk meningkatkan
kekuatan deterjen. Senyawa yang paling sering digunakan sebagai builders adalah
senyawa fosfat kompleks seperti sodium tripolifosfat. Senyawa tersebut sudah lebih
dari pelembut air yang menyerap kalsium dan ion magnesium, senyawa tersebut juga
membantu mencegah terjadinya pengendapan Kembali kotoran dari air cucian pada
kain. Polifosfat (sodium tripolyphospate dan tetrasodium pyrophospate) akan saling
bereaksi dan bersinergi dengan surfaktan yang akan meningkatkan efektifitas sehingga
mengurangi biaya produksi. Selain polyphosphate ada beberapa bahan lain yang
digunakan sebagai builders seperti sitrat, karbonat, dan silikat.
3. Bleaching agents
Sesuai namnanya yakni bahan pemutih yang tentu saja berguna untuk
memutihkan serta mencerahkan warna pakaian. Beberapa bahan yang digunakan
sebagai bahan pemutih adalah klorin (Cl2), hydrogen peroxide (H2O2), ozon (O3), dan
sodium perborate (NaBO3).
4. Additives (bahan tambahan)
Penambahan bahan lain seperti penghambat korosi (sodium silicate), pelindung
besi, alat dapur dari reaksinya dengan deterjen dan air. Contoh nya adalah
karboximetil selulosa yang telah lama digunakan sebagai bahan antiredeposisi yakni
bahan untuk mencegah pengendapan kotoran dari pakaian. Carbanilides,
calicylanilides, dan cationics yang digunakan sebagai bahan antimikroba, ada juga
penambahan enzim enzim yang berguna untuk memudahkan penghilangan minyak
dan juga kotoran.

2.2 SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN BAKU PRODUK

2.2.1 SABUN
1. Minyak/lemak
Minyak atau lemak termasuk keadalam senyawa lipid dengan struktur senyawa
beruoa ester dari gliserol. Proses pembuatan sabun menggunakan jenis minyak nabati
atau lemak hewan. Perbedaannya terletak pada wujudnya di keadaan ruang. Pada
suhu ruangan ± 28ºC minyak akan berwujud cair sedangkan lemak akan berwujud
padat.
Minyak nabati ataupun lemak hewani adalah senyawa trigliserida yang sering
digunakan dalam proses pembuatan sabun karena memiliki asam lemak dengan rantai
C (karbon) antara 12 – 18. Diketahui asam lemak yang memiliki rantai karbon kurang

6
dari 12 akan mengakibatakan terjadinya iritasi pada kulit. Sedangkan, apabila rantai
karbon terlalu panjanga tau lebih dari 18 akan mengakibatkan sabun tersebut sukar
untuk larut dalam air dan menjadikkanya keras.

2. Akali
Alkali yang digunakan pada proses pembuatan sabun umumnya adalah NaOH
atau Natrium Hidroksida (Smartlab,2019)
Nama Molekul : Natrium Hidroksida
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Titik Lebur : 319 - 322ºC
Titik didih : 1.390ºC pada 1.013 hapa
Kelarutan dalam air : 1.090 g/l pada 20ºC

2.2.2 DETERJEN
1. Surfaktan
Sifat kimia dan fisika surfakatan bergantung dari molekul yang mempunyai
sifat hidrofilik dan lipofilik. Misalnya pada daerah batas antar fase seperti
lemak dan air ataupun udara dan air, gabungan dari molekul surfaktan
mengakibatkan adanya penurunan tegangan permukaan yang akan terjadi.
Surfaktan jenis ABS (Alkil benzene sufunat) dimanfaatkan dengan bentuk
garam natrium, yang terdapat dalam air alamiah sebagai garam kalsium. Garam
tersebut memiliki kelarutan yang rendah ketika didalam air dan adanya suatu
suspensi yang tidak stabil. Adanya garam kalsium pada surfaktan ABS yang
terdapat pada air alamiah menjadikan surfaktan lebih mudah untuk diendapkan
dibandingkan dengan garam natrium (Connell,1995).
2. Blanching Agent
Salah satu senyawa yang digunakan dalam pemutihan adalah H2O2 yang
memiliki sifat kimia termasuk ke dalam oksidator kuat dengan berat molekul
34,01 g/mol, titik didih 150,2ºC dengan bentuk cairan yang tidak bewarna
memiliki bau yang keasaman dan mudah untuk larut dalam air.

7
2.3 DIAGRAM ALIR

2.3.1 Proses Pembuatan Sabun

2.3.2 Proses Pembuatan Deterjen

8
2.4 REAKSI KIMIA

2.4.1 Sabun
Reaksi pemisahan lemak
(RCOO)3C3H5 + 3H2O  RCOO·H + C3H5(OH)3
Trigliserit asam lemak gliserin
Reaksi Safonifikasi
R·COO·H + XOH  RCOO·X + H2O
*X adalah unsur K atau Na
2.4.2 Deterjen
Alkil Benzene + Oleum  Alkil Benzene Sulfunat + Asam Sulfat
Tallow Lemak Alkohol + Oleum  Lemak Alkohol Sulfat
Sulfunat + Sulfat + NaOH  Sodium salt
Sodium salt + Builders. Etc  deterjen
2.5 KLASIFIKASI PROSES

2.5.1 Sabun
Proses pembuatan sabun dilakukan secara batch atau kontiniu
Proses batch dilakukan di sebuah ketel yang bertujuan untuk memanaskan
lemak atau minyak dengan mengunakan alkali yakni NaOH atau KOH.
Selanjutnya akan dilakukan pengadapan sabun dengan ditambahkan garam.
Lapisan air yang mengandung garam, glisero, dan alkali akan dikeluarkan, tapi
gloserol akan didapatkan lagi dari adanya proses penyulingan. Endapan sabun
yang telah bercampur dengan garam, gliserol, dan alkali akan dilakukan
permunian dengan air dan diendapkan dengan garam secara berkali-kali. Setalah
proses tersebut endapan akan direbus dengan air secukupnya agar mendapatkan
hasil campuran yang halus dengan semikian akan membentuk lapisan yang
homogen dan mengapung. Hasil itu sudah dapat diperjuan beli kan dengan harga
yang relatif murah. Untuk mendapatkan hasil sabun mandi, sabuncair wangi, dll
diperlukan perlakukan lanjutan untuk mendapatakan hasil yang lebih maksimal.
Proses kontiniu, ialah menghidrolisis lemak atau minyak dengan keadaan shu
dan tekanan yang tinggi dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak tersebut
akan dimaksukkan keadalam reaktor besar secra kontiniu. Hari hasil tersbut akan
dikeluarkan asam lemak dan gliserol dengan cara penyulingan pada ujung nyang
berlawanan. Asam tersebut akan dinetraljan dengan alkali untuk menjadikannya
sabun.
Secara umum, NaOH dan KOH sering dipilih sebagai alkali dalam pembuatan
sabun. Namun, selain itu juga dapat menggunakan NH4OH. Perbedaannya akan
terlihat ketika digunakan, sabun yang terbuat dari NaOH akan lebih lamat untuk
larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang berbahan dasar KOH. Sabun
9
dengan bahan baku NaOH ayau KOH memiliki nilai pH sekitar 9 – 10,8
sedangkan sabun berbahan baku NH4OH memiliki pH 8 – 9,5.
2.5.2 Deterjen
1. Spray-drying
Adalah proses penggabutan yang kemudian akan dilanjutkan dengan
proses pengeringan. Dimana spray dilakukan dengan menggunakan alat
semprot khusus yakni nozzel yang masuk kedalam menara silinder. Proses
pengeringan dilakukan dengan menurunkan suhu

2. Aglomerasi
Adalah proses produksi deterjen yang mempunyai densitas tinggi dengan
menggunakan campuran antara material kering dan bahan cairan dengan
bantuan bahan pengikat cair. Dengan begitu, bahan yang tercampur akan
membentuk partikel berukuran besar. Proses ini juga termasuk kedalam
proses spray –drying dengan dry mixing/blending. Dimana didalam crutcher
slurry terdapat 34 – 40% konsentrasi air yang digunakan. Komponen dalam
proses ini anataranya adalah slikat deterjen aktif dan air yang dimanfaatkan
untuk cairan
3. Dry Mixing
Adalah proses pencampuran material kering didalam mixer dengan
waktu sekitar 1 – 2 menit dan dilakukan penambahan slurry dengan waktu 3 –
4 menit. Setelah itu, sekitar 1 – 2 menit dilakukan pencampuran lagi untuk
memastikan pencampuran tersebut berisfat homogen.

2.6 URAIAN PROSES

2.6.1 Sabun
Dari diagram alir tersebut dapat diuraikan proses pembuatan sabun sebagai
berikut :
Lemak dan katalis ZnO merupakan bahan dasar pembuatan sabun yang
kemudian akan diangkut dan dimasukan ke dalam blendtank. Dilanjutkan di
dalam blendtank akan terjadi pemberian uap panas yang suhu nya dikisaran
230C, uap panas tersebut akan dikeluarkan kembali. Setelah lemak panas dan
katalis bercampur kemudian akan dimasukan ke dalam mesin hydrolizer.
Di mesin hydrolizer akan ada penambahan air panas sehingga akan terjadi
kenaikan suhu hingga mencapai 250C dan tekanan 4 Mpa. Terjadi proses
hidrolisis di dalam hydrolizer yaitu asam lemak dan gliserin dipecah. Gliserin
akan ada dibawah dasar hydrolizer hal ini terjadi karena massa jenis gliserin
lebih tinggi yaitu 1,26 gr/cm3 yang kemudian gliserin akan menuju ke mesin
evaporator. Di mesin evaporator ini gliserin akan berubah menjadi gliserin
padat karena di dalam mesin evaporator terjadi penguapan untuk mengeluarkan
uap.
Sedangkan untuk asam lemak yang massa jenisnya lebih rendah yaitu 0,853
gr/cm3 akan naik dan menuju ke flash tank. Di dalam flash tank akan
diturunkan tekanan uap dengan cepat dan akan keluar uap yang tidak
digunakan yang kemudian akan dihasilkan asam lemak yang lebih pekat.
10
Kemudian akan di masukan ke dalam mesin heat exchanger asam lemak yang
dihasikan tadi. Di dalam mesin ini akan terjadi pemberian uap panas yang
selanjutnya asam lemak akan mengalir ke high vacum still.
Pada high vacum still akan terjadi penampungan produk yang selanjutnya
akan diberi tekanan vakum hal ini untuk diperoleh uap dibagaian atas high
vacum still. Selanjutnya produk tersebut di masukan ke dalam kondenser yang
kemudian ditambahkan air dingin dengan hal ini akan terjadi proses
pengembunan. Setelah itu akan di masukan ke dalam destilate receiver. Pada
destilate receiver akan terjadi proses penyulingan yaitu pemutusan asam lemak
dari rantai panjang C, hal ini dikarenakan apabila rantai atam C semakin
panjang akan sulit untuk asam lemak larut dan pembukuan akan lebih cepet.
Akhir dari proses pemurnian asam lemak selesai di destilate receiver.
Dilanjutkan asam lemak yang sudah murni diberi penambahan NaOH di
dalam mixer neutralizer sebagai proses saponifikasi. Proses saponifikasi yaitu
hidrolisis asam lemak yang oleh adanya basa kuat. Yang selanjutnya adonan
sabun akan dimasukan ke dalam soap blander. Di mesin soap blander ini akan
terjadi pencampuran dengan kecepatan rendah hal ini dilakukan untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
Langkah berikutnya campuran homogen akan di masukkan ke dalam high
pressure pump di dalam ini akan di beri tekanan yang nanti nya untuk
mengalirkan menuju ke heat exchenger. Di dalam mesin heat exchenger ini
akan di berikan uap panas kembali dengan suhu 200C. Selanjutnya sabun
panas itu akan di masukan menuju flash tank hal ini di lakukan untuk sebagai
proses pengeringan dengan diberikannya tekanan atmosfer. Pasta dari sabun
tersebut kemudian diberi udara yang akan mengakibatkan sabun mengalami
proses pendinginan sehingga suhu menjadi 65C. Yang selanjutnya yaitu
proses pembekuan di dalam freezer dengan suhu antar 220-150F. Langkah
terakhir yaitu proses pemotongan dan pemakingan produk sabun.

2.6.2 Deterjen
Dari diagram alir tersebut dapat dapat diuraikan proses pembuatan deterjen
sebagai berikut:
Proses yang pertama yaitu pembuatan bubur sulfaktan, yaitu dengan
menggunakan alkil benzena yang di alirkan masuk ke dalam sulfanator bersama
oleum, pada sulfanator suhu di jaga pada 55C yang menghasilkan campuran
tersulfonasi. Selanjutnya di pompa masuk ke dalam sulfator, dalam sulfator suhu
juga dijaga pada 55C hasil dari sulfator di dapatkan berupa asam alkil benzena.
Asam alkil benzena kemudian di alirkan ke dalam mixer atau neutralizer,
yang ditambahkan juga NaOH untuk menetralkan asam alkil benzena. Selanjutnya
hasil yang diperoleh yaitu bubur sulfaktan berupa Na-alkil benzena. Langkah
berikutya bubur sulfaktan di alirkan menuju surge tank yang berfungsi untuk
menetralkan tekanan atau pengaman tekanan saat katup pengatur ditutup.
Kemudian bubur sulfaktan di alirkan menggunakan pompa menuju ke cooler, di
dalam cooler campuran tersebut didinginkan. Setelah dingin bubur sulfaktan akan
dialirkan menuju surfaktan storage.
Proses selanjutnya yaitu proses pembuatan deterjen, bubur sulfaktan yang ada
di surfaktan storage bersama sodium tripolyphosphate dan bahan aditif dialirkan
menuju crutcher, di dalam crutcher bahan-bahan diputar atau dicampur dengan
mixer dengan kecepatan tinggi hingga homogen. Pada crutcher sejumlah air
11
dihilangkan sehingga campuran menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi
hidrasi dari sodium tripolyphosphate.
Selanjutnya campuran akan dialirkan menuju drop tank untuk kemudian
dipompa mengunakan high pressure pump menuju ke atas high spray tower. Pada
bagian atas menara campuran disemprot kan sedangkan untuk bagian bawah
dialirkan udara panas yang dihasilkan dari furnace dari proses ini didapatkan
butiran deterjen yang kemudian jatuh ke bawah bagian menara. Untuk uap panas
yang naik melewati spary akan di alirkan menuju ke cyclone yang berfungsi untuk
memisahkan uap air panas dan partikel yang terikut. Untuk partikel yang terikut
akan dimasukan ke dalam crutcher sebagai bahan baku awal, sedangkan untuk uap
panas akan dilepaskan ke atmosfer namun sebelumnya di alirkan menuju chimney
stack (cerobong) terlebih dahulu.
Butiran deterjen dari menara high spray kemudian dialirkan menggunakan
conveyer dengan bantuan aliran udara. Dialirkan menuju cyclone. Di dalam
cyclone butiran dipisahkan dari uap panas yang masih terikut, uap panas yang
masih terikut dialirkan menuju ke cyclone untuk pemisahan butiran dan uap panas.
Dimana butiran akan masuk ke conveyor, sedangkan uap panas akan dilepaskan ke
atmosfer namun sebelumnya akan di alirkan menuju ke terlebih dahulu. Butiran
yang ada di cyclone akan menuju ke pengayak atau vibrating screen untuk
mendapatkan butiran sesuai dengan standar. Butiran dari vibrating screen dan
cyclone akan di alirkan menuju conveyer, di dalam conveyer ditambahkan
pengharum dengan cara di semprotkan. Selanjutnya diumpankan ke bagian
packing sesuai dengan label dan kebutuhan konsumen.

2.7 FUNGSI ALAT

2.7.1 Sabun
1. Blend tank, alat ini berfungsi untuk mencampurkan bahan baku sabun yaitu
lemak dan ZnO yang kemudian diberi uap panas
2. Hydrolyzer, alat ini berfungsi untuk penambahan air dan pemecahan asam
lemak dan gliserin.
3. Evaporator, alat ini berfungsi untuk proses penguapan dengan
mengeluarkan uap dan membentuk gliserin yang padat.
4. Flashtank, alat ini berfungsi untuk penurunan tekanan uap yang cepat serta
untuk uap yang tidak di gunakan akan di buang keluar yang akan
menyebabkan asam lemak menjadi lebih pekat.
5. Heat exchenger, alat ini berfungsi untuk pemberian uap panas
6. High vacum still, alat ini berfungsi untuk penampungan bahan dan
pemberian tekanan vakum yang akan diperoleh uap di atas alat.
7. Kondenser, alat ini berfungsi untuk proses pendinginan
8. Distillate receiver, alat ini berfungsi untuk proses penyulingan yang terjadi
pemutusan asam lemak dengan rantai panjang C.
9. Mixer neutralizer, alat ini berfungsi untuk terjadinya proses saponifikasi
10. Soap blender, alat ini berfungsi untuk pencampuran dengan kecepatan
rendah sehingga tercampur dengan homogen
11. High pressure pump, alat ini berfungsi untuk mengalirkan bahan dengan
menggunakan tekanan yang tinggi
12. Freezer, alat ini berfungsi untuk proses pembekuan produk.

12
2.7.2 Deterjen
1. Sulfanator, alat ini berfungsi untuk pencampuran alkil benzena dengan
oleum yang suhu di dalam alatnya dijaga pada 55C, sebelum di alirkan
ke sulfaktor akan dihasilkan campuran tersulfanasi.
2. Sulfator, alat ini berfungsi untuk menampung aliran dari sulfaktor
berupa campuran tersulfanasi yang kemudian akan menghasilkan asam
alkil benzena.
3. Mixer atau naeutralizer, alat ini berfungsi untuk terjadinya proses
saponifikasi
4. Cooler, alat ini berfungsi untuk proses pendinginan bubur sulfaktan
5. Surfaktan Storage, alat ini berfungsi untuk penampungan bubur
sulfaktan dan penambahan bahan lain seperti sodium tripolyphosphate
dan bahan aditif sebelum dialirkan ke crutcher.
6. Crutche, alat ini berfungsi untuk mencampur bahan-bahan dengan
mixer yang memiliki kecepatan yang tinggi
7. High pressure pump, alat ini berfungsi untuk memompa bahan dengan
menggunakan tekanan yang tinggi.
8. High spray tower, alat ini berfungsi untuk penyemprotan pada bagaian
atas menara dan untuk bagian bawah unutk mengalirkan udara panas
yang berasal dari furnace
9. Furnace, alat ini berfungsi sebagai peroses pemanasan, sumber udara
panas
10. Cyclone, alat ini berfungsi untuk memisahkan uap air panas dan
partikel yang terikut
11. Stack, alat ini berfungsi untuk menampung uap panas sebelum
dilepaskan ke udara
12. Conveyer, alat ini berfungsi untuk memindahkan bahan ke tempat yang
lain, selain itu di conveyer disemprotkan juga pengharum untuk
deterjen
13. Vibrating screen, alat ini berfungsi untuk pengayakan sehingga hanya
ukuran yang sesuai standar yang bisa di packing

2.8 KEGUNAAN PRODUK

2.8.1 Sabun
Sabun memiliki banyak macam yang dibuat dengan berbagai macam
komposisi dan kegunaan, beberapa produk sabun dan kegunaanya yaitu:
 African Black Soap, sabun ini dapat digubakan untuk sarana pengobatan hal ini
dikarenakan aroma dan kompisinya yang natural
 Goat’s milk Soap, sabun ini komposisinya tersusun oleh vitamin D yang
terdapat di susu kambing,kegunaanya dapat melembutkan kulit dan lebih
banyak busa
 Liquid Soap, sabun ini memiliki konsentrasi detergen nya tinggi serta
bentuknya yang cair, dpat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan shower
gels, shampoo serta juga liquid hand soap.
 Melt and pour soap, sabun ini memiliki kadar alkali yang sangat rendah, dibuat
khusus untuk tidak merusak kulit sehingga sabun ini cocok untuk anak-anak
yang kulitnya masih tipis
13
 Soap noodles shredded soap, sabun ini merupakan sabun mandi biasa, dengan
alkali yang tidak terlalu tinggi biasa sabun ini digunakan untuk campuran
dalam bath-tub
 Deodorant Soap, sabun yang memiliki sifat sangat aktif yang dibuat untuk
digunakan menghilangkan aroma yang kurang sedap di dalam tubuh.
2.8.2 Deterjen
Beberapa jenis produk deterjen dan kegunaanya yaitu:
 Deterjen batangan, deterjen ini berbentuk padat serta tingkat alkali yang
terkandung di dalam komposisinya tinggi, produk deterjen ini sebagai pencuci
namun untuk sekarang jarang digunakan karena dapat menyebabkan iritasi,
serta baju yang dicuci dengan deterjen ikan akan mengakibatkan warna cepat
luntur.
 Deterjen bubuk, deterjen ini juga digunakan untuk mencuci pakaian dan yang
paling sering digunakan karena mudah dikemas dan diukur takarannya
 Deterjen colek, deterjen ini banyak di gunakan untuk mencuci piring, atau pun
juga untuk mencuci baju pada umumnya, daya cuci deterjen ini rendah
dibandingkan dengan bentuk deterjen yang lain.
 Deterjen cair, deterjen ini umum digunakan di dalam mesin pencuci dan
banyak digunakan oleh pengusaha laundry, daya cuci dari deterjen cair ini
cukup tinggi, namun karena kadar airnya tinggi jadi tidak seefektif deterjen
bubuk.
2.9 DAMPAK PENGGUNAAN SABUN DAN DETERJEN

 Mengurangi kualitas air bersih


 Membantu pertumbuhan tanaman enceng gondok atau gulma
 Mampu merusak pernapasan pada ikan sehingga ikan akan lebih mudah untuk
mati
 Mampu menyebabkan terjadinya penyakit seperti iritasi mata, kulit atau sampai
kanker

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sabun dan deterjen merupakan produk yang sering digunakan dikehidupan


sehari-hari. Sabun adalah satu diantara produk dari industri kimia yang sering dipakai
untuk membersihkan diri seperti mandi. Sabun memiliki 3 macam bentuk yakni cair,
padat dan juga padat transparan. Bahan baku dari sabun yaitu yang pertama minyak,
dapat berupa tallow, palm oil (minyak kelapa sawit), coconut oil (minyak kelapa),
ataupun palm kernel oil (minyak inti kelapa sawit) dan yang kedua yaitu alkali yaitu
garam ionic. Bahan dari pembuatan sabun ini memiliki sifat fisik dan kimianya. Dalam
pembuatan sabun terdapat reaksi kimia yaitu, reaksi kimia pemisahan lemak, dan
reaksi saponifikasi. Klasifikasi dari pembuatan sabun dilakukan secara batch atau
kontiniu, proses batch ini yaitu memanaskan lemak atau minyak dengan menggunakan
alkil, proses kontiniu yaitu menghidrolisis lemak atau minyak dengan keadaan suhu
dan tekanan yang tinggi dibantu dengan katalis. Sabun ini memiliki banyak jenis dan
kegunaanya sesuai dengan komponen yang ada pada setiap sabun.
Deterjen merupakan produk kimia yang digunakan untuk bahan cuci pakaian
ataupun untuk mencuci benda-benda yang lain. Bahan baku dari proses pembuatan
deterjen yaitu surfaktan, builders, bleaching agents, dan additives yang merupakan
bahan tambahan. Bahan-bahan ini memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Reaksi
kimia yang terjadi pada proses pembuatan dterjen yaitu terjadi rekasi antara alkil
benzene dengan oleum yang kemudian akan membentuk alkil benzene sulfunat dan
juga asam sulfat. Klasifikasi dari proses pembuatan deterjen yaitu tiga tahapan
safonikasi, pencucian, dan fitting. Kegunaan dari produk deterejen ini bisa diliat dari
bentuknya dan komposisi yang terkandung didalamnya namun sebagaian besar
deterjen digunakan untuk membersihkan pakaian.

3.2. Saran

Dalam proses pembuatan sabun ini diharapakan untuk mengetahui dengan benar
langka-langkah pembuatanya, alat yang digunakan juga harus diketahui fungsi dari
penggunaanya, selain itu bahan baku yang digunakan juga haruslah diketahui sifat
fisik dan kimianya serta dalam proses pembuatan sabun dapat juga digunakan
tambahan bahan yang dapat membuat sabun memiliki kegunaan khusus. Dengan ini
diharapkan untuk lebih mempelajari proses pembuatan sabun lebih dalam jika ingin
memproduksi sabun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad F, Ali, Bassam M, & Speight, James G, 2004, Handbook of Industrial
Chemistry : Organic Chemicals, McGraw-Hill Professional, New York

Austin, George T, & Sherve, Norris R, 1984, Shreve's Chemical process industries, McGraw-
Hill Professional, New York

Connell, Miller. 1995. Kimia dan Etoksikologi Pencemaran. Hal 222 – 223. Indonesia
University Press. Jakarta

Ernawati, Rosidah E, & Rengga Wara D.P, 2012, ‘Biodiesel Dari Campuran Lemak Sapi
(Beef Tallow) Dan Minyak Sawit, Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol I, No 1, hh 16-
24

Omar, Zaliha, et al, (2017), ”Palm Oil And Palm Kernel Oil: Versatile Ingredients For Food
Applications”, journal of oil palm research, Vol XXIX, No 4, hh 487-511

Simanjuntak, Rosmidah, 2018, ‘Petetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merek “LX” Dengan Metode Titrasi Asidemetri’, Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol II, No 4,
hh 59-70

Zulkifli, Mochamad, & Estiasih, Teti, 2014, ‘Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak
Sawit : Kajian Pustaka’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol II, No 4, Hh 170-177

16

Anda mungkin juga menyukai