Disusun oleh:
Kelompok 1
Indira Puspitasari (201910401021)
Luluk Ulfah (201910401023)
Amellyah Isna Ainaiyah (201910401056)
Ahmad Cavan Diva Alfaiq (201910401063)
Hilda Qonitatillah (201910401085)
Iqbal Muzakkiy (201910401091)
Nyimas Adhelia Mamay F. (201910401104)
Sekar Jasmin Azzahra (201910401117)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
2.1 BAHAN BAKU SABUN DAN DETERJEN..............................................................2
2.2 SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN BAKU PRODUK.........................................5
2.3 DIAGRAM ALIR........................................................................................................7
2.4 REAKSI KIMIA..........................................................................................................8
2.5 KLASIFIKASI PROSES..............................................................................................8
2.6 URAIAN PROSES.......................................................................................................9
2.7 FUNGSI ALAT..........................................................................................................11
2.8 KEGUNAAN PRODUK............................................................................................12
2.9 DAMPAK PENGGUNAAN SABUN DAN DETERJEN.........................................13
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................14
3.2. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabun merupakan salah satu produk dari industri kimia yang sering kita
temui dan kita pakai untuk kebutuhan sehari- hari seperti mandi, mencuci,
mengepel,dan membersihkan. Dilihat dari bentuknya terdapat 3 macam yakni
sabun berbentuk cair, padat dan padat transparan. Biasanya sabun yang banyak
dipakai oleh masyarakat yakni sabun padat biasa karena harganya yang lebih
murah. Kebanyakan produk sabun yang di pasarkan mengandung gliserin yang
berguna untuk melembabkan kulit agar tidak kering. Sabun sendiri berfungsi
untuk membersihkan kotoran yang menempel pada kuliit seperti minyak dan
debu.
Sabun mempunyai berbagai jenis mulai dari sabun cuci (bentuk krim, cair
dan bubuk), sabun mandi (bentuk cair, padat,dan padat transparan), sabun
pembersih (cair dan krim ). Pada umumnya industri kimia membuat sabun dengan
bahan minyak kelapa dan asam lemak, karena mempunyai kandungan asam
miristat dan asam laurat yang tinggi yang mempermudah larut dan mengeluarkan
busa. Bahan tersebut juga mengandung ikatan tak jenuh yang mudah untuk
teroksidasi. Reaksinya dengan mengeluarkan bau tengik pada sabun. Oleh karena
itu untuk menjaga kualitas pada sabun dari pengoksidasian diperlukan bahan yang
mengandung antioksidan yang berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi pada
substrat sabun.
Deterjen merupakan produk kimia yang digunakan untuk bahan cuci
pakaian yang diperlukan dalam aktiftas rumah tangga. Dalam pemakaian detergen
diperlukan air karena terdapat surfaktan sebagai bahan aktif, bahan ini terbentuk
karena adanya zat adiktif seperti pemutih, antibiotik, gliserin, pewangi ( parfum )
dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Agar kita dapat membuat sabun dan detergen sendiri dengan bahan alami
1
2. Agar dapat membuat inovasi baru dalam industri sabun dan detergen
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sabun yang menggunakan alkali kuat (KOH dan NaOH) cenderung memiliki pH
yang lebih tinggi, rentan pH yang didapat yaitu antara 9,0-10,8. Beda halnya dengan
sabun yang berbahan dasar alkali lemah (NH4OH) yang cenderung memiliki pH yang
lebih rendah yaitu antara 8,0-9,5. Kualitas sabun sangat dipengaruhi oleh dengan
banyaknya alkali (alkali bebas) yang terkandung dalam sabun tersebut, batas
kandungan alkali dalam sabun Na adalah kurang dari 0,1% sedangkan untuk sabun
KOH kandungan alkali bebas hanya dibatasi sebanyak 0,14%. Sifat alkali yang keras
akan membahayakan jika terkandung alkali yang berlebih dalam sabun yang dapat
menyebabkan rusaknya kulit pemakai yaitu berupa iritasi kulit dan kekeringan pada
kulit (Simanjuntak, 2018)
Dalam pembuatan dejerjen bahan bahan yang digunakan sebenarnya berjumlah hingga
25 jenis bahan berbeda yang dapat digolongkoan dalam 4 kategori bahan
1. Surfaktan
4
Amphoteric surfaktan, senyawa yang mengandung senyawa asam dan juga basa
dalam satu molekulnya.
5
2. Builders
Sesuai Namanya builders merupakan bahan yang berguna untuk meningkatkan
kekuatan deterjen. Senyawa yang paling sering digunakan sebagai builders adalah
senyawa fosfat kompleks seperti sodium tripolifosfat. Senyawa tersebut sudah lebih
dari pelembut air yang menyerap kalsium dan ion magnesium, senyawa tersebut juga
membantu mencegah terjadinya pengendapan Kembali kotoran dari air cucian pada
kain. Polifosfat (sodium tripolyphospate dan tetrasodium pyrophospate) akan saling
bereaksi dan bersinergi dengan surfaktan yang akan meningkatkan efektifitas sehingga
mengurangi biaya produksi. Selain polyphosphate ada beberapa bahan lain yang
digunakan sebagai builders seperti sitrat, karbonat, dan silikat.
3. Bleaching agents
Sesuai namnanya yakni bahan pemutih yang tentu saja berguna untuk
memutihkan serta mencerahkan warna pakaian. Beberapa bahan yang digunakan
sebagai bahan pemutih adalah klorin (Cl2), hydrogen peroxide (H2O2), ozon (O3), dan
sodium perborate (NaBO3).
4. Additives (bahan tambahan)
Penambahan bahan lain seperti penghambat korosi (sodium silicate), pelindung
besi, alat dapur dari reaksinya dengan deterjen dan air. Contoh nya adalah
karboximetil selulosa yang telah lama digunakan sebagai bahan antiredeposisi yakni
bahan untuk mencegah pengendapan kotoran dari pakaian. Carbanilides,
calicylanilides, dan cationics yang digunakan sebagai bahan antimikroba, ada juga
penambahan enzim enzim yang berguna untuk memudahkan penghilangan minyak
dan juga kotoran.
2.2.1 SABUN
1. Minyak/lemak
Minyak atau lemak termasuk keadalam senyawa lipid dengan struktur senyawa
beruoa ester dari gliserol. Proses pembuatan sabun menggunakan jenis minyak nabati
atau lemak hewan. Perbedaannya terletak pada wujudnya di keadaan ruang. Pada
suhu ruangan ± 28ºC minyak akan berwujud cair sedangkan lemak akan berwujud
padat.
Minyak nabati ataupun lemak hewani adalah senyawa trigliserida yang sering
digunakan dalam proses pembuatan sabun karena memiliki asam lemak dengan rantai
C (karbon) antara 12 – 18. Diketahui asam lemak yang memiliki rantai karbon kurang
6
dari 12 akan mengakibatakan terjadinya iritasi pada kulit. Sedangkan, apabila rantai
karbon terlalu panjanga tau lebih dari 18 akan mengakibatkan sabun tersebut sukar
untuk larut dalam air dan menjadikkanya keras.
2. Akali
Alkali yang digunakan pada proses pembuatan sabun umumnya adalah NaOH
atau Natrium Hidroksida (Smartlab,2019)
Nama Molekul : Natrium Hidroksida
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Titik Lebur : 319 - 322ºC
Titik didih : 1.390ºC pada 1.013 hapa
Kelarutan dalam air : 1.090 g/l pada 20ºC
2.2.2 DETERJEN
1. Surfaktan
Sifat kimia dan fisika surfakatan bergantung dari molekul yang mempunyai
sifat hidrofilik dan lipofilik. Misalnya pada daerah batas antar fase seperti
lemak dan air ataupun udara dan air, gabungan dari molekul surfaktan
mengakibatkan adanya penurunan tegangan permukaan yang akan terjadi.
Surfaktan jenis ABS (Alkil benzene sufunat) dimanfaatkan dengan bentuk
garam natrium, yang terdapat dalam air alamiah sebagai garam kalsium. Garam
tersebut memiliki kelarutan yang rendah ketika didalam air dan adanya suatu
suspensi yang tidak stabil. Adanya garam kalsium pada surfaktan ABS yang
terdapat pada air alamiah menjadikan surfaktan lebih mudah untuk diendapkan
dibandingkan dengan garam natrium (Connell,1995).
2. Blanching Agent
Salah satu senyawa yang digunakan dalam pemutihan adalah H2O2 yang
memiliki sifat kimia termasuk ke dalam oksidator kuat dengan berat molekul
34,01 g/mol, titik didih 150,2ºC dengan bentuk cairan yang tidak bewarna
memiliki bau yang keasaman dan mudah untuk larut dalam air.
7
2.3 DIAGRAM ALIR
8
2.4 REAKSI KIMIA
2.4.1 Sabun
Reaksi pemisahan lemak
(RCOO)3C3H5 + 3H2O RCOO·H + C3H5(OH)3
Trigliserit asam lemak gliserin
Reaksi Safonifikasi
R·COO·H + XOH RCOO·X + H2O
*X adalah unsur K atau Na
2.4.2 Deterjen
Alkil Benzene + Oleum Alkil Benzene Sulfunat + Asam Sulfat
Tallow Lemak Alkohol + Oleum Lemak Alkohol Sulfat
Sulfunat + Sulfat + NaOH Sodium salt
Sodium salt + Builders. Etc deterjen
2.5 KLASIFIKASI PROSES
2.5.1 Sabun
Proses pembuatan sabun dilakukan secara batch atau kontiniu
Proses batch dilakukan di sebuah ketel yang bertujuan untuk memanaskan
lemak atau minyak dengan mengunakan alkali yakni NaOH atau KOH.
Selanjutnya akan dilakukan pengadapan sabun dengan ditambahkan garam.
Lapisan air yang mengandung garam, glisero, dan alkali akan dikeluarkan, tapi
gloserol akan didapatkan lagi dari adanya proses penyulingan. Endapan sabun
yang telah bercampur dengan garam, gliserol, dan alkali akan dilakukan
permunian dengan air dan diendapkan dengan garam secara berkali-kali. Setalah
proses tersebut endapan akan direbus dengan air secukupnya agar mendapatkan
hasil campuran yang halus dengan semikian akan membentuk lapisan yang
homogen dan mengapung. Hasil itu sudah dapat diperjuan beli kan dengan harga
yang relatif murah. Untuk mendapatkan hasil sabun mandi, sabuncair wangi, dll
diperlukan perlakukan lanjutan untuk mendapatakan hasil yang lebih maksimal.
Proses kontiniu, ialah menghidrolisis lemak atau minyak dengan keadaan shu
dan tekanan yang tinggi dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak tersebut
akan dimaksukkan keadalam reaktor besar secra kontiniu. Hari hasil tersbut akan
dikeluarkan asam lemak dan gliserol dengan cara penyulingan pada ujung nyang
berlawanan. Asam tersebut akan dinetraljan dengan alkali untuk menjadikannya
sabun.
Secara umum, NaOH dan KOH sering dipilih sebagai alkali dalam pembuatan
sabun. Namun, selain itu juga dapat menggunakan NH4OH. Perbedaannya akan
terlihat ketika digunakan, sabun yang terbuat dari NaOH akan lebih lamat untuk
larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang berbahan dasar KOH. Sabun
9
dengan bahan baku NaOH ayau KOH memiliki nilai pH sekitar 9 – 10,8
sedangkan sabun berbahan baku NH4OH memiliki pH 8 – 9,5.
2.5.2 Deterjen
1. Spray-drying
Adalah proses penggabutan yang kemudian akan dilanjutkan dengan
proses pengeringan. Dimana spray dilakukan dengan menggunakan alat
semprot khusus yakni nozzel yang masuk kedalam menara silinder. Proses
pengeringan dilakukan dengan menurunkan suhu
2. Aglomerasi
Adalah proses produksi deterjen yang mempunyai densitas tinggi dengan
menggunakan campuran antara material kering dan bahan cairan dengan
bantuan bahan pengikat cair. Dengan begitu, bahan yang tercampur akan
membentuk partikel berukuran besar. Proses ini juga termasuk kedalam
proses spray –drying dengan dry mixing/blending. Dimana didalam crutcher
slurry terdapat 34 – 40% konsentrasi air yang digunakan. Komponen dalam
proses ini anataranya adalah slikat deterjen aktif dan air yang dimanfaatkan
untuk cairan
3. Dry Mixing
Adalah proses pencampuran material kering didalam mixer dengan
waktu sekitar 1 – 2 menit dan dilakukan penambahan slurry dengan waktu 3 –
4 menit. Setelah itu, sekitar 1 – 2 menit dilakukan pencampuran lagi untuk
memastikan pencampuran tersebut berisfat homogen.
2.6.1 Sabun
Dari diagram alir tersebut dapat diuraikan proses pembuatan sabun sebagai
berikut :
Lemak dan katalis ZnO merupakan bahan dasar pembuatan sabun yang
kemudian akan diangkut dan dimasukan ke dalam blendtank. Dilanjutkan di
dalam blendtank akan terjadi pemberian uap panas yang suhu nya dikisaran
230C, uap panas tersebut akan dikeluarkan kembali. Setelah lemak panas dan
katalis bercampur kemudian akan dimasukan ke dalam mesin hydrolizer.
Di mesin hydrolizer akan ada penambahan air panas sehingga akan terjadi
kenaikan suhu hingga mencapai 250C dan tekanan 4 Mpa. Terjadi proses
hidrolisis di dalam hydrolizer yaitu asam lemak dan gliserin dipecah. Gliserin
akan ada dibawah dasar hydrolizer hal ini terjadi karena massa jenis gliserin
lebih tinggi yaitu 1,26 gr/cm3 yang kemudian gliserin akan menuju ke mesin
evaporator. Di mesin evaporator ini gliserin akan berubah menjadi gliserin
padat karena di dalam mesin evaporator terjadi penguapan untuk mengeluarkan
uap.
Sedangkan untuk asam lemak yang massa jenisnya lebih rendah yaitu 0,853
gr/cm3 akan naik dan menuju ke flash tank. Di dalam flash tank akan
diturunkan tekanan uap dengan cepat dan akan keluar uap yang tidak
digunakan yang kemudian akan dihasilkan asam lemak yang lebih pekat.
10
Kemudian akan di masukan ke dalam mesin heat exchanger asam lemak yang
dihasikan tadi. Di dalam mesin ini akan terjadi pemberian uap panas yang
selanjutnya asam lemak akan mengalir ke high vacum still.
Pada high vacum still akan terjadi penampungan produk yang selanjutnya
akan diberi tekanan vakum hal ini untuk diperoleh uap dibagaian atas high
vacum still. Selanjutnya produk tersebut di masukan ke dalam kondenser yang
kemudian ditambahkan air dingin dengan hal ini akan terjadi proses
pengembunan. Setelah itu akan di masukan ke dalam destilate receiver. Pada
destilate receiver akan terjadi proses penyulingan yaitu pemutusan asam lemak
dari rantai panjang C, hal ini dikarenakan apabila rantai atam C semakin
panjang akan sulit untuk asam lemak larut dan pembukuan akan lebih cepet.
Akhir dari proses pemurnian asam lemak selesai di destilate receiver.
Dilanjutkan asam lemak yang sudah murni diberi penambahan NaOH di
dalam mixer neutralizer sebagai proses saponifikasi. Proses saponifikasi yaitu
hidrolisis asam lemak yang oleh adanya basa kuat. Yang selanjutnya adonan
sabun akan dimasukan ke dalam soap blander. Di mesin soap blander ini akan
terjadi pencampuran dengan kecepatan rendah hal ini dilakukan untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
Langkah berikutnya campuran homogen akan di masukkan ke dalam high
pressure pump di dalam ini akan di beri tekanan yang nanti nya untuk
mengalirkan menuju ke heat exchenger. Di dalam mesin heat exchenger ini
akan di berikan uap panas kembali dengan suhu 200C. Selanjutnya sabun
panas itu akan di masukan menuju flash tank hal ini di lakukan untuk sebagai
proses pengeringan dengan diberikannya tekanan atmosfer. Pasta dari sabun
tersebut kemudian diberi udara yang akan mengakibatkan sabun mengalami
proses pendinginan sehingga suhu menjadi 65C. Yang selanjutnya yaitu
proses pembekuan di dalam freezer dengan suhu antar 220-150F. Langkah
terakhir yaitu proses pemotongan dan pemakingan produk sabun.
2.6.2 Deterjen
Dari diagram alir tersebut dapat dapat diuraikan proses pembuatan deterjen
sebagai berikut:
Proses yang pertama yaitu pembuatan bubur sulfaktan, yaitu dengan
menggunakan alkil benzena yang di alirkan masuk ke dalam sulfanator bersama
oleum, pada sulfanator suhu di jaga pada 55C yang menghasilkan campuran
tersulfonasi. Selanjutnya di pompa masuk ke dalam sulfator, dalam sulfator suhu
juga dijaga pada 55C hasil dari sulfator di dapatkan berupa asam alkil benzena.
Asam alkil benzena kemudian di alirkan ke dalam mixer atau neutralizer,
yang ditambahkan juga NaOH untuk menetralkan asam alkil benzena. Selanjutnya
hasil yang diperoleh yaitu bubur sulfaktan berupa Na-alkil benzena. Langkah
berikutya bubur sulfaktan di alirkan menuju surge tank yang berfungsi untuk
menetralkan tekanan atau pengaman tekanan saat katup pengatur ditutup.
Kemudian bubur sulfaktan di alirkan menggunakan pompa menuju ke cooler, di
dalam cooler campuran tersebut didinginkan. Setelah dingin bubur sulfaktan akan
dialirkan menuju surfaktan storage.
Proses selanjutnya yaitu proses pembuatan deterjen, bubur sulfaktan yang ada
di surfaktan storage bersama sodium tripolyphosphate dan bahan aditif dialirkan
menuju crutcher, di dalam crutcher bahan-bahan diputar atau dicampur dengan
mixer dengan kecepatan tinggi hingga homogen. Pada crutcher sejumlah air
11
dihilangkan sehingga campuran menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi
hidrasi dari sodium tripolyphosphate.
Selanjutnya campuran akan dialirkan menuju drop tank untuk kemudian
dipompa mengunakan high pressure pump menuju ke atas high spray tower. Pada
bagian atas menara campuran disemprot kan sedangkan untuk bagian bawah
dialirkan udara panas yang dihasilkan dari furnace dari proses ini didapatkan
butiran deterjen yang kemudian jatuh ke bawah bagian menara. Untuk uap panas
yang naik melewati spary akan di alirkan menuju ke cyclone yang berfungsi untuk
memisahkan uap air panas dan partikel yang terikut. Untuk partikel yang terikut
akan dimasukan ke dalam crutcher sebagai bahan baku awal, sedangkan untuk uap
panas akan dilepaskan ke atmosfer namun sebelumnya di alirkan menuju chimney
stack (cerobong) terlebih dahulu.
Butiran deterjen dari menara high spray kemudian dialirkan menggunakan
conveyer dengan bantuan aliran udara. Dialirkan menuju cyclone. Di dalam
cyclone butiran dipisahkan dari uap panas yang masih terikut, uap panas yang
masih terikut dialirkan menuju ke cyclone untuk pemisahan butiran dan uap panas.
Dimana butiran akan masuk ke conveyor, sedangkan uap panas akan dilepaskan ke
atmosfer namun sebelumnya akan di alirkan menuju ke terlebih dahulu. Butiran
yang ada di cyclone akan menuju ke pengayak atau vibrating screen untuk
mendapatkan butiran sesuai dengan standar. Butiran dari vibrating screen dan
cyclone akan di alirkan menuju conveyer, di dalam conveyer ditambahkan
pengharum dengan cara di semprotkan. Selanjutnya diumpankan ke bagian
packing sesuai dengan label dan kebutuhan konsumen.
2.7.1 Sabun
1. Blend tank, alat ini berfungsi untuk mencampurkan bahan baku sabun yaitu
lemak dan ZnO yang kemudian diberi uap panas
2. Hydrolyzer, alat ini berfungsi untuk penambahan air dan pemecahan asam
lemak dan gliserin.
3. Evaporator, alat ini berfungsi untuk proses penguapan dengan
mengeluarkan uap dan membentuk gliserin yang padat.
4. Flashtank, alat ini berfungsi untuk penurunan tekanan uap yang cepat serta
untuk uap yang tidak di gunakan akan di buang keluar yang akan
menyebabkan asam lemak menjadi lebih pekat.
5. Heat exchenger, alat ini berfungsi untuk pemberian uap panas
6. High vacum still, alat ini berfungsi untuk penampungan bahan dan
pemberian tekanan vakum yang akan diperoleh uap di atas alat.
7. Kondenser, alat ini berfungsi untuk proses pendinginan
8. Distillate receiver, alat ini berfungsi untuk proses penyulingan yang terjadi
pemutusan asam lemak dengan rantai panjang C.
9. Mixer neutralizer, alat ini berfungsi untuk terjadinya proses saponifikasi
10. Soap blender, alat ini berfungsi untuk pencampuran dengan kecepatan
rendah sehingga tercampur dengan homogen
11. High pressure pump, alat ini berfungsi untuk mengalirkan bahan dengan
menggunakan tekanan yang tinggi
12. Freezer, alat ini berfungsi untuk proses pembekuan produk.
12
2.7.2 Deterjen
1. Sulfanator, alat ini berfungsi untuk pencampuran alkil benzena dengan
oleum yang suhu di dalam alatnya dijaga pada 55C, sebelum di alirkan
ke sulfaktor akan dihasilkan campuran tersulfanasi.
2. Sulfator, alat ini berfungsi untuk menampung aliran dari sulfaktor
berupa campuran tersulfanasi yang kemudian akan menghasilkan asam
alkil benzena.
3. Mixer atau naeutralizer, alat ini berfungsi untuk terjadinya proses
saponifikasi
4. Cooler, alat ini berfungsi untuk proses pendinginan bubur sulfaktan
5. Surfaktan Storage, alat ini berfungsi untuk penampungan bubur
sulfaktan dan penambahan bahan lain seperti sodium tripolyphosphate
dan bahan aditif sebelum dialirkan ke crutcher.
6. Crutche, alat ini berfungsi untuk mencampur bahan-bahan dengan
mixer yang memiliki kecepatan yang tinggi
7. High pressure pump, alat ini berfungsi untuk memompa bahan dengan
menggunakan tekanan yang tinggi.
8. High spray tower, alat ini berfungsi untuk penyemprotan pada bagaian
atas menara dan untuk bagian bawah unutk mengalirkan udara panas
yang berasal dari furnace
9. Furnace, alat ini berfungsi sebagai peroses pemanasan, sumber udara
panas
10. Cyclone, alat ini berfungsi untuk memisahkan uap air panas dan
partikel yang terikut
11. Stack, alat ini berfungsi untuk menampung uap panas sebelum
dilepaskan ke udara
12. Conveyer, alat ini berfungsi untuk memindahkan bahan ke tempat yang
lain, selain itu di conveyer disemprotkan juga pengharum untuk
deterjen
13. Vibrating screen, alat ini berfungsi untuk pengayakan sehingga hanya
ukuran yang sesuai standar yang bisa di packing
2.8.1 Sabun
Sabun memiliki banyak macam yang dibuat dengan berbagai macam
komposisi dan kegunaan, beberapa produk sabun dan kegunaanya yaitu:
African Black Soap, sabun ini dapat digubakan untuk sarana pengobatan hal ini
dikarenakan aroma dan kompisinya yang natural
Goat’s milk Soap, sabun ini komposisinya tersusun oleh vitamin D yang
terdapat di susu kambing,kegunaanya dapat melembutkan kulit dan lebih
banyak busa
Liquid Soap, sabun ini memiliki konsentrasi detergen nya tinggi serta
bentuknya yang cair, dpat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan shower
gels, shampoo serta juga liquid hand soap.
Melt and pour soap, sabun ini memiliki kadar alkali yang sangat rendah, dibuat
khusus untuk tidak merusak kulit sehingga sabun ini cocok untuk anak-anak
yang kulitnya masih tipis
13
Soap noodles shredded soap, sabun ini merupakan sabun mandi biasa, dengan
alkali yang tidak terlalu tinggi biasa sabun ini digunakan untuk campuran
dalam bath-tub
Deodorant Soap, sabun yang memiliki sifat sangat aktif yang dibuat untuk
digunakan menghilangkan aroma yang kurang sedap di dalam tubuh.
2.8.2 Deterjen
Beberapa jenis produk deterjen dan kegunaanya yaitu:
Deterjen batangan, deterjen ini berbentuk padat serta tingkat alkali yang
terkandung di dalam komposisinya tinggi, produk deterjen ini sebagai pencuci
namun untuk sekarang jarang digunakan karena dapat menyebabkan iritasi,
serta baju yang dicuci dengan deterjen ikan akan mengakibatkan warna cepat
luntur.
Deterjen bubuk, deterjen ini juga digunakan untuk mencuci pakaian dan yang
paling sering digunakan karena mudah dikemas dan diukur takarannya
Deterjen colek, deterjen ini banyak di gunakan untuk mencuci piring, atau pun
juga untuk mencuci baju pada umumnya, daya cuci deterjen ini rendah
dibandingkan dengan bentuk deterjen yang lain.
Deterjen cair, deterjen ini umum digunakan di dalam mesin pencuci dan
banyak digunakan oleh pengusaha laundry, daya cuci dari deterjen cair ini
cukup tinggi, namun karena kadar airnya tinggi jadi tidak seefektif deterjen
bubuk.
2.9 DAMPAK PENGGUNAAN SABUN DAN DETERJEN
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dalam proses pembuatan sabun ini diharapakan untuk mengetahui dengan benar
langka-langkah pembuatanya, alat yang digunakan juga harus diketahui fungsi dari
penggunaanya, selain itu bahan baku yang digunakan juga haruslah diketahui sifat
fisik dan kimianya serta dalam proses pembuatan sabun dapat juga digunakan
tambahan bahan yang dapat membuat sabun memiliki kegunaan khusus. Dengan ini
diharapkan untuk lebih mempelajari proses pembuatan sabun lebih dalam jika ingin
memproduksi sabun.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad F, Ali, Bassam M, & Speight, James G, 2004, Handbook of Industrial
Chemistry : Organic Chemicals, McGraw-Hill Professional, New York
Austin, George T, & Sherve, Norris R, 1984, Shreve's Chemical process industries, McGraw-
Hill Professional, New York
Connell, Miller. 1995. Kimia dan Etoksikologi Pencemaran. Hal 222 – 223. Indonesia
University Press. Jakarta
Ernawati, Rosidah E, & Rengga Wara D.P, 2012, ‘Biodiesel Dari Campuran Lemak Sapi
(Beef Tallow) Dan Minyak Sawit, Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol I, No 1, hh 16-
24
Omar, Zaliha, et al, (2017), ”Palm Oil And Palm Kernel Oil: Versatile Ingredients For Food
Applications”, journal of oil palm research, Vol XXIX, No 4, hh 487-511
Simanjuntak, Rosmidah, 2018, ‘Petetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merek “LX” Dengan Metode Titrasi Asidemetri’, Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol II, No 4,
hh 59-70
Zulkifli, Mochamad, & Estiasih, Teti, 2014, ‘Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak
Sawit : Kajian Pustaka’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol II, No 4, Hh 170-177
16