Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. 2106277006 Aldy Fajar Nugraha
2. 2106277012 Deny Apriliani Lestari
3. 2106277018 Ega Pirman Agustin
4. 2106277024 Fanny Rifatul Fuadah
5. 2106277036 Intan Putri Nurlela
6. 2106277042 Muhamad Ihsan
1. Pendahuluan
Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut
mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang
konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem
model asuhan keperawatan professional mulai dari ketenagaan/pasien, dan
perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien
ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya
keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali
secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan
ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan
dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis
berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan khusus
3. Manfaat
1) Bagi Pasien
a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
RONDE KEPERAWATAN
2. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional 4) Terjalinnya
kerjasama antar tim kesehatan.
3. Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
A. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang
ditandai oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer, S.C& Bare, B. G, 2015).
B. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.
3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes mellitus gestasional
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, yaitu:
1. Kadar glukosa puasa diatas normal.
2. Polyuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang ginjal terhadap
reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).
E. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin
pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel yang
mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun
pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin
berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
F. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor `pencetus
Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet,
kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan
riwayat penyakit ginjal.
(Ernawati, 2013).
2. Komplikasi jangka panjang
a. Komplikasi mikrovasker
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi yaitu retinopati diabetic,
komplikasi optalmologi yang lain, nefropati, dan neuropati
diabetes.Neuropati sensorik perifer berperanan dalam timbulnya
cedera pada kaki.Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada
mekanisme proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat
mengalami cedera pada kaki tanpa disadari.Neuropati otonom
menyebabkan terjadinya anhidrosis dan gangguan perfusi kaki,
akhirnya kulit menjadi kering dan dapat terbentuk fisura.(Chris Tanto,
2014).
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang terjadi yaitu penyakit arteri koroner,
penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.Gangguan–gangguan ini
berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makrovaskuler diabetik
ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena
adalah arteri koronariadan aorta, maka dapat mengakibatkan angina
dan infark miokardium.
(Ernawati, 2013).
G. Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.
1. Edukasi
Edukasi mengenai pengertian DM, promosi perilaku hidup sehat,
pemantauan darah mandiri, serta tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya perlu dipahami oleh pasien.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai
obat tunggal.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial. (Perkeni, 2011)
H. Pemeriksaan penunjang
Beberapa tes yang dilakukan yaitu glukosa darah: meningkat100-200
mg/dl atau lebih, aseton plasma (keton): positif secara mencolok, asam
lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat,urin:guladan asetonpositif:
berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat,Tes Toleransi Glukosa
(TTG) memanjang (≥200mg/dl) untuk pasien yang kadar glukosa meningkat
di bawah kondisi stress, hemoglobin glikosilat di atas rentang normal untuk
mengukur presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin rentang normal
5-6% (Doenges, M. E, et al, 2012).
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
1. Pelaksanaan Kegiatan
2. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Ners A
PP 1 : Ners E
PP 2 : Ners D
PA 1 : Ners F
PA 2 : Ners I
Perawat Konselor : Ners M
3. Materi
Paparan asuhan keperawatan Tn. A dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus di Ruang Melati 3 RSUD Soekardjo Tasikmalaya
4. Metode
1) Ronde Keperawatan
2) Diskusi dan tanya jawab
5. Media
1) Dokumentasi klien (status)
2) Materi yang disampaikan secara lisan
3) Sarana diskusi : Alat tulis : kertas dan bollpoin
Mekanisme Kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN
Pra Ronde Pra Ronde Ruang PP1, PA1 - Dua hari
Aster sebelum
a) Menetapkan kasus dan
RSUD dr. pelaksanaan
topik
Soekardjo
ronde
b) Menentukan tim ronde.
e) Mempersiapkan klien
b. Memperkenalkan klien
dan tim ronde
c. Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d. Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya
2) Penyajian data/masalah
Nurse PP1 10 Menit
a. Menyampaikan dasar Station
pertimbangan
dilakukan ronde
b. Menjelaskan riwayat
penyakit
c. Menjelaskan masalah
klien yang belum
terselesaikan dan
tindakan yang telah
dilaksanakan
d. Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
e. Klarifikasi data yang PP2
telah disampaikan
3) Validasi data
e. Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan yang
akan dilakukan belum
terselesaikan dari
validasi data antar tim
6. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing
dapat menjalankan perannya dengan baik.
c. Evaluasi Hasil
Data Umum
Nama Pasien : Tn. A
Usia : 54 tahun
No RM : 17051709
Alamat : Karangnunggal Kab.Tasikmalaya
Tgl MRS : 22-10-2021
Pemeriksaan Fisik
B1 : Keluhan nyeri abdomen bagian kiri atas nyeri bertambah bila
digerakkan, nyeri seperti tertindih, menyebar kebagisn dada kiri,
dengan skala 8 yaitu skala berat rentang dari 0 sampai 10.
Endokrin :
Sistem endokrin terdapat hiperglikemia, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening.
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung.
Klien kooperatif ketika diajak berkomunikasi.
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pelaksanaan Kegiatan
2. Struktur Pengorganisasian
PP 1 : Ners D
PP 2 : Ners E
PA 1 : Ners F
PA 2 : Ners I
Perawat Konselor : Ners M
4. Metode
1. Presentasi
2. Diskusi dan tanya jawab
5. Media
3. Dokumentasi klien (status)
4. Materi yang disampaikan secara lisan
5. Sarana diskusi : Alat tulis : kertas dan bollpoin
6. Persiapan
Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada
hari ke 3 dinas di ruang melati 3. Persiapan kasus dilakukan 2 hari
sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai berikut:
Soekardjo
Hari/tanggal : Jumat, 29 Oktober 2021
1. Kepala Ruangan
2. Tim Ronde