Anda di halaman 1dari 5

KEBIJAKAN KESEHATAN

Analisis Sistem Rujukan


Jaminan Kesehatan Nasional

Disusun oleh :
RITA
NIM. P1806215063

Dosen :
DR.dr.Hj.A.Indahwaty Sidin, MHSM

MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2016
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah upaya rujukan kesehatan.

SJSN menerapkan sistem rujukan dalam pelaksanannya. Sejauh ini peraturan detail
mengenai rujukan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 001/2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan.

Definisi dari sistem rujukan telah ditetapkan dalam UU no 44 tahun 2009 pasal 42
tentang Rumah Sakit, yaitu bahwa sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertical maupun
horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan.

UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit pada pasal 24 menjelaskan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, maka
dilakukan pengklasifikasian rumah sakit. Ayat berikutnya langsung mengklasifikasikan rumah
sakit dalam kategori rumah sakit umum kelas A, B, C, D dan rumah sakit khusus kelas A, B, C.
Ayat terakhir dalam pasal ini menyebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi ini
akan diatur dengan peraturan menteri. Peraturan menteri tersebut merujuk kepada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit.Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:

a. Pelayanan;

b. Sumber Daya Manusia;

c. Peralatan;

d. Sarana dan Prasarana; dan

e. Administrasi dan Manajemen

Mutu pelayanan yang lebih terjamin,berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien),

memerlukan jenjang pembagian tugas di antara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu
tatanan sistem rujukan. Kebijakan sistem rujukan berjenjang menetapkan rujukan berdasarkan
indikasi medis, di mana fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan terdekat. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas
rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya
dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

Belum optimalnya sistem rujukan dapat terlihat pada rujukan yang tidak sesuai
dengan indikasi rujukan dan rujuk balik yang tidak berjalan. Semua itu berakibat pada
penumpukan pasien yang terjadi di RSUD dan pada akhirnya berdampak pada menurunnya
kualitas pelayanan kesehatan. Adapun masalah kepatuhan petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan kebijakan dan pedoman tentang sistem rujukan juga berpengaruh terhadap
pelaksanaan sistem rujukan .

Sistem rujukan berjenjang pada Program JKN bertujuan agar pelayanan kesehatan efektif
dan efisien. Pemanfaatan layanan kesehatan hendaknya bertahap dari level primer. Kenyataannya
banyak pasien di puskesmas memaksa minta dirujuk meskipun tanpa indikasi.

Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kedokteran sebagai respon terhadap ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan para pasien dengan tujuan untuk menyembuhkan dan atau memulihkan status
kesehatan pasien.
Rujukan pelayanan kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan primer dan diteruskan ke
jenjang pelayanan sekunder dan tersier yang hanya dapat diberikan jika ada rujukan dari
pelayanan primer atau sekunder.
Untuk meningkatkan pelayanan dan mewujudkan sistem rujukan berjenjang, maka
pemerintah daerah dengan bantuan pemerintah pusat perlu meningkatkan kapasitas daya
tampung RS pemerintah tipe C dan B agar dapat menampung pasien khususnya kasus
Jamkesmas/Jampersal.

Penjelasan lebih lanjut terkait dengan ‘rujukan’ termuat dalam PP No 12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan. Dalam pasal 22 disebutkan :
1. Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas :
          1.  pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:
a.       administrasi pelayanan;
b.      pelayanan promotif dan preventif;
c.       pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasimedis;
d.      tindakan medis non spesialistik, baik operatifmaupun non operatif;
e.       pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f.       transfusi darah sesuai dengan kebutuhanmedis
g.      pemeriksaan penunjang diagnostik laboratoriumtingkat pratama; dan
h.      rawat inap tingkat pertama sesuai denganindikasi
       2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:
1.      rawat jalan yang meliputi:
a)     administrasi pelayanan;
b)   pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
c)    tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
d)    pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e)    pelayanan alat kesehatan implan;
f)     pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
g)    rehabilitasi medis;
h)    pelayanan darah;
i)     pelayanan kedokteran forensik; dan pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan.
2.      Rawat inap yang meliputi:
a. perawatan inap non intensif;
b.dan perawatan inap di ruang intensif.
Lebih lanjut dalam PP tersebut, dalam bab VII (Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan),
bagian kesatu tentang prosedur pelayanan kesehatan, pasal 29 :
1.  Untuk pertama kali setiap Peserta didaftarkan oleh BPJS Kesehatan pada satu Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
2. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya Peserta berhak memilih Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.
3.  Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar.
4.  Dalam keadaan tertentu, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi
Peserta yang:
              a.  berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar; atau
                  b. dalam keadaan kegawatdaruratan medis
5.  Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan
sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
6.  Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan diatur dengan Peraturan Menteri.

Bila merujuk pada PP No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan diatas, maka
Peraturan Menteri yang ada saat ini adalah PMK 001/2012. Oleh karena itu, beberapa
permasalahan di PMK 001/2012 haruslah diklarifikasi lebih lanjut, agar terjadi kesinkronan antar
peraturan yang ada.
Di balik itu semua, terdapat beberapa nilai positif dengan diberlakukannya PMK
001/2012 ini, yaitu adanya kepastian bahwa pelayanan kesehatan hanya akan ditangani oleh
tenaga medis, sehingga bidan dan perawat lebih dapat fokus untuk pelayanan kebidanan dan
pelayanan keperawatan.

Untuk membangun sistem rujukan yang baik, mantap dan berkesinambungan, perlu
dibuat pemetaan wilayah (mapping) dan alur rujukan di masing-masing tingkat sistem rujukan,
yang kemudian digabung menjadi satu sistem rujukan nasional.

Anda mungkin juga menyukai