Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membandingkan antara teori di bab 2 dengan kasus di

bab 3, dengan asuhan keperawatan pada An. G dengan Post laparatomi pada ileus

obstruktif yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 29 April sampai

dengan 01 Mei 2015 di ruang Melon RSUD Cengkareng.

A. Pengakajian

Menurut teori :

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomi ileus menurut

Dermawan, 2010 dalam Mugitarini, 2013 :

Nyeri kram pada perut yang terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.

Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan

tidak dapat flatus (sering muncul). Muntah mengakibatkan dehidrasi dan

juga dapat mengalami syok. Konstipasi mengakibatkan peregangan pada

abdomen dan nyeri tekan. Kemudian anoreksia dan malaise menimbulkan

demam dengan tanda terjadinya takikardi. Pasien mengalami diaphoresis dan

terlihat pucat, lesu, haus terus menerus, tidak nyaman, dan mukosa mulut

kering.

Menurut kasus :

Data yang didapatkan dari kasus An. G seperti : pasien mengatakan

anaknya nyeri pada perut bekas operasi dengan skala 6 nyeri semakin berat

jika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri datang mendadak ±1 menit,


mual, nafsu makan berkurang, belum BAB setelah operasi, lemas, mukosa

bibir kering.

Analisa penulis :

Dari data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa menuru t teori dan kasus

terjadi persamaan tanda dan gejala pada kasus post op laparatomi atas

indikasi ileus obstruktif.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Teori :

Ada 9 diagnosa yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan dengan

post op laparatomi atas indikasi ileus obstruktif.

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, distensi abdomen, batuk,

mual muntah, adanya selang Nasogastrik.

2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan berlebihan melalui muntah, diare, penghisap Nasogastrik/

intestinal.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan

sekunder terhadap pembedahan.

4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

adanya luka insisi pembedahan dengan kemungkinan kontaminasi.

5. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan atau

mengabsorpsi, status puasa.


6. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

7. Konstipasi berhubungan dengan efek-efek anestesi, manipulasi

pembedahan, ketidakaktifan fisik, immobilisasi.

8. Kurang perawatan diri (uraikan) berhubungan dengan kelemahan,

kehilangan mobilitas.

9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dam kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, kesalahan

interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Menurut kasus:

Penulis menemukan 3 diagnosa yang muncul pada An. G dengan

penentuan diagnosa berdasarkan prioritas yang dilihat dari kondisi pasien

sendiri.

Analisa Penulis:

Perbandingan antara diagnosa teori dengan diagnosa yang ditemukan

di kasus memiliki kesamaan, namun tidak semua diagnosa yang ada di teori

ditemukan di kasus. Diagnosa yang ditemukan di kasus antara lain :

1. Nyeri b/d discontinuitas jaringan

2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang b/d intake anadekuat (mual,

muntah)

3. Kurang pengetahuan orang tua tentang keadaan sakit, kebutuhan

pengobatan dan pencegahan terjadinya ileus obstruktif b.d kurangnya

paparan informasi
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Teori :

1. Nyeri b/d discontinuitas jaringan, intervensi yang dapat dilakukan yaitu :

a. Kaji nyeri secara komprehensip

b. Kaji reaksi non verbal nyeri dari ketidaknyamanan

c. Monitor TTV

d. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

e. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam

f. Kolaborasi :

a) Pemberian analgetik sesuai indikasi

b) Terapi IVFD

2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang b/d intake anadekuat, intervensi

yang dapat dilakukan yaitu :

a. Kaji pemenuhan nutrisi dan makanan kesukaan pasien

b. Kaji penyebab gangguan pemenuhan nutrisi pasien

c. Monitor TTV

d. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering dalam keadaan masih

hangat

e. Berikan informasi tentang pentingnya pemenuhan nutrisi post op

f. Berikan motivasi dalam pemenuhan nutrisi makan dan minum yang

cukup

g. Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi pemenuhan nutrisi pasien

h. Kolaborasi :
a) Terapi IVFD

b) Konsultasikan kepada ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi yaitu

tinggi serat, TKTP

c) Cek hema I sesuai indikasi

3. Kurang pengetahuan orang tua tentang keadaan sakit, kebutuhan

pengobatan dan pencegahan terjadinya ileus obstruktif b.d kurangnya

paparan informasi, intervensi yang dapatdilakukan yaitu :

a. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien

b. Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pengobatan dan pencegahan penyakit ileus obstruktif

c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya

d. Tanyakan kembali penjelasan yang sudah diberikan

e. Berikan pujian kepada keluarga saat menjawab pertanyaan

f. Anjurkan kepada keluarga jika kondisi semakin parah segera di bawa

ke tenaga kesehatan terdekat

Menurut Kasus :

1. Diagnosa nyeri b/d discontinuitas jaringan, intervensi yang dilakukan

sesuai dengan intervensi menurut teori

2. Diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi : kurang b/d intake anadekuat,

intervensi yang dilakukan sesuai dengan intervensi menurut teori

3. Kurang pengetahuan orang tua tentang keadaan sakit, kebutuhan

pengobatan dan pencegahan terjadinya ileus obstruktif b.d kurangnya


paparan informasi, intervensi yang dilakukan sesuai dengan intervensi

menurut teori

Analisa penulis :

Perbandingan antara intervensi yang ada di teori dengan intervensi

yang dapat dilakukan di kasus tidak ada perbedaan.

D. Implementasi Keperawatan

Menurut Teori :

Pada tahap ini implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang

telah disusun sebelumnya, dengan maksud agar semua kebutuhan pasien

dapat terpenuhi secara optimal.

Yang dapat dilakukan di kasus :

Pelaksanaan tindakan keperawatan ini disesuaikan dengan susunan

intervensi yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan tidak hanya

dilakukan sendiri melainkan melibatkan banyak pihak seperti keluarga,

perawat senior, dokter, analis kimia, bagian gizi dan farmasi.

Analisa penulis :

Pada dasarnya, tindakan keperawatan yang ada di teori dengan yang

dilakukan di kasus sama, dan pelaksanaan tindakannya tidak dilakukan

sendiri melainkan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti keluarga,

perawat senior, dokter, analis kimia, bagian gizi dan farmasi.


E. Evaluasi Keperawatan

Menurut Teori :

Evaluasi adalah tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan

serta untuk meninjau keberhasilan tindakan yang dimanifestasikan dari

respon pasien.

Menurut Kasus :

Penulis menilai setiap masalah yang telah dibuat, apakah masalah tersebut

teratasi sesuai tujuan yang telah dibuat atau tidak serta telah mencapai

kriteria hasil yang diinginkan atau tidak.

Masalah keperawatan yang terjadi pada pasien masih belum teratasi

namun penulis harus pindah ke ruangan lain sehingga penulis tidak dapat

mengikuti dan memberi asuhan keperawatan selanjutnya

Analisa Penulis :

Perbandingan antara teori dan kasus, yaitu bahwa yang terdapat di kasus

ada beberapa masalah yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan yang

telah dibuat, hal ini karena kondisi pasien yang tidak terduga untuk terjadi

masalah baru ataupun masalah berulang.

Anda mungkin juga menyukai