Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Porifera

Porifera merupakan filum hewan yang tergolong primitive karena memiliki pola
organisasi tubuh yang sederhana. Dengan kata lain, filum tersebut merupakan keturunan
keturunan dari bentuk-bentuk awal kehidupan dengan sedikit perubahan.

Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel yang mana fungsi jaringan dan organnya
masih sangat sederhana. Sponge merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari
filum porifera yang dicirikan memiliki banyak pori-pori di sepanjang tubuhnya (Hadi, 2011;
Haedar et al., 2016). Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat pasir, batu-batuan atau
juga pada karang-karang mati di dalam laut. Dalam mencari makanan, hewan ini aktif
mengisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Sponge berperan dalam siklus Karbon, siklus Silikon dan siklus Nitrogen serta
melakukan asosiasi dengan organisme lain dimana sponge memiliki peran sebagai produsen
primer dan produsen sekunder dalam penyediaan mikrohabitat (Bell, 2008). Secara ekologi,
sponge merupakan salah satu biota penyusun ekosistem pesisir dan laut, terutama pada
ekosistem terumbu karang dan padang lamun baik di perairan tropik maupun subtropik
(Samawi et al., 2009). Keanekaragaman jenis sponge di suatu habitat umumnya ditentukan
oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki arus kuat. Sponge juga dapat ditemui
pada setiap kondisi kedalaman yang berbeda dengan tingkat kecerahan yang cukup untuk
pertumbuhannya (Haedar et al., 2016)

Sponge merupakan salah satu biota penyusun ekosistem pesisir dan laut, terutama pada
ekosistem terumbu karang dan padang lamun baik di perairan tropik maupun subtropik.
Sponge merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari filum porifera yang
dicirikan memiliki banyak pori-pori di sepanjang tubuhnya (Hadi, 2011; Haedar et al.,
2016). Sponge termasuk hewan yang bersifat filter feeder (menyaring makanan) (Haedar et
al., 2016). Sponge laut hidupnya menetap (immobile) dan dapat hidup di berbagai habitat
seperti pasir, karang mati, batu serta pada media apapun yang mempunyai struktur keras
(Amir & Budiyanto, 1996; Asro et al., 2013).

Porifera mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan dan


menghasilkan senyawa bioaktif yang sangat besar di antara invertebrata laut lainnya
(Kobayashi dan Rachmaniar, 1999 ; Proksch, 1999). Porifera termasuk biota laut yang
menghasilkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang memiliki peranan yang sangat
potensial dalam bidang farmasi yang dijadikan sebagai obat (Rachmaniar, 2007). Senyawa-
senyawa yang telah berhasil diisolasi dari beberapa jenis porifera di antaranya adalah
alkaloid, terpenoid, acetogenin, senyawa nitrogen, halida siklik, peptide siklik dan lain-lain
(Murniasih, 2003). Beberapa penelitian menunjukkan senyawa metabolit yang berhasil
diisolasi dari jenis-jenis porifera yang memiliki aktifitas antikanker (Rachmaniar, 2003),
antitumor (Nursid et al., 2006), antibakteri (Astuti et al., 2003), antijamur (Asaf, 2009) dan
antivirus (Karyawati, 2010).

2.2 Ciri-ciri porifera

Porifera merupakan metazoan, permukaan tubuhnya berpori, dan hidup didalam air,
terutama di laut. Dilihat dari jumlah lapisan jaringan embrionalnya porifera tergolong
diploblastik. Pada dinding tubuhnya, lapisan terluar terdiri dari sel-sel epidermis atau
pinakosit dan lapisan dalam (endodermis) tersusun oleh sel-sel leher atau koanosit. Diantara
epidermis dan endodermis terdapat lapisan tengah semacam gelatin, yang didalamnya
terdapat sel-sel menyerupai amoeba (amoebosit) dan bahan pembentuk rangka tubuh.
Lapisan tengah ini sering disebut mesenkim. (subardi;nuryani & pramono,shidiq
BIOLOGI untuk kelas X SMA dan MA Hal 131-132)

Bahan pembentuk rangka tubuh porifera ada dua macam yaitu spikula dan spongin
bahan penyusun spikula dapat berupa zat kapur atau zat kersik atau silika. bahan penyusun
spongin adalah protein. (subardi;nuryani & pramono,shidiq BIOLOGI untuk kelas X
SMA dan MA hal 132)
Sekujur tubuh porifera terdapat pori-pori (porus; lubang kecil dan far; membawa atau
mengandung). Hal tersebut menjadi sebab penamaanya. Hewan yang dikenal dengan hewan
spons ini merupakan organisme multiseluler. Bentuk tubuh dan warnanya beragam. Ada
yang mirip tumbuhan, bulat pipih, dan mirip vas bunga. Sementara itu, warna tubuhnya ada
yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning,dan merah. (arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X hal
219)

Gambar 2.1 (a) Porifera atau spons hidup melekat didasar laut dan (b) struktur dalam tubuh spons.

Tubuh poriferan tersusun dari bagian-bagian sebagai berikut:


a. Oskulum, yaitu saluran air penyebaran air dari tubuh
b. Ostium, yaitu lubang kecil tempat masuknya air kedalam tubuh.
c. Spongosel, yaitu saluran yang terdapat dibagian tengah tubuh.
d. Dinding tubuh terdiri atas sel-sel sebagai berikut:
1) Pinakosit, yaitu sel pelapis tubuh bagian luar.
2) Porosit, yaitu sel lubang yang didalamnya terdapat ostia.
3) Miosit, yaitu sel otot yang mengelilingi porosity dan oskulum.
4) Koanosit (sel leher), yaitu pelapis dinding spongosel yang berfungsi
untuk mencerna makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagella,
sedangkan pada pangkal terdapat vakuola.
5) Amebosit, yaitu sel penghasil matrik pada lapisan tengah tubuh.
6) Skleroblas, yaitu sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka
tubuh.
(arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X hal 219-220)

Porifera belum memiliki organ, jaringan saraf, ataupun mulut. Tubuhnya tidak bisa
bergerak secara aktif dan melekat di dasar perairan (sesil). kerangka tubuhnya kuat yang
tersusun dari zat kapur, silikat, atau spongin. Mereka memiliki daya regenerasi yang tinggi,
artinya mampu menumbuhkan tersusun dari zat kapur silikat atau spon yang mereka
memiliki daya regenarasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh
yang hilang(rusak) sehingga jika hewan Ini dipotong menjadi empat bagian, maka akan
terbentuk empat hewan porifera baru. (arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X hal 220)

Gambar 2.2 Sistem Pencernaan Porifera

Makanan porifera antara lain diatom, protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang
mengendap dari permukaan air setiap makanan tersebut dicerna secara intraseluler di dalam
vakuola. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostia (ostium) kedalam
spongosel. Air digerakkan oleh flagela yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air
dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di Pangkal koanosit untuk dicerna. Bahan
makanan yang sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amoebosit sisa
hasil pencernaan dikeluarkan sel dan dibuang keluar tubuh melalui Ostium. (arif; yanti
BIOLOGI SMA kelas X hal 220)

2.3 Reproduksi Porifera

Porifera bersifat hemaprodit, koanosit menghasilkan spermtozoid amoebosit


menghasilkan ovum. Porifera bereproduksi secara aseksual ataupun seksual. Reproduksi
secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas pada tubuh induk. Tunas yang tumbuh
pada tubuh induk lama-kelamaan akan membentuk koloni porifera. Reproduksi aseksual
juga dilakukan melalui fragmentasi. Pada saat ombak menerpa, tubuh porifera dapat patah
dan patahan tersebut dapat tumbuh menjadi individu baru (Enger & Ross, 2011). (arif; yanti
BIOLOGI SMA kelas X hal 220)

Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur oleh sel sperma secara
internal. hasil pembuatan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia. Larva
tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk melalui oskulum kemudian melekat di dasar
perairan untuk tumbuh menjadi dewasa. (arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X hal 220)

Porifera memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askon sikon dan leukon, perhatikan gambar
dibawah!
Gambar 2.3 Tipe Saluran Air Porifera

1. Tipe Askon merupakan tipe saluran air yang paling sederhana dan bentuknya
seperti Jambangan bunga. Askon terdiri atas ostia, spongosel, dan oskulum. Contoh
tipe askon terdapat pada Leucosolenia dan Clathrina blanca.
2. Tipe sikon meliputi ostia, saluran Radial yang tidak bercabang, spongosel, dan
oskulum. Contohnya, Scypha dan Sycon gelatinosum.

Tipe leukon (ragon) merupakan tipe paling kompleks dibandingkan dengan yang lain.
Salurannya terdiri atas ostia, saluran Radial yang bercabang-cabang, dan oskulum.
Contohnya, Euspongia officinalis (dapat digunakan untuk mencuci) dan Euspongia
mollissima (dapat digunakan untuk membersihka toilet). (arif; yanti BIOLOGI SMA kelas
X hal 220-221)

2.4 Klasifikasi porifera

Porifera dikelompokkan berdasarkan tipe saluran air dan jenis zat penyusun
rangka filum Porifera terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas calcarea, hexactinellida
dan demospongiae.
a. Kelas Calcarea, rangka tubuh tersusun dari zat kalsium karbonat (CaCO3),
memiliki ukuran tubuh kecil dan hidup di laut dangkal. Contohnya,
Clathrina blanca dan Sycon gelatinosum.
b. Kelas Hexactinellida, Rangka Tubuh Tersusun dari zat silikat dan memiliki
spikula berduri enam. Contohnya, Euplectella.
c. Kelas Demospongiae, Rangka tersusun dari serabut sponging (zat tanduk).
Contohnya, Euspongia oficinalis, Euspongia mollisima, dan spongila
carteri.

(arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X hal 221)

2.5 Peranan porifera dalam kehidupan

Rangka tubuh porifera memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dapat dimanfaatkan
sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk)
kendaraan bermotor. Spongia officinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk
mencuci sedangkan spongia mollissima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet. (arif;
yanti BIOLOGI SMA kelas X hal 221)

Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri.
Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan spesies Petrosia
contegnatta menghasilkan senyawa bioaktif yang berhasiat sebagai obat antikanker
sedangkan obat anti asma diambil dari Cymbacela. (arif; yanti BIOLOGI SMA kelas X
hal 221)

Anda mungkin juga menyukai