Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu : Hana Ariyanti,M.Kep., Ns.

Di Susun Oleh :

Dera Trisna Nopianto C1814201063


Yusi Dwi Lestari C1814201051
Zuli Jaelani C1814201070

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHTASIKMALAYA
TAHUN AJARAN 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Kritis” yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Luka Bakar”. Sholawat serta salam tidak lupa
kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Tugas ini merupakan sarana untuk menginformasikan hasil pembelajaran
yang telah kami lakukan dan disusun dengan tujuan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas ini di kemudian hari.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha kami ini serta dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Tasikmalaya, Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan
api, suhu tinggi, listrik, radiasi maupun bahan kimia sehingga membuat integritas
kulit menjadi terganggu atau rusak.(Suriadi&Rita 2006).
Kurang lebih 2,5 juta 0rang mengalami luka bakar di Amerika setiap
tahunnya. Dari kelompok ini ,200.000 orang memerlukan penanganan rawat jalan
dan 100.000 orang dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap
tahunya akibat luka dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. Lebih
separuh dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat dicegah.
(brunner &suddart ,2002).
Berdasarkan data dari departemen kesehatan RI (2008), prevalensi luka bakar
diindonesia adalah 2,2 % . menurut tim pusbankes 118 persi diy (2012) angka
kematian akibat luka bakar diindonesia berkisar 37-39%. Diindonesia angka kejadian
luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar .
dikarenakan jumlah anak-anak cukup tinggi diindonesia serta ketidakpercayaan anak-
anak untuk menghindari terjadinya kebakaran ,maka usia anak-anak menyumbang
kematian tertinggi akibat luka bakar diindonesia.
Perawatan luka bakar memerlukan waktu yang lama ,kadang perlu operasi
yang berulang kali dan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang
menetap . sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang
terdiri dari tim spesialis bedah. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien luka bakar
adalah syok, kekurangan volume cairan dan elektrolit, hypermetabolisme, infeksi,
masalah pernapasan akut dan juga kematian .pada luka bakar yang luas dapat juga
terjadi kecacatan dan depresi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori luka bakar?
2. Bagaiaman konsep asuhan keperawatan dengan pasien luka bakar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari luka bakar
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien luka bakar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat termal, Chemical, elektrik, atau radiasi yang menyebabkan luka bakar
(Luckmanandsorensen”s, 1993).
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh
panas, listrik, zat kimia, gesekan atau radiasi. Luka bakar yang hanya mempengaruhi
kulit bagian luar dikenal dengan luka bakar superfisial atau derajat 1. Bila cedera
menebus beberapa lapisan dibawanya, hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit
luar atau derajat II. Pada luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat
III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV
melibatkan cedera kejaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang.
B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor
dapat menjadi penyebab luka bakar, beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara
dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar,
jenis pakaian yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik,
zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain :
a. Keluasan luka bakar
b. Kedalaman luka bakar
c. Umur pasien
d. Agen penyebab
e. Fraktur atau luka lain yang menyertai
f. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung, dll.
g. Obesitas
h. Adanya trauma inhalasi
C. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen
penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15
menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10oC mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa.
D. Komplikasi
b.) Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau
kematian.
c.) Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehinga
timbul cerebrovascular accident, infrak miokardium, atau emboli paru.
d.) Gagguan elektrolit dapat menyebabkan disrimtmia jantung
e.) Syok luka bakar dapatsecara irreversibel merusak ginjal sehingga timbul gagal
ginjal dalam 1 atau2 minggu pertama setelahluka bakar. Dapat terjadi gagl ginjal
akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulusginjal
akibat nekrosis otot yang luas)
f.) Penurunan aliran darah darah keseluruh cairan dapat menyebabkan hipoksia sel-
sel penghasilan mukus
g.) Pada luk abakar yang luas akan menyebabkan kececatan, trauma pisiologis dapat
menyebabkan depresi. Perpecahan keluarga, dan keinginan bunuh diri
E. Manifestasi Klinis
Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai
dengan kerusakannya :
1. Grade I : Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II : Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema
subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28
hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III : Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak
sembuh sendiri maka perlu Skingraf

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebuh rentan terkena
infeksi.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
1.) Sumber kecelakaan
2.) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3.) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4.) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5.) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6.) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan).
Pemeriksaan Fisik dan psikososial
1.) Aktifitas / istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak ada area
yang sakit ; gangguan masa otot, perubahan tonus
2.) Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar)
3.) Integritas ego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda :
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4.) Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan
bising usus
5.) Makanan / cairan :
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
6.) Neurosensori :
Gejala : area batas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
7.) Nyeri / keamanan :
Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri
8.) Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi
9.) Pemeriksaan diagnostik :
a. LED mengkaji hemokonsentrasi
b. GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera
inhalasi asap
c. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
d. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogenmenandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
e. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
f. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar massif
g. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Integritas Kulit b.d penurunan mobilitas d.d kerusakan lapisan kulit
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d adanya luka bakar
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ganggua Setelah dilakukan asuhan Intervensi utama
n keperawatan selama 2 x 24 jam Perawatan Integritas Kulit
integritas diharapkan kerusakan kulit dan (I.11353)
kulit luka membaik dengan Observasi
(D.0129) ekspektasi meningkat dengan - Identifikasi penyebab
kriteria hasil : gangguan integritas
1. Elatisitas meningkat kuli
2. Kerusakan jaringan Terapeutik
menurun - Ubah posisi tiap 2
3. Kerusakan lapisan kulit jam tirah baring
menurun - Gunakan produk
4. Nyeri menurun berbahan petroleum
5. Suhu kulit membaik atau minyak pada
6. Penyatuan kulit kulit kering
meningkat - Hindari produk
7. Infeksi menurun berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
Intervensi pendukung
Perawatan Luka Bakar
(I.14565)
Observasi
- Identifikasi penyebab
luka bakar
- Identifikasi durasi
terkena luka bakar
dan riwayat
penaganan luka
sebelumnya
- Monitor kondisi luka
(mis. Persentai
ukuran luka, derajat
luka, warna dasa
luka, infeksi, bau
luka, kondisi tepi
luka)
Terapeutik
- Gunakan teknik
aseptic selama
merawat luka
- Lepaskan balutan
lama dengan
menghindari nyeri
dan perdarahan
- Rendam dengan air
steril jika balutan
lengket pada luka
- Berishkan luka
dengan air streril
(mis. NaCl 0,9%,
cairan antiseptik)
- Lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Kemampuan frekuensi, kualitas,
menuntaskan aktivitas intensitas nyeri
meningkat - Identifikasi skala
2. Keluhan nyeri menurun nyeri
3. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor
4. Perasaan takut yang memperberat
mengalami cedera dan memperingan
berulang menurun nyeri
5. Perilaku membaik - Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik
- Berikan terapi
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Implementasi Keperawatan

Dx 1 Dx 2
1. Mengidentifikasi penyebab luka 1. Mengidentifikasi lokasi,
bakar karakteristik, durasi, frekuensi,
2. Mengubah posisi tiap 2 jam tirah kualitas, intensitas nyeri
baring 2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Menganjurkan minum air yang 3. Memberikan terapi
cukup nonfarmakologis untuk
4. Menganjurkan meningkatkan mengurangi rasa nyeri
asupan nutrisi 4. Memfasilitasi istirahat tidur
5. Memonitor kondisi luka 5. Menjelaskan penyebab, periode,
6. Menjelaskan tanda dan gejala dan pemicu nyeri
inpeksi 6. Menjelaskan strategi meredakan
7. Menganjurkan mengkonsumsi nyeri
makanan tinggi kalori dan 7. Mengajarkan teknik
protein nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

3. Evaluasi

Gangguan integritas kulit S : klien mengatakan lukanya membaik


O : klien mulai tampak tenang
(D.0129)
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Nyeri Akut (D.0077) S : klien mengatakan nyeri berkurang


O : skala nyeri berkurang
A : masalah nyeri teratasi
P : hentikan intervensi

Jurnal 1 : “Manfaat Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar


Albumin, MDA pada luka bakar Derajat II”

P: Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien luka bakar rawat inap di RSUP
Wahidin Sudirohusodo dengan sample sebanyak 32 responden dan dibagai
menjadi dua kelompok yang masing-masing 16 orang.
I: Intervensi pada penelitian ini pada penelitian ini yaitu pemberian
suplementasi eksrak ikan gabus terhadap kadar gula albumin dengan desain
penelitian adalah quasi eksperimental dengan prestest-posttest group design
dan matching ages dengan memberikan perlakuan pada subjek penelitian
kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis.
C: Tidak ada perbandingan dalam penelitian ini.
O: Hasil penelitian menunjukkan kadar albumin kelompok A 2,87 ± 0,50
menjadi 3,40 ± 0,33 (P = 0,000), dan kelompok C 3,04 ± 0,33 menjadi 2,88 ±
0,21 (P = 0.000 ). Pasienkelompok A menunjukkan peningkatan dan
kelompok C menunjukkan penurunan. Kadar MDA kelompok A 3,97 ± 0,52
menjadi 3,64 ± 0,49 (P = 0,000), kelompok C 4,01 ± 1, 02 menjadi 5,16 ±
1,27 (P = 0,001). Pada kelompok A kadar MDA menunjukkan penurunan,
Sedangkan kelompok C terjadi kenaikan signifikan.
JURNAL 2 : “DaunPetai Cina sebagai Intervensi Keperawatan Komplementer
dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar”

P: Populasi pada penelitian ini yaitu pasien yang sedang mengalami luka bakar
I: Intervensi pada penelitian ini yaitu pemberian daun petai cina dengan
Metode yang di gunakan dalam literature review ini diawali dengan
pemilihan topik, kemudian penentuan keyword untuk pencarian jurnal
menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia melalui beberapa
database antara lainGoogle Scholar, Ebscho, dan Pro Quest.
C: Tidakada perbandingan dalam penelitian ini
O: Berdasarkan review literatur yang telah dilakukan didapatkan bahwa
penggunaan daun petai cina secara topikal dapat mempercepat waktu
penyembuhan luka bakar. Hal ini juga ditunjang dengan hasil uji statistik dari
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa daun petai cina efektif dalam
mempercepat penyembuhan luka bakar dengan p< 0,05.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penangananharus cepat diusahakan. #enderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. #eraatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain$lain. #ada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan peraatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dansosial
bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuandan teknologi, maka makin berkembang pula teknikHcara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/90483/F.
%20Kep_Prosiding_Syaifuddin%20K_DAUN%20PETAI%20CINA.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
http://scholar.unand.ac.id/30300/2/2.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai