Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS

PADA PASIEN COVID 19


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu : Hana Ariyanti,M.Kep., Ns.

Disusun oleh : Kelompok 3

Ajeng Nijar Padilah C1814201033

Eva Nurjanah C1814201074


Inggit Juniarti C1814201111

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHTASIKMALAYA
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Gagal Napas pada Covid 19 ”. Serta tak lupa pula kami
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahilia, dari zaman kebodohan menuju zaman yang sekarang ini yakni
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas kuliah serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini kami menyadari bahwa penulisanya masih
sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar harapan kami semoga makalah
yang disusun ini bisa bermanfaat. Kami selaku penulis makalah ini dapat terselesaikan atas usaha
keras kami dan bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk mengisi kekuranganya.
Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik dalam penyampaian
maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak
sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah kami berikutnya.

Tasikmalaya, 06 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................4
A. Definisi............................................................................................................................................4
B. Etiologi............................................................................................................................................5
C. Patofisiologi....................................................................................................................................5
D. Komplikasi.....................................................................................................................................6
E. Penatalaksanaan............................................................................................................................7
F. Farmakologi...................................................................................................................................7
G. Terapi diet......................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAPAS......................................................................................9
A. Kasus..............................................................................................................................................9
B. Pengkajian......................................................................................................................................9
C. Analisa data..................................................................................................................................11
D. Diagnosa keperawatan................................................................................................................14
E. Intervensi keperawatan...............................................................................................................14
F. Evaluasi........................................................................................................................................18
G. Jurnal ………………………………………………………………………………………………………………………………….…20

BAB III.....................................................................................................................................................21
KESIMPULAN........................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa pandemi COVID-19, tenaga medis berupaya memberikan perawatan
yang terbaik untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19. Pasien dengan COVID-
19 yang dirawat di Rumah Sakit banyak yang mengeluh mengalami sesak nafas. Sebagai
seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak hanya berupa terapi
konvensional, tetapi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi komplementer sebagai
upaya untuk membantu proses penyembuhan penyakit. Terapi komplementer yang dapat
diberikan yaitu kombinasi Deep breathing dan Humming.
Kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei
pada Desember 2019. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi
kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan (Huang C, 2020). Penyakit ini
berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai provinsi lain di Cina, bahkan
menyebar hingga ke Thailand dan Korea Selatan dalam kurun waktu kurang dari satu
bulan. Pada 11 Februari 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan nama
penyakit ini sebagai Virus Corona Disease (COVID- 19) yang disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-nCoV, dan dinyatakan sebagai pandemik
pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo 2020).
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona virus
(2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yuitu
Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke
manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori
lainnya, Sampai tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah
kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan
positif COVID-19 dan 136 kasus kematian (WHO, 2020).
Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat 24.854.140 kasus
konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian (CFR 3,4%). Wilayah
Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya
wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus,

1
wilayah Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513
kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487,571 kasus (WHO. 2020).
Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah. Berdasarkan
laporan Kemenkes RI, pada tanggal 03 Februari 2021 tercatat total kasus COVID-19
sebanyak 1,1 juta terkonfirmasi dengan angka kematian 30.581. Kalimantan Timur
menepati urutan ke 6 dari 34 provinsi di Indonesia dengan kasus terkonfirmasi sebanyak
42.021 kasus (Kemenkes RI, 2020). Menurut data penyebaran COVID-19 di wilayah
kutai kartanegara pada bulan januari 2021 tercatat 5.105 jiwa kasus terkonfirmasi
COVID-19 (Dinas perhubungan, 2021). Berdasarkan data 10 besar penyakit di RSUD
A.M. Parikesit Tenggarong, penyakit Pneumonia menempati urutan ke 10 dengan jumlah
kasus sebanyak 127 pada tahun 2019 (RSUD A.M. Parikesit, 2019).
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Covid-19 mengakibatkan
beberapa masalah keperawatan, masalah yang paling utama yakni masalah pernafasan
berupa gagal nafas yang bisa mengancam jiwa bahkan kematian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah
1. Bagaimana pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Covid-19 di ruangan ICU
dengan ngangguan gagal napas
2. Bagaimana patofisiologi terjadinya gangguan napas pada pasien Covid-19
3. Apa saja tindakan farmakologi pasien gagal napas akibat Covid-19
4. Terapi diet apa saja yang di terapkan pada pasien gagal napas Covid-19

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan asuhan keperawatan pada pasien Covid-19
di ruangan ICU dengan ngangguan gagal napas
2. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya gangguan napas pada pasien Covid-19

2
3. Untuk mengetahui tindakan farmakologi pasien gagal napas akibat Covid-19
4. Untuk mengetahui terapi diet apa saja yang di terapkan pada pasien gagal napas
Covid-19

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gagal napas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk melakukan
fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Ketidakmampuan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen
dan mengeluaran karbondioksida. Gagal napas akut adalah ketidakmampuan system
pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer
dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal. Kriteria kadar gas
darah arteri untuk gagal respirasi tidak mutlak bisa ditentukan dengan mengetahui PO2
kurang dari 60 mmHg dan PO2 diatas 50mmHg. Gagal napas akut terjadi dalam berbagai
gangguan baik pulmoner maupun non-pulmoner.
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut / Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan
pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan
plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam
aerosol selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret
2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya
diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).
Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute
respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan novel coronavirus 2019
(COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan , serta penularan yang
dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas,
dan dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali
klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung klorheksidin
tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020)

4
B. Etiologi
Gagal napas akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan
ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran napas
bawah,sirkulasi pulmoner,jaringan interstitial, kapiler alveolar. Kelainan ektrapulmonal
merupakan kelainan pada pusat napas, neuromuscular, pleura maupun saluran napas.
Etiologi COVID-19 didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan
virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman tersebut
menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”,
juga kemudian definisi baru ditambahkan dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus
b, dengan envelope, bentuk bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-
140 nm.Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr- CoV.
Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika dikultur in
vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam,
sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6
dan jaringan sel Huh-7“, serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal
dkk, 2020). CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota di bawah
mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota) karena adanya lonjakan
glikoprotein pada amplop.

C. Patofisiologi
Patofisiologi gagal napas adalah ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang
menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi karbondioksida dan gangguan
pembuangan karbondioksida yang menyebabkan hiperkapnia. Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi . Paru normal memiliki rasio ventilasi dan perfusi (V/Q ratio) pada
nilai tertentu. Kelainan pada jalan napas, parenkim paru, dan sirkulasi paru akan
mempengaruhi rasio ventilasi dan perfusi sehingga dapat menyebabkan sesak napas
hingga gagal napas pada keadaan berat. Secara garis besar, terdapat empat gambaran
klinis paru berdasarkan rasio ventilasi dan perfusi.
a. Keadaan normal dengan rasio ventilasi dan perfusi seimbang

5
b. Keadaan dead space, yaitu ventilasi normal, namun perfusi berkurang sehingga rasio
V/Q meningkat. Dampaknya tidak terjadi pertukaran gas pada area ini dan udara yang
diventilasi menjadi sia- sia
c. Keadaan shunt, yaitu terjadi penurunan ventilasi namun perfusi normal atau tidak
menurun separah ventilasi sehingga rasio V/Q menurun. Dampaknya adalah sirkulasi
yang melalui area ini tidak mendapatkan oksigenasi yang adekuat dan menyebabkan
hipoksemia dan hiperkapnia. Pada kerusakan par uluas seperti pada tuberculosis paru,
area shunt dapat menjadi banyak dan menyebabkan hiposekmia yang bermakna pada
pasien
d. Silent unit, merupakan segmen paru yang tidak mendapatkan ventilasi dan perfusi

D. Komplikasi
Kondisi gagal napas yang tidak mendapatkan penanganan sedini mungkin berisiko tinggi
menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada berbagai organ tubuh, seperti :
1. Paru- paru
Gagal napas bisa menyebabkan fibrosis paru, pneumothorax, dan gagal napas kronis.
Pada psien gagal napas yang memiliki penyakit paru kronis, alat bantu napas
mungkin akan perlu digunakan seumur hidup untuk membantu mencukupi kebutuhan
oksigennya
2. Jantung
Gagal napas dapat memicu terjadinya serangan jantung, gagal jantung, dan kelainan
irama detak jantung atau aritmia akibat kekurangan oksigen pada jantung
3. Gijal
Gagal napas yang membuat kekurangan oksigen dapat menyebabkan gagal ginjal
akut. Fungsi ginjal yang rusak dan terganggu ini bisa memperparah gangguan
elektrolit dan gangguan asam basa
4. Otak
Gagal napas yang menyebabkan kekurangan oksigen dapat membuat sel otak
mengalami kerusakan. Kondisi ini bisa berkembang menjadi koma hingga kematian
5. Sistem pencernaan

6
Gagal napas dapat memicu terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan, serta
gangguan pada lambung dan usus. Gagal napas dapat menyebabkan kerusakan organ
permanen yang berakibat fatal jika terlambat ditangani.

E. Penatalaksanaan
1. Kenali dini kondisi gagal napas atau ancaman gagal napas saat triase
2. Bila sudah menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten
3. Pertimbangankan kemungkinan intubasi
4. Ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya sebelum terapi oksigen diberikan bila
kondisi memungkinkan
5. Koreksi hipoksemia dengan terapi oksigen
6. Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari penyebab gagal napas dan penyakit
penyerta lain yang dapat memperberat keadaan pasien
7. Terapi spesifik sesuai etiologi, misalnya antibiotic pada pneumonia, bronkodilator
pada asma, pemasangan chest tube pada pneumothoraks
8. Observasi tanda tanda vital
9. Rawat intensif bila terdapat indikasi dan memenuhi kriteria rawat.

F. Farmakologi
1. Apabila terdapat penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan
pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien meminumterapi obat
antihipertensi dengan golonganobat ACE-inhibitor dan Angiotension Reseptor
Blocker perlu berkonsumsi ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis
jantung.
2. Vitamin C ( untuk 14 hari), dengan pilihan
- Tablet vitamin c non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24 jam (selama 30 hari)
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B,E, zink
3. Vitamin D

7
- Suplemen : 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,kapsil,tablet
effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, tablet lunak, serbuk, sirup)
- Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah
5000 IU)
4. Obat- obatan suoortif baik tradisional (fitofarmaka) maupun obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien
5. Obat- obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan

G. Terapi diet
a. Terapi diet pasien covid untuk mengatasi daya tahan tubuh yaitu mengkonsumsi
makanan yang sehat, beragam,tinggi protein, kaya vitamin dan mineral yang berasal
dari buah dan sayur.
b. Vitamin C berfungsi sebagai anti oksidan yang meningkatkan system imun dan
mengurangi durasi serta keparahan flu. Sejalan dengan hal itu suplementasi vitamin C
juga dapat mengurangi kejadian pneumonia dan infeksi virus pernafasan.
c. Mengkonsumsi makanan kaya zinc seperti daging merah,ungags, telor dan susu.
Pemberian zinc terbukti dapat mengganggu replikasi virus corona secara efisien

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAPAS

A. Kasus
Pada tanggal 06 Oktober 2021 perawat ICU RSUD menerima pasien dengan keluhan
kesulitan bernapas, terlihat pucat lemas dan pasien mengatakan kepala pusing dan
apabila beraktivitas napasnya terasa sesak, terdapat cuping hidung serta otot bantuan
napas, suara nafas ronchi basah, dan batuk tidak efektif. tanda- tanda vital : TD
140/110 mmHg,N 114x/menit, S 37,90C, dan RR : 40x/menit,SPO2 86 % dari data
pasien dinyatakan positif Covid-19 dan terpasang IVFD dan oksigen NRM
(10lt/menit)

B. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 th
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Tanggal masuk : 06 Oktober 2021
Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2021
2. Keluhan utama : pasien mengatakan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan sesak napas dan lemas. Pasien mulai merasa tidak enak badan
sejak seminggu yang lalu sebelum masuk RS. Pasien merasa dadanya terasa
sesak, kepala pusing,dan tidak bisa mencium aroma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit serua.
5. Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Pasien mengatakan biasanya sakit batuk pilek, dan sembuh setelah minum
obat.

9
b. Pola metabolik nutrisi
Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Kadang merasa mual. Makan 3x
setengah porsi dan minum 1 botol air (600 cc) dalam sehari . Diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAK spontan 5-6 x/hari. Berwarna kuning. Bau khas
amonia. BAB 1x/hari. Konsistensi lunak.
d. Pola tidur-istirahat
Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak nafas dan pusing. Tidur dalam
sehari 8 jam. Dan sering terbangun.
e. Pola aktivitas-latihan
Pasien mengatakan badannya lemas. Mudah lelah saat beraktivitas dan
nafasnya terasa sesak.
f. Pola kognitif-persepsi
Pasien tidak ada masalah pada ingatannya.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Pasien kooperatif. Kadang tampak murung.
h. Pola peran hubungan
Pasien mengatakan ingin betemu dan kembali berkumpul dengan anak dan
istrinya. Pasien sangat menyayangi keluarganya.
i. Pola toleransi stress-koping
Pasien mengatakan menghadapi rasa stress dengan berdoa.
j. Pola nilai-kepercayaan
Pasien mengatakan penyakitnya terjadi karena cobaan dari Allah SWT. Pasien
sering beribadah selama dirawat di RS
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

10
Keadaan pasien composmentis. GCS (E4V6M5). Wajah terlihat pucat,
gelisah, lemas, sesak nafas. Pernafasan cuping hidung, bentuk dada simetri,
irama nafas terarur, pola nafas dipsnea, terdapat otot bantu pernafasan.
Terpasang IVFD dan oksigen NRM (10 lt/menit)
b. Palpasi
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/110 mmHg, RR : 40 x/menit,
N : 114 x/menit, T : 37.9◦C, SPO2 : 86 %. Denyut nadi teraba kuat dan cepat,
turgor kulit baik.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung
d. Auslkutasi
Suara nafas ronchi basah. BJ1 dan BJ2 normal (lup dup).
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan Foto Thorax
d. Pemeriksaan Swab covid-19

C. Analisa data
Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan

Data Subjektif : Virus Covid-19 Bersihan jalan


Tn A mengatakan sesak napas tidak efektif
napas Terpapar orang/ benda yang positif ( D.0001)
Data Objektif : Covid-19
- Pasien pucat dan
lemas Masuk melalui udara ke saluran
- Suara napas rochi napas
basah
- Batuk tidak efektif Masuk ke dalam paru-paru
- RR: 40x/menit

11
Bronkus/bronkeolud dan alveolus

Mengganggu kerja makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi sekret meningkat

Akumulasi sekret

Obstruksi saluran napas

Bersihan jalan napas tidak efektif

Data Subjektif : Virus Covid-19 Gangguan


Tn A mengatakan sesak pertukaran gas
napas dan kepala pusing Terpapar orang/ benda yang positif ( D.0003)
Data Objektif : Covid-19
- Pernapasan cuping
hidung Masuk melalui udara ke saluran
- Irama napas cepat napas
dangkal
- TD 140/110 Masuk ke dalam paru-paru
mmHg,N
- N: 114x/menit, Bronkus/bronkeolud dan alveolus
- S 37,90C,
- RR : 40x/menit, Mengganggu kerja makrofag
- SPO2 : 86 %
Infeksi

12
Peradangan

Produksi sekret meningkat

Difusi gas O2 dan CO2 terganggu

Kapasitas transportasi O2 menurun

Gangguan pertukaran gas

Data Subjektif : Virus Covid-19 Intoleransi


Tn A mengatakan mudah aktivitas
Lelah dan badan terasa Terpapar orang/ benda yang positif (D.0056)
lemas dan apabila Covid-19
beraktivitas napasnya
terasa sesak Masuk melalui udara ke saluran
Data objektif : napas
- TD 140/110
mmHg,N Masuk ke dalam paru-paru
- N: 114x/menit,
- S 37,90C, Bronkus/bronkeolud dan alveolus
- RR : 40x/menit,
- SPO2 : 86 % Mengganggu kerja makrofag

Peradangan

Peningkatan postagladin

Peningkatan penggunaan energi

Keletihan / lelelahan

13
Intoleransi aktivitas

D. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan infeksi virus Covid-19
ditandai dengan kesulitan benapas adanya suara napas ronci basah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi ditandai dengan pernapasan cuping hidung
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan adanya kelemahan

E. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Manajemen jalan napas


napas tidak efektif keperawatan selama (I.01011)
(D.0001) 3x24 jam bersihan - Observasi
berhubungan jalan napas (L.01001) 1. Monitor pola napas
dengan infeksi virus dengan ekspektasi (frekuensi,
Covid-19 ditandai meningkat dengan kedalaman,usaha napas)
dengan kesulitan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
benapas adanya 1. Mengi tambahan ( mis.
suara napas ronchi menurun (5) Gurgling,
basah 2. Wheezing mengi,wheezing,ronkhi)
menurun (5) 3. Monitor sputum
3. Dispnea ( jumlah, warna, aroma)
menurun (5) - Terapeutik
4. Pola napas 1. Pertahankan kepatenan
membaik (5) jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift

14
2. Posisikan semifowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada
5. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen, jika
perlu
- Edukasi
1. Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

2 Gangguan Setelah dilakukan - Pemantauan respirasi


pertukaran gas keperawatan selama (1.01014)
(D.0003) 3x24 jam pertukaran - Observasi
berhubungan gas dengan ekspektasi 1. Monitor frekuensi,
dengan meningkat dengan irama, kedalaman dan
ketidakseimbangan kriteria hasil : upaya napas
ventilasi perfusi 1. Napas cuping 2. Monitor pola napas
ditandai dengan hidung 3. Monitor kemampuan
pernapasan cuping menurun (5) batuk efektif
hidung 2. Saturasi 4. Auskultasi suara napas
oksigen 5. Monitor saturasi
meningkat (5) oksigen
3. Pusing menurun 6. Monitor AGD
(5) - Terapeutik
4. PCO2 membaik 1. Atur interval
(5) pemantauan respirasi

15
5. PO2 membaik sesuai kondisi pasien
(5) 2. Dokumentasikan hasil
6. Takikardia pemantauan
menurun (5) - Edukasi
7. Pola napas 1. Jelaskan tujuan dan
membaik (5) prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan

3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Manajemen energi


aktivitas (D.0056) keperawatan selama (I.05178)
berhubungan 3x24 jam toleransi - Observasi
dengan aktivitas (L.05047) 1. Mengidentifikasi
ketidakseimbangan dengan ekspektasi gangguan fungsi yang
antara suplai dan meningkat dengan mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik
ditandai dengan 1. Kemudahan dan emosional
adanya kelemahan dalam - Terapeutik
melakukan 1. Sediakan lingkungan
sehari-hari nyaman dan rendah
meningkat (5) stimulus
2. Keluhan Lelah 2. Lakukan Latihan
menurun (5) rentang gerak pasif /
3. Dispnea saat aktif
aktivitas 3. Berikan aktivitas
menurun (5) distraksi yang
4. Perasaan lemah menyenangkan
menurun (5) 4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau

16
berjalan
- Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
2. Terapi relaksasi (I.09326)
- Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
2. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah
Latihan
3. Monitor respons
terhadap terapi relaksasi
- Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
2. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
Teknik relaksasi

17
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, Batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia
2. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
3. Anjurkan sering
mengulang atau melatih
Teknik yang dipilih
4. Demonstrasikan dan
latih Teknik relaksasi

F. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1 Bersihan jalan napas tidak S : Pasien mengatakan masih agak sesak


efektif (D.0001) berhubungan napas
dengan infeksi virus Covid-19
O:
ditandai dengan kesulitan
benapas adanya suara napas - SPO2 : 96%, RR : 28 x/menit
ronchi basah - PCO2 : 43,5 mg/dl,PO2 : 123m/dt
- Irama napas cepat dangkal
berkurang
- Suara napas ronchi basa

18
berkurang
A : Masalah bersihan jalan napas teratasi
Sebagian
P : Pertahankan intervensi
- Atur posisi pasien semifowler
atau fowler

2 Gangguan pertukaran gas S : Pasien mengatakan pusingnya sudah


(D.0003) berhubungan dengan berkurang
ketidakseimbangan ventilasi O :
perfusi ditandai dengan - SPO2 : 96 %
pernapasan cuping hidung - RR : 28 x/menit
- Irama napas cepat dangkal
berkurang

A : Masalah gangguan pertukaran gas


teratasi Sebagian

P : Pertahankan intervensi

- Melakukan monitoring frekuensi


irama, kedalaman dan upaya
napas
- Melakukan monitoring saturasi
oksigen

3 Intoleransi aktivitas (D.0056) S : Pasien mengatakan perasaan mudah


berhubungan dengan lemas / letih berkurang
ketidakseimbangan antara suplai O :
dan kebutuhan oksigen ditandai - Pasien dapat beraktivitas
dengan adanya kelemahan
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi
Sebagian

P : Pertahankan intervensi

19
- Monitoring kelelahan / kelemahan
fisik dan emosional
- Mengajurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Menganjurkan tirah baring
- Mengajurkan klien rileks
- Mengajurkan klien sering
mengulangi teknik

G. Analisa Jurnal
a. Jurnal 1
“ Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak Napas
Pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta”

P Pasien sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang dari 220 populasi. Teknik
sampling yang digunakan dengan menggunakan Teknik simple random
samping

I Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan


one group pre test-post tets.

C Membandingkan sebelum dan sesudah diberikan terapi

O Terbukti ada perbedaan sesak napas antara sebelum dan sesudah pemberian
posisi semi fowler, diperoleh hasil T-test sebesar 15,327 dengan p = 0,006
kesimpulannya pemberian posisi semi fowler dapat efektif mengurangi sesak
napas pada pasien asma

b. Jurnal 2
“ Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatherapy dalam Mempertahankan
Kepatenan Jalan Napas Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis “

P 2 pasien dengan penyakit paru- paru obstruktif

20
I Pemberian terapi fisioterapi dada dan steem inhaler aromatherapy

C Membandingkan sebelum dan sesudah pemberian intervensi

O Kombinasi fisioterapi dada dan steem inhaler aromatherapy terbukti efektif


dalam mempertahankan kepatenan jalan napas

T 3 hari berturut- turut dalam waktu 15 menit / hari

21
BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Gagal napas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan
suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh normal. Gagal napas akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal
dan ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran napas
bawah,sirkulasi pulmoner,jaringan interstitial, kapiler alveolar. Kelainan ektrapulmonal
merupakan kelainan pada pusat napas, neuromuscular, pleura maupun saluran napas.

B. Saran
Makalah ini belum sempurna namun bisa di jadikan bahan untuk pembelajaraan
bagi temen-temen mahasiwa atau pun menjadi refernsi pembelajaran

22
DAFTAR PUSTAKA
Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi
Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia : Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
ISSN: 2656-6222.

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff R, Pack AI, Senior RM. Fishman’s Pulmonary
Diseases and Disorders. 5th ed. New York: McGraw-Hill; 2015

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019). Clinical features of patients


infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497-
506

Lamba TS, Sharara RS, Singh AC, Balaan M. Pathophysiology and Classification of Respiratory
Failure. Crit Care Nurs Q. 2016;39(2):85–93

Letko, M, Marzi A, Munster V. (2020). Functional assessment of cell entry and receptor usage
for SARS-CoV-2 and other lineage B betacoronaviruses. Nature Microbiology: 1–8.
doi:10.1038/s41564-020-0688-y.

Phuong V, Kharasch VS. Respiratory Failure. Pediatr Rev. 2014;35:476–86

Syafrizal, dkk. (2020). Pedoman Umum menghadapi Pandemi COVID-19 Bagi Pemerintah
Daerah, Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen. (Online) Tersedia :
https://www.kemendagri.go.id/.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Safitri Refi, Annisa Andriyanti. 2011. Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Surakarta. Vol.08.No.02

Daya,Nury Sukraeny.2020. Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatherapy dalam


Mempertahankan Kepatenan Jalan Napas Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
Semarang.Vol.01.No.02

23

Anda mungkin juga menyukai