Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TITRASI ASIDIMETRI PENENTUAN KADAR KARBONAT

KIMIA ANALITIK 1

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Rasmiwetti, MS
Sri Haryati, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 4


Annisa Launa (2005125864)
Diannisa Mahiru Suryani (2005114296)
Diva Nurfitria Ardha (2005111391)
Novita Wulandari (2005110437)
Vivi Ersaresty (2005112310)
Weni Veronika (2005111393)

Program Studi S1 Pendidikan Kimia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
2021

i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang Titrasi Asidimetri Penentuan
Kadar Karbonat tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Praktikum Kimia Analitik I. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Penentuan Kadar Natrium Karbonat Secara Asidimetri bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rasmiwetti, MS dan ibu Sri Haryati,
S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Praktikum Kimia Analitik I yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Pekanbaru, 25 Oktober 2021

Tim Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Tujuan .......................................................................................................................... 1
1.2 Teori Dasar ................................................................................................................... 1
BAB II Praktikum
2.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................. 3
2.2 Prosedur Kerja ............................................................................................................. 3
BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................................... 7
3.2 Pembahasan .................................................................................................................. 7
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 5
4.2 Saran ............................................................................................................................ 5
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

1. Untuk dapat membuat larutan baku HCl yang diperlukan dalam titrasi
2. Untuk dapat melakukan pembakuan HCl dengan larutan NaOH 0,1 N
3. Untuk dapat melakukan penetapan kadar natrium bikarbonat dengan menggunakan
metode asidimetri

1.2 Teori Dasar


Asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu contoh dengan menggunakan
larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar asam
digunakan sebagai titran sedangkan larutan yang akan ditentukan kadar basanya
digunakan sebagai titrat. Pada praktikum ini akan dilakukan standarisasi HCL, penentuan
kadar basa pada soda,dan pada karbonat atau bikarbonat. Pembuatan larutan standar
dari zat yang berbentuk cair sering disebut cara pengenceran, yaitu dari zat cair yang
lebih pekat menjadi lebih cair. Cara ini dapat dilakukukan pada cairan yang telah diketahui
normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah diketahui
normalitasnya.

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah


diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. Larutan baku/ standar terbagi menjadi
2, yaitu :
1) Larutan baku/ standar primer, Larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan untuk menetapkankonsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Syara-syarat larutan baku/standar primer bisa digunakan :
- Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan
- Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan
bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
- Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
- Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
besar.
- Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung

2) Larutan standar/baku sekunder, larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi
larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titrimetri. Syarat-syarat larutan standar/baku sekunder bisa digunakan :
- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
- Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam penetapan normalitas HCl karena
mudah diperoleh dalam keadaan murni, cukup stabil, dan memiliki berat ekuivalen yang
tinggi. Soda kue bukan merupakan suatu basa, baik basa kuat ataupun basa lemah, jika
dalam zat kimia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu asam, basa, dan garam. Maka soda
kue termasuk ke dalam garam yang bersifat basa atau zat yang mempunyai pH lebih
dari 7. Rumusnya adalah NaHCO3 atau Na2CO3 atau campuran keduanya, kadang dapat
berupa (NH4)2CO3. Soda kue itu adalah hasil reaksi suatu basa dengan gas CO2 yang
akan menghasilkan garam karbonat alias soda kue. Larutan dengan pH seimbang adalah
larutan yang bersifat netral (tidak asam ataupun basa) atau mempunyai pH 7
atau bisa pengertian lain yaitu larutan yang dapat mempertahankan atau
menyeimbangkan pH nya sendiri, disebut sebagai larutan dapar atau penyangga atau
BUFFER yang mempunyai sifat jika ditambah sedikit air/basa/asam pH nya tidak
akan berubah larutan buffer dapat dibuat bermacam-macam pH nya tergantung yang
diinginkan. Untuk suatu reaksi pada pH yang tetap, biasanya digunakan pada
analisis kuantitatif buffer dibuat dari campuran garam dari basa kuat + asam lemahya
atau sebaliknya campuran dari garam asam kuat + basa lemahnya misal buffer pH 10
dibuat dari NH4Cl (garam dari asam kuat HCl) dan NH4OH (basa lemah)
BAB 2
PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

Alat  Pipet tetes


 Erlenmeyer  Biuret
 Labu ukur 50 mL  Statif dan klem
 Corong Bahan
 Botol timbang
 Natrium Tetraborat
 Gelas beker
 HCl
 Pengaduk kaca
 Indicator fenolftalein
 Pipet volume 10 mL
 Indicator metil merah
 Pipet piler
 Natrium Karbonat (sampel)
 Sendok spatula
 Akuades

2.2 Prosedur Kerja


(1) Tahap Standarisasi HCl
HCl digunakan sebagai titran, namun HCl bukan larutan standar primer, sehingga harus
di standarisasi terlebih dahulu.

Masukkan HCl kedalam gelas beker, kemudian isi biuret dengan


larutan HCl. Gunakan corong dan pengaduk sebagai alat bantu

Pastikan bagian bawah biuret tidak ada gelembung udara,


sehingga biuret benar-benar terisi dengan lart. HCl

Pas kan pada tanda batas D minus khusus nol. Lalu keringkan
bagian dalam leher biuret dengan menggunakan kertas hisap
Ambil lart standar primer yaitu natrium tetraborate atau
boraks. Pipet sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume.

Tuang kedalam Erlenmeyer , lalu tambahkan indicator metil


merah sebanyak 5 tetes

Lalu titrasi menggunakan lart HCl yang ada didalam buret. Titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan menjadi warna jingga.

(2) Tahap Preparasi Sampel


Sampel yang digunakan adalah Natrium Karbonat Teknis

Timbang sampel kurang lebih 0,1 grammenggunakan neraca


analitis dan catat massa dari sampel yang telah kita timbang.

Setelah ditimbang, sampel kita larutkan di dalam gelas beker


jangan lupa bilas gelas timbang agar sisa-sisa dari Natrium
Karbonat tidak ada yang tertinggal di botol timbang

Pindahkan ke dalam labu ukur 50mL jangan lupa menggunakan


corong dang pengaduk sebagai alat bantu untuk menuangnya ke
dalam labu ukur
Tambahkan aquades ke dalam labu ukur, hati-hati jangan melebihi
tanda batas. Pastikan, membaca garis minus plus lurus dengan mata.
Jangan lupa keringkan bagian dalam labu ukur untuk menghindari
aquades yang menempel pada leher labu ukur menambah volume
dari labu ukur yang volumenya sudah pas di tanda batas.

Lalu, homogenkan larutan tersebut dan sampel sudah siap untuk


digunakan

(3) Tahap Penetapan Karbonat

Isi buret dengan larutan HCl yang sudah kita standarisasi

Kita pipet larutan sampel dari labu ukur, bilas terlebih dahulu pipet
volumdengan larutan sampel lalu kita buang air bilasan tersebut,
kemudian kita pipet penuh sampai 10mL larutan sampel..

Kemudian, kita tuang ke dalam Erlenmeyer, perhatikan cara


menuang ke dalam Erlenmeyer, labu Erlenmeyer harus kita
miringkan dan tuangkan larutan dari pipet volum posisi tegak lurus
dengan ujung menempel pada leher Erlenmeyer atau dinding
Erlenmeyer.
Kita tambahkan indikator penoftalin kurang lebih 5 tetes ke dalam
erlenmeyer

Dan kita titrasi dengan menggunakan larutan HCl sebagai titrannya.


Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari pink
menjadi tidak berwarna. Jangan lupa catat volume HCl yang
diperlukan dalam penetapan kadar karbonat tersebut.

BAB III
Hasil & Pembahasan

3.1 Hasil Pengamatan


(1) Tahap Standarisasi HCl
Percobaan Hasil Pengamatan
Larutan Boraks (Na2B4O7) Setelah dimasukkan indikator metil merah, larutan menjadi
ditambahkan 2- 3 tetes warna kuning
indicator metil merah

Larutan boraks (Na2B4O7) Setelah dititrasi dengan HCl, larutan akan menjadi warna
yang sudah dimasukkan jingga
indicator MM dititrasi
dengan HCl

3.2 Pembahasan
(1) Tahap Standarisasi HCl
Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam penetapan normalitas HCl
karena mudah diperoleh dalam keadaan murni, cukup stabil, dan memiliki berat
ekuivalen yang tinggi. Pada tahap awal, ke dalam larutan Na2B4O7 dimasukkan 2-3
tetes indicator Metil merah. Setelah itu, larutan Na2B4O7 dititrasi dengan HCl
hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga.Volume HCl akhir
yang diperlukan adalah sebesar ml. Pada praktikum kali ini diketahui bahwa
volume boraks sebesar 10 ml. Hasil akhir titrasi adalah terbentuknya campuran NaCl
dengan otoborat (H3BO3) bebas, sehingga pH larutan dapat dihitung, tanpa
melihat perubahan volume dalam titrasi. Adapun indikator yang paling cocok
adalah Metil Merah (MM). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas
boraks yaitu massa boraks, BE boraks, dan volume larutan. Sedangkan yang
mempengaruhi normalitas HCl yaitu volume HCl, volume boraks, dan normalitas
boraks. Normalitas HCl berbanding lurus dengan normalitas boraks dan volume
boraks serta berbanding terbalik dengan volume HCl.
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah diamati pada video, dapat disimpulkan bahwa :
1. HCl merupakan larutan baku sekunder yang mudah dipengaruhi oleh CO2 menentukan
kemurniannya harus dilakukan standardisasi.
2. Perubahan warna yang terjadi pada standardisasi antara HCl dengan larutan natrium
tetraborat adalah dari warna kuning menjadi jingga.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas boraks adalah massa boraks, ekuivalen
boraks, dan volume larutan.

4.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum ini yaitu diharapkan dalam setiap melakukan praktikum,
praktikan selalu mengunakan alat pelindung diri dan berhati-hati agar tidak menimbulkan
kerusakan pada alat-alat laboratorium ataupun kecelakaan karena bahanbahan kimia serta
lakukan praktikum dengan tertib sesuai prosedur yang berlaku. Praktikan harus menjaga
kebersihan dari alat hingga ruang laboratorium. Melaksanakan kegiatan praktikum dengan
teliti agar tidak terjadi hal-hal yang berbahaya, dan membersihkan serta merapikan kembali
alat dan bahan laboratorium yang telah dipakai.

Daftar Pustaka
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai