Anda di halaman 1dari 46

FARMAKOTERAPI

GANGGUAN SALURAN
NAFAS

WAHYU WIDYANINGSIH
Patofisiologi umum saluran nafas

1. Adanya sumbatan saluran nafas (bronkokontriksi,


inflamasi, sekresi mukus)
2. Kegagalan difusi gas di alveolus (penebalan
membran atau kerusakan alveolus----hipoksia)
3. Keterbatasan kapasitas dan ekspansibilitas rongga
dada (pleural, pneumotorak)
4. Kegagalan pemicuan ventilasi (Trauma kepala,
kerusakan otot respirasi dll)
Sesak Nafas
Penyebab??
Obstruksi saluran nafas: Asma atau PPOK
Perubahan ekspansibilitas paru: fibrosis interstitial,
Gagal jtg kongestif
Kelemahan akibat hiperinflasi paru (emfisema)

Tanda??
Nafas cepat terengah-engah, bernafas dg bibir ditarik
ke dalam (pursed lip), hipoksemia, hiperkapnia)
Batuk dan sputum
1. Tanda gangguan pernafasan
2. Batuk kering: alergi, awal serangan asma, pemakaian obat golongan ACE
inhibitor
3. Batuk produktif krn sputum

Warna sputum?
Mukoid (putih atau abu-abu): bronkitis kronis, alveolis vibrosis, asma
Purulen ( hijau/kuning, nanah): infeksi bakteri
Merah muda & berbusa: edema paru akut
Banyak & purulen : ada proses supuratif spt abses paru
Lama (tahunan): bronkitis kronis atau bronkoekstase
Hemoptisis: infeksi paru akut ( peneumonia atau TBC, eksaserbasi bronkitis
kronis), edema paru, kanker paru atau embolisme paru
UJI FUNGSI PARU-PARU

VOLUME STATIS:
Volume tidal (VT): jumlah udara yg
dihembuskan setiap kali bernafas saat
istirahat (350-400ml)
Volume residu (RV): jumlah gas yg tersisa di
paru-paru sth menghembuskan nafas secara
maksimal (1200ml)
Kapasitas Vital (VC) Jumlah gas yg dapat
diekspirasikan setelah inspirasi maksimal
(4800ml)
TLC, FRC, IC, IRV, ERV…….. Cari sendiri ya….!!!
UJI FUNGSI PARU-PARU

VOLUME DINAMIS
FVC: Forced vital capacity: kapasitas vital paksa: pengukuran
kapasitas vital yg didapat dari ekspirasi yg sekuat dan secepat
mungkin. Normal nilainya sama dg VC
FEV: Forced expiratory Volume: Vol ekspirasi paksa: Yi volume yg
dpt diekspirasi kuat-kuat dalam waktu standar ( 1 detik
pertama: FEV1 )
Dewasa normal : FVC 4-5L dan FEV1 75%, rasio: FEV1/FVC= >0,75
PEF: Peak expiratory flow: kecepatan hembusan maksimum
(L/menit) diukur 10milidetik pertama ekspirasi
ANALISIS GAS DARAH
Pengukuran gas darah simbol Nilai normal

Tek CO2 P CO2 34-45mmHg


> 45mmHg : hipoventilasi
< 35 mmHg: hiperventilasi
Tek Oksigen P O2 80-100 mmHg
60-80mmHg: Hipoksia ringan
40-60mmHg: Hipoksia sedang
< 40 mmHg: Hipoksia berat
% kejenuhan O2 SaO2 95-97%

Konsentrasi ion hidrogen pH 7,35-7,45

Bikarbonat HCO3- 22-26mEQ/L


MATERI ukai

1. RHINITIS ALERGI
2. ASMA
3. PPOK
4. Infeksi saluran nafas (TBC, ISPA)
DASAR FARMAKOTERAPI

1. Mengatasi masalah yg terjadi


di saluran nafas
2. Mengatasi infeksi
3. Mengatasi gangguan pada
mekanisme ventilasi &
pengaturan sistem pernafasan
KASUS
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun 2 bulan dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik anak
dengan keluhan sering pilek pilek sejak usia 2 tahun. Pilek disertai bersin, ingus cair
bening.Jarang disertai demam. Batuk tak ada/jarang. Hidung sering di gosok-gosok. Pasien anak
pertama dari seorang ibu yang diketahui menderita asma sejak kecil sampai sekarang. Kakek
dari ibu menderita eksim yang tidak kunjung sembuh pada kaki.
RHINITIS ALERGI
Adalah:
Inflamasi pada membran mukosa nasal yang disebabkan oleh penghirupan
senyawa alergenik yg memacu respon imunologi spesifik

Ada:
Rhinitis seasonal (hay fever): tgt musim mis: serbuk sari
Rhinitis phereneal: tdk tgt musim (debu, kutu binatang, jamur dll)
RHINITIS VASOMOTOR : Sensitifitas pembuluh darah hidung thd perubahan
kondisi lingkungan (perubahan suhu, kelembaban, adanya iritan; asap, bau-
bauan, kabut.)
PATOFISIOLOGI

ALERGEN + LIMFOSIT IMUNOGLOBULIN E

MAST SEL

MEDIATOR
HISTAMIN, PG, PAF, LTB4, TX

PERMIABILITAS KAPILER
VASODILATASI MENINGKAT

PRODUKSI
SEKRESI NASAL
GEJALA KLINIK
Rhinitis alergi
Hidung berair (rhinorrhea)
Bersin-bersin
Hidung tersumbat
Pilek
Radang konjungtiva
Rasa gatal di mata, telinga atau hidung

Rhinitis Vasomotor: hidung berair dan tersumbat ttp tdk ada sensasi gatal-gatal dan
bersin
Terapi: kortikosteroid nasal, dekongestan atau antikolinergik topikal
TUJUAN TERAPI RHINITIS

1. Mencegah atau
meminimalkan gejala
2. Mengurangi efek samping
3. Menekan semenimal mungkin
agar pekerjaan & fungsi sosial
tdk terganggu
STRATEGI TERAPI
Non Farmakologi Farmakologi:
Mencegah paparan alergi: rumah Antihistamin
bersih, tdk memelihara binatang,
Dekongestan nasal
tdk pakai bantal kapuk
Kortikosteroid nasal
Pakai AC/HEPA
Antikolinergik
Hindari serbuk sari dll
Golongan kromolin
kasus
Os datang ke IGD pada tanggal 20 Oktober 2015 pada pukul 19.00 dengan keluhan sesak nafas
disertai batuk berdahak berwarna putih sejak 4 hari SMRS.Os mengatakan sesak dan batuk
sering muncul saat malam hari menjelang pagi hari namundapat hilang spontan. Batuk berulang
dan sesak dirasakan saat sedang memasak di pagi hari.Sesak memberat apabila pasien merasa
kelelahan. Sesak muncul ± 1x dalam 2 bulan. Suara mengi juga terdengar oleh suami pasien saat
pasien sedang tidur. BAB dan BAK dalam batasnormal. Tidak ada penurunan berat badan dan
kringat malam. Os juga mengatakan memiliki kebiasaan merokok dan bekerja di lingkungan
denganpaparan debu dan polusi
ASMA
penyakit inflamasi kronis yg ditandai dg peningkatan respon bronkus thd berbagai
macam stimulan & bersifat episodik dg obstruksi yg reversible
Gejala: whizzing, batuk produktif, Gejala bersifat paroksimal, membaik pd siang hari,
memburuk pada malam hari
Klasifikasi asma berdasarkan penampakan klinisnya (NAEPP, 1997)
Gejala malam
Gejala Parameter
hari
Derajat 4. Gejala terus menerus Sering FEV1/FVC ≤ 60 %
Peristen berat Aktivitas fisik terbatas prediksi
Serangan sering Variasi > 30 %
Derajat 3. Gejala setiap hari > 1 per minggu FEV1/FVC 60 % - 80
Persisten sedang Menggunakan agonis β2 tiap % prediksi
hari Variasi > 30 %
Serangan mengganggu
aktivitas
Serangan > 2 X per minggu
tapi < 1 x per hari
Derajat 2. > 2 X per minggu tapi < 1 x per >2 X sebulan FEV1/FVC ≥ 80 %
Persisten ringan hari prediksi
Variasi 20% - 30%
Derajat 1 Gejala < 2 X seminggu ≤ 2 X sebulan FEV 1 /FVC ≥ 80 %
Asma intermitten Asimtomatik dan PEF normal prediksi
antar serangan Variasi < 20 %
APE = arus puncak ekspirasi
FEV1 = volume ekspirasi paksa
dalam 1 detik

Asma Kronis
Asma kronis diklasifikasikan sebagai:
(a) asma intermiten atau
(b) asma persisten yang dapat
dikategorikan sebagai ringan, sedang,
atau parah.

Asma Akut
Pada asma akut, tingkat keparahan
eksaserbasi tidak bergantung pada
klasifikasi asma kronis pasien karena
bahkan pasien dengan asma intermiten
dapat mengancam nyawa..
FAKTOR RESIKO
TISPA (rhinovirus, influenza,
pneumonia, dll)
Alergen (debu, serbuk sari bunga, tengu,
kecoa, jamur, dll)
Lingkungan (udara dingin, gas SO2,
NO2, asap rokok, dll)
Emosi : cemas, stress
Olahraga: terutama pada suhu dingin
dan kering
Obat/pengawet : Aspirin, NSAID, sulfit,
benzalkonium klorida, beta bloker
Stimulus pekerjaan
ext
KRONIS AKUT
TATA LAKSANA TERAPI :

REKOMENDASI GINA 2019

mengurangi risiko
SABA tidak direkomendasikan solusi : ICS dosis rendah eksaserbasi dan untuk
mengendalikan gejala
step 1 : ICS dosis rendah dan formoterol
(LABA) (selain serangan isa juga kontrol),
alternatif : jika pasien gunakan SABA
maka wajib + ICS

step 2 : ICS dosis rendah atau kombinasi


ICS+formoterol
alternatif : LTRA atau ICS low dose ketika
pasien menggunakan SABA

step 3 : ICS + LABA (formoterol)


alternatif : ICS medium dose atau
kombinasi ICS+ LTRA

step 4 : dosis medium ICS + LABA


alternatif : ICS dosis tinggi + tiotopium
atau LTRA

Step 5 : dosis tinggi ICS + LABA


tambahkan terapi : iprap/ig-e/interleukin
alternatif : oral kortikosteroid(krn
pertimbangkan ES jangka panjang)
ICS + formoterol dosis rendah
pilihan terapi lain : menambahkan ICS
jika sudah menggunakan SABA baik
kombinasi atau terpisah

Dosis rendah ICS + SABA atau


ICS+Formoterol dosis rendah

pertimbangan : lihat kepatuhan pasien

Dosis rendah ICS + LABA

alternatif : medium ICS +SABA

Kortiko oral (tapi jangka pendek)


atau ICS dosis tinggi
1. ICS dosis rendah

2. ICS dosis rendah


alternatif : LTRA

3. ICS+ LABA, atau ICS


dosis medium
alternatif : ICS+LTRA
4.ICS+LABA :medium
alternatif : dosis tinggi
ICS+LABA

5. asesmen fenotp, +
Anti Ig-E
alternatif : anti IL-5
atau kortiko oral dosis
rendah
Non Farmakologi
1. Berhenti merokok

2. Menghindari paparan/penyebab

3. altivitas fisik ringan

4. Menghindari penggunaan obat pemicu asma

5. Latihan pernapasan

6. Managemen stres dan emosi


kasus

Pasien 58tahun datang ke UGD dengan keluahan demam naik turun dan menggigil sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan diserta dengan batuk berdahak selama 2 minggu. Batuk berdahak
warna putih dengan busa tanpa bau, terkadang dahak sulit keluar, jika batuk bersuara keras dan
disertai serak. Saat ini batuknya mulai berwarna kehijauan.Pasien mempunyai riwayat merokok
sejak SMA 1bungkus perhari. Pasien didiagnosis PPOK sejak 1 tahun lalu.
PPOK
PPOK TERDIRI DARI :
gambaran klinis
Defisiensi Alpha-1 Antitrypsin

• Kelainan bawaan yang menandaan


bahwa tubuh tidak dapat menghasilkan
c u ku p A l p h a 1 A n t i t r y p s i n , p rote i n
penting yang diteukan dalam hati untuk
m e l i n d u n g i h a t i d a r i
kerusakan.Beberapa yang mengalami
ini bersesiko penyakt paru-paru.

• N o r m a l j u m l a h A AT = 2 0 - 5 0
micromolars (100-350 mg/dl) Dan
efeknya menurun signifikan apabila
jumlah dalam plasma <11 micromolars
(80mg/dl)

• Kejadian <1% dari COPD


PPOK ditandai dengan pertambahan neutrofil,
makrofag dan T-Limfosit disejumlah bagian paru-
paru dan berkaitan dengan tingkat hambatan
aliran udara. Terjadi peningkatan eosinofil pada
beberapa pasien, jika terjadi pemburukan
penyakit, inflamasi, terutama leukotrien 4 dan
interleukin 8. Sel inflamasi dan mediator ini
menyebabkan perubahan destruktif meluas pada
jalan udara, pembuluh pulmonar dan parenkim
paru-paru.

(GOLD, 2018)
Stabil

PPOK

Eksaserbasi
Gejala PPOK memburuk/
PPOK tinda lanjut
KRITERIA PPOK STABIL
• Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas Kronik
• Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil gas darah PCO2 < 45 mmHg & PO2> 60 mm Hg
• Dahak jernih tidak bewarna
• Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
• Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
• Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan

Klasifikasi PPOK Stabil


• 1. Menurut Spirometri

Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran


FEV1 dan FVC
EKSASERBASI PPOK
Gejala :
1. Sesak nafas bertambah
2. Produksi sputum meningkat
3. Perubahan warna sputum

Eksaserbasi akut dibagi menjadi:


1. Tipe 1 ( Eksaserbasi berat) memiliki 3 gejala diatas
2. Tipe 2 ( Eksaserbasi sedang) memiliki 2 gejala diatas
3. Tipe 3 ( Eksaserbasi ringan) memiliki 1 gejala diatas
ditambah infeksi saluran nafas atas lebih dari 5 hari,
demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk,
peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan lebih dari 20 % basal, atau frekuensi nasi
lebih dari 20 % basal.
TATALAKSANA PPOK
Edukasi Farmakologi Non Farmakologi

1. Berhenti Merokok
2. Penggunaan Obat
yang benar 1. Bronkodilator 1. Rehabilitasi
3. Penggunaan 2. Kortikosteroid 2. Terapi Okssigen
Oksigen 3. Antibiotik 3. Ventilator Support
4. Penilaian dini 4. Surgical Therapy
4. Mukolitik
eksaserbassi akut &
5. Antuoksidan
pengelolaannya
5. Deteksi & hindari 6. Vaksin
pencetus 7. Immunoregulator
eksaserbasi 8. Alfa- 1 anttitripsin
6. Menyesuaikan
kebiasaan hidup
sesuai keterbatasan
aktifitas
REKOMENDASI TERAPI UNTUK
COPD STABIL (ISO FARMAKOTERAPI 2009)
1: Ringan 2: Sedang 3: Parah 4: Sangat Parah
Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa batuk
kronik dan sputum kronik dan sputum kronik dan sputum kronik dan sputum
produktif produktif produktif produktif
FEV1 yang diprediksi FEV1 yang diprediksi FEV1 yang diprediksi FEV1 yang diprediksi
≥80% ≥80% ≥80% ≥80%

Hindari faktor resiko: vaksinasi influenza : vaksin pneumococcus


+ brokodilator aksi pendek jika dierlukan
+penanganan reguler dengan satu/ lebih bronkodilator aksi panjang
+ rehabiiitasi
+ glukokortikoid inhalasi jika keadaan buruk
berulang
+ Oksigen jangka
panjang jika terjadi gagal
pernapasan kronik.
Pertimbangkan
penanganan melalui
operasi
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
PENATALAKSANAAN LAIN
1. Diagnosis beratnya eksaserbasi
Derajat sesak, kesadaran, tanda vital, analisis gas darah, pneumonia

2. Terapi Oksigen Adekuat


Pada eksaserbasi akut terapi oksigenmerupakan hal yang pertama dan utama,bertujuan untuk memperbaiki
hipoksemia danmencegah keadaan yang mengancam jiwa.

3. Pemberian Obat-obatan
a. Antibiotik
b. Bronkodilator
c. Kortikosteroid

4. Nutrisi Adekuat
untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan dan menghndari kelelahan otot
bantu nafas.

5. Ventilasi Mekanik
Untuk mengurangi Mortalti dan morbiditi dan memperbaiki simptom

Faarmakoterapi PPOK, Vol 46 no. 4 th 2019


ISO Farmakoterapi, 2009
Terapi Farmakologi Lainnya
Vaksin vaksin pneumococcus direkomendasikan untuk pada pasien PPOK usia > 65 tahun

Alpa 1 Terapi ini ditujukan bagi pasien usia muda dengan defisiensi alpha-1 antitripsin herediter
Antitripsin berat. Terapi ini sangat mahal, dan tidak tersedia di hampir semua negara dan tidak
direkomendasikan untuk pasien PPOK yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi
alpha-1 antitripsin.

Mukolitik & Ambroksol, erdostein, carbocysteine, ionated glycerol dan N-acetylcystein dapat mengurangi
Agen gejala eksaserbasi tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin
Antioksidan

Immunoregul (Immunostimulator, immunodulator) Digunakan pada COPD akut dan parah.


ator

Vasodilator Pada pasien COPD dengan hipertensi pulmonary


Narkotik Oral & parenteral opioid untuk tujuan dispnea pada COPD yang parah
(Morfin)
selamat belajar di PSPA...

Anda mungkin juga menyukai